Pendekatan Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita Ringan

128 c. Positif reinforcement harus segera diberikan untuk mengikuti tanggapan yang tepat. d. Program harus menyediakan pembelajaran yang bersifat individual sehingga siswa dapat mengikuti sesuai dengan kemampuannya. Sebaiknya siswa diberikan waktu yang cukup sesuai kebutuhannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. e. Evaluasi perlu dilakukan untuk menentukan cara belajar siswa pada setiap materi pengajaran agar menjadi lebih efektif. f. Materi yang diberikan kepada siswa harus mendukung tercapainya tujuan khusus yang telah ditentukan sebelumnya. g. Materi yang diberikan harus sesuai dengan batas kemampuan siswa yang akan mempelajarinya. Hal ini berkaitan langsung dengan potensi yang terdapat pada siswa tunagrahita, sesuai kelainan yang dialaminya. h. Materi yang diberikan harus bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari siswa tunagrahita. i. Materi harus dirancang dari yang mudah ke yang sulit, dari yang konkret ke yang abstrak, agar pola fikir anak dapat berkembang. Prinsip-prinsip penyajian materi tersebut berkaitan dengan prosedur pembelajaran, dan materi yang disajikan perlu disesuaikan dengan perkembangan usia mental anak tunagrahita ringan. Tahapan usia mental anak tunagrahita perkembangannya lebih rendah dengan usia kronologisnya. Untuk itu, materi yang disajikan perlu disesuaikan dengan tahapan usia mental.

5. Srategi Pembelajaran Anak Tunagrahita

17 Bentuk strategi dengan pendekatan modifikasi tingkah laku dalam pembelajaran tunagrahita dipengaruhi oleh prosedur pengajaran berprogram dan terapi tingkah laku dalam praktik klinis. Anak tunagrahita lambat dalam kemajuan perkembangan, dan diperlukan prosedur langkah yang kecil dan pendek untuk mengubah tingkah lakunya. Bentuk strategi yang dikembangkan dari perpaduan pengajaran berprogram dan terapi tingkah laku dalam praktik klinis menurut Muljono dalam Mumpuniarti, 2007 : 59-62 adalah sebagai berikut : a. Reinforcement, yang terdiri dari dua macam yaitu positif reinforcer dan negative reinforcer. Positif reinforcer adalah peristiwa yang menyebabkan meningkatnya perilaku yang diharapkan, sementara negatif reinforcer adalah hilangnya peristiwa yang tidak menyenangkan setelah hal yang diharapkan nampak. b. Punishment, kehadiran sesuatu yang tidak menyenangkan yang mengikuti respon dan dapat mengurangi frekuensi respon tersebut. c. Extinction, penghentian reinforcement dari suatu respon. Dalam artian suatu peristiwa tidak dihadirkan atau dihilangkan. d. Shaping dan backward chaining, dimana dalam shaping perilaku akhir yang diharapkan dicapai melalui reinforcement terhadap setiap langkah menuju respon akhir. Penggunaan strategi ini juga dapat diserta strategi backward chaining, yaitu melatihkan tahap-tahap perilaku yang dipelajari anak tungrahita dengan arah terbalik dari shaping.