atau sitopenia, berarti tubuh kurang mampu melawan infeksi. Hitung Jenis differential menghitung lima jenis sel darah putih: limfosit, monosit, neutrofil,
eosinofil, basofil Waterbury, 1998. Persentase masing-masing hitung jenis leukosit limfosit, monosit,
neutrofil, eosinofil, basofil dikalikan leukosit untuk mendapatkan jumlah absolut. Perhitungannya adalah jumlah absolut = total sel darah putih x persen diferensial
masing-masing tipe sel. Misalnya, dengan limfosit 30 dan leukosit 10.000, limfosit mutlak adalah 30 dari 10.000 = 3000 Waterbury, 1998.
3. Pemeriksaan trombosit
Pemeriksaanuji fungsi trombosit berguna untuk mengukur aktivitas agregasipembekuan trombosit Hoffbrand, 2005. Peningkatan trombosit
trombositosis berhubungan dengan kanker, polisitemia vera, sirosis, dan rheumatoid artritis. Penurunan trombosit trombositopenia berhubungan dengan
anemia hemolotik, anemia aplastik, anemia pernisiosa, leukemia dan multiple myeloma. Obat-obatan seperti heparin, kinin, asam valproat, antineoplastik,
penisilin dapt menyebabkan trombositopenia Depkes RI, 2011.
G. Toksisitas
Toksisitas merupakan kualitaskemampuan suatu senyawa dalam menimbulkan racunkerusakan pada organ-organ makhluk hidup. Untuk
mengetahui kemampuan dan karakteristik suatu senyawa toksik selama pemejanan maupun setelah pemejanan, perlu dilakukan uji toksisitas. Uji
toksisitas memberikan informasi tentang bahaya kesehatan akibat paparan senyawabahan tertentu pada tubuh Dandan, 2012.
Manusia biasanya terpejan banyak jenis bahan alami maupun bahan sintesis. Pada keadaan tertentu, pajanan ini berefek buruk bagi kesehatan, yang
mungkin menyebabkan kematian atau hanya menimbulkan perubahan biologik saja. Keracunan terjadi ketika ada pemejanan senyawa toksik pada tubuh
mahkluk hidup. Setelah pemejanan senyawa toksik akan mengalami proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi. Pemejanan senyawa toksik ini
akan terabsorbsi dari tempat pemejanan, kemudian racunmetabolitnya akan mengalami distribusi ke tempat sel sasaranreseptor tertentu. Di tempat aksi inilah
kemudian terjadi interaksi antara senyawa toksikmetabolitnya dengan komponen penyusun sel sasaran atau dengan resptor. Semua efek toksik ini terjadi karena
interaksi biokimiawi antara senyawa toksikmetabolit toksik dengan struktur reseptor tertentu dalam tubuh Lu, 1995.
Ketoksikan suatu senyawa ditentukan oleh keberadaan kadar dan lama tinggal senyawa toksik atau metabolitnya ditempat aksi dan keefektifan
interaksinya mekanisme aksi. Hal ini tergantung pada kondisi pemejanan dan kondisi makhluk hidup Donatus, 2001.
1. Definisi toksikologi
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakikat dan mekanisme efek toksik berbagai bahan kimia terhadap mahkluk hidup dan sistem
biologik lainnya. Ilmu ini juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan
kekerapan efek yang ditimbulkan oleh xenobiotika sehubungan dengan pemejanannya. Lu, 1995.
2. Asas umum toksikologi
Asas umum toksikologi meliputi kondisi pemejanan dan kondisi makhluk hidup. Kondisi pemejanan merupakan semua faktor yang menentukan
keberadaan racun ditempat aksi tertentu dalam tubuh, yang berkaitan dengan pemejanannya pada diri makhluk hidup. Kondisi pemejanan meliputi jenis, jalur,
lama kekerapan dan saat takaran pemejanan racun. Ada dua jenis pemejanan yakni pemejanan akut dan pemejanan kronis. Jenis pemejanan ini berkaitan erat
dengan lama dan kekerapan pemejanan yang merupakan batas kurun waktu pemejanan terhadap makhluk hidup. Lama dan kekerapan pemejanan dapat
mempengaruhi wujud dan ketoksikan racun Donatus, 2001. Kondisi mahkluk hidup adalah keadaan fisologi serta patologi makhluk
hidup yang dapat mempengaruhi ketersediaan racun di sel sasaran dan keefektifan antaraksi antara keduanya keadaan fisiologi dan patologi makhluk hidup.
Keadaan fisilogi mencakup berat badan, umur, jenis kelamin, kehamilan, suhu tubuh, kecepatan pengosongan lambung, kecepatan alir darah, status gizi,
genetika, irama siskardian dan diurnal, sedangkan keadaan patologi meliputi keadaan penyakit yang dialami makhluk hidup Donatus, 2001.
3. Mekanisme, wujud, dan sifat efek toksik racun
Mekanisme aksi toksik racun dapat digolongkan menjadi tiga bagian yakni berdasarkan sifat dan tempat kejadian fenomena patologi, berdasarkan
sifat antaraksi racun toksidinamik dan tempat aksinya dan berdasarkan resiko
penumpukan racun dalam gudang penyimpanan tubuh. Respons efek toksik merupakan sesuatu proses dimana sel, jaringan, dan organ menanggapi adanya
luka dan kerusakan dalam diri komponen-komponen tubuhnya Donatus, 2001.. Wujud efek toksik adalah hasil akhir dari respons toksik. Pada dasarnya
wujud efek toksik sesuatu racun dapat berupa perubahan atau kekacauan biokimia, fungsional dan struktural. Ketiga wujud efek toksik ini memiliki sifat yang khas
yakni terbalikkan dan tak terbalikkan. Respon biokimiawi dan fungsional bersifat timbal balik atau terbalikkan sedangkan respon struktural terbalikan atau tak
terbalikan Donatus, 2001.
4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketoksikan racun
Pada dasarnya, aneka ragam faktor yang dapat mempengaruhi ketoksikan racun dapat digolongkan menjadi dua, yakni faktor yang bersal dari racun faktor
intrinsik racun dan faktor yang berasal dari makhluk hidupnya faktor intrinsik makhluk hidup.
Racun merupakan zat kimia. Karena itu ketoksikan racun tak lepas dari sifat fisika dan sifat kimia bawaan racun tersebut. Faktor intrinsik racun meliputi
faktor kimia, kondisi pemejanan, pengolahan, pengawetan, pengentalan, dan pengepakkan. Bergantung pada sifat dan berbagai proses yang dapat
mempengaruhi sifat racun maka berbagai faktor tersebut dapat mempengaruhi keefektifan translokasi atau antaraksi racun dengan tempat aksinya.
Faktor intrinsik makhluk hidup merupakan kondisi fisiologi berat badan, umur, suhu tubuh, kecepatan pengosongan lambung, kapasitas fungsional
cadangan, penyimpanan racun, kecepatan alir darah, status gizi, jenis kelamin,
kehamilan, genetika, irama siskardian, irama diurnal dan kondisi patologi pada makhluk hidup penyakit Donatus, 2001.
5. Uji ketoksikan
Uji ketoksikan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu uji ketoksikan khas dan uji ketoksikan tak khas. Uji ketoksikan tak khas merupakan uji
ketoksikan yang dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan atau spektrum efek toksik suatu senyawa pada aneka ragam jenis hewan uji. Uji ketoksikan tak khas
meliputi uji ketoksikan akut, subkronis, dan kronis. Uji ketoksikan khas sendiri merupakan uji yang dirancang untuk mengevaluasi secara rinci efek yang khas
suatu senyawa pada aneka jenis ragam hewan uji. Yang termasuk pada golongan ini adalah uji potensiasi, uji kekarsinogetikan, kemutagenikan, keteratogenikkan,
reproduksi, kulit dan mata, dan perilaku Donatus, 2001.
H. Toksisitas Subkronis