Cairan Plasma Darah Pemeriksaan Terhadap Sistem Hematologi Hitung Darah Lengkap

E. Cairan Plasma Darah

Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat sedikit alkali. Komposisi plasma dan bahan-bahan yang terkandung didalam plasma adalah sebagai berikut: air, protein albumin, fibrinogen, protrombin, globulin, mineral natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium dan besi, bahan organik asam urat, kreatinin, lemak, glukosa, urea, kolestrol, asam amino, gas oksigen, karbondioksida, hormon, enzim, antigen Pearce, 2009. Hampir 90 plasma terdiri atas air. Volume plasma normal adalah sekitar 5 dari berat badan. Plasma menggumpal bila didiamkan dan tetap berwujud cair jika ditambahkan antikoagulan. Bila darah lengkap dibiarkan menggumpal dan gumpalanya diambil, maka sisa cairannya disebut serum. Pada dasarnya plasma dan serum memiliki komposisi yang sama namun ada beberapa kandungan protein yang tidak ada pada serum. Perbedaan plasma dan serum yakni, pada serum tidak terdapat fibrinogen dan pada plasma masih ada fibrinogen Ganong, 2008. Fungsi plasma darah adalah sebagai mediumpengantara untuk penyaluran makanan, mineral, lemak, glukosa, dan asam amino ke jaringan dan medium untuk mengangkut bahan buangan misalnya urea, asam urat Pearce, 2009. Salah satu protein plasma adalah albumin. Albumin dalam keadaan normal terdapat 3-5 gram albumin dalam tiap 100 ml darah. Albumin berperan pada tekanan osmostik yang mempertahankan volume darah, menyediakan protein untuk jaringan. Protein plasma yang lain lagi adalah globulin, fibrinogen dan protrombin. Globulin merupakan antibodi yang melindungi tubuh. Fibrinogen berperan dalam koagulasipembekuan darah. Protrombin, sebagai prekursor terbentuknya trombin dalam mekanisme pembekuan darah Pearce, 2009.

F. Pemeriksaan Terhadap Sistem Hematologi Hitung Darah Lengkap

Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang berharga untuk membedakan diagnosis, mengkonfirmasi diagnosis, menilai status klinik pasien, mengevaluasi efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan Depkes RI, 2011. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium oleh apoteker bertujuan untuk: a. Menilai kesesuaian terapi contoh: indikasi obat, ketepatan pemilihan obat, kontraindikasi obat, penyesuaian dosis obat, risiko interaksi obat, b. Menilai efektivitas terapi contoh: efektivitas pemberian kalium diketahui melalui kadar kalium dalam darah, efektifitas allopurinol di ketahui dari menurunnya kadar asam urat, c. Mendeteksi dan mencegah reaksi obat yang tidak dikehendaki contoh: penurunan dosis siprofloksasin hingga 50 pada kondisi klirens kreatinin 30mLmenit, d. Menilai kepatuhan penggunaan obat contoh: kepatuhan pasien dalam menggunakan obat antidiabetik oral diketahui dari nilai HbA1c, kepatuhan penggunaan statin diketahui dari kadar kolesterol darah, dan e. Mencegah interpretasi yang salah terhadap hasil pemeriksaan Depkes RI, 2011. Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan sebagai angka kuantitatif, kualitatif atau semikuantitatif. Hasil kuantitatif berupa angka pasti atau rentang nilai. Hasil kualitatif dinyatakan sebagai nilai positif atau negatif tanpa menyebutkan derajat positif atau negatifnya. Hasil semikuantitatif adalah hasil kualitatif yang menyebutkan derajat positif atau negatif tanpa menyebutkan angka pasti contoh: 1+, 2+, 3+ Depkes RI, 2011. Tes labotratorium yang paling umum dilakukan adalah hitung darah lengkap HDL. Tes ini dilakukan untuk memeriksa jenis sel dalam darah termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit The Aids InfoNet, 2012.

1. Tes sel darah merah

Sel darah merah yang disebut juga sebagai eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru ke seluruh jaringan tubuh. Fungsi ini dapat dapat diukur melalui beberapa macam tes yaitu: a. Hitung sel darah merah b. Tes hemoglobin c. Tes hematokrit Pada hitung sel darah merah Red Blood Cell countRBC berguna untuk menghitung jumlah total sel darah merah. Tes hemoglobin untuk mengetahui jumlah protein hemoglobin dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru ke seluruh jaringan tubuh. Tes hematokrit Hct untuk mengukur presentase sel darah merah dalam seluruh volume darah. Eritrosit, hemoglobin dan hematokrit yang sangat rendah menunjukkan adanya anemia The Aids InfoNet, 2012. Hitung sel darah merah dapat dilakukan dengan menghitungmengukur MCV, RDW, MCH, dan MCHC. Red Blood Cell Distribution Width RDW mengukur kisaran ukuran sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan beberapa vitamin The Aids InfoNet, 2012 Mean Corpuscular Volume MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah. Rentang normal MCV antara 80-100 fl bermanfaat untuk menggolongkan anemia kedalam anemia mikrositik MCV 80 fl, normositik MCV=80-100 fl, atau makrositik MCV100 fl Waterbury, 1998. Implikasi klinik MCV dapat berupa penurunan maupun peningkatan MCV yang signifikan dari range normal. Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik. Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, alcoholism, terapi antimetabolik, kekurangan folatvitamin B12, dan terapi valproat, disebut juga anemia makrositik. Pada anemia sel sabit, nilai MCV diragukan karena bentuk eritrosit yang abnormal. Perhitungan rumus MCV adalah sebagai berikut: MCV femtoliter = 10 x Hct : Eritrosit 106 selμL Depkes RI, 2011. Indeks Mean Corpuscular Hemoglobin MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata normokromik, hipokromik, hiperkromik sel darah merah. MCH dapat digunakan untuk mendiagnosa anemia Depkes RI, 2011. Implikasi Klinik MCH dapat berupa peningkatan atau penurunan MCH yang ekstrim dari batas nilai normal. Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik sedangkan penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik. Perhitungan : MCH picogramsel = hemoglobinsel darah merah Depkes RI, 2011. Indeks Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration MCHC merupakan indeks untuk mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah. Perhitungan MCHC tergantung pada Hb dan Hct. Rumus perhitungan MCHC adalah: MCHC = hemoglobinhematokrit dan nilai normal MCHC adalah: 32 – 36 gdL Depkes RI, 2011. Implikasi Klinik dari MCHC adalah adanya penurunan MCHC pada pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia karena piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik dan peningkatan MCHC pada sferositosis, bukan anemia pernisiosa Depkes RI, 2011.

2. Tes sel darah putih

Sel darah putih disebut juga leukosit membantu melawan infeksi dalam tubuh. Hitung Sel Darah Putih White Blood Cell CountWBC adalah jumlah total leukosit. Leukosit tinggi hitung sel darah putih yang tinggi umumnya berarti tubuh sedang melawan infeksi. Leukosit rendah artinya ada masalah dengan sumsum tulang biasanya berupa penurunan proliferasi sumsum tulang, produksi sumsum tulang yang tidak efektif. Leukosit rendah disebut leukopenia atau sitopenia, berarti tubuh kurang mampu melawan infeksi. Hitung Jenis differential menghitung lima jenis sel darah putih: limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil, basofil Waterbury, 1998. Persentase masing-masing hitung jenis leukosit limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil, basofil dikalikan leukosit untuk mendapatkan jumlah absolut. Perhitungannya adalah jumlah absolut = total sel darah putih x persen diferensial masing-masing tipe sel. Misalnya, dengan limfosit 30 dan leukosit 10.000, limfosit mutlak adalah 30 dari 10.000 = 3000 Waterbury, 1998.

3. Pemeriksaan trombosit

Pemeriksaanuji fungsi trombosit berguna untuk mengukur aktivitas agregasipembekuan trombosit Hoffbrand, 2005. Peningkatan trombosit trombositosis berhubungan dengan kanker, polisitemia vera, sirosis, dan rheumatoid artritis. Penurunan trombosit trombositopenia berhubungan dengan anemia hemolotik, anemia aplastik, anemia pernisiosa, leukemia dan multiple myeloma. Obat-obatan seperti heparin, kinin, asam valproat, antineoplastik, penisilin dapt menyebabkan trombositopenia Depkes RI, 2011.

G. Toksisitas