PENGUJIAN TAX HYPOTHESIS DALAM MENENTUKAN DEBT MATURITY (Studi pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
PENGUJIAN TAX HYPOTHESIS DALAM MENENTUKAN DEBT MATURITY (STUDI PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
LILY OKTAVIANI
ABSTRAK
Fokus pada penelitian ini adalah melihat apakah tarif pajak perusahaan, term structure dan aset varians mempengaruhi perubahan kebijakan debt maturity. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Total sampel adalah 34 perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan yang didapat dari website Bursa Efek Indonesia. Dan data ini dianalisis menggunakan analisis linier berganda menggunakan alat Eviews 6.0. Hasil dari penelitian ini adalah tarif pajak perusahaan dan term structure tidak memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap debt maturity, sedangkan aset varians mempengaruhi secara signifikan dan berarah positif terhadap debt maturity. Dengan kata lain, perusahaan pertambangan tidak menggunakan kebijakan penghematan pajak dengan hutang. Oleh sebab itu, perusahaan pertambangan diharapkan mengunakan faktor-faktor yang mampu meminimalisir biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
(2)
HOW TAX HYPOTHESIS DETERMINES DEBT MATURITY (STUDY IN MINING COMPANY SECTOR ARE LISTED ON THE INDONESIA
STOCK EXCHANGE)
LILY OKTAVIANI
ABSTRACT
Focus in this research is to see whether corporate tax rate, term structure, and asset variance affect change debt maturity policy. Population on this research is mining company sector are listed on the Indonesia Stock Exchange period 2011-2014. Sample on this research is use purposive sampling method. Total sample is 34 companies. Data used in this research is company’s financial statements were
obtained from Indonesia Stock Exchange’s website. And this data is analyzed using multiple linier analysis on Eviews 6.0. Result of this research is corporate tax rate and term structure have no significant effect on debt maturity. While asset variance has significant effect on debt maturity and has negative direction toward debt maturity. In other words, mining companies do not use tax saving policy with debt. Therefore, mining companies are expected to use factors that is able go minimize cost incurred by the company.
(3)
PENGUJIAN
TAX HYPOTHESIS
DALAM
MENENTUKAN
DEBT MATURITY
(Studi Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Oleh
LILY OKTAVIANI
(SKRIPSI)
Sebagai Salah Satu syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI BISNIS
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, sebuah kota di wilayah Provinsi Lampung, tercatat pada tanggal 27 Oktober 1994 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara. Hadir kedunia melalui rahim wanita yang istimewa dan luar biasa yang hingga saat ini selalu mendampingi penulis, Mama-ku Farida, darinya lah penulis menemukan arti penting bahwa kegagalan dan kesulitan merupakan ujian yang harus dilewati agar selalu bersyukur akan nikmat yang diberikan-Nya dan senantiasa ingat kepada sang Pencipta. Juga kepada Papa-ku Handoko.(alm). yang telah banyak memberikan pelajaran hidup bahwa melakukan sesuatu dengan sempurna merupakan salah satu bekal untuk menjadi pribadi yang lebih unggul.
Terlahir di Kota Bandar Lampung menjadi kebanggaan bagi penulis tidak merasakan kesulitan seperti orang lain yang terlahir di wilayah terpencil. Menamatkan Taman Kanak-Kanak di TK Trisula I pada tahun 2001 dan melanjutkan ke Sekolah Dasar(SD) di SDN 2 Rawa Laut (Teladan) Bandar Lampung selama enam tahun yang diselesaikan penulis dengan tepat waktu pada tahun 2006, Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Bandar Lampung selama tiga tahun yang diselesaikan di tahun 2009, dan setelah itu penulis terus melanjutkan pendidikan
(8)
pada Sekolah Menengah Atas di SMAN 10 Bandar Lampung selama tiga tahun dan penulis lulus pada tahun 2012.
Tahun 2012 penulis mendaftar jalur undangan untuk memasuki Perguruan Tinggi Negeri dan pada akhirnya penulis terdaftar sebagai Mahasiswa pada Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Lampung. Pengabdian penulis sebagai Mahasiswa pada Almamater Universitas Lampung, penulis menyelami organisasi internal Jurusan yaitu HMJ Administrasi Bisnis sebagai Anggota Bidang Entrepreneur di periode kepengurusan 2014-2015.
Pada Tahun 2014, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tri Karya, Kecamatan Penawar Tama, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung selama 40 hari. Dalam kesempatan KKN tersebut penulis aktif diberbagai kegiatan kampung dalam mengamalkan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan selama penulis berproses di Universitas Lampung. Semoga penulis senantisa menjadi pribadi yang selalu menuju ke arah yang lebih baik, memberi hal-hal positif bagi banyak orang, dan bermanfaat untuk agama, nusa dan bangsa.
(9)
Alhamdulillahirabbil’alamin
,
Rasa syukur kepada sang pencipta ALLAH SWT atas
berkat dan nikmat-Nya lah saya dapat menyelesaikan
perjuangan untuk mendapatkan gelar Sarjana
Administrasi Bisnis.
Kupersembahkan Karya Terbaik-ku ini untuk kedua orang
tuaku yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik dan
selalu ada di dekatku, 21 tahun tidak terasa sudah banyak
hal yang ku lakukan baik positif maupun negatif dan
hanya ini lah yang dapat ku persembahkan karya terbaikku
berbentuk
“SKRIPSI”
yang tidak akan dapat membalas
segala hal yang mama
Farida
dan papa
Handoko (alm)
berikan kepadaku. Dan tetap lah menjadi mama dan papa
yang selalu menjadi guru, teman, sahabat dan orang tua
yang selalu menjadi kebanggaan aku dan kakak-kakakku.
Terima kasih atas do
’
a dan motivasi yang diberikan
kepadaku dan semoga aku dapat menjadi anak yang dapat
berguna dan membanggakan keluarga.
Always Love You Ma, Pa..
Terima kasih kepada kakak-kakakku tersayang, Loly
Hanida., S.Si dan Lusi Mardiani., S.E atas bantuan, saran,
dukungan dan do
’a nya sehingga karya terbaikku
ini dapat
ku selesaikan.
(10)
MOTTO
ALWAYS BE YOURSELF NO MATTER
WHAT THEY SAY AND NEVER BE
ANYONE ELSE EVEN IF THEY LOOK
BETTER THAN YOU.
(Lily Oktaviani)
THE BEST SWORD THAT YOU HAVE IS
LIMITLESS PATIENCE.
(Lily Oktaviani)
IN THREE WORDS I CAN SUM UP
EVERYTHING I’VE LEARNED ABOUT
LIFE: IT GOES ON.
(Robert Frost)
(11)
SANWACANA
Assalamuala’ikum Wr. Wb
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, segala limpahan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan Skripsi dengan judul “Pengujian Tax Hypothesis dalam menentukan Debt Maturity (studi pada perusahaan sektor Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis di Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa proses penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, khususnya yang berada pada Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Untuk itu, sebagai wujud rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:
1. ALLAH SWT 2. Muhammad SAW
3. Kedua Orang Tua tercinta yang telah menjadi inspirasi terbesar penulis, untuk Farida (Mama) dan Handoko (Papa) yang selalu ada, selalu mendukung dan selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini. Terima kasih sebesar-besarnya untuk cinta dan kasih sayang sepanjang masa yang senantiasa
(12)
telah memberikan semangat dan kepercayaan serta do’a selama ini yang telah mengiringi kesuksesan sehingga mampu menyelesaikan Skripsi ini.
4. Kedua Kakakku tersayang Loly Hanida., S.Si dan Lusi Mardiani., S.E. Terima kasih telah memberikan motivasi dan dukungan serta do’a dalam proses menyelesaikan Skripsi ini. Semoga kakak-kakakku menjadi orang yang sukses, baik di dunia maupun di akhirat dan selalu berguna bagi sesama.
5. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. A. Effendi, M.M., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
7. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
8. Bapak Drs. Pairulsyah, M.H, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
9. Bapak Ahmad Rifai, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas.
10.Bapak Suprihatin Ali., S.Sos.,M.Sc., selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
11.Bapak Dr. Suripto, S.sos., M.AB. selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu bukan hanya untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam proses penyusunan Skripsi ini melainkan nasihat untuk menghadapi dan menjalani hidup agar lebih baik dan lebih bermanfaat.
(13)
12.Bapak Drs. Soewito., M.M. selaku Dosen penguji yang telah banyak memberikan arahan, saran, dan motivasi sehingga penulis dapat mengerjakan Skripsi ini dengan baik sampai selesai.
13.Bapak Deddy Aprilani, S.A.N.,M.A . selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan bantuannya dalam masa perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik.
14.Ibu Mertayana selaku staff Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis.
15.Seluruh Dosen dan staff Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Lampung, terima kasih atas pengajaran dan ilmu yang telah diberikan selama ini kepada penulis.
16.Terima kasih kepada saudara-saudaraku dari keluarga Mama dan Papa yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut mendukung dan mendoakan untuk kelancaran dalam pengerjaan skripsi ini hingga dapat selesai dengan baik.
17.Sahabat-sahabatku para wanita-wanita tangguh, Yolan Cahyani., (calon) S.E dan Amanta Dhea Yunada., Amd yang selalu menemani, mendengarkan dan menghibur dikala senang maupun susah, dikala galau maupun bahagia. Terima kasih atas waktu yang diberikan untuk selalu ada dan memberikan semangat
maupun do’a dalam pengerjaan skripsi ini, saya do’a kan yang terbaik untuk kita semua. See You On Top
18.WWWW-ku, sahabat seperjuangan di bangku kuliah, terima kasih atas waktu yang telah diberikan untuk membantu dan menemani bukan hanya dalam menyelesaikan masa perkuliahan dan Skripsi ini melainkan dalam menyelesaikan
(14)
masalah kehidupan yang penuh drama ini , Asmarantika Putri, Gaby Rodorea, May Audina, Nia Arnila, Ovi Adelia, Putri Mia, Sayu Linda dan Yuliane Dwi. Semoga kita dapat menggapai kesuksesan kita masing-masing.
19.Rekan-rekanku, My Best Friend Dafista Fidel Bustarosa beserta Anak Alam (Risyah, Bakso, Sentong, Gusti, Widi, Eri, Agung, Dimas, Afik dan Kak May) terima kasih kalian telah memberikan warna lain didalam kehidupanku. Terima kasih untuk Motivasi dan saran yang selalu diberikan, semoga Saya mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan terimakasih untuk pengalaman selama di bangku kuliah ini. Semoga dikemudian hari kita bertemu dengan kesuksesan kita masing-masing.
20.Rekan-rekanita seperjuangan Administrasi Bisnis 2012, Alfabet A sampai Z, Reg A maupun Reg B, mulai dari rombongan Karikatur, rombongan Zahra, rombongan Yunita, rombongan Mahfudin, Rombongan Riza, rombongan Bagus, dan seluruh teman-teman Administrasi Bisnis 2012 yang saya banggakan. Terima kasih atas pengalaman dan kisah yang telah Kalian berikan dan semoga kita dapat bertemu lagi di kemudian hari dengan membawa kesuksesan kita untuk membanggakan orang-orang di sekitar kita.
21.Teman-teman Administrasi Bisnis 2011,2013, 2014, serta 2015 yang senantiasa membantu saya dan memberikan kritik dan saran untuk kemajuan saya kedepannya. Untuk adik tingkatku semangat terus kuliahnya.
22.Untuk seluruh pengurus HMJ periode 2015-2016 semangat kedepannya bangun lah HMJ kita, sayangi HMJ kita dan kenal kan kepada Indonesia bahwa UNILA punya Administrasi Bisnis yang patut untuk di banggakan.
(15)
23.Rekan-rekanitaku Atmosfer atau IPS 4. Terimakasih telah menjadi teman dibangku SMA hingga saat ini. Semoga dikemudian hari kita dapat mencapai kesuksesan kita masing-masing.
24.Rekan-rekanitaku Generation of 9A. Terimakasih telah menjadi teman dibangku SMP hingga saat ini. Semoga dikemudiaan hari kita dapat bertemu dengan kesuksesan kita masing-masing.
25.Terima kasih kepada rekan-rekan KKN Desa Tri Karya, Kecamatan Penawar Tama, Kabupaten Tulang Bawang. Untuk Oliv, Ria, Wahid, dan Abien. Terima kasih atas kerjasamanya selama 40 hari kita menjalani KKN semoga kita dapat selalu bermaanfaat bagi orang lain.
Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis,
(16)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ……….. iv
DAFTAR GAMBAR ……….. v
DAFTAR LAMPIRAN ………... vi
I. PENDAHULUAN ………. 1
1.1 Latar Belakang ………... 1
1.2 Perumusan Masalah ………. 5
1.3 Batasan Penelitian ……….…….. 5
1.4 Tujuan Penelitian ………... 6
1.5 Manfaat Penelitian ………... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 8
2.1 Struktur Modal ………. 8
2.1.1 Struktur Modal yang Ditargetkan ……….... 9
2.1.2 Faktor Keputusan Struktur Modal ………... 10
2.2 Teori Struktur Modal ………. 16
2.2.1 Efek Pajak ………... 17
2.2.2 Teori Trade-Off ……… 18
2.2.2.1 Model Teori Trade-Off ………... 22
2.2.2.2 Manfaat Model Trade-Off ……….. 23
2.3 Kebijakan Utang ……… 23
2.3.1 Debt Maturity ………... 26
2.4 Pajak ………... 26
2.4.1 Tax Hypotesis ……….. 28
2.4.1.1 Tarif Pajak ………... 28
2.4.1.2 Term Structure ………... 29
2.4.1.3 Aset Varians ……… 30
2.5 Penelitian Terdahulu ………... 31
2.6 Kerangka Pemikiran ………... 33
2.7 Hipotesis ………. 36
III. METODE PENELITIAN …..………. 38
3.1 Penelitian ………. 38
3.2 Jenis Data dan Sumber Data ……… 38
3.3 Teknik Pengumpulan Data ……….. 39
3.4 Populasi ……… 39
3.5 Sampel ………. 40
3.6 Metode Pengumpulan Data ……… 42
3.7 Definisi Oprasional Variabel ……….. 42
(17)
3.7.2 Variabel Independen ……….. 42
3.7.3 Variabel Control ……… 44
3.8 Teknik Analisis Data ………... 45
3.8.1 Analisis Statistik ……… 45
3.8.2 Analisis Regresi Berganda Model Panel data …………... 45
3.8.3 Koefisien Determinasi ………... 50
3.8.4 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)………. 51
3.8.5 Uji Signifikansi Simultan (Uji F ………... 52
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 54
4.1 Gambaran Umum ………. 54
4.1.1 Adaro Energy Tbk ……….. 54
4.1.2 Aneka Tambang ………. 54
4.1.3 Atlas Resources Tbk ………... 55
4.1.4 Ratu Prabu Energy Tbk ………... 55
4.1.5 Banakat Integra Tbk ……….. 56
4.1.6 Borneo Lumbung Enery dan Metal Tbk ……… 57
4.1.7 Baramulti Sukses Sarana Tbk ……… 57
4.1.8 Bumi Resources Tbk ………. 58
4.1.9 Bayan Resources Tbk ……… 58
4.1.10 Cita Mineral Investindo Tbk ……… 59
4.1.11 Citatah Tbk ……….. 59
4.1.12 Darma Henwa Tbk ……….. 60
4.1.13 Central Omega Resources Tbk ……… 60
4.1.14 Delta Dunia Makmur Tbk ……… 61
4.1.15 Elnusa Tbk ……….. 61
4.1.16 Energi Mega Persadar Tbk ……….. 62
4.1.17 Surya Esa Perkasa Tbk ………. 62
4.1.18 Golden Energy Mines Tbk ……….. 63
4.1.19 Garda Tujuh Buana Tbk ………... 63
4.1.20 Harum Energy Tbk ……….. 64
4.1.21 Vale Indonesia Tbk ……….. 64
4.1.22 Indo Tambangraya Megah Tbk ……… 65
4.1.23 Resources Alam Indonesia Tbk ……… 65
4.1.24 Medco Energi International Tbk ……….. 66
4.1.25 Mitra Investindo Tbk ……… 66
4.1.26 Samindo Resources Tbk ……….. 67
4.1.27 Perdana Karya Perkasa Tbk ………... 67
4.1.28 J Resources Asia Pasific Tbk ……… 68
4.1.29 Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk ………... 68
4.1.30 Petrosea Tbk ………... 69
4.1.31 Radiant Utama Interinsco Tbk ………... 70
4.1.32 SMR Utama Tbk ……… 70
4.1.33 Timah (Persero) Tbk ………... 71
4.1.34 Toba Bara Sejahtera Tbk ………... 71
4.2 Sampel Data ……….. 72
4.3 Model Penelitian ……… 72
4.4 Permodelan dan Pengolahan Data ………. 73
(18)
iii
4.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ………. 73
4.5.2 Regresi Data Panel ………... 75
4.5.2.1 Model Common-Constant (PLS) ………... 75
4.5.2.2 Model Fixed Effect (FEM) ……… 76
4.5.2.3 Model Random Effect (REM) ……… 77
4.5.2.4 Uji Chow atau Likehood Ratio Test ………... 79
4.5.2.5 The Hausman Specification Test ……… 80
4.5.2.6 Ikhtisar Pemilihan Model Akhir ………. 81
4.5.3 Interpretasi Statistik ………. 82
4.5.4 Koefisien Determinasi (R2) ………. 83
4.5.5 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ………... 84
4.5.6 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ………... 86
4.6 Pembahasan ……… 87
4.6.1 Pengaruh Tarif Pajak terhadap Debt Maturity ……… 88
4.6.2 Pengaruh Term Structure terhadap Debt Maturity ………... 91
4.6.3 Pengaruh Aset Varians terhadap Debt Maturity ………. 93
4.6.4 Pengaruh Growth Option terhadap Debt Maturity …………. 95
4.6.5 Pengaruh Tarif Pajak, Term Structure, Aset Varians yang dikontrol oleh Growth Option terhadap Debt Maturity ……. 97
4.7 Keterbatasan Penelitian ………. 99
V. KESIMPULAN ……….. 100
5.1 Kesimpulan ………... 100
5.2 Saran ………. 102
DAFTAR PUSTAKA ………. 103
(19)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Debt Maturity ……… 3
2.1 Penelitian Terdahulu ……… 32
3.1 Sampel Perusahaan ……….. 40
3.2 Definisi Operasional ……… 44
3.3 Pedoman memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi ……. 51
4.1 Analisis Deskriptif ……… 73
4.2 Hasil Regresi dengan Menggunakan Model Common-Constant ……. 75
4.3 Hasil Regresi dengan Menggunakan Model Fixed Effect ……… 77
4.4 Hasil Regresi dengan Menggunakan Model Random Effect ………… 78
4.5 Hasil Uji Chow atau Likehood Ratio Test ………. 79
4.6 Hasil Uji Model Menggunakan Hausman Test ………. 80
4.7 Perbandingan Model Fixed Effect dan Model Random Effect ………. 81
4.8 Rangkuman Hasil Uji Signifikansi Koefisien dengan Uji t ………….. 86
(20)
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Data Variabel ………. 106
Lampiran 2. Analisis Deskriptif ………. 110
Lampiran 3. Model Common-Constant (PLS) ……….. 111
Lampiran 4. Model Fixed Effect (FEM) ……… 112
Lampiran 5. Model Random Effect (REM) ……… 114
Lampiran 6. Uji Chow atau Likehood Ratio Test ……….. 116
(21)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Teori Trade-Off ……… 20
(22)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis di Indonesia pada era globalisasi ini sangat berkembang pesat. Mereka berkembang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Hal ini menyebabkan tingkat persaingan bisnis di Indonesia semakin ketat. Perusahan dituntut agar mampu menjadi lebih baik dan lebih unggul dari perusahaan lain. Banyak cara yang dapat dilakukan agar perusahaan dapat lebih unggul salah satunya adalah meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan demikian perusahaan harus memiliki perencanaan strategis dalam merencanakan aspek keuangannya. Agar bisa bertahan dan terus berkembang, perusahaan harus pandai mengelola fungsi manajemen keuangan perusahaan. Ini dikarenakan pengelolaan keuangan perusahaan berpengaruh dalam operasi dan perkembangan perusahaan dimasa yang akan datang. Untuk mencapai hal tersebut, manager dihadapkan pada 2 keputusan yaitu keputusan investasi dan keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal.
Keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal adalah keputusan yang berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen, saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan. Selain itu perusahaan juga menghadapi berbagai
(23)
pilihan kebijakan financial dalam menentukan kebijakan struktur modalnya (Barclay et.al., 1995; Barclay, et.al.,2001 dalam Sunarsih 2004).
Menurut Barclay dan Smith (1995) dalam Rahmawati (2014) ketika perusahaan memilih utang sebagai sumber pendanaan, maka perusahaan juga harus mempertimbangkan kebijakan-kebijakan keuangan yang lain, misalnya Debt Maturity. Debt Maturity adalah komposisi optimum antara utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Pemilihan komposisi Debt Maturity menjadi hal penting yang harus ditentukan oleh perusahaan. (Rahmawati, 2014). Pemilihan struktur Debt Maturity juga dapat digunakan oleh perusahaan sebagai alat pensinyalan untuk menyediakan informasi tentang kualitas, kredibilitas dan prospek mendatang dari perusahaan. Oleh karena itu, ketika perusahaan memilih hutang sebagai sumber pendanaan, maka perusahaan juga perlu mempertimbangkan debt maturity tersebut. Hal ini dikarenakan pemilihan debt maturity akan mempengaruhi nilai perusahaan (Megginson, 1997 dalam Rahmawati, 2014).
Fenomena utang di Indonesia sangat gencar dibicarakan akhir-akhir ini, karena Utang Luar Negeri Indonesia meningkat secara terus menerus. Baik utang bank perseroan, bank pemerintah daerah, bank swasta nasional, bank asing dan bank campuran, dan bank perkreditan rakyat mengalami peningkatan terus menerus setiap tahunnya.
Bank Indonesia (BI) melansir posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia sektor swasta terbaru ialah sebesar USD 99,8 miliar. Pertumbuhan utang luar negeri swasta, berdasarkan sektor ekonomi, terbesar oleh pertambangan dan penggalian.
(24)
3
Pangsa pasar dua sektor itu melonjak 6 persen menjadi 26 persen (yoy) atau USD 25,7 miliar dari 20,5 persen pada tahun sebelumnya. (Merdeka, 20 Februari 2014). Utang pertambangan menjadi 3 sektor terbesar yang menyumbang total Utang Luar Negeri yang dimiliki Indonesia, hal ini menjadi hal yang mengherankan karena harga komoditas tambang turun dan permintaan pasar dunia melemah. Namun dilihat dari instrument-nya, utang luar negeri swasta masih didominasi oleh pinjaman jangka panjang (Kompas,20 Februari 2015).
Tabel 1.1 Debt Maturity Nama Perusahaan Kode
Perusahaan 2011 2012 2013 2014 Central Omega
Resources Tbk DKFT 0.059776 0.074621 0.123619 0.238878 Elnusa Tbk ELSA 0.20013 0.251236 0.252009 0.171044 Surya Esa Perkasa
Tbk ESSA 0.561538 0.578023 0.672689 0.711768 Harum Energy Tbk HRUM 0.016186 0.02587 0.03745 0.043705 Indo Tambangraya
Megah Tbk ITMG 0.086005 0.105944 0.125176 0.109008 Samindo
Resources Tbk MYOH 0.022242 0.357424 0.491799 0.466327 MEAN 0.157646 0.232186 0.28379 0.290122 Sumber : idx.co.id (data diolah)
Dynamic Trade-off teori menyatakan bahwa struktur modal optimal dan debt maturity yang optimal ditentukan oleh trade-off yang dinamis antara keuntungan pajak dari utang dan biaya kebangkrutan sebagai reaksi perusahaan terhadap guncangan yang merugikan dengan segera menyeimbangkan struktur modal dan mempertahankan utang tingkat tinggi untuk mengambil keuntungan dari penghematan pajak dan suku bunga (Brennan dan Schwartz (1984), Kane, et al (1985), dan Brick & Ravid (1985) dalam Thottekat, 2013). Sehingga
(25)
meningkatnya Debt Maturity perusahaan sektor pertambangan di atas diindikasikan karena perusahaan ingin mengurangi jumlah pajak yang mereka bayarkan kepada pemerintah. Mereka meningkatkan Debt Maturity untuk dapat mengurangi pajak melalui biaya bunga yang dibayarkan sesuai dengan teori Dynamic Trade-Off di atas. Dari sudut pandang hipotesis pajak, Brick & Ravid (1985) dalam Sugiarto (2010) menyatakan bahwa penggunaan utang jangka panjang mengurangi the firm’s expected tax liability dan konsekuensinya meningkatkan nilai pasar perusahaan dimasa kini.
Konsep-konsep dynamic trade-off di atas telah disintesis ke tax hypothesis, yang memberikan penjelasan rasional untuk keputusan debt maturity perusahaan. Literatur debt maturity mendalilkan bahwa jatuh tempo utang yang optimal ditentukan oleh trade-off antara keuntungan pajak dari utang dan biaya yang berkaitan dengan kesulitan keuangan dan kebangkrutan. Oleh karena itu, tarif pajak, term struktur dan aset varians menentukan debt maturity perusahaan (Thottekat, 2013).
Berdasarkan uraian diatas maka dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “Pengujian Tax Hypothesis dalam menentukan Debt Maturity (studi pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) ”
(26)
5
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah tarif pajak berpengaruh signifikan pada keputusan Debt Maturity pada perusahaan sektor pertambangan di Indonesia?
2. Apakah term structure berpengaruh signifikan pada keputusan Debt Maturity pada perusahaan sektor pertambangan di Indonesia?
3. Apakah aset varians berpengaruh signifikan pada keputusan Debt Maturity pada perusahaan sektor pertambangan di Indonesia?
4. Apakah growth option berpengaruh signifikan pada keputusan Debt Maturity pada perusahaan sektor pertambangan di Indonesia?
5. Apakah tarif pajak, term structure, dan aset varians berpengaruh signifikan secara simultan terhadap keputusan Debt Maturity yang dikontrol oleh growth option pada perusahaan sektor pertambangan di Indonesia?
1.3Batasan Penelitian
Fokus penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan penelitian sebagai berikut:
1. Penulis memilih Perusahaan Pertambangan di Indonesia yang mempublikasikan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia.
2. Periode laporan keuangan yang akan dianalisis adalah laporan keuangan tahunan dari tahun 2011 sampai dengan 2014.
(27)
3. Tax Hypothesis yang diteliti hanya yang datanya dapat diambil dari laporan keuangan publikasi perusahaan.
1.4Tujuan Penelitian
Penelitian ini mencoba untuk menguji apakah perubahan Debt Maturity sebagai variable dependen disebabkan karena adanya pengaruh dari Tax Hypothesis pada perusahaan Sektor Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2014 dengan menggunakan Trade-Off Theory. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meneliti dan mengetahui apakah Tarif Pajak berpengaruh signifikan terhadap Debt Maturity pada perusahaan sektor pertambangan di Indonesia.
2. Untuk meneliti dan mengetahui apakah Term Structure berpengaruh signifikan terhadap Debt Maturity pada perusahaan sektor pertambangan di Indonesia.
3. Untuk meneliti dan mengetahui apakah Aset Varians berpengaruh signifikan terhadap Debt Maturity pada perusahaan sektor pertambangan di Indonesia.
4. Untuk meneliti dan mengetahui apakah growth option berpengaruh signifikan terhadap Debt Maturity pada perusahaan sektor pertambangan di Indonesia.
(28)
7
5. Untuk meneliti dan mengetahui apakah Tax Hypothesis berpengaruh signifikan terhadap Debt Maturity yang dikontrol oleh growth option pada perusahaan sektor pertambangan di Indonesia.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan dasar penetapan Debt Maturity dengan mempertimbangkan Tax Hypothesis sebagai faktor yang mempengaruhinya.
2. Bagi investor, dalam kaitannya dengan keputusan memilih investasi, diharapkan skripsi ini dapat membantu dan menjadi bahan pertimbangan untuk proses pengambilan keputusan dalam berinvestasi.
3. Bagi Akademis, dapat digunakan sebagai sumber informasi atau sebagai data sekunder tentang Debt Maturity dan ingin melakukan penelitian sejenis. 4. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pemahaman tentang pengaruh Tax
Hypothesis dalam menentukan Debt Maturity pada perusahaan khususnya sektor pertambangan.
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Struktur Modal
Manajemen keuangan terdapat 3 fungsi utama, yaitu pengunaan dana yang menyangkut keputusan investasi, fungsi mendapatkan dana yang menyangkut keputusan pombelanjaan (pendanaan) serta fungsi pengalokasian laba yang menyangkut kebijakan dividen. Struktur modal perusahan merupakan bagian dari struktur keuangan perusahaan yang mengulas tentang cara perusahaan mendanai aktivanya, dengan demikian terkait fungsi mendapatkan dana dari manajemen keuangan. Pernyataan bahwa struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan perusahaan didasarkan pada cakupan struktur keuangan yang lebih luas dibandingkan struktur modal.
Struktur keuangan perusahaan menggambarkan bagaimana cara perusahaan mendanai aktivanya, baik dengan utang jangka pendek, utang jangka panjang ataupun modal pemegang saham. Dalam neraca, struktur keuangan perusahaan nampak pada sisi kanan. Struktur modal mengarah pada pendanaan perusahaan yang menggunakan utang jangka panjang, saham preferen ataupun modal pemegang saham. Pada hakikatnya, struktur modal yang merupakan kombinasi utang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan lebih
(30)
9
menggambarkan target komposisi utang dan modal (ekuitas) dalam jangka panjang pada suatu perusahaan (Bernstein & Wild dalam Sugiarto, 2009). Struktur modal pada setiap perusahaan ditetapkan dengan memperhitungkan berbagai aspek atas dasar kemungkinan akses dana, keberanian perusahaan menanggung resiko, rencana strategis pemilik, serta analisis biaya dan manfaat yang diperoleh dari tiap sumber dana (Sugiarto, 2009).
2.1.1 Struktur Modal yang Ditargetkan
Tujuan manajemen struktur modal adalah untuk mencampur sumber permanen dana yang digunakan oleh perusahaan dengan cara akan memaksimalkan harga saham biasa perusahaan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat dilihat sebagai pencarian untuk menemukan campuran yang akan meminimalkan biaya komposit modal perusahaan. Campuran sumber-sumber dana perusaahan yang tepat ini dapat disebut struktur modal yang optimal (Keown, 2001).
Pertama-tama perusahaan harus menganalisis beberapa faktor, kemudian menetapkan struktur modal yang ditargetkan (target capital structure). Target bisa berubah sewaktu-waktu sesuai kondisi, tetapi manajemen harus mempunyai gambaran target struktur modal yang spesifik setiap saat. Jika rasio utang yang sesungguhnya berada dibawah tingkat yang ditargetkan, ekspansi modal mungkin perlu dilakukan dengan menggunakan pinjaman, sementara jika rasio utang sudah melampaui target, saham mungkin perlu digunakan.
(31)
Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan (trade-off) antara resiko dan tingkat pengembalian:
a. Menggunakan lebih banyak utang berarti memperbesar resiko yang ditanggung pemegang saham.
b. Menggunakan lebih banyak utang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan.
Resiko yang semakin tinggi cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) akan meningkatkan harga saham tersebut. Karena itu, struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan antara resiko dan pengembalian yang memaksimumkan harga saham (Brigham, 2001).
2.1.2 Faktor Keputusan Struktur Modal
Faktor-faktor yang umumnya dipertimbangkan oleh perusahaan ketika mengambil keputusan mengenai struktur modal:
1. Stabilitas penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan umum, karena permintaan atas produk atau jasanya stabil, secara historis mampu menggunakan lebih banyak leverage keuangan daripada perusahaan industri.
(32)
11
2. Struktur aktiva
Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan. Karena itu, perusahaan real estate biasanya mempunyai leverage yang tinggi, sedangkan perusahaan yang terlibat dalam penelitian teknologi tidak demikian (Brigham, 2001). 3. Leverage operasi
Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai resiko bisnis yang lebih kecil, jika hal-hal lain tetap sama. Resiko bisnis atau tingkat resiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila ia tidak menggunakan utang. Makin besar resiko bisnis perusahaan, makin rendah resiko utang yang optimal (Brigham, 2001).
4. Tingkat pertumbuhan
Tingkat pertumbuhan perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal, jika hal-hal yang lain tetap sama. Lebih jauh lagi, biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat utang, yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan utang. Namun, pada saat yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi
(33)
ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan utang.
5. Profitabilitas
Seringkali pengamatan penunjukan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan-perusahaan yang menguntungkan, seperti Intel, Microsoft, dan Coca Cola memang tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan utang. Tingkat pengembaliannya yang tinggi memungkinkan mereka untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal.
6. Posisi pajak perusahaan
Alasan utama menggunakan utang adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya utang yang sesungguhnya. Akan tetapi, jika sebagian besar dari pendapatan perusahaan telah terhindar dari pajak karena perhitungan penyusutan, bunga pada utang yang beredar saat ini, atau kerugian pajak yang dikompensasi ke muka, maka tambahan utang tidak banyak memberi manfaat sebagaimana yang dirasakan perusahaan dengan tarif pajak efektif yang lebih tinggi (Brigham, 2001). Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi.
(34)
13
Karena itu, makin tinggi tarif pajak perusahaan, maka besar manfaat penggunaan utang (Brigham, 2001).
7. Pengendalian
Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. Apabila managemen saat ini mempunyai hak suara untuk mengendalikan perusahaan (mempunyai saham lebih dari 50 persen) tetapi sama sekali tidak diperkenankan untuk membeli saham tambahan, mereka mungkin memilih utang untuk pembiayaan baru. Dari lain pihak, manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sangat lemah sehingga penggunaan utang dapat membawa perusahaan pada resiko kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh bangkrut, para manajer tersebut akan kehilangan pekerjaan. Tetapi, jika utangnya terlalu kecil, manajemen menghadapi resiko pengambilalihan. Jadi, pertimbangan pengendalian tidak selalu menghendaki penggunaan utang atau ekuitas karena jenis modal yang memberi perlindungan terbaik bagi manajemen bervariasi dari satu situasi ke situasi yang lain. Bagaimana pun, jika posisi manajemen sangat rawan, situasi pengendalian perusahaan akan dipertimbangkan (Brigham, 2001).
8. Sikap manajemen
Karena tidak seorang pun dapat membuktikan bahwa struktur modal yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi daripada struktur modal lainnya, manajemen dapat melakukan pertimbangan sendiri terhadap struktur modal yang tepat. Sejumlah manajemen cenderung lebih
(35)
konservatif daripada manajemen lainnya, sehingga menggunakan jumlah utang yang lebih kecil daripada rata-rata perusahaan dalam industri yang bersangkutan, sementara manajemen lain lebih cenderung menggunakan banyak utang dalam usaha manajer laba yang lebih tinggi (Brigham, 2001).
Sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan laba. Faktor ini tidak mempengaruhi struktur modal yang optimal atau yang memaksimalkan nilai, tetapi akan mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan yang ditetapkan manajer (Brigham, 2001).
9. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat
Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap para pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat (rating agency) seringkali mempengaruhi keputusan struktur modal. Dalam sebagian besar kasus, perusahaan membicarakan struktur modalnya dengan memberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat serta sangat memperhatikan masukan yang diterima. 10.Kondisi Pasar
Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka panjang dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang optimal. Misalnya, selama situasi kacaunya kredit belum lama ini di A.S., pasar obligasi bernilai rendah (junk bonds)
kosong, dan tidak ada pasar dengan tingkat suku bunga yang “wajar”
(36)
15
B. Karena itu, perusahaan berperingkat rendah yang membutuhkan modal terpaksa beralih ke pasar saham atau pasar utang jangka pendek, tanpa memperdulikan struktur modal yang ditargetkan. Tetapi, setelah keadaan membaik, perusahaan ini dapat menjual obligasi untuk mengembalikan struktur modalnya yang ditargetkan semula.
11.Kondisi internal perusahaan
Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkannya. Misalnya, andaikan suatu perusahaan baru saja menyelesaikan program litbang-nya dan perusahaan tersebut meramalkan laba yang lebih tinggi dalam waktu dekat. Namun, kenaikan laba tersebut belum diantisipasi oleh investor, karena belum tercermin dalam harga saham. Perusahaan ini tidak ingin menerbitkan saham-ia lebih menyukai pembiayaan dengan utang sampai kenaikan laba tersebut terealisasi dan tercermin pada harga saham. Kemudian pada saat itu perusahaan akan menerbitkan saham biasa, melunasi utang, dan kembali pada struktur modal yang ditargetkan (Brigham, 2001).
12.Fleksibilitas keuangan
Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk, para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa penyediaan modal yang mantap diperlukan untuk operasi yang stabil, yang merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan jangka panjang. Mereka juga mengetahui bahwa dalam keadaan perekonomian yang sulit, atau bila perusahaan menghadapi kesulitan operasi, pada pemilik modal lebih suka
(37)
menanamkan modalnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang baik. Karena itu, kemungkinan tersedianya dana di masa mendatang, dan konsekuensi akibat kurangnya dana, sangat berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan semakin besar kemungkinan kebutuhan modal dimasa mendatang (Brigham, 2001).
2.2 Teori Struktur Modal
Teori mengenai struktur modal modern bermula pada tahun 1958, ketika Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller mempublikasikan apa yang disebut sebagai artikel keuangan yang paling berpengaruh yang pernah ditulis. Berdasarkan serangkaian asumsi yang sangat membatasi, MM membuktikan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya. Dengan kata lain, hasil-hasil MM menyatakan bahwa tidak menjadi masalah bagaimana perusahaan membiayai operasinya (struktur modal tidak relevan). Tetapi, studi MM didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain:
1. Tidak ada biaya broker (pialang). 2. Tidak ada pajak.
3. Tidak ada biaya kebangkrutan.
4. Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan.
5. Semua investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai peluang investasi perusahaan di masa mendatang.
(38)
17
Meskipun beberapa dari asumsi ini terlihat tidak realistis, hasil-hasil MM yang tidak relevan sangat penting artinya. Dengan menunjukan kondisi-kondisi dimana struktur modal tidak relevan, MM juga memberikan beberapa petunjuk kepada kita tentang apa yang diperlukan bagi struktur modal agar menjadi relevan sehingga akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Hasil kerja MM menandai awal dari riset atas struktur modal modern, dan riset selanjutnya dipusatkan untuk melemahkan asumsi-asumsi MM dengan upaya mengembangkan teori struktur modal yang lebih realistis (Brigham, 2001).
2.2.1 Efek Pajak
MM menerbitkan makalah lanjutan pada tahun 1963 yang melemahkan asumsi tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga sebagai beban, tetapi pembayaran deviden kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan. Perlakuan yang berbeda ini mendorong perusahaan untuk menggunakan utang dalam struktur modal mereka. Sebenarnya, MM memperlihatkan bahwa jika semua asumsi yang lain berlaku, perbedaan perlakuan ini menyebabkan suatu situasi yang memerlukan pembelanjaan dengan 100 persen uang.
Kesimpulan ini diubah beberapa tahun kemudian oleh Merton Miller (kali ini tanpa Modigliani) ketika ia membahas efek dari pajak perorangan. Ia menyatakan bahwa semua penghasilan dari obligasi pada umumnya adalah bunga, yang dikenakan pajak sebagai penghasilan perorangan pada tarif yang mencapai 39 persen, sementara penghasilan dari saham biasanya sebagian berasal dari dividen dan sebagian dari keuntungan modal. Selanjutnya, keuntungan modal dikenakan
(39)
pajak dengan tarif maksimum 28 persen dan pajak ini ditangguhkan sampai saham itu terjual dan keuntungan terealisasi. Jika saham itu ditahan sampai si pemiliki meminggal, tidak ada pajak keuntungan modal apa pun yang harus dibayar. Jadi, bila ditimbang pengambilan atas saham biasa dikenakan pajak dengan tarif efektif yang lebih rendah daripada pengembalian atas utang. Karena situasi pajak ini, Miller berpendapat bahwa investor bersedia menerima pengembalian atas saham sebelum pajak yang relatif rendah dibandingkan dengan pengembalian atas obligasi sebelum pajak.
Sesuai dengan yang dikemukakan Miller, (1) dapat dikurangkannya bunga untuk tujuan pajak menguntungkan penggunaan pembiayaan dengan utang, tetapi (2) perlakuan pajak yang lebih menguntungkan atas penghasilan dari saham menurunkan tingkat pengembalian yang diisyaratkan pada saham dan dengan demikian menguntungkan penggunaan pembelanjaan dengan ekuitas. Sulit untuk menentukan beberapa efek bersih dari kedua faktor ini. Kebanyakan pengamat yakin bahwa dapat dikurangkanya bunga mempunyai efek yang lebih besar, sehingga sistem pajak kita masih menguntungkan perseroan yang menggunakan utang. Namun, efek itu jelas berkurang dengan tarif pajak keuntungan modal yang lebih rendah (Brigham, 2001).
2.2.2 Teori Trade-Off
Teori Trade-Off menggambarkan bahwa struktur modal yang optimal dapat ditentukan dengan menyeimbangkan keutungan atas penggunaan utang (tax shield benefit of leverage) dengan cost of financial distress dan agency problem. Teori Trade-Off menekankan pada permasalahan pajak, financial distress cost
(40)
19
dan agency (Sugiarto, 2009). Utang memberikan kesempatan perusahaan untuk menjalankan investasi yang menghasilakn NPV positif. Pada kondisi perusahaan tidak memiliki dana yang cukup, maka perusahaan tidak dapat melakukan
pengembangan investasi. Utang juga memunculkan sinyal “berita baik” dalam
teori pemberian isyarat, yang menganggap bahwa penggunaan utang merupakan sinyal bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik (Sugiarto, 2009).
Manfaat berutang terkait pajak penghasilan badan dan pajak penghasilan pribadi mempengaruhi laba perusahaan dan juga daya tarik penerbitan utang relatif terhadap penerbitan saham, disamping pertimbangan cost of fund dari kebijkaan berutang yang lebih rendah dalam kondisi normal (Stultz & Johnson, 1985 dalam Sugiarto, 2009). Ketika pajak penghasilan naik maka perusahaan cenderung menaikan porsi utangnya dan penurunan pajak penghasilan pribadi atas deviden atau capital gain akan cenderung mengurangi pemakaian utang oleh perusahaan (Sugiarto, 2009).
Argumen-argumen terdahulu mengarah pada perkembangan yang disebut dengan
“teori trade off dari leverage”, dimana perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan utang (perlakuan pajak perseroan yang menguntungkan) dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi. Ringkasan teori trade-off diungkapkan secara grafis dalam gambar:
(41)
Gambar 2.1 Teori Trade-Off Sumber: Brigham, 2001
Berikut ini adalah beberapa pengamatan atas grafik tersebut:
1. Kenyataan bahwa bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan telah mengakibatkan utang lebih murah daripada saham biasa atau saham preferen. Akibatnya, pemerintah membayar sebagian dari biaya modal yang bersumber dari utang, atau dengan kata lain, utang memberikan manfaat perlidungan pajak. Hasilnya, penggunaan utang mengakibatkan peningkatan porsi laba operasi perusahaan (EBIT) yang mengalir ke investor. Jadi, semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi nilainya dan harga sahamnya. Berdasarkan asumsi makalah Modigliani-Miller Hasil MM yg menggabungkan efek perpajakan perseroan : harga saham jika tidak ada biaya kebangkrutan.
Pengurangan nilai saham karena biaya kebangkrutan.
Harga Saham Sebenarnya.
Nilai saham jika perusahaan tidak menggunakan Leverage Keuangan
Nilai Saham Bigbee
Nilai tambah karena manfaat perlindungan pajak dan utang
Nilai saham jika tidak ada utang = $20
D1 D2
Tingkat Ambang Utang dimana Biaya Kebangkrutan Mulai menjadi Material
Struktur modal yang optimal : Manfaat Marginal dari Perlindungan Pajak : Biaya Kebangkrutan Marginal
(42)
21
dengan pajak, harga saham perusahaan akan dimaksimumkan jika ia
menggunakan 100 persen utang, dan garis yang disebut sebagai “Hasil MM yang menggunakan Efek Pajak Perseroan” pada gambar yang
memperlihatkan gagasan mereka tentang hubungan diantara harga saham dan utang.
2. Kenyataannya, jarang ada perusahaan yang menggunakan utang 100 persen. Salah satu alasannya adalah kenyataan bahwa pemegang saham mendapat keuntungan dari pajak keuntungan modal yang lebih rendah. Lebih penting lagi, perusahaan membatasi penggunaan utang untuk menekan biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan.
3. Ada suatu tingkat utang yang merupakan ambang batas, disebut D1 pada
gambar, dimana untuk jumlah utang yang lebih rendah dari tingkat tersebut, kemungkinan kebangkrutan sangat kecil sehingga tidak material. Akan tetapi, setelah D1 dilampaui, biaya berkaitan kebangkrutan akan
semakin besar, dan hal itu semakin mengurangi manfaat pajak yang disebabkan oleh utang. Dalam kisaran dari D1 ke D2, biaya kebangkrutan
kecil, tetapi belum menghapus sama sekali manfaat pajak dari utang sehingga harga saham naik (meskipun kenaikannya masih kecil) dengan bertambahnya jumlah utang. Tetapi, setelah titik D2, jumlah biaya
kebangkrutan melebihi keringanan pajak sehingga mulai titik ini peningkatan resiko utang akan menurunkan nilai saham. Karena itu, D2
menunjukan struktur modal yang optimal. D1 dan D2 berbeda-beda
diantara perusahaan, tergantung pada resiko bisnis dan biaya kebangkrutan mereka.
(43)
4. Sekalipun teori dan bukti empiris mendukung bentuk umum dari kurva dalam gambar, grafik ini harus dipandang sebagai pendekatan, bukan fungsi – fungsi yang didefinisikan secara tepat.
5. Aspek lain yang menganggu dari teori struktur modal seperti disajikan pada gambar adalah kenyataan bahwa banyak perusahaan besar yang berhasil, seperti Intel dan Microsoft, menggunakan utang yang jauh lebih kecil daripada yang dianjurkan menurut teori tersebut (Brigham,2001).
2.2.2.1 Model Trade-Off
Menurut Modigliani & Miller (1963) dalam Sugiarto (2009), perusahaan lebih suka menggunakan utang dibandingkan ekuitas karena utang mampu mengurangi pajak atas pembayaran bunga. Agency cost/tax shield trade-off model mengambil asumsi bahwa struktur modal perusahaan ditentukan dengan mempertimbangkan manfaat pengurangan pajak ketika utang meningkat disatu sisi dan meningkatnya agency cost ketika utang meningkat disisi yang lain. Ketika manfaat pengurangan pajak masih lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan agency cost dan biaya kebangkrutan maka perusahaan masih bisa meningkatkan utangnya dan peningkata utang harus dihentikan ketika pengurangan pajak atas utang tersebut sudah lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan agency cost dan biaya kebangkrutan (Twite, 2001 dalam Sugiarto, 2009).
Model trade-off mengemukakan, semakin besar pengunaan hutang, semakin besar keuntungan dari penggunaan hutang (leverage gain) tapi biaya financial distress dan agency cost juga meningkat bahkan lebih besar. Kesimpulannya adalah penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan tapi hanya sampai
(44)
23
titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan utang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan dari penggunaan hutang tidak sebanding dengan kenaikan biaya financial distress dan agency problem. Titik balik tersebut disebut strukrur modal yang optimal, menunjukan jumlah utang perusahaan yang optimal (Atmaja, 2008).
2.2.2.2 Manfaat Model Trade-Off
Model trade-off tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal karena sulit untuk menentukan secara tepat biaya financial distress dan agency cost. Namun demikian model ini memberikan 3 masukan penting, yaitu:
a. Perusahaan yang memiliki aktiva tinggi variabilitas keuntungannya akan memiliki probabilitas financial distress yang besar. Perusahaan semacam ini harus menggunakan sedikit hutang.
b. Aktiva tetap yang khas (tidak umum), aktiva yang tidak nampak (intangible assets) dan kesempatan bertumbuh akan kehilangan banyak nilai jika terjadi financial distress. Perusahaan yang menggunakan aktiva semacam ini seharusnya menggunakan sedikit hutang.
c. Perusahaan yang membayar pajak yang tinggi (dikenai pajak yang besar) sebaiknya lebih banyak menggunakan utang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak rendah (tingkat pajak rendah) (Atmaja, 2008).
(45)
2.3 Kebijkan Utang
Kebijakan utang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan utang ini berkaitan dengan struktur modal karena utang merupakan bagian dari penentuan struktur modal yang optimal. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi utang yang besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan mengunakan utang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan (Hanafi, 2004). Menurut Hanafi (2004), terdapat beberapa faktor yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang, antara lain:
a. NDT (Non-Debt Tax Shield.
Manfaat dari penggunaan utang adalah bunga utang yang dapat digunakan untuk mengurangi pajak perusahaan. Namun untuk mengurangi pajak, perusahaan dapat menggunakan cara lain seperti depresiasi dan dana pensiun. Dengan demikian, perusahaan dengan NDT tinggi tidak perlu menggunakan utang yang tinggi.
b. Struktur Aktiva
Besarnya aktiva tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan utang. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman.
(46)
25
c. Profitabilitas
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasinya akan menggunakan utang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang tinggi sudah memadai membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.
d. Risiko Bisnis
Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi akan menggunakan utang yang lebih kecil untuk menghindari risiko kebangkrutan.
e. Ukuran Perusahaan
Perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko kebangkrutan. Di samping itu, perusahaan yang besar lebih mudah dalam mendapatkan pendanaan eksternal.
f. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan menentukan kebijakan penggunaan utang dalam suatu perusahaan.
Menurut Riyanto (1995), utang dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu: (1) Utang jangka pendek (short-term debt), yaitu utang yang jangka waktunya kurang dari satu tahun. Sebagian besar utang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelengggarakan usahanya, meliputi kredit rekening koran, kredit dari penjual (levancier crediet), kredit dari pembeli (afnemers crediet), dan kredit wesel. (2) Utang jangka menengah (intermediate-term debt), yaitu utang yang jangka waktunya lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Kebutuhan membelanjai usaha melalui kredit ini karena adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi melalui kredit jangka pendek maupun kredit jangka panjang. Bentuk utama dari utang jangka
(47)
menengah adalah term loan dan lease financing. (3) Utang jangka panjang (long-term debt) yaitu utang yang jangka waktunya lebih dari sepuluh tahun. Utang jangka panjang ini digunakan untuk membiayai ekspansi perusahaan. Bentuk utama dari utang jangka panjang adalah pinjaman obligasi (bonds-payable) dan pinjaman hipotik (mortage).
2.3.1 Debt Maturity
Debt maturity dapat didefinisikan sebagai komposisi dari utang jangka pendek dan utang jangka panjang dalam struktur modal utang dalam perusahaan. Hubungan proporsional antara instrument hutang dengan variasi maturitas dalam modal utang disebut debt maturity (Thottekat, 2013). Utang jangka pendek (utang lancar) adalah utang yang memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun atau maksimal satu tahun. Sedangkan utang jangka panjang adalah utang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Definisi dari debt maturity masih isu yang kontroversial dalam literatur debt maturity karena ada perbedaan yang signifikan antara penelitian-penelitian selama penelitian debt maturity. Namun, pendekatan neraca adalah metode yang disukai untuk mengukur debt maturity diantara penelitian keuangan (Rahmawati, 2014).
2.4Pajak
Pajak merupakan pungutan berdasarkan undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian diapkai untuk menyediakan barang dan jasa publik. Besar pajak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Secara administratif pungutan pajak dapat dikelompokan menjadi pajak langsung (direct tax) dan pajak tidak langsung (indirect tax). Dari aliran sumber daya (flows of
(48)
27
resources) pajak dapat dipungut dari aliran masuknya (income) atau aliran keluarnya sumber daya (expenditure).
Asumsi pajak sebagai biaya akan mempengaruhi laba (profit margin), sedangkan asumsi pajak sebagai distribusi laba akan mengurangi rate of return investment. Status perusahaan yang go public atau belum akan mempengaruhi kebijakan pembagian deviden. Perusahaan yang sudah go public umumnya akan cenderung high profile daripada perusahaan yang belum go public. Agar harga pasar sahamnya meningkat, manajer perusahaan go public akan berusaha tampil sebaik mungkin, sukses dan membagi deviden yang besar. Demikian juga dengan pembayaran pajaknya akan diusahakan sebaik mungkin. Namun, apapun asumsinya, secara ekonomis pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia untuk dibagi atau diinvestasikan kembali oleh perusahaan. Dalam praktik bisnis, umumnya pengusaha mengidentikan pembayaran pajak sebagai beban sehingga akan berusaha untuk meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan laba. Dalam rangka meningkatkan efesiensi dan daya saing manager wajib menekan biaya seoptimal mungkin. Demikian pula dengan kewajiban membayar pajak, karena biaya pajak akan menurunkan after tax profit, rate of return, dan cash flow (Suandy, 2003).
Meminimalisi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai dengan yang melanggar peraturan. Upaya untuk meminimalisi pajak secara eufimisme sering disebut
dengan “perencanaan pajak” (tax planning) atau tax sheltering. Umumnya perencaan pajak merujuk kepada proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib
(49)
Pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah yang seminimal mungkin tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun perencanaan pajak juga dapat berkonotasi positif sebagai perencaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat menghindari pemborosan sumber daya (Suandy, 2003).
Menurut teori yang telah dijelaskan diatas maka, utang mampu untuk mengurangi biaya pajak yang dikeluarkan oleh perusahaan melalui pembayaran bunga, salah satu pilihan perencanaan pajak peusahaan agar laba perusahaan tidak terpotong terlalu banyak akan tingginya pajak yang harus dibayarkan.
2.4.1 Tax Hypothesis
Konsep teori yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disintesis kepada tax hypothesis, dimana dapat memberikan penjelasan yang rasional kepada keputusan debt maturity perusahaan. Literatur debt maturity mengemukakan bahwa debt maturity yang optimal ditentukan oleh trade-off antara keuntungan pajak dari utang dan biaya terkait dengan financial distress dan kebangkrutan. Secara literature teori dan empiris pada tax hypothesis menetapkan bahwa tarif pajak perusahaan, term structure dan aset varians adalah faktor penting yang melatarbelakangi struktur modal perusahaan dan pilihan debt maturity (Thottekat, 2013).
2.4.1.1Tarif Pajak
Tarif pajak adalah dasar pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya. Tarif pajak biasanya berupa persentase (%). Dasar pengenaan
(50)
29
pajak adalah nilai berupa uang yang dijadikan dasar untuk menghitung pajak yang terutang. Tarif pajak yang besarnya juga harus dicantumkan dalam undang-undang pajak merupakan salah satu unsur yang menentukan rasa keadilan dalam pemungutan pajak. Penentuan besarnya suatu tarif adalah hal yang krusial dimana kesalahan presepsi dan penetuannya dapat merugikan berbagai pihak termasuk negara. Dalam pemungutan pajak, terdapat beberapa jenis tarif pajak yang dikenal, antara lain :
a. Tarif Progresif (a progressive tax rate). b. Tarif Proporsional (a proportion tax rate). c. Tarif Degresif (a degressive tax rate). d. Tarif Tetap (a fixed tax rate).
e. Tarif Advalorem. f. Tarif Spesifik. g. Tarif Efektif.
2.4.1.2Term Structure
Term structure adalah hubungan antara suku bunga atau imbal hasil obligasi dan jangka waktu yang berbeda atau jatuh tempo. Struktur jangka suku bunga juga dikenal sebagai kurva imbal hasil dan memainkan peran sentral dalam perekonomian. Struktur jangka mencerminkan ekspektasi pelaku pasar tentang perubahan masa depan suku bunga dan penilaian mereka tentang kondisi kebijakan moneter. Secara umum, hasil meningkat sejalan dengan jatuh temponya, sehingga menimbulkan kurva miring ke atas yield atau “yield curve normal”. Salah satu penjelasan dasar untuk fenomena ini adalah bahwa pemberi
(51)
pinjaman menuntut suku bunga yang lebih tinggi untuk pinjaman jangka panjang sebagai kompensasi atas risiko yang lebih besar terkait dengan mereka, dibandingkan dengan pinjaman jangka pendek. Kadang-kadang, hasil jangka panjang mungkin jatuh di bawah hasil jangka pendek, menciptakan "kurva yield terbalik" yang umumnya dianggap sebagai pertanda resesi.
2.4.1.3Aset Varians
FASB mendefinisikan aset dalam kerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No.6) Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti atau diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Dilihat dari teori trade-off maka pertumbuhan aset akan mempengaruhi secara positif terhadap struktur modal. Perusahaan yang dengan tingkat pertumbuhan aset yang tinggi maka dapat mempengaruhi penggunaan utang, karena perusahaan kemungkinan akan kekurangan pendapatan untuk mendanai pertumbuhan tinggi tersebut secara internal sehingga perusahaan cenderung mengunakan utang sebagai sumber pendanaannya (Saidi dalam Saputra, 2014).
Menurut Instopedia.com, varians dan volatilitas adalah ukuran disperse satu set titik data di sekitar nilai rata-rata mereka. Dengan kata lain, varians adalah harapan matematis dari kuadrat deviasi rata-rata dari mean. Hal ini dihitung dengan mencari rata-rata probabilitas tertimbang dari penyimpanan kuadrat dari nilai yang diharapkan. Varians mengukur variablitas dari rata-rata (volatilitas). Volatilitas adalah ukuran resiko, sehingga statistik ini dapat membantu menentukan resiko investor mungkin mengambil saat membeli sekuritas tertentu.
(52)
31
Dengan kata lain varians adalah volatilitas atau turun naiknya. Sehingga aset varians adalah naik turunnya aset atau ketidakjelasan total aset yang dimiliki oleh perusahaan.
2.5 Penelitian Terdahulu
1. Thottekat & Madhu (2013) dalam penelitian yang berjudul How Tax Hypothesis Determines Debt Maturity in Indian Corporate Sector. Dari hasil analisisnya dapat disimpulkan bahwa tax rate berpengaruh negative signifikan terhadap debt maturity, sedangkan term structure dan aset varian berpengaruh positif signifikan terhadap debt maturity pada sektor korporasi di India.
2. K.J Newberry & G.F Novack (2001) dalam penelitian yang berjudul The Effect of Taxes on Corporate Debt Maturity, An analysis of Public and Private Bond Offering. Dari hasil analisisnya dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat pajak marjinal perusahaan dan Debt Maturity dari penawaran obligasi korporasi mereka ditemukan. Juga konsisten dengan prediksi pajak efek terhadap Term Structure, hasil menunjukkan bahwa perusahaan menerbitkan obligasi korporasi yang jatuh tempo lebih lama di periode yang ditandai dengan Term Structure yang lebih tinggi.
3. Ozkan (2002) dalam penelitian The Determinants of Corporate Debt Maturity: Evidence from UK Firms. Dari hasil analisisnya dapat disimpulkan bahwa Size perusahaan dan maturitas aset berpengaruh positif terhadap debt maturity perusahaan, sedangkan biaya agensi dan
(53)
variability nilai perusahaan berpengaruh negative terhadap debt maturity. Namun, temuan tidak menawarkan dukungan untuk pandangan bahwa pajak dan tujuan signaling mempengaruhi debt maturity.
4. Bougatef (2010) dalam penelitian Determinants of Corporate Debt Maturity Structure: Evidence from Tunisia and France. Dari hasil analisisnya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara leverage dan asset maturity terhadap debt maturity, sedangkan growth option dan profitability tidak memiliki hasil yang signifikan terhadap debt maturity.
Table 2.1 Penelitian Terdahulu
NO Nama Judul Variabel Hasil Penelitian 1. Venugopalan
Thottekat & Madhu Vij
How Tax Hypothesis Determines Debt
Maturity in Indian
Corporate Sector
Tax rate, Term Structure, Asset Varians terhadap Debt Maturity
Tax Rate
berpengaruh negatif signifikan, sedangkan term structure dan Asset Varians berpengaruh positif signifikan terhadap Debt Maturity
2. K.J
Newberry & G.F Novack
The Effect of Taxes on Corporate Debt
Maturity, An analysis of Public and Private Bond Offering Marginal Tax Rate, Term Structure terhadap Corporate Debt Maturiry
Marginal Tax Rate dan Term Structure berpengaruh positif terhadap Debt Maturity
3. Aydin Ozkan
The
Determinants of Corporate Debt
Maturity :
Biaya agency, size
perusahaan, maturitas aset, variability
Size dan maturitas aset berpengaruh positif signifikan terhadap debt maturity, sedangkan
(54)
33
Evidence from UK Firms.
nilai
perusahaan, pajak, tujuan signaling
variability dan biaya agensi berpengaruh negatif signifikan terhadap debt maturity, namun pajak dan tujuan signaling tidak berpengaruh
signifikan terhadap debt maturity.
4. Khemaies Bougatef
Determinans of Corporate Debt
maturity Structure: Evidence from Tunisia and France Aset Maturity, Leverage, Growth Option dan Profitability
Asset maturity dan leverage berpengaruh signifikan dan positif terhadap debt maturity. Sedangkan growth option dan profitability
berpengarih tidak signifikan terhadap debt maturity.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penelitian-penelitian sebelumnya memiliki hasil yang berbeda-beda sesuai dengan objeknya. Selain itu penelitian yang sudah ada belum pernah dilakukan di Indonesia. Untuk itu penulis melakukan penelitian lanjutan dengan objek yang berbeda dan perusahaan yang berada di Negara Indonesia.
2.6 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan Trade-Off Theory, terdapat arah hubungan yang negatif antara tarif pajak dengan debt maturity perusahaan. Rendahnya tarif pajak akan meningkatkan debt maturity Perusahaan, sedangkan tingginya tarif pajak akan menurunkan debt maturity perusahaan terseebut. Debt maturity yang optimal dipengaruhi oleh trade-off antara keuntungan pajak dari utang, biaya kebangkrutan dan biaya mengeluarkan obligasi baru (flotasi). Keuntungan pajak
(55)
dari hutang merupakan selisih pengurangan pajak yang dibayarkan karena adanya biaya bunga yang harus dikeluarkan perusahaan. Sehingga apabila tarif pajaknya rendah maka keutungan pajak akan semakin kecil, dengan kecilnya keuntungan pajak tersebut debt maturity perusahaan akan semakin besar guna menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengeluarkan obligasi baru (flotasi). Oleh sebab itu, perusahaan memperpanjang jatuh tempo utang sebagai keuntungan pajak. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa keuntungan pajak yang tersisa dari utang dan biaya kebangkrutan tidak kurang dari amortisasi biaya mengeluarkan obligasi baru (flotasi).
Teori Trade-off memberikan alasan berdasarkan pajak untuk debt maturity yang optimal dan menetapkan bahwa debt maturity secara langsung memiliki arah hubungan yang positif dengan term structure. Sehingga apabila term structure meningkat maka debt maturity akan semakin tinggi, begitupun sebaliknya. Keuntungan pajak dari utang perusahaan dan tidak datarnya struktur jangka pada suku bunga dapat meningkatkan nilai perusahaan atas utang jangka panjang ketika term structure meningkat. Alasannya adalah bahwa perusahaan dapat mempercepat bunga tax shiled pada utang dengan meningkatkan proporsi pembayaran utang dialokasikan untuk utang jangka panjang. Sebaliknya, perusahaan dapat meningkatkan nilai sekarang dari manfaat utang dengan meningkatkan utang jangka pendek jika term structure menurun.
Kane, et al (1985) menunjukkan bahwa jatuh Debt Maturity berbanding terbalik berkaitan dengan volatilitas nilai perusahaan. Apabila volatilitas nilai perusahaan menurun maka perusahaan akan jarang mengembalikan keseimbangan struktur
(56)
35
modal dan hal ini mencerminkan fakta bahwa kurang stabilnya varians aset. Aset varians yang rendah menyebabkan perusahaan untuk menghindari menyeimbangkan struktur modal mereka sering karena kekhawatiran tentang biaya kebangkrutan yang diharapkan. Perusahaan tersebut diharapkan untuk mengeluarkan utang jangka panjang daripada utang jangka pendek karena perusahaan tidak ingin mengambil resiko akan ketidakmampuan untuk membayar utang jangka pendek. Dan sebaliknya, setiap perubahan dalam nilai perusahaan pada tingkat tinggi akan mendorong perusahaan untuk mengeluarkan utang jangka pendek karena kekhawatiran penyesuaian struktur modal.
Hipotesis biaya agensi menunjukkan bahwa struktur debt maturity adalah salah satu instrumen perusahaan yang secara luas dimanfaatkan untuk mengurangi masalah keagenan yang disebabkan oleh konflik kepentingan antara pemegang saham dan pemegang obligasi, termasuk kurangnya investasi dan substitusi aset berisiko. Literatur empiris menunjukkan bahwa leverage, jatuh tempo utang jangka pendek, utang jangka panjang dengan ketentuan dana panggilan dan dana cadangan, utang yang dijamin, utang bank swasta adalah solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah lembaga utang terkait dengan asimetri informasi dan growth option (Myers, 1977). Sehingga arah hubungan antara growth option dan debt maturity adalah negatif, apabila growth option meningkat maka akan menurunkan debt maturity perusahaan, begitu pula sebaliknya.
Berikut ini disajikan bagan kerangka pikir untuk memudahkan memahami kerangka pikir di dalam penelitian ini:
(57)
Gambar 2.2 Model Pemikiran 2.7 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho1 : Tarif Pajak berpengaruh tidak signifikan terhadap Debt Maturity pada
sektor pertambangan di Indonesia.
Ha1 : Tarif Pajak berpengaruh signifikan terhadap Debt Maturity pada sektor
pertambangan di Indonesia.
Ho2 : Term Structure berpengaruh tidak signifikan terhadap Debt Maturity
pada sektor pertambangan di Indonesia.
Ha2 : Term Structure berpengaruh signifikan terhadap Debt Maturity pada
sektor pertambangan di Indonesia. Tarif Pajak
(X1)
Aset Varians (X3)
Term Structure (X2)
Debt Maturity (Y)
Growth Option (X4)
(58)
37
Ho3 : Aset Varians berpengaruh tidak signifikan terhadap Debt Maturity pada
sektor pertambangan di Indonesia.
Ha3 : Aset Varians berpengaruh signifikan terhadap Debt Maturity pada sektor
pertambangan di Indonesia.
Ho4 : Growth Option berpengaruh tidak signifikan terhadap Debt Maturity
pada sektor pertambangan di Indonesia.
Ha4 : Growth Option berpengaruh signifikan terhadap Debt Maturity pada
sektor pertambangan di Indonesia.
Ho5 : Tarif Pajak, Term Structure, Aset Varians berpengaruh tidak signifikan
secara simultan terhadap Debt Maturiy yang dikontrol dengan Growth Option pada sektor pertambangan di Indonesia.
Ha5 : Tarif Pajak, Term Structure, Aset Varians berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap Debt Maturity yang dikontrol dengan Growth Option pada sektor pertambangan di Indonesia.
(59)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Penelitian
Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research. Penelitian yang digunakan untuk mencari penjelasan dalam cause-effect antar beberapa variabel. Data yang diperlukan telah tersedia, maka penelitian ini termasuk studi empiris pada perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang termasuk dalam perusahaan pertambangan, yaitu sebanyak 39 perusahaan.
3.2Jenis Data dan Sumber Data
Data adalah masukan (input) yang dapat diolah dan diproses untuk dijadikan sebagai sumber informasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data panel. Panel data adalah jenis data yang merupakan gabungan antara data runtut waktu (time series) dengan data seksi silang (cross section). Berikut adalah penjelasan jenis–jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yang dilihat dari berbagai aspek:
(1)
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian yang telah dilakukan dan mengahasilakan hasil analsis data dan pengujian hipotesis tentang pengaruh tarif pajak, term structure dan aset varians terhadap debt maturity yang dikontrol dengan growth option pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara parsial tarif pajak tidak memiliki pengaruh yang berarti dalam menentukan debt maturity perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang menandakan bahwa perusahaan tidak melakukan kebijakan penghematan pajak, melainkan menggunkan utang untuk meningkatkan aset perusahaan.
2. Secara parsial term structure tidak memiliki pengaruh yang berarti dalam menentukan debt maturity perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang menandakan bahwa kebijakan penghematan pajak bukan merupakan faktor utama dalam penggunan utang, sehingga tingkat bunga tidak mempengaruhi peningkatan utang jangka panjang pada perusahaan pertambangan.
(2)
3. Secara parsial aset varians memiliki pengaruh yang berarti dalam menentukan debt maturity perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang menandakan bahwa aset merupakan faktor penunjang keberhasilan pembayaran utang dimasa yang akan datang, sehingga disimpulkan bahwa perusahaan pertambangan tidak ingin mengambil resiko akan biaya kebangkrutan yang ditimbulkan dari pengunaan hutang.
4. Secara parsial growth option memiliki pengaruh yang tidak berati dalam menentukan debt maturity perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang menandakan bahwa konflik keagenan perusahaan tidak diselesaikan dengan cara menambah utang melainkan menggunakan covenant (surat perwalimatan).
5. Secara simultan tarif pajak, term structure, aset varians yang dikontrol oleh growth option memiliki pengaruh yang berarti dalam menentukan debt maturity perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang menandakan bahwa berdasarkan teori trade-off maka debt maturity yang optimal adalah keseimbangan antara keuntungan pajak dari hutang dan biaya kebangkrutatan dan biaya agency yang dikeluarkan. Dengan kata lain, tarif pajak yang rendah, term structure yang normal dan aset varians yang tinggi membuat perusahaan pertambangan cenderung menggunakan utang jangka pendek saja, yang tercermin dari hasil rata-rata debt maturity yang hanya 0.38.
(3)
102
5.2 Saran
Berdasarkan pada hasil analisis serta kesimpulan yang telah diuraikan, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Kebijakan pendanaan adalah salah satu hal penting untuk bersaing agar mampu menjadi perusahaan yang lebih unggul. Sehingga perusahaan harus mempertimbangan Debt Maturity-nya dengan memaksimalkan faktor-faktor yang mempengaruhi agar kebijakan pendanaan perusahaan dapat efektif dan efisien.
2. Bagi Investor
Sebaiknya lebih mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi Debt Maturity agar dapat mendapatkan keputusan menanamkan saham yang optimal.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan sektor lain untuk menjadi sampel penelitian dan memperpanjang periode penelitian. Selain itu, penelitian selanjutnya juga sebaiknya menambah variabel independen yang turut mempengaruhi pengambilan keputusan kebijkan Debt Maturity perusahaan.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Adaro Energy Tbk. 2014. Laporan Bulanan Kegiatan Eksplorasi PT. Adaro Energy Tbk Juni 2014. http://www.adaro.com/publication/view/ exploration-report-june-2014/. (diakses 29 Oktober 2015)
Ajija, R Shochrul & Dyah W Sari. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Salemba Empat : Jakarta
Atlas Resources. 2014. Profil Perusahaan. http://www.atlas-coal.co.id/page/corporate-profile. (diakses 29 Oktiber 2015)
Atmaja, Lukas Setia. 2008. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Ed.1. Andi : Yogyakarta
Benakat Integra. Sejarah. http://www.benakat.co.id/#!sejarah/c212i. (diakses 29 Oktober 2015)
Brigham, Eugene F & Joel F Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan Jilid 2. Erlangga: Jakarta
Britama. 2012. Sejarah dan Profil Singkat Perusahaan Pertambangan. http://www.britama.com/index.php/2012/09/sejarah-dan-profil-singkat/. (diakses 29 Oktober 2015)
Buddelmeyer, Jensen, Oguzoglu & Webster. 2008. Fixed Effect Bias in Panel Data Estimators. IZA. DP No. 3487
Bougatef, Khemaies ( 2010), “Determinants of Corporate Debt Maturity Structure: Evidence form Tunisia and France”, Business School of Tunis, Manouba University, Tunisia.
Djalal, N Nachrowi dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
Fatmasari, Rhini. (2011). Hubungan Antara Growth Opportunity dengan Debt Maturity dan Kebijakan Leverage serta Fungsi Covenant dalam
Mengontrol Konflik Keagenan antara Shareholder dengan Debtholders. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.
(5)
104
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Badan Penerbit. Universitas Diponegoro : Semarang
Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang
Hanafi, Mamduh M. 2004. Manajemen Keuangan. BPFE : Yogyakarta
Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Instopedia. Variance. http://www.investopedia.com/terms/v/variance.asp (diakses 10 September 2015)
Intan, Novita. 2014. Utang Asing Sektor Pertambangan Tumbuh Tertinggi.
http://www.merdeka.com/uang/utang-asing-sektor-pertambangan-tumbuh-tertinggi.html (diakses 1 September 2015)
Kane, A., Marcus,A., McDonald, R. 1985. Debt Policy and the Rate of Return Premium Leverage. Journal of Financial and Qualitative Analysis. 20. 479-499
Keown, Arthur J. 1996. Financial Management:Principles and Applications. 9th edition. Prentice Hall: New Jersey
Myers, S.C. 1977. Determinants of Corporate Borrowing. Journal of Financial Economics. 5. 147-175
Newberry, K.J & Novack, G.F. 2001. The Effect of Taxes on Corporate Debt Maturity, An Analysis of Public and Private Bond Offering. The Journal Of American Taxation Association. 21. 1-16
Ozkan, Aydin. 2002. The Determinants of Corporate Debt Maturity : Evidence from UK Firms. Applied Financial Economics. Vol:12. 19-24
Rahmawati, Anissa Dwi & Puji Harto. 2014. Analisis Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan dan Maturitas Utang terhadap Evisiensi Investasi. Dipenogoro Jurnal of Accounting. Vol 3(3), 1- 12
Rahmawati, Annisa Dwi. 2014. Analisis Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan dan Maturitas Utang terhadap Efisiensi Investasi. Skripsi. Universitas Diponegoro: Semarang.
Ratu Prabu Energy. Our Company. http://www.rpenergi.com/company.htm. (diakses 29 Oktober 2015)
Riyanto, Bambang. 1995. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE : Yogyakarta
(6)
Rakhma, Sakina & Diah Setiawan. 2014. Mayoritas Utang Luar Negeri Publik Berjangka Panjang. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/02/20/ 1830332/Mayoritas.Utang.Luar.Negeri.Publik.Berjangka.Panjang.
(Diakses 1 September 2015)
Suandy, Erly. 2003. Perencanaan Pajak. Edisi : Revisi, Salemba Empat: Yogyakarta
Sugiarto. 2009. Struktur Modal, Struktur Kepemilikan perusahaan, Permasalahan Keagenan, dan Informasi Asimetri. Graha Ilmu : Yogyakarta
Sugiarto. 2010. Kebijakan Utang Jangka Panjang : Kajian Struktur Modal Entitas Terbuka Non Keuangan di Indonesia yang Dikendalikan Keluarga. Ultima Management Vol 2. 71 – 81
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta : Bandung
Sunarsih. 2004. Analisis Simultanitas Kebijakan Hutang dan Kebijakan Maturitas Hutang serta Fakor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Siasat Bisnis. 09(01). 65 – 84
Saputra, KT. Lanang dan Nyoman Ary Surya Darmawan. 2014. Analisis Pertumbuhan Aset, Resiko Bisnis dan Profitabilitas yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Industri Jasa yang terdaftar pada BEI periode 2009-2013. e-Journal S1 AK Univ Pendidikan Ganesha. Vol:2(1)
Thottekat, Venugopalan & Madhu Vij. 2013. How Tax Hypothesis Determines Debt Maturity In Indian Corporate Sector. Journals Business Finance. 01(03). 112-125
Wikipedia. 2015. Aneka Tambang. https://id.wikipedia.org/wiki/ Aneka_Tambang. (diakses 29 Oktober 2015)
Winarno, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Edisi kedua.UPP STIM YKPN. Yogyakarta
----, www.idx.com (5 September 2015) ----, www.sahamok.com (15 September 2015)