Efek Pajak Teori Struktur Modal

Gambar 2.1 Teori Trade-Off Sumber: Brigham, 2001 Berikut ini adalah beberapa pengamatan atas grafik tersebut: 1. Kenyataan bahwa bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan telah mengakibatkan utang lebih murah daripada saham biasa atau saham preferen. Akibatnya, pemerintah membayar sebagian dari biaya modal yang bersumber dari utang, atau dengan kata lain, utang memberikan manfaat perlidungan pajak. Hasilnya, penggunaan utang mengakibatkan peningkatan porsi laba operasi perusahaan EBIT yang mengalir ke investor. Jadi, semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi nilainya dan harga sahamnya. Berdasarkan asumsi makalah Modigliani-Miller Hasil MM yg menggabungkan efek perpajakan perseroan : harga saham jika tidak ada biaya kebangkrutan. Pengurangan nilai saham karena biaya kebangkrutan. Harga Saham Sebenarnya. Nilai saham jika perusahaan tidak menggunakan Leverage Keuangan Nilai Saham Bigbee Nilai tambah karena manfaat perlindungan pajak dan utang Nilai saham jika tidak ada utang = 20 D 1 D 2 Tingkat Ambang Utang dimana Biaya Kebangkrutan Mulai menjadi Material Struktur modal yang optimal : Manfaat Marginal dari Perlindungan Pajak : Biaya Kebangkrutan Marginal Leverage, DA dengan pajak, harga saham perusahaan akan dimaksimumkan jika ia menggunakan 100 persen utang, dan garis yang disebut sebagai “Hasil MM yang menggunakan Efek Pajak Perseroan” pada gambar yang memperlihatkan gagasan mereka tentang hubungan diantara harga saham dan utang. 2. Kenyataannya, jarang ada perusahaan yang menggunakan utang 100 persen. Salah satu alasannya adalah kenyataan bahwa pemegang saham mendapat keuntungan dari pajak keuntungan modal yang lebih rendah. Lebih penting lagi, perusahaan membatasi penggunaan utang untuk menekan biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan. 3. Ada suatu tingkat utang yang merupakan ambang batas, disebut D 1 pada gambar, dimana untuk jumlah utang yang lebih rendah dari tingkat tersebut, kemungkinan kebangkrutan sangat kecil sehingga tidak material. Akan tetapi, setelah D 1 dilampaui, biaya berkaitan kebangkrutan akan semakin besar, dan hal itu semakin mengurangi manfaat pajak yang disebabkan oleh utang. Dalam kisaran dari D 1 ke D 2 , biaya kebangkrutan kecil, tetapi belum menghapus sama sekali manfaat pajak dari utang sehingga harga saham naik meskipun kenaikannya masih kecil dengan bertambahnya jumlah utang. Tetapi, setelah titik D 2 , jumlah biaya kebangkrutan melebihi keringanan pajak sehingga mulai titik ini peningkatan resiko utang akan menurunkan nilai saham. Karena itu, D 2 menunjukan struktur modal yang optimal. D 1 dan D 2 berbeda-beda diantara perusahaan, tergantung pada resiko bisnis dan biaya kebangkrutan mereka.