5.2.3. Penjadwalan dengan Metode Priority Dispatching Heuristic
5.2.3.1. Penjadwalan dengan Metode Priority Dispatching Heuristic PDH
Aturan Short Processing Time SPT
Priority Dispatching Heuristic dengan aturan SPT adalah apabila nilai �
�
pada setiap pekerjaan sama semua, maka untuk penentuan pekerjaan yang akan dikerjakan selanjutnya, dilihat dari proses yang paling pendek. Berikut ini adalah
langkah-langkah Priority Dispatching Heuristic dengan aturan SPT
1. Menentukan operasi-operasi pada setiap pekerjaan yang paling awal dilakukan dan menganggap waktu proses pada setiap mesin adalah nol.
Stage pertama secara langsung operasi yang dipilih adalah operasi pertama untuk kelima pekerjaan tersebut, yaitu 1-1-2, 2-1-6, 3-1-4, 4-1-4 dan 5-1-5.
Waktu proses pada mesin pertama sampai sepuluh adalah nol, fi sampai f10 adalah nol. Jumlah waktu proses dan lima operasi pertama pada setiap
pekerjaan yang dipilih dapat dilihat pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14. Tahap Pertama Metode PDH Aturan SPT
Stage f1- f10
J ��
�−�
1 f1=0
f6=0 1-1-2
f2=0 f7=0
2-1-6
f3=0 f8=0
3-1-4
f4=0 f9=0
4-1-4
f5=0 f10=0
5-1-5
2. Menentukan Nilai �
�
. Nilai
�
�
pada stage pertama adalah nol untuk setiap pekerjaan karena belum ada pekerjaan yang dimulai,
�
1
- �
5
adalah nol. Hasil perhitungan nilai �
�
dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.15. Tahap Kedua Metode PDH Aturan SPT
Stage f1- f10
J ��
�−�
�
�
1 f1=0
f6=0 1-1-2
f2=0 f7=0
2-1-6
f3=0 f8=0
3-1-4
f4=0 f9=0
4-1-4
f5=0 f10=0
5-1-5
3. Menentukan Waktu Proses untuk tiap pekerjaan pada operasi pertama. Nilai
�
�
pada setiap pekerjaan sama semua, yaitu bernilai nol maka dilihat dari waktu proses yang paling pendek yaitu pekerjaan 2-1-6 dengan waktu
proses 186 menit. Pekerjaan 2-1-6 adalah pekerjaan yang akan dikerjakan terlebih dahulu. Nilai SPT dari seluruh pekerjaan dan operasi yang dipilih
dapat dilihat pada Tabel 5.16.
Tabel 5.16. Tahap Ketiga Metode PDH Aturan SPT
Stage f1- f10
J ��
�−�
�
�
SPT Menit
1 f1=0
f6=0 1-1-2
218 f2=0
f7=0 2-1-6
186
f3=0 f8=0
3-1-4 733
f4=0 f9=0
4-1-4 1197
f5=0 f10=0
5-1-5 2561
4. Mengupdate data-data pada stage pertama.
Pada stage pertama telah dipilih pekerjaan 2-1-6, maka selanjutnya pekerjaan tersebut dihapus, digantikan dengan pekerjaan pertama untuk
operasi pertama , yaitu 1-1-2 yang dikerjakan pada mesin keduauntuk stage kedua. Waktu proses pada mesin keenam ditambahkan sebanyak waktu
proses pada pekerjaan 2-1-6, yaitu f2 = 0 + 186 menit = 186 menit.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah waktu proses untuk f6 dan hasil perhitungan stage 2 dapat dilihat pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Stage 2 Metode PDH Aturan SPT
Stage f1- f10
J ��
�−�
�
�
SPT
2 f1=0
186 112
218 f2=0
f7=0 228
932 f3=0
f8=0 314
733 f4=0
f9=0 414
1197 f5=0
f10=0 515
2561
5. Kembali ke langkah kedua sampai semua operasi pada setiap pekerjaan terjadwal. Langkah-langkah setiap stage untuk metode Priority Dispatching
Heuristic dengan aturan Short Processing Time SPT dapat dilihat pada Lampiran C Tabel C.1.
Urutan pekerjaan pada metode PDH aturan SPT dapat dilihat pada Tabel 5.18.
Tabel 5.18. Urutan Pengerjaan pada Metode Priority Dispatching Heuristic
aturan SPT
No Mesin
Urutan Pekerjaan
1 Bor
1 2
Bubut 1
3 Bubut Duduk
1,5 4
Potong 3,4
5 Potong Gas
5 6
Las 2,1,3,4,5
7 Miling
1 8
Tab 2
9 Pon
3,4 10
Bending 3,4
Untuk mendapatkan nilai makespan dengan menggunakan aturan Short Processing Time SPT dapat digambarkan dengan menggunakan Gantt Chart.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mempermudah dalam menentukan skala, waktu proses diubah dalam satuan jam. Makespan yang diperoleh dari perhitungan dengan metode PDH
aturan SPT adalah 6612 menit = 110,19 jam. Gantt Chart dari urutan yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 5.3.
5.2.4. Perhitungan Parameter Performansi Penjadwalan.