Faktor cuaca merupakan faktor penting kedua yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan, meliputi : angin, suhu, curah hujan, keadaan air tanah
dan kelembaban relatif. Waktu juga mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan, karena waktu sangat terkait dengan kondisi cuaca yang menyertainya. Waktu
dipisahkan atas waktu siang dan malam hari. Terdapat hubungan antara waktu dengan kondisi kebakaran hutan dan lahan. Faktor topografi yang mempengaruhi
kebakaran hutan dan lahan mencakup tiga hal yaitu kemiringan, arah lereng dan medan. Masing-masing faktor tersebut sangat mempengaruhi perilaku api
kebakaran hutan dan lahan.
D. 1. Dampak Kebakaran Hutan terhadap Tanah
Akibat dari kebakaran hutan pada tanah dapat terbentuk perubahan pada sifat fisik tanah dan kimia tanah Tabel. 1 terlampir. Pengaruh yang merugikan
pada sifat fisik tanah akan jelas nampak, sedang pengaruh pada sifat kimia tanah biasanya tidak merugikan tetapi menguntungkan. Sifat fisik dari tanah sangat
ditentukan oleh keadaan humus dan serasah pada permukaan tanah yang mempunyai hubungan yang rapat dengan tata air di hutan. Udara yang panas
akibat kebakaran hutan tidak banyak berarti bagi serasah dan humus tetapi apabila serasah dan humus ikut terbakar maka sifat fisik tanah akan memburuk. Ditambah
dengan pengaruh sinar matahari dan angin maka tanah akan sulit menyerap air, sehingga air hujan akan mengalir di permukaan tanah yang mengakibatkan
terjadinya erosi Sumardi dan Widyastuti, 2002. Kebakaran serasah akan secara langsung dapat menaikkan suhu tanah.
Hasil pembakaran yang terbentuk arang dan berwarna hitam akan banyak
Universitas Sumatera Utara
menyerap sinar matahari sehingga suhu tanah akan naik. Pemanasan tanah akan berakibat buruk pada organisme renik atau dapat mempercepat tumbuhnya gulma
Sumardi dan Widyastuti, 2002. Pengaruh sifat kimia tanah dari tanah akibat kebakaran hutan berbentuk
penambahan mineral-mineral yang terdapat pada abu dan arang, sehingga dapat menaikkan nilai nutrisi tanah bagi tanaman. Misalnya kadar kalsium Ca, kalium
K, dan fospat akan bertambah, sedangkan nitrogen dari bahan organik yang terbakar akan menguap. Kebakaran juga menurunkan keasaman tanah, tetapi
penurunan ini biasanya tidak berarti bagi pohon Sumardi dan Widyastuti, 2002. Biasanya penurunan kadar organik dan nitrogen berlangsung secara
berangsur-angsur. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau didapatkan pada tanah yang sudah dibuka kandungan bahan organik jauh lebih rendah, mungkin 30
sampai 60 bila di bandingkan dengan tanah asli. Penurunan semacam ini wajar dan sukar untuk diatasi Buckman dan Brady, 1982.
Kebakaran hutan dan lahan dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan sifat fisik dan kimia tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur tanah
akan mengalami kerusakan karena kebakaran hutan. Terjadinya kebakaran hutan akan menghilangkan vegetasi di atas tanah, sehingga apabila terjadi hujan maka
hujan akan langsung mengenai permukaan atas tanah, sehingga mendapatkan energi pukulan hujan lebih besar, karena tidak lagi tertahan oleh vegetasi penutup
tanah. Kondisi ini akan menyebabkan rusaknya struktur tanah Purbowaseso, 2004.
Menurut Pyne et all 1996, dampak kebakaran hutan terhadap tanah mengakibatkan terjadinya :
Universitas Sumatera Utara
1.Water Repellency Water Repellency
yaitu kondisi dimana tanah itu kering seperti kuarsa yang disebabkan oleh kebakaran yang sangat hebat sekali. Kondisi ini terjadi
tergantung pada kelas dari bahan kimia organik yang semula bersifat hidrofobik dan pada saat terjadinya kebakaran menjadi bersifat tidak hidrofobik lagi tidak
dapat mengikat air. Water Repellency ini di pengaruhi oleh tekstur tanah, biomassa yang di konsumsi, bahan bakar dan intensitas dari kebakaran. Ada dua
variabel yang berpengaruh terhadap Water Repellency ini yaitu jumlah bahan bakar yang dikonsumsi dan intensitas dari kebakaran itu sendiri. Jumlah bahan
bakar yang berada didekat sumber kebakaran rata-rata suhunya akan lebih tinggia sehingga berpengaruh terhadap proses penyerapan bahan kimia organik. Water
Repellency ini terjadi pada rentang suhu 350 – 400
F 176 – 204 C.
2. Nutrisi Tanah Dalam peristiwa biokimia, kebakaran cenderung dapat meningkatkan
konsentrasi dan pergerakkan yang pasti dari elemen-elemen yang mudah larut, khususnya dari kation potassium, kalsium dan magnesium; mengurangi persen
dari beberapa anion seperti fosfat dan sulfat; mengurangi jumlah dari nitrogen organik dan meningkatkan daripada nitrogen inorganik; menaikkan kadar pH dan
membebaskan residu dari karbon dalam bentuk abu dan arang. Adapun kaitannya dalam intensitas dan pusat terjadi kebakaran, material-material ini akan
hilanglepas dari sistem yang disebabkan oleh angin, erosi oleh air dan proses leaching
yang terjadi secara terus menerus pada profil tanah. Kondisi seperti ini mungkin saja terjadi pada profil tanah, sebagian pada beberapa tempat penting
Universitas Sumatera Utara
untuk cadangan makanan di permukaan tanah dan lainnya seperti pada lapisan Water Repellency
dalam tanah. 3. Organisme Tanah
Kebakaran hutan biasanya menimbulkan dampak langsung terhadap kematian populasi dan organisme tanah serta dampak yang lebih signifikan lagi
yaitu merusak habitat dari organisme itu sendiri. Perubahan suhu tanah dan hilangnya lapisan serasah, juga bisa menyebabkan perubahan terhadap
karakteristik habitat dan iklim mikro. Kebakaran hutan menyebabkan bahan makanan untuk organisme menjadi sedikit, kebanyakan organisme tanah mudah
mati oleh api dan hal itu dengan segera menyebabkan perubahan dalam habitat, hal ini kemungkinan menyebabkan penurunan jumlah mikroorganisme yang
sangat besar dalam habitat. Efek negatif ini biasanya bersifat sementara dan populasi organisme tanah akhirnya kembali menjadi banyak lagi dalam beberapa
tahun. Perubahan yang terjadi terhadap sifat-sifat tanah selama pemanasan
berlangsung menurut Pyne et all 1996, yaitu meliputi peristiwa diantaranya : 1. Sifat biologi tanah merupakan sifat yang sangat sensitif sekali terhadap proses
pemanasan pada tanah. Dengan suhu yang fatal organisme dapat bertahan hidup pada suhu di bawah 100
C. 2. Dehidrasi komplet pada tanah terjadi ketika suhu mencapai 220
C, walaupun tidak signifikan pengaruhnya terhadap sifat atau kimia tanah.
3. Pemanasan antara 220 C – 460
C, terjadi pembakaran terhadap bahan organik. Pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah tergantung pada bahan
organik. Kerusakan terhadap bahan organik menjadi bermanfaat karena nutrisi
Universitas Sumatera Utara
makanan untuk tumbuhan menjadi tersedia dalam jumlah yang besar. Bagaimanapun juga, ini menyebabkan kerugian berupa rusaknya struktur
tanah. Dengan luasnya kerugiankerusakan yang terjadi tergantung dari penambahan bahan organik pada kebakaran yang terjadi selanjutnya. Hal itu,
menyebabkan kerusakan lingkungan berupa kekeringan dimana lambatnya proses bahan organik untuk saling melengkapi.
4. Pemanasan di atas 460 C, pergerakan dari kumpulan hidroxil OH mati pada
kondisi tanah liat dan hingga mengacaukan struktur dari karbonat. Sifat irreversible
ini merubah produksi dari tanah menjadi lebih kurang menyerap air, kuran plastis dan kurang elastis serta lebih mudah terjadi erosi.
Respon-respon terhadap tanah yang digambarkan di atas dapat digunakan untuk menghasilkan daftar dari sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah dan juga
mengenai ambang batas temperatur tanah Tabel. 2 terlampir. Ambang batas temperatur adalah temperatur dimana nutrisi-nutrisi tervolatilisasi atau
kandungan-kandungan tanah berubah menjadi irreversible De Bano et all, 1998. Daftar ini berisi mengenai kandungan tanah yang berubah bila suhu melebihi 460
C tidak sensitif, antara 100 – 400 C agak sensitif atau kurang dari 100
C sensitif.
D. 2. Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Erosi