Nilai konservasi tanah P
Nilai P didapat dengan melihat tabel Pengelolaan Tanah yang disusun oleh Dephut Dirjend RRL 1998. Tabel 7 tersebut ada pada lampiaran
Besar erosi A tiap land unit
Nilai Besarnya Erosi tiap land unit didapat dari perkalian seluruh faktor yang mempengaruhi erosi R.K.L.S.C.P. Hasil yang didapat merupakan erosi
yang berpotensi terjadi pada masing-masing land unit dalam cmtahun.
Tingkat Bahaya erosi TBE
Tingkat Bahaya Erosi merupakan hasil pembagian Nilai Besarnya Erosi
dengan Luas setiap lahan.
F. Analisa Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk histogram grafik, pembanding antara hutan yang masih utuh dengan hutan yang bekas terbakar.
Universitas Sumatera Utara
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kronologis Kejadian Kebakaran
Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan terhadap hutan. Kebakaran hutan menimbulkan kerusakan-kerusakan hutan paling besar yang
dapat menimbulkan banyak kerugian-kerugian dari beberapa aspek seperti vegetasi yang punah, hilangnya habitat bagi berbagai satwa, polusi udara, dan
dampak yang berkepanjangan lainnya. Dari hasil investigasi di lapangan didapat, kebakaran terjadi pada musim kemarau yang melanda desa Halaban Kecamatan
Besitang Kabupaten Langkat yang tepatnya bulan April 2007 yang menghabiskan areal ± puluhan Ha.
B. Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Sifat Tanah B.1. Sifat Fisik Tanah
B.1.1. Tekstur Tanah Adapun hasil yang didapat dalam analisa didalam laboratorium, tekstur
pada hutan utuh dan bekas kebakaran yang didapat yaitu Lempung Pasiran. Hasil analisa tersebut dapat dilihat pada gambar 4
42,667
5,33 52
10,4 42,667
4 53,33
10,67 10
20 30
40 50
60
Liat Debu
Pasir Pasir Sangat Halus
T ek
st u
r
Utuh Bekas Kebakaran
Gambar 4. Analisis tekstur tanah.
Universitas Sumatera Utara
Dilihat data tekstur yang diperoleh, persentase pasir, debu,dan liat mengalami sedikit perubahan, tetapi diketahui bahwa tekstur pada hutan bekas
kebakaran dan hutan utuh masih tetap sama yaitu Lempung Pasiran Liat Berpasir berdasarkan segitiga tekstur USDA dalam Sutanto, 2005. Hal ini
diduga karena banyaknya sisa-sisa abu dan arang hasil pembakaran hutan yang dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah setelah terbakar. Menurut
Gumailina dkk 2003, secara fisik arang hasil pembakaran berpengaruh terhadap struktur dan tekstur tanah, oleh karena itu semakin banyak suplai arang hasil
pembakaran kedalam tanah maka akan mengurangi kepadatan tanah bulk density
. Perbedaan tekstur pada tanah bekas kebakaran hutan dan tanah hutan utuh tidak terlalu signifikan hal ini disebabkan tekstur tanah merupakan komposisi
antara fraksi debu, liat dan pasir dalam tanah. Perubahan pada tekstur tanah terjadi akibat perlakuan manusia itupun dalam kurun waktu yang panjang, beda halnya
pada struktur tanah.
B. 1. 2. Warna Tanah Berdasarkan pengamatan secara visual warna tanah hutan bekas kebakaran
lebih gelap yaitu coklat kehitam-hitaman, sedangkan warna tanah hutan utuh yaitu coklat. Warna tanah hutan bekas kebakaran terlihat pada gambar 5 sedangkan
warna tanah hutan utuh terlihat pada gambar 6.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Tanah hutan bekas kebakaran.
Gambar 6. Tanah hutan utuh.
Perubahan warna tanah tersebut diakibatkan karena adanya sisa-sisa pembakaran berupa arang yang terurai pada proses pembakaran, hal ini yang
menyebabkan warna tanah hutan bekas kebakaran lebih gelap bila dibandingkan dengan warna tanah hutan utuh. Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra 2005,
semakin tua warna tanah itu menunjukkan makin tinggi pula kesuburunnya, penilaian demikian tentunya jika penyebabnya adalah bahan organik dan
menunjukkan penumpuan hara-hara yang terjadi. Warna tanah yang terang umumnya disebabkan karena kuarsa suatu mineral yang nilai gizinya demikian
Universitas Sumatera Utara
kurang. Menurut Hardjowigeno 2003, warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin tinggi kandungan
bahan organik, warna tanah semakin gelap.
B. 1. 3. Kerapatan Lindak Bulk Density dan Partikel Densiti grcc Dari hasil yang didapat kerapatan lindak dan partikel densiti pada tanah
hutan utuh lebih besar dari pada tanah hutan bekas kebakaran seperti terlihat dalam gambar 7 dan gambar 8.
1,125
1,089
1,07 1,08
1,09 1,1
1,11 1,12
1,13
B D
g r
c c
Utuh Pasca Kebakaran
Gambar 7. Analisis Kerapatan Lindak.
2,185
2,167
2,155 2,16
2,165 2,17
2,175 2,18
2,185 2,19
P a
rt ik
e l
D e
n s
it i
g r
c c
Utuh Pasca Kebakaran
Gambar 8. Analisis Partikel Densiti.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil yang didapat kerapatan lindak pada hutan bekas kebakaran lebih rendah bila dibandingkan dengan kerapatan lindak pada hutan
utuh. Menurut Gumailina dkk 2003, secara fisik arang hasil pembakaran berpengaruh terhadap struktur dan tekstur tanah, oleh karena itu semakin banyak
suplai arang hasil pembakaran kedalam tanah maka akan mengurangi kepadatan tanah bulk density. Dengan adanya sisa-sisa abu dan arang yang terendap ke
dalam tanah maka semakin banyak ruang pori yang terdapat di dalam tanah sehingga perakaran tanaman dapat tumbuh lebih baik. Menurut Hardjowigeno
2003, kerapatan lindak merupakan petunjuk kepadatan tanah. Semakin padat suatu tanah semakin tinggi kerapatan lindak, yang berarti semakin sulit
meneruskan air dan ditembus oleh akar tanaman. Kerapatan lindak pada hutan kebakaran mengalami penurunan hal ini dikarenakan hilangnya sebagian bahan
organik tanah yang dapat mengikat tanah sehingga tanah pada hutan bekas kebakaran memiliki kerapatan lindak yang lebih rendah bila dibandingkan dengan
yang tanah hutan utuh.
Partikel density yang didapat dari tanah utuh lebih tinggi sebesar 0,018 grcc bila dibandingkan dengan tanah bekas kebakaran. Menurut Hakim dkk.
1986, perbedaan partikel density diantara jenis – jenis tanah tidak begitu besar, kecuali terdapat variasi yang besar di dalam kandungan bahan organik dan
komposisi mineral tanah. Perhitungan pada partikel densiti dipengaruhi oleh kerapatan lindak, sehingga partikel densiti pada tanah hutan utuh lebih tinggi
daripada tanah hutan bekas kebakaran.
Universitas Sumatera Utara
B. 1. 4. Volume Ruang Pori dan Total Ruang Pori Dari hasil yang didapat dari laboratorium volume ruang pori dan total
ruang pori pada tanah hutan utuh lebih kecil daripada tanah hutan bekas kebakaran. Terlihat pada gambar 9 dan gambar 10.
22,83 23,167
22,6 22,7
22,8 22,9
23 23,1
23,2
V o
lu m
e R
u a
n g
P o
ri m
l
Utuh Pasca Kebakaran
Gambar 9. Analisis Volume Ruang Pori .
48,42 49,84
47,5 48
48,5 49
49,5 50
T o
ta l
R u
a n
g P
o ri
Utuh Pasca Kebakaran
Gambar 10. Analisis Total Ruang Pori
Hasil yang didapat menunujukkan volume dan total ruang pori pada tanah hutan yang utuh lebih rendah dari hutan bekas kebakaran. Menurut Gumailina dkk
2003, hal ini disebabkan secara fisik arang hasil pembakaran berpengaruh terhadap struktur dan tekstur tanah, oleh karena itu semakin banyak suplai arang
hasil pembakaran kedalam tanah maka akan mengurangi kepadatan tanah bulk
Universitas Sumatera Utara
density . Dengan adanya sisa-sisa abu dan arang yang terendap ke dalam tanah
maka semakin banyak ruang pori yang terdapat di dalam tanah sehingga perakaran tanaman dapat tumbuh lebih baik. Menurut Hardjowigeno 2003, porositas tanah
tinggi kalau bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur granular atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan
struktur pejal.
B.1.5. Kadar Air , Kapasitas Lapang , Titik Layu Permanen , Kadar Air Tersedia
Dari hasil yang didapat bahwa kadar air, kapasitas lapang, titik layu permanen dan kadar air yang tersedia pada tanah bekas kebakaran hutan lebih
besar daripada tanah hutan utuh. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 11, 12, 13 dan 14.
8,3 11,94
2 4
6 8
10 12
14
K a
d a
r A
ir
Utuh Pasca Kebakaran
Gambar 11. Analisis Kadar Air.
Universitas Sumatera Utara
15,3867 32,72
5 10
15 20
25 30
35
K a
p a
s it
a s
L a
p a
n g
Utuh Pasca Kebakaran
Gambar 12. Analisis Kapasitas lapang.
12,5 23
5 10
15 20
25
T it
ik L
a y
u P
e rm
a n
e n
Utuh Pasca Kebakaran
Gambar 13. Analisis Titik Layu Permanen.
2,8867 9,72
2 4
6 8
10 12
K a
d a
r A
ir T
e rs
e d
ia
Utuh Pasca Kebakaran
Gambar 14. Analisis Kadar Air Tersedia.
Universitas Sumatera Utara
Kadar air, kapasitas lapang, titik layu permanen, dan kadar air tersedia pada tanah hutan bekas kebakaran lebih besar daripada kadar air tanah hutan utuh.
Hal ini disebabkan karena kemampuan menyerap air yang lebih baik pada tanah hutan bekas kebakaran. Hal ini sesuai menurut Hardjowigeno 2003, air terdapat
di dalam tanah karena ditahandiserap oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Sedangkan menurut
Hakim dkk 1986, diantara sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap jumlah air tersedia dalam tanah adalah daya hisap matrik dan osmotik, kedalaman tanah
dan pelapisan tanah. Daya hisap matrik tanah sangat jelas mempengaruhi jumlah air tersedia. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap daya menahan air pada
kapasitas lapang dan berikutnya juga terhadap koefisien layu, menentukan jumlah air tersedia. Faktor-faktor tersebut antara lain, tekstur, struktur dan bahan organik.
Kapasitas tanah menahan air berhubungan dengan luas permukaan adsorpsi dan volume ruang pori, sehingga ia ditentukan baik oleh tekstur maupun struktur
tanah. Tanah bertekstur halus mempunyai kapasitas total menahan air tertinggi, tetapi jumlah air tersedia tertinggi dipunyai oleh tanah bertekstur sedang.
Pengaruh bahan organik bukan semata-mata disebabkan oleh kemampuan bahan organik menahan air, tetapai juga peranannya dalam pembentukan struktur dan
porositas. Besarnya kadar air pada tanah hutan bekas kebakaran dipengaruhi oleh
hilangnya bahan organik yang dapat mengikat tanah, sehingga ruang pori semakin banyak dan pada saat hujan datang maka ruang pori tersebut diisi oleh air
sehingga kadar air pada tanah hutan bekas kebakaran lebih tinggi. Hal ini dapat berpengaruh pada kapasitas lapang, titik layu permanen da kadar air yang tersedia.
Universitas Sumatera Utara
B. 1. 6. Permeabilitas cmjam Hasil permeabilitas yang didapat dari tanah hutan utuh lebih rendah bila
dibandingkan dengan tanah hutan bekas kebakaran, walaupun hasil permeabilitas kedua tanah tersebut tergolong Cepat. Penggolongan tersebut dapat dilihat pada
tabel 2. Hasil permeabilitas dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 15.
16,273 19,25
6 8
10 12
14 16
18 20
P e
rm e
a b
il it
a s
c m
j a
m
Utuh Pasca Kebakaran
Gambar 15. Analisis Permeabilitas.
Berdasarkan Dephut Dirjen RRL 1998. Hal di atas dikarenakan faktor pori-pori tanah. Menurut Hakim dkk 1986, permeabilitas merupakan
kemampuan tanah untuk mentransfer air dan udara, permeabilitas biasanya diukur dengan istilahnya jumlah air yang mengalir melalui tanah dalam waktu yang
ditetapkan. Menurut Buckman and Brady 1982, kecepatan gerakan air dipengaruhi oleh gaya yang menggerakkan air dan gaya hantar hidrolik. Gaya
hantar hidraulik ditentukan oleh sejumlah faktor, termasuk ukuran pori.
B. 2. Sifat Kimia Tanah