koefisien ECT tidak sama dengan nol artinya pertumbuhan ekonomi GRO tidak mencapai keseimbangan dalam jangka pendek. Koefisien ECT menunjukkan nilai
negatif 1,2276 artinya pertumbuhan ekonomi GRO naik untuk mengembalikan posisi keseimbangan. Nilai ECT 0 atau
t
GRO di bawah keseimbangan maka B
3
E
t-1
positif menyebabkan
t
GRO positif sehingga nilai GRO turun pada periode berikutnya untuk mengoreksi kesalahan keseimbangan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien
ECT menunjukkan hasil regresi yang signifikan pada á = 1 berarti bahwa ketidakseimbangan persamaan akan menyesuaikan keseimbangannya pada periode
berikutnya. Nilai ECT negatif artinya memang tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama periode penelitian masih rendah di bawah keseimbangan
sehingga masih bisa ditingkatkan lagi. Hasil estimasi persamaan juga menghasilkan R square sebesar 0,784 yang
berarti bahwa variabel independen pada penelitian ini mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 78,4 sementara, sisanya sebesar 21,6 ditentukan
oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini. Angka F statistik juga menghasilkan angka yang signifikan, yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel
independen, yakni indeks harga konsumen, penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
4.4.3. Analisis Pengaruh Indeks Harga Konsumen, Penerimaan Pajak dan
Pengeluaran Pemerintah Variabel Indeks Harga Konsumen CPI mempunyai koefisien positif 1,8878.
Hasil ini sesuai dengan teori karena variabel CPI setelah menggunakan ECM
Universitas Sumatera Utara
menjadi inflasi karena merupakan perubahan harga dari tahun sebelumnya. Bila inflasi naik sebesar 1 maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
sebesar 1,8878 dengan arah yang sama. Variabel Penerimaan Pajak TAX mempunyai nilai negatif 0,0677. Hasil ini
sesuai dengan teori dalam ilmu ekonomi, bahwa kenaikan penerimaan pajak secara langsung mempengaruhi pendapatan disposable secara negatif, artinya bila
penerimaan pajak dinaikkan, ceteris paribus, maka kenaikan penerimaan pajak tersebut akan mengurangi pendapatan yang siap dibelanjakan atau mengurangi daya
beli sehingga dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi. Variabel Penerimaan Pajak TAX tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi pada á = 5. Koefisien yang negatif mengindikasikan adanya pengaruh negatif dari unsur penerimaan pajak terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat berarti bila pemerintah mencoba untuk menaikkan penerimaan
pajak, maka berakibat pada penurunan pada pertumbuhan ekonomi. Bila penerimaan pajak naik sebesar 1 maka akan mengurangi pertumbuhan ekonomi sebesar
0,0677. Dilihat dari hasil regresi di atas diketahui perubahan penerimaan pajak tidak berpengaruh banyak terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dorwick dalam Engen dan Skinner, 1996 dalam penelitiannya di negara-negara
OEDC selama kurun waktu 1960-1985, menemukan bahwa pajak penghasilan orang
Universitas Sumatera Utara
pribadi mempunyai efek yang negatif terhadap pertumbuhan, sedangkan pajak penghasilan badan tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rappaport 1999 dimaksudkan untuk mengkaji empat kelompok fakta-fakta
empiris dari pertumbuhan ekonomi antar daerahlokal di Amerika Serikat tahun 1970- 1990, berkorelasi negatif dengan pajak pendapatan personal lokal dan juga
berkorelasi negatif dengan pajak penjualan tertentu yang diambil oleh pemerintah lokal.
Kondisi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang lebih mengarahkan kebijakan pajak ke arah tax
smoothing seperti perluasan basis pajak, peningkatan pelayanan pengurangan beban pajak melalui peningkatan Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP dan pemberian
fasilitas pajak pada dunia usaha serta melakukan penurunan tarif secara bertahap tanpa mengganggu pencapaian target penerimaan perpajakan.
Variabel Pengeluaran Pemerintah GOV mempunyai nilai koefisien positif sebesar 0,9289, hal ini sesuai dengan teori dalam ilmu ekonomi dan mempunyai
pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi pada á = 5 selama masa periode pengamatan. Hal ini dapat berarti bahwa bila terjadi
perubahan pada pengeluaran pemerintah sebesar 1 maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,92 dengan arah yang sama.
Bila pengaruh Variabel Penerimaan Pajak TAX dan Pengeluaran Pemerintah GOV digabungkan maka pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi akan
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh positif sebesar 0.8612 artinya bila penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah masing-masing naik 1 akan menyebabkan naiknya pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,8612. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Rappaport 1999 dimaksudkan untuk mengkaji empat kelompok fakta-fakta empiris dari pertumbuhan ekonomi antar daerahlokal di Amerika Serikat tahun 1970-
1990. Pertumbuhan ekonomi lokal sepanjang periode yang diamati berkorelasi positif dengan pengeluaran pemerintah lokal untuk pendidikan dasar dan menengah.
Dari analisis di atas ditunjukkan bahwa peranan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui APBN sangat signifikan dan relatif tinggi. Setiap
peningkatan APBN sebesar 1 akan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 0,8612. Dampak relatif besar ini disebabkan oleh data pengeluaran pemerintah
GOV adalah seluruh pengeluaran pemerintah, termasuk pengeluaran untuk membayar hutang baik cicilan pokok maupun bunganya serta belanja rutin dan
pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN