Pengeluaran Rutin Pengeluaran Pemerintah

pengeluaran G=T. Anggaran surflus yaitu pengeluaran lebih kecil dari penerimaan GT sedangkan anggaran defisit yaitu anggaran di mana komposisi pengeluaran lebih besar dari pada penerimaan GT. Anggaran surplus digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah inflasi sedangkan anggaran defisit digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jika pemerintah merencanakan peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi angka pengangguran, pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya. Pengeluaran pemerintah terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Sampai dengan tahun 2004, rincian belanja pemerintah pusat masih terdiri dari: 1 pengeluaran rutin dan 2 pengeluaran pembangunan. Namun sejak tahun 2005 mulai diterapkan penyatuan anggaran unified budget antara pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, serta pengklasifikasian anggaran belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja, organisasi dan fungsi Nota Keuangan dan RAPBN, 2005.

2.5.1. Pengeluaran Rutin

Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan untuk pemeliharaan dan penyelengara pemerintah yang meliputi belanja pegawai, barang, pembayaran bunga hutang, subsidi dan pengeluaran rutin lainnya. Melalui pengeluaran rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga kelancaran penyelenggara pemerintahan, kegiatan operasional dan pemeliharaan aset negara, pemenuhan Universitas Sumatera Utara kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga, perlindungan kepada masyarakat miskin dan kurang mampu, serta menjaga stabilitas perekonomian. Besarnya pengeluaran rutin dipengaruhi oleh berbagai kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam rangka pengelolaan keuangan negara dan stabilitas perekonomian seperti perbaikan pendapatan aparatur pemerintah, penghematan pembayaran bunga hutang, dan pengalihan subsidi agar lebih tepat sasaran. Kenaikan pengeluaran pemerintah terutama dari pos belanja pegawai yang dialokasikan untuk menaikkan gaji pegawai dan pensiunan. Selain itu, lonjakan pengeluaran pemerintah yang terjadi pada pos pembayaran bunga hutang luar dan dalam negeri. Perbedaan karakteristik yang paling mendasar adalah pinjaman dari dalam dan luar negeri yaitu pada implikasi di saat pengembalian. Dalam kasus pinjaman dalam negeri, pembayaran bunga hutang oleh pemerintah akan kembali dinikmati oleh masyarakat Indonesia karena terjadi transfer pendapatan dari kelompok masyarakat yang membayar pajak kepada kelompok masyarakat yang menjadi kreditor. Dampak dari aliran dana ini masih berputar di dalam negeri karena masing-masing pihak adalah warga negara Indonesia. Sedangkan dalam kasus pinjaman luar negeri, terjadi aliran dampak ekonomi multiplier effect yang berbeda. Pihak-pihak yang menerima pengembalian pinjaman adalah pihak kreditor di luar negeri Mangkoesoebroto, 1994. Jumlah hutang luar negeri yang semakin besar menyebabkan anggaran yang digunakan untuk membayar bunga hutang juga semakin meningkat. Meningkatnya jumlah pembayaran bunga hutang tersebut selain disebabkan oleh membengkaknya Universitas Sumatera Utara jumlah hutang jatuh tempo juga dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Selain pengeluaran untuk belanja pegawai dan pembayaran bunga hutang, pos lain yang menarik adalah pengeluaran pemerintah untuk berbagai subsidi. Satu pos diantaranya yang berperan cukup besar adalah subsidi bahan bakar minyak BBM. Subsidi ini muncul pada tahun 19971998 sebagai akibat dari melonjaknya harga minyak mentah di pasar dunia. Untuk menjaga stabilitas harga, pemerintah menetapkan aturan penetapan harga jual BBM dalam negeri. Kenaikan harga minyak di pasar dunia menyebabkan meningkatnya biaya pengadaan BBM hingga melebihi hasil penjualan BBM itu sendiri, akibatnya pemerintah terpaksa memberikan subsidi terutama terhadap minyak tanah dan solar.

2.5.2. Pengeluaran Pembangunan