1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah penelitian adalah apakah ada pengaruh karakteristik ibu
balita paritas, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan sikap terhadap partisipasi dalam penimbangan balita DS di Kelurahan Desa Binjai Kecamatan Medan
Denai Kota Medan Tahun 2010.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh karakteristik ibu balita paritas, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan sikap terhadap partisipasi
dalam penimbangan balita DS di Posyandu Kelurahan Desa Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2010.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan kepada kantor Dinas Kesehatan Kota Medan dalam rangka pembinaan Posyandu.
2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Puskesmas Desa Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan dan Tim Kelompok Kerja Operasional Pokjanal
Posyandu Kecamatan dalam rangka menyusun strategi pembinaan yang efektif dan efisien terhadap posyandu, inovatif dan menarik perhatian masyarakat di wilayah
kerjanya. 3. Menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan peneliti dalam bidang
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Posyandu
Pos Pelayanan Terpadu Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi Depkes RI, 2006.
Posyandu merupakan garda depan kesehatan balita di mana pelayanan yang diberikan posyandu sangat dibutuhkan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan
bagi kesehatan masyarakat khususnya bayi dan balita Airin, 2010.
Tujuan posyandu adalah menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu
AKI dan Angka Kematian Bayi AKB di Indonesia melalui upaya pemberdayaan
masyarakat. Sasaran pelayanan kesehatan di posyandu adalah seluruh masyarakat
utamanya bayi, anak balita, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui, serta Pasangan Usia Subur PUS. Kegiatan posyandu terdiri dari Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan potensi tumbuh
kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan
dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan layanan tumbuh kembang anak, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas Depkes RI, 2006.
Universitas Sumatera Utara
KIA, Keluarga Berencana KB, imunisasi, gizi dan pencegahan dan penanggulangan diare.
Pada hakikatnya posyandu dilaksanakan dalam 1 satu bulan kegiatan, baik pada hari buka posyandu maupun di luar hari buka posyandu. Hari buka posyandu sekurang-
kurangnya satu hari dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan kesepakatan. Hari buka posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan apabila
diperlukan. Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari puskesmas dan sektor terkait. Jumlah minimal kader untuk
setiap posyandu adalah 5 lima orang. Jumlah ini sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu, yakni yang mengacu pada sistem 5 meja Depkes RI,
2006. Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap langkah serta para penanggung jawab
pelaksanaannya secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 2.1. Mekanisme Kegiatan Posyandu Langkah
Kegiatan Pelaksana
Pertama Pendaftaran
Kader Kedua
Penimbangan bayi, anak balita dan ibu hamil
Kader Ketiga
Pengisian KMS Kader
Keempat Penyuluhan per orangan berdasarkan KMS Kader
Kelima Pelayanan kesehatan pemberian
pelayanan imunisasi KB, pengobatan, gizi, KIA
Kader atau kader bersama petugas
kesehatan dan sector terkait
Sumber : Depkes RI, 2006 Indikator yang digunakan dalam pengukuran pelaksanaan posyandu ini antara lain
frekuensi kunjungan penimbangan setiap bulan yang bila teratur akan ada 12 kali penimbangan setiap tahun. Dalam kenyataan tidak semua posyandu dapat berfungsi
setiap bulan sehingga frekuensinya kurang dari 12 kali setahun. Untuk ini diambil
Universitas Sumatera Utara
batasan 8 kali penimbangan setahun di mana bila frekuensi penimbangan di atas 8 kali setahun, maka pemanfaatan posyandu dianggap sudah baik Zulkifli, 2003.
Berdasarkan Depkes RI 2006, perkembangan masing-masing posyandu tidak sama, dengan demikian pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing posyandu juga
berbeda. Untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu, telah dikembangkan metode dan alat telaahan perkembangan posyandu yang dikenal dengan nama Telaah
Kemandirian Posyandu. Tujuan telaahan adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut :
Tabel 2.2. Tingkat Perkembangan Posyandu Tingkat
Perkembangan
Kriteria
Posyandu Pratama Posyandu yang masih belum mantap kegiatannya, masih belum
bisa rutin setiap bulan, dan kader aktifnya terbatas kurang dari 5 orang
Posyandu Madya Sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun,
dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, akan tetapi cakupan program utamanya masih rendah yaitu kurang dari 50.
Intervensi untuk Posyandu madya antara lain : a.
Pelatihan tokoh masyarakat b.
Penggarapan dengan Pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa PKMD untuk menentukan masalah dan
mencari penyelesaian situasi dan kondisi setempat.
Posyandu Purnama
Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8x setahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5 program
utamanya lebih dari 50 sudah ada program tambahan bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih sederhana.
Posyandu Mandiri Sudah dapat melaksanakan kegiatan secara teratur, dengan jumlah
kader rata-rata 5 orang atau lebih cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau
lebih dari 50 KK.
Sumber : Depkes RI, 2006 Posyandu dapat melaksanakan fungsi dasarnya sebagai unit pemantau tumbuh
kembang anak serta menyampaikan pesan kepada ibu sebagai agen pembaharuan dan
anggota keluarga yang memiliki bayi dan balita dengan mengupayakan bagaimana
Universitas Sumatera Utara
memelihara anak secara baik yang mendukung tumbuh kembang anak sesuai potensinya. Kurang berfungsinya posyandu sehingga kinerjanya menjadi rendah antara lain
disebabkan oleh rendahnya kemampuan kader dan pembinaan dari unsur pemerintah desakelurahan dan dinasinstansilembaga terkait yang kemudian mengakibatkan
rendahnya minat masyarakat untuk menggunakan posyandu. Upaya revitalisasi posyandu telah dilaksanakan sejak krisis ekonomi timbul agar posyandu dapat melaksanakan fungsi
dasarnya, namun diakui bahwa meskipun sejak Tahun 1999 telah diprogramkan upaya revitalisasi posyandu di seluruh Indonesia tetapi fungsi dan kinerja posyandu secara
umum masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Oleh karena itu, upaya revitalisasi posyandu perlu terus ditingkatkan dan dilanjutkan agar mampu memenuhi kebutuhan
pelayanan terhadap kelompok sasaran yang rentan Depdagri RI, 2001.
2.2. Balita