Pengaruh Karakteristik Kader Posyandu terhadap Penimbangan Balita di Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten Pidie Provinsi Aceh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK KADER TERHADAP PELAKSANAAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU KECAMATAN

KEMBANG TANJUNG KABUPATEN PIDIE NANGGROE ACEH DARUSSALAM

T E S I S

Oleh SAIFULLAH 077012019/ IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Salah satu tujuan penyelenggaraan posyandu adalah mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi dan balita serta mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak melalui program penimbangan balita. Pelaksanaan penimbangan balita di Kembang Tanjung Kabupaten Pidie cakupannya masih rendah, hanya mencapai 54,6 % dari hasil yang ditarget sebesar 90,0%.

Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh karakteristik kader posyandu (umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, reward, lama menjadi kader), terhadap penimbangan balita di Kecamatan Kembang Tanjung. Jenis penelitian adalah survai explanatory yang dilaksanakan tanggal Maret 2010 sampai dengan Februari 2011. Sampel adalah seluruh kader posyandu yang aktif di Kecamatan Kembang Tanjung sebanyak 120 kader. Pengumpulan data melalui wawancara langsung berpedoman pada kuesioner. Data dianalisis dengan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan penimbangan balita tidak terlaksana dengan baik (55%). Keseluruhan variabel karakteristik berpengaruh terhadap penimbangan balita. Variabel lama menjadi kader merupakan variabel paling dominan berpengaruh terhadap penimbangan balita.

Disarankan dukungan dan motivasi yang intensif dari pemerintah daerah agar kinerja kader posyandu dapat meningkat melalui pelatihan-pelatihan secara berkala dan melaksanakan perlombaan-perlombaan antar posyandu seperti lomba bayi sehat, temu kader, dan cerdas cermat posyandu dengan harapan dapat mencapai posyandu mandiri sehingga cakupan penimbangan balita tercapai dengan baik.


(3)

ABSTRACT

One of the objectives in the implementation of Integrated Service Post is to reduce the mortality and morbidity rate for the babies and to optimize the potential of child growth through the Baby Weighing Program. The implementation on Baby Weighing in Kembang Tanjung sub-district, Pidie district is still categorized low and achieved only for 54.6% of the targeted result for 90.0%.

The objective of this research was to analyze the influence of the characteristics of the cadres of Integrated Service Post (age, marriage status, occupation, education, income, reward, length as the cadre) on the baby weighing in Kembang Tanjung subdistrict, Pidie district. This was explanatory survey research which was conducted from March up to February 2011. The sample were all cadres of Integrated Service Post which were still active in Kembang Tanjung sub-district for 120 cadres. Data were collected through direct interview referring to the questionnaire. The data were analyzed using multiple logistic regression test.

The results of the research showed that baby weighing was not well-done (55%). All the variable of the characteristics had influence on the baby weighing. The variable of length as the cadre was the variable which had dominant influence on baby weighing.

It is suggested to the local government to give support and intensive motivation for the cadres of Integrated Service Post in order to add their performance through the periodical training, and also to do championship among those Integrated Service Post such as healthy baby championship, cadres meeting, and quick response answer with the expectation that it may reach the independent Integrated Service Post and to achieve the scope of baby weighing.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan anugerah yang dilimpahkan-Nya kepada penulis dalam menuntut ilmu dan menyelesaikan hasil penelitian tesis ini. Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk penyusunan tesis pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan judul: “Pengaruh Karakteristik Kader Posyandu terhadap Penimbangan Balita di Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten Pidie Provinsi Aceh”.

Selama melaksanakan penelitian dan penulisan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc (CTM)., Sp.A, (K), sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis mengikuti Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs. Surya Utama, M.S, atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(5)

Ketua Program Studi S2 IKM Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si yang telah memberi saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ketua Komisi Pembimbing Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan Asfriyati, S.K.M., M.Kes selaku anggota Komisi Pembimbing yang penuh perhatian dan kesabaran membimbing dan mengarahkan serta meluangkan waktu untuk membimbing mulai dari proposal sampai selesai penulisan tesis.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ketua Komisi Penguji dan Anggota Komisi Penguji Dra. Syarifah, M.S dan Dra. Jumirah, Apt., M.Kes yang telah banyak memberi masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

Kepala Dinas Kesehatan Pidie dr. Abdul Hamid, M.Si, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus izin penelitian.

Para dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada keluarga tercinta Ibunda Ainsyah dan Ayahanda Tengku Muhammad Yunus yang telah memberi dukungan dan doa restu serta saudara Usman, S.Pd, Saifuddin, A.M.K., Asnidar, A.M.K., dan Yulizar, di Kembang Tanjung Kabupaten Pidie yang telah membantu memberi dorongan moril dan materil serta doa yang tak terbatas. Teristimewa kepada Istri tercinta Mariani dan anakku tersayang Muhammad Nanda Reskina, Muhammad


(6)

Nanda Fazilna dan Muhammad Nanda Adilna yang penuh perhatian dan kesabaran, pengorbanan dan doa serta rasa cinta dalam menyelesaikan pendidikan.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian tesis masih memilki kekurangan, mohon saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

Medan, Maret 2011 Penulis


(7)

RIWAYAT HIDUP

Saifullah lahir pada tanggal 15 Oktober 1975 di Sigli Propinsi Aceh, anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda Tengku Muhammad Yunus dan Ibunda Ainsyah.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kampung Asan selesai tahun 1988, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Kembang Tanjung selesai tahun 1991, Sekolah Perawatan Kesehatan Banda Aceh selesai tahun 1996, S1 Fakultas Teknologi Pangan dan Gizi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh selesai tahun 2006.

Mulai bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sejak tahun 1999 di Aceh Tengah pada Puskesmas Isak sebagai staf puskesmas sampai 2002. Pada tahun 2003 sampai sekarang ditunjuk menjabat sebagai Kepala Puskesmas Pambantu Ilebue Kecamatan Kembang Tanjung di Dinas Kesehatan Pidie.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Hipotesis... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Posyandu ... 7

2.1.1 Pengertian Posyandu ... 7

2.1.2 Pembentukan Posyandu ... 8

2.1.3 Penyelenggaraan Posyandu... 8

2.2 Pelaksanaan Kegiatan Posyandu ... 12

2.2.1 Kegiatan Umum ... 12

2.2.2 Kegiatan Pengembangan/Tambahan... 22

2.3 Cakupan Program Posyandu ... 24

2.4 Telaah Kemandirian Posyandu ... 25

2.5 Kader Posyandu ... 28

2.5.1 Prinsip-prinsip Kader ... 29

2.5.2 Tugas Pokok Kader ... 30

2.5.3 Faktor-faktor Karakteristik Kader Posyandu ... 31

2.6. Landasan Teori... 36

2.7 Kerangka Konsep ... 37

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan sampel... 38

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 42

3.6 Metode Pengukuran ... 44


(9)

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48

4.2 Analisa Univariat ... 49

4.2.1 Karakteristik Responden ... 49

4.2.2 Penimbangan Balita di Posyandu... 52

4.3 Analisa Bivariat... 53

4.3.1 Hubungan Umur Kader dengan Penimbangan Balita .. 53

4.3.2 Hubungan Status Perkawinan Kader dengan Penimbangan Balita ... 54

4.3.3 Hubungan Pendidikan Kader dengan Penimbangan Balita ... 55

4.3.4 Hubungan Pekerjaan Kader dengan Penimbangan Balita ... 56

4.3.5 Hubungan Penghasilan Kader dengan Penimbangan Balita ... 56

4.3.6 Hubungan Reward Kader dengan Penimbangan Balita 57

4.3.7 Hubungan Lama Menjadi Kader dengan Penimbangan Balita ... 58

4.4 Analisa Multivariat... 59

BAB 5. PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Umur Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu ... 61

5.2 Pengaruh Status Perkawinan Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu ... 62

5.3 Pengaruh Pekerjaan Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu ... 63

5.4 Pengaruh Pendidikan Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu ... 64

5.5 Pengaruh Penghasilan Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu ... 66

5.6 Pengaruh Reward Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu ... 66

5.7 Pengaruh Lama Menjadi Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu ... 68

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 71

6.2 Saran... 72

DAFTAR PUSTAKA... 73


(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi yang Wajib di Indonesia

(Program Pengembangan Imunisasi) ... 19

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel X... 40

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel Y... 41

3.3 Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Dependen ... 46

4.1 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Umur ... 49

4.2 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Status Perkawinan... 50

4.3 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Pekerjaan .... 50

4.4 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Pendidikan 51

4.5 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Penghasilan 51

4.6 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Reward... 51

4.7 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Lama Menjadi Kader... 52

4.8 Distribusi Penimbangan Balita di Posyandu ... 52

4.9 Hubungan Umur Kader dengan Penimbangan Balita ... 53

4.10 Hubungan Status Perkawinan Kader dengan Penimbangan Balita 54 4.11 Hubungan Pendidikan Kader dengan Penimbangan Balita ... 55

4.12 Hubungan Pekerjaan Kader dengan Penimbangan Balita... 56


(11)

4.14 Hubungan Reward Kader dengan Penimbangan Balita ... 57

4.15 Hubungan Lama Menjadi Kader dengan Penimbangan Balita... 58

4.16 Hasil Uji Regresi Berganda Karakteristik Kader Posyandu terhadap Penimbangan Balita di Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten


(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman 1 Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ... 75

2 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Pidie... 76

3 Kuesioner Penelitian ... 77

4. Hasil Pengolahan Data ... 80


(14)

ABSTRAK

Salah satu tujuan penyelenggaraan posyandu adalah mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi dan balita serta mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak melalui program penimbangan balita. Pelaksanaan penimbangan balita di Kembang Tanjung Kabupaten Pidie cakupannya masih rendah, hanya mencapai 54,6 % dari hasil yang ditarget sebesar 90,0%.

Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh karakteristik kader posyandu (umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, reward, lama menjadi kader), terhadap penimbangan balita di Kecamatan Kembang Tanjung. Jenis penelitian adalah survai explanatory yang dilaksanakan tanggal Maret 2010 sampai dengan Februari 2011. Sampel adalah seluruh kader posyandu yang aktif di Kecamatan Kembang Tanjung sebanyak 120 kader. Pengumpulan data melalui wawancara langsung berpedoman pada kuesioner. Data dianalisis dengan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan penimbangan balita tidak terlaksana dengan baik (55%). Keseluruhan variabel karakteristik berpengaruh terhadap penimbangan balita. Variabel lama menjadi kader merupakan variabel paling dominan berpengaruh terhadap penimbangan balita.

Disarankan dukungan dan motivasi yang intensif dari pemerintah daerah agar kinerja kader posyandu dapat meningkat melalui pelatihan-pelatihan secara berkala dan melaksanakan perlombaan-perlombaan antar posyandu seperti lomba bayi sehat, temu kader, dan cerdas cermat posyandu dengan harapan dapat mencapai posyandu mandiri sehingga cakupan penimbangan balita tercapai dengan baik.


(15)

ABSTRACT

One of the objectives in the implementation of Integrated Service Post is to reduce the mortality and morbidity rate for the babies and to optimize the potential of child growth through the Baby Weighing Program. The implementation on Baby Weighing in Kembang Tanjung sub-district, Pidie district is still categorized low and achieved only for 54.6% of the targeted result for 90.0%.

The objective of this research was to analyze the influence of the characteristics of the cadres of Integrated Service Post (age, marriage status, occupation, education, income, reward, length as the cadre) on the baby weighing in Kembang Tanjung subdistrict, Pidie district. This was explanatory survey research which was conducted from March up to February 2011. The sample were all cadres of Integrated Service Post which were still active in Kembang Tanjung sub-district for 120 cadres. Data were collected through direct interview referring to the questionnaire. The data were analyzed using multiple logistic regression test.

The results of the research showed that baby weighing was not well-done (55%). All the variable of the characteristics had influence on the baby weighing. The variable of length as the cadre was the variable which had dominant influence on baby weighing.

It is suggested to the local government to give support and intensive motivation for the cadres of Integrated Service Post in order to add their performance through the periodical training, and also to do championship among those Integrated Service Post such as healthy baby championship, cadres meeting, and quick response answer with the expectation that it may reach the independent Integrated Service Post and to achieve the scope of baby weighing.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan kesehatan yang tertuang dalam arah kebijakan lebih mengutamakan pada upaya preventif dan promotif serta pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 yang memuat tujuan pembangunan kesehatan dengan strategi paradigma sehat diharapkan masyarakat mampu menolong dirinya sendiri, salah satunya adalah dengan menjaga kesehatan (Depkes, 2006).

Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit kemajuan yang akan dicapai.

Salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang dibentuk oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Posyandu merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang dikelola oleh masyarakat dengan dukungan tekhnis petugas puskesmas. Kegiatan posyandu meliputi 5 program pelayanan kesehatan dasar, yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Imunisasi, Keluarga Berencana (KB), perbaikan gizi dan penanggulangan diare (Depkes RI, 2006).


(17)

Keberadaan Posyandu beserta kader sebagai penggeraknya telah memberikan dampak positif terhadap pembangunan khususnya di bidang kesehatan. Salah satu tujuan menyelenggarakan Posyandu adalah mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi dan balita serta pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak. Bentuk salah satu pelaksanaan kegiatan posyandu dalam mengoptimalisasi potensi tumbuh kembang anak melalui kegiatan penimbangan. Kegiatan ini bertujuan untuk memonitoring balita dengan melihat naik atau tidak naik berat badan, yang dilakukan sebulan sekali dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Atas dasar penimbangan bulanan ini dapat diketahui status gizi dan penentuan tindak lanjutnya manakala dibutuhkan (Depkes RI, 2006).

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanaan kesehatan kepada masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Untuk memantau perkembangannya, kemajuan kegiatan Posyandu dapat diukur dari aspek outcome, salah satunya adalah berkurangnya jumlah anak yang berat badannya diketahui melalui pelaksanaan penimbangan balita (Depkes RI, 2000).

Secara kuantitas, perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan, karena setiap desa ditemukan sekitar 3–4 unit Posyandu. Pada saat Posyandu dicanangkan tahun 1986 oleh pemerintah, jumlah Posyandu tercatat di Indonesia sebanyak 25.000 unit, tahun 2004 meningkat menjadi 238.699 unit. Namun, ditinjau dari kualitas ditemukan banyak masalah, antara lain keterampilan kader yang belum memadai dalam pelaksanaan posyandu (Depkes RI, 2006).


(18)

Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia (2008), pada tahun 2006 jumlah posyandu sebanyak 269.202 unit dan mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan terbesar adalah Sulawesi Barat (15,84%), DKI Jakarta (14,55%) dan Jawa Barat 7,47%. Sedangkan rasio terkecil di NAD (0,93%), Maluku (1,31%) dan Papua (1,34%).

Pelaksanaan penimbangan di posyandu berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dilaporkan dari 15 juta balita yang berusia 0 -59 bulan di Indonesia, cakupan penimbangan balita 4 – 6 kali dalam 6 bulan hanya 46%, dimana angka rata-rata terendah adalah di Propinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 21,4% dan angka tertinggi di Propinsi Yogyakarta yaitu sebesar 78,3%. Sementara masih terdapat 25,5% balita tidak pernah ditimbang. Dalam Riskesdas juga dilaporkan posyandu masih merupakan sarana paling tinggi sebagai sarana kegiatan penimbangan balita (Litbangkes, 2008).

Berdasarkan Data Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Pidie tahun 2006 diketahui jumlah Posyandu yang aktif masih rendah yaitu dari 148 Posyandu yang berada di Kabupaten Aceh Pidie sekitar 64 Posyandu (43%) yang aktif, sementara target pencapaian yang ditetapkan 90%. Jumlah kader Posyandu yang aktif juga rendah, dari jumlah kader Posyandu yang ada 739 orang, kader yang ada sebanyak 397 orang (53,72%) yang tidak aktif, sementara target yang diharapkan sebanyak 90% kader Posyandu aktif.

Cakupan pelaksanaan penimbangan balita yang dilihat dari pelaksanaan penimbangan di posyandu pada tahun 2009, dimana hasil penimbangan balita masih


(19)

rendah dari 8.168 balita hanya sebesar 4.459 balita yang ditimbang (54,6%) dari yang ditargetkan sebesar 90,0%. Data ini menunjukkan penimbangan balita di Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten Pidie belum maksimal.

Berdasarkan profil Puskesmas Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten Aceh Pidie Tahun 2009 terdapat 47 posyandu dari 45 desa yang terdiri dari 74,47% Posyandu Madya dan 25,53% Posyandu Pratama. Walaupun keseluruhan posyandu masih aktif, tetapi keberadaan kader di setiap posyandu seluruhnya memiliki 2-4 kader dengan jumlah kader sebanyak 120 orang.

Kader merupakan anggota masyarakat yang dipilih untuk membantu petugas kesehatan yang bekerja sebagai tenaga sukarela, dididik dan dilatih untuk berpartisipasi pada masyarakat dalam bidang penyelenggaraan program posyandu. Pemberdayaan masyarakat sebagai kader berkewajiban untuk melaksanakan dan meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tanpa pamrih dan didasari panggilan untuk melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan karakteristik kader terhadap penimbangan balita di posyandu antara lain oleh Suryati (2003) menyimpulkan faktor karakteristik dan pelaksanaan posyandu yang dilakukan oleh tenaga puskesmas dan Dinas Kesehatan Magelang Selatan berpengaruh terhadap partisipasi kader di Posyandu. Demikian juga penelitian Widiastuti (2005) menyimpulkan partisipasi masyarakat sangat menentukan dalam pemanfaatan posyandu di Kota Denpasar. Sutoto dkk (2002) menambahkan berdasarkan fakta ditemukan bahwa permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan penimbangan di Posyandu Kota Magelang adalah: cara penimbangan balita di posyandu tidak dilakukan sesuai petunjuk


(20)

mengenai cara penimbangan yang benar (tidak dimulai dari 0), buku-buku laporan posyandu tidak diisi dengan benar, Balok (SKDN), S : Jumlah balita di wilayah posyandu, K : Jumlah balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat, D : Jumlah balita yang datang dan ditimbang di posyandu, N : Jumlah balita yang ditimbang dan naik berat badannya, di posyandu tidak dibuat dan Strata Posyandu masih ada yang berstrata pratama dan madya.

Berdasarkan gambaran di atas, maka perlu diadakan penelitian antara karakteristik kader posyandu terhadap penimbangan balita di Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten Pidie Provinsi Aceh.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh karakteristik kader posyandu (umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, reward kader, lama menjadi kader) terhadap penimbangan balita di Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten Pidie Provinsi Aceh.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh karakteristik kader posyandu (umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, reward kader, lama menjadi kader), terhadap penimbangan balita di Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten Pidie Provinsi Aceh.


(21)

1.4 Hipotesis

Karakteristik kader posyandu (umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, reward kader, dan lama menjadi kader) berpengaruh terhadap penimbangan balita di Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten Pidie Provinsi Aceh.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Pidie sebagai bahan masukan dalam merumuskan kebijakan perencanaan program kesehatan, khususnya upaya pemberdayaan masyarakat melalui penyelenggaraan posyandu.

b. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, penelitian ini dapat memberikan alternatif-alternatif pemikiran yang didasarkan pada analisis teori dan kajian praktis dalam meningkatkan pengetahuan kader di posyandu.

c. Bagi ilmu pengetahua menjadi kontribusi dalam memberikan sumbangan

kajian tentang cakupan penimbangan balita dalam upaya mencapai target penimbangan balita.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Posyandu

2.1.1 Pengertian Posyandu

Posyandu dilihat dari segi proses maka pengertiannya adalah salah satu wujud masyarakat bersama dengan kader dalam pembangunan kesehatan dengan menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 1996).

Pengertian lain dari Posyandu bila dipandang dari segi hirarki sistem upaya pelayanan kesehatan adalah forum yang menjembatani ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan yang profesional kepada masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat (Suyono, 1987).

Posyandu merupakan upaya untuk mengatasi kesenjangan-kesenjangan yang umumnya terjadi di pedesaan, misalnya (Anonim, 2001) :

(a) Kesenjangan geografis dalam memperoleh pelayanan Kesehatan Ibu Anak

(b) Kesenjangan informasi mengenai kesehatan ibu dan anak serta pengetahuan hidup bersih dan sehat;

(c) Kesenjangan sosio budaya antara petugas kesehatan dan masyarakat yang

dilayaninya;

(d) Kesenjangan ekonomi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan tarif yang murah dan bahkan gratis yang semulanya untuk menunjang kelangsungan hidup anak.


(23)

Tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah :

1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran.

2. Mempercepat penerimaan NKKBS.

3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan

kesehatan yang lainnya yang menunjang, sesuai kebutuhan.

2.1.2 Pembentukan Posyandu

Dalam pembentukan Pos Pelayanan Terpadu sebaiknya melayani 100 orang Balita atau sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat. Sedangkan lokasi tempat penyelenggaraan Posyandu sebaiknya pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat itu sendiri. Posyandu juga dapat dibentuk bila pada suatu wilayah terdapat 120 Kepala Keluarga atau dengan jumlah penduduk sebanyak 700 jiwa (Depkes, 1984).

Pada tahun 1983, berdasarkan Insrtuksi bersama Menteri Kesehatan dan Kepala BKKBN No. 06/Menkes/Inst/1981-22/HK.010/1981 dan No. 264/Menkes/ Inst/VI/1983-26/HK.011/E.3/1983, kegiatan keterpaduan Keluarga Berencana – Kesehatan mulai dioperasikan. Di tingkat desa, kegiatan keterpaduan KB – Kesehatan diwujudkan dalam bentuk pos pelayanan terpadu atau lebih dikenal dengan Posyandu.

2.1.3 Penyelenggaraan Posyandu

Penyelenggaraan Posyandu dilaksanakan dalam 1 bulan 1 kali kegiatan. Hari buka Posyandu disesuaikan dengan hasil kesepakatan. Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau masyarakat.


(24)

Baik disalah satu rumah warga, halaman rumah, balai desa / kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat yang dapat disebut dengan nama ”Wisma Posyandu” atau sebutan lainnya (Depkes RI, 2000).

Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh Kader Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Jumlah minimal kader untuk setiap Posyandu adalah 5 (lima) orang (Depkes RI, 2000).

Penyelenggaraan Posyandu tingkat kecamatan adalah pelaksana program terpadu yang terdiri dari :

1. Camat dan Staf

Sebagai Koordinator perencanaan, penggerakan, pengawasan, pengendalian dan penilaian.

2. Petugas Puskesmas

Membantu Camat dalam mengkoordinir dan berperan sebagai pimpinan dalam melakukan penggerakan, pengawasan, pengendalian dan penilaian.

3. Petugas KB

Membantu Camat dalam melakukan perencanaan, penggerakan, pengawasan, pengendalian dan penilaian.

4. Tim Pembina LKMD

Merumuskan dukungan sumber daya dan sektor yang terkait dalam hubungan desa dan koordinator yang terkait dalam desa dan koordinator bimbingan terhadap LKMD.


(25)

5. Tim Penggerak PKK

Berusaha untuk memberikan motivasi, penyuluhan dan menggerakkan pengetahuan masyarakat.

Tim Penggerak Posyandu pada tingkat desa antara lain : 1. Kepala desa

Sebagai koordinator penyelenggaraan Posyandu di desa 2. Kader Kesehatan

Tenaga pelaksana Posyandu di desa 3. Pos KB desa

Wahana pelaksana Posyandu

4. LKMD

Wahana dan pusat pergerakan partisipasi masyarakat

5. Anggota PKK

Memberikan bantuan kepada pelaksana program Posyandu.

Pelaksanaan kegiatan Posyandu dilakukan dengan pola lima meja yaitu : Meja 1 : Pendaftaran

Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak Balita Meja 3 : Pencatatan (Pengisian KMS) Meja 4 : Penyuluhan perorangan

a. Mengenai Balita berdasarkan hasil penimbangan, berat badannya naik/tidak naik, dapat diikuti dengan pemberian makanan tambahan, oralit dan vitamin A dosis tinggi.


(26)

b. Terhadap ibu hamil dengan resiko tinggi, diikuti dengan pemberian tablet tambah darah.

c. Terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) agar menjadi peserta KB

lestari, dengan mengikuti pemberian kondom, pil ulang. Meja 5 : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan KIA, KB,

imunisasi serta pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan setempat. Dengan sistem Pelayanan 5 meja di Posyandu, maka masing-masing Posyandu harus mempunyai kader sebanyak 5 orang, sehingga semua kegiatan Posyandu dapat berjalan dengan baik. Meja 5 sebagai meja pelayanan gizi kader pun sangat besar pengaruhnya, karena dapat memberikan paket pertolongan gizi berapa vitamin A, tablet Fe, oralit, kapsul iodium dan alat kontrasepsi seperti pil, kondom pada akseptor KB. Kader yang masih dikatakan melaksanakan kegiatan Posyandu dalam 3 bulan terakhir dapat dikatakan masih aktif, sedangkan kalau sudah 4 bulan lebih tidak ikut dalam kegiataan Posyandu, maka tidak dikatakan aktif lagi.

Kegiatan Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) di Posyandu bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak dan kebutaan karena kekurangan vitamin A pada anak Balita, serta anemia gizi pada ibu hamil. Tujuan ini dapat dicapai secara lebih efektif dan efisien dengan jalan memadukan kegiatan pelayanan gizi, pelayanan kesehatan dasar dan KB di Posyandu. Dengan demikian sasaran pelayanan gizi di Posyandu adalah bayi, anak balita, ibu hamil dan menyusui (Depkes RI, 2003).


(27)

Adapun kegiatan pelayanan gizi yang dipadukan di Posyandu dengan prosedur pelaksanaan mencakup (Depkes RI, 1991) :

a. Melakukan pendaftaran peserta b. Menimbang balita

c. Mencatat hasil penimbangan dalam buku register dan memasukkan kedalam KMS d. Menilai hasil penimbangan

e. Melakukan penyuluhan sesuai hasil penimbangan f. Membagikan tablet tambah darah kepada ibu hamil

g. Membagikan kapsul vitamin A kepada anak balita umur 1-5 tahun setiap bulan Februari dan Agustus.

h. Melakukan penyuluhan bagi ibu hamil

i. Mengkoordinir pemberian PMT (Program Makanan Tambahan)

j. Merujuk Balita ke Puskesmas bagi yang membutuhkan dan k. Mengerjakan pencatatan kegiatan dan sarana UPGK

2.2 Pelaksanaan Posyandu 2.2.1 Kegiatan Utama

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) a. Ibu Hamil

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup :

1. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader kesehatan. Pemberian tablet besi pada ibu hamil dapat dibedakan menjadi Fe 1


(28)

yaitu yang mendapat 30 tablet atau 1 bungkus dan Fe 3 mendapat 90 tablet atau 3 bungkus selama masa kehamilan. Cakupan Fe 1 pada tahun 1998 secara nasional adalah 75,49% sedangkan cakupan Fe 3 nasional adalah 64,85%. Bila dilihat dari tahun 1995 sampai dengan tahun 1998 terlihat adanya kenaikan cakupan baik untuk Fe1 maupun Fe 3 (Depkes, 1999).

2. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan darah dan

pemberian imunisai Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus/ usia kehamilan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk kepuskesmas (Depkes RI, 2006).

3. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil , perlu diselenggarakan Kelompok Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan Kelompok ibu hamil antara lain :

1. Penyuluhan : tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi.

2. Perawatan payudara dan pemberian ASI 3. Peragaan pola makan ibu hamil

4. Peragaan perawatan bayi baru lahir 5. Senam ibu hamil.

b. Ibu nifas dan menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup : 1. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan Gizi ibu nifas, perawatan kebersihan


(29)

2. Pemberian vitamin A dan Tablet besi a. Pemberian Tablet Besi pada Ibu Hamil

Pemberian tablet besi Fe tidak hanya diberikan pada ibu hamil tetapi juga diberikan pada ibu nifas dan menyusui (Depkes, 1999).

b. Pemberian Kapsul Vitamin A

Vitamin A merupakan zat gizi yang penting bagi manusia, karena zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi. Ibu nifas dan menyusui memerlukan vitamin A 1 tahun 2 kali, selain pada ibu nifas, Departemen Kesehatan telah menjalankan usaha pencegahan dan pengobatan khususnya untuk melindungi balita dengan cara memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi secara periodik yaitu masing-masing satu kali bagi bayi berumur 6-11 bulan sebanyak 1 kapsul (berwarna biru) berisi vitamin A 100000 SI dan sebanyak 1 kapsul (berwarna merah) yang berisi vitamin A 200000 SI pada Balita usia 12-59 bulan setiap 6 bulan sekali.

3. Perawatan payudara 4. Senam ibu nifas

5. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan

pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan kesehatan fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.


(30)

c. Bayi dan anak balita

Pelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembang anak. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orang tua di bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita (Depkes, 2006).

Jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk bayi dan balita mencakup :

1) Penimbangan Berat Badan Balita

Penimbangan balita adalah salah satu kegiatan yang ada di Posyandu. Dengan adanya kegiatan penimbangan kita dapat memantau tumbuh kembang balita yang dapat dilihat berat badannya setiap bulan, yang dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS).

Hasil dalam kegiatan penimbangan semua balita selama satu tahun dicatat di dalam buku pelaksanaan masing-masing wilayah Posyandu dan diharapkan kepada semua balita mempunyai (KMS), dan ditimbang sebagaimana yang diharapkan agar timbangannya naik (Depkes, 1987).

Prosedur penimbangan bayi dan balita adalah sebagai berikut : a. Pendaftaran Balita

Balita didaftar dalam pencatatan Balita. Bila anak sudah punya KMS, berarti bulan lalu anak sudah ditimbang, KMS-nya diminta. Namanya dicatat pada secarik


(31)

kertas, diselipkan di KMS. Kemudian, ibu balita diminta membawa anaknya menuju ke tempat penimbangan.

Bila anak belum punya KMS, berarti ia baru bulan ini ikut penimbangan. Ambil KMS baru, isi kolomnya secara lengkap, nama anak dicatat pada secarik kertas. Secarik kertas ini diselipkan di KMS, kemudian ibu balita diminta membawa anaknya ke tempat penimbangan.

b. Penimbangan Balita

1) Dacin sudah siap, angka pada dacin harus dimulai dari nol, kemudian anak ditimbang

2) Hasil penimbangan berat anak dicatat pada secarik kertas, selipkan kertas ini kedalam KMS.

3) Selesai ditimbang, ibu dan anaknya dipersilahkan menuju ke kegiatan 3 untuk dicatat.

c. Pencatatan

1) Buka KMS balita yang bersangkutan

2) Pindahkan hasil penimbangan dari secarik kertas ke KMS-nya dengan

ketentuan:

a. Pada penimbangan pertama, isilah semua kolom yang tersedia pada KMS b. Bila ada kartu kelahiran, catatlah bulan lahir anak dari kartu tersebut

c. Bila tidak ada kartu kelahiran tetapi ibu ingat, catatlah bulan lahir anak sesuai dengan ingatan ibu.


(32)

d. Bila ibu tidak ingat semua dan hanya tahu umur anaknya sekarang, perkirakan bulan lahir anak dan catat.

e. Cantumkan bulan lahir anak pada kolom

f. Bulan lahir Agustus 2004, maka cantumkan bulan Agustus 2004 pada kolom. g. Kemudian isilah semua kolom bulan secara berurutan

h. Setelah anak ditimbang, tulislah TITIK berat badannya pada TITIK TEMU GARIS TEGAK (sesuai dengan bulan penimbangan) dengan GARIS DATAR (sesuai hasil penimbangan dalam kilogram).

Contoh : Budi dalam penimbangan bulan Mei berat badannya 7.5 kg.Pada penimbangan selanjutnya Budi pada bulan Juni beratnya menjadi 7.8 kg sedangkan, bulan Mei sebelumnya berat Budi 7,5 kg maka kedua TITIK dihubungkan dengan garis. Pada penimbangan selanjutnya, dalam bulan Juli, Budi tidak hadir untuk ditimbang, kemudian pada bulan Agustus, Budi ditimbang. Hasil timbangan berat badannya adalah 7,9 kg. Maka titik berat badan bulan Juni dan Agustus JANGAN DIHUBUNGKAN.

3) Penentuan Status Pertumbuhan

i. Penyuluhan

Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.


(33)

2. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan suntikan KB, dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan pemasangan IUD (Depkes RI, 2006).

3. Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik terhadap bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil (Depkes RI, 2006).

Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.Anak yang diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu, dalam imunologi, kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen. Imunisasi merupakan upaya pemberian ketahanan tubuh yang dibentuk melalui vaksinasi.

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian Balita yang disebabkan oleh wabah yang sering berjangkit. Penyakit-penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah tuberculosis, difteri, batuk rejan (pertusis), tetanus campak, polio dan hepatitis B. Penyakit ini bisa dicegah bila anak diberi imunisasi sejak umur 2 bulan (Depkes RI, 1990).

Menurut Program Departemen Kesehatan RI (1996), pemberian imunisasi yang lengkap kepada balita yaitu vaksin BCG 1 kali, DPT 3 kali, polio 4 kali, campak 1 kali dan Hepatitis B 3 kali.


(34)

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi yang Wajib di Indonesia (Program Pengembangan Imunisasi

Jenis Imunisasi Frekuensi Jadwal Pemberian Usia BCG DPT Polio Campak Hepatitis B 1x 3x 4x 1x 3x - 4 minggu 4 minggu -

1 dan 6 bulan dari suntikan pertama 0-11 bulan 2-11 bulan 0-11 bulan 9-11 bulan 0-11 bulan

Sumber : Depkes RI, 1996 4. Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu hamil dan WUS. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil dan ibu nifas ditambah dengan pemberian tablet besi serta kapsul Yodium untuk yang bertempat tinggal di daerah gondok endemik. Apabila setelah 2 kali penimbangan tidak ada kenaikan berat badan, segera dirujuk ke Puskesmas.

Pemberian tablet besi pada ibu hamil dapat dibedakan menjadi Fe 1 yaitu yang mendapat 30 tablet atau 1 bungkus dan Fe 3 mendapat 90 tablet atau 3 bungkus selama masa kehamilan. Cakupan Fe 1 pada tahun 1998 secara nasional adalah 75,49% sedangkan cakupan Fe 3 nasional adalah 64,85%. Bila dilihat dari tahun 1995 sampai dengan tahun 1998 terlihat adanya kenaikan cakupan baik untuk Fe maupun Fe 3 (Depkes RI, 1999).


(35)

Vitamin A merupakan zat gizi yang penting bagi manusia, karena zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dan luar tubuh.

Departemen Kesehatan telah menjalankan usaha pencegahan dan pengobatan khususnya untuk melindungi balita dengan cara memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi secara periodik yaitu masing-masing satu kali bagi bayi berumur 6-11 bulan sebanyak 1 kapsul (berwarna biru) berisi vitamin A 100000 SI dan sebanyak 1 kapsul (berwarna merah) yang berisi vitamin A 200000 SI pada Balita usia 12-59 bulan setiap 6 bulan sekali.

Makanan tambahan adalah makanan yang diberikan kepada seseorang untuk membantu mencukupi kebutuhannya akan gizi agar dapat memenuhi fungsinya. Makanan tambahan harus mengandung zat gizi yang perlu diberikan dan bermutu baik (Depkes, 1998/1999).

Tujuan pemberian makanan tambahan ini adalah sebagai komplemen terhadap ASI agar anak memperoleh cukup energi, protein dan zat-zat gizi lain (vitamin dan mineral) untuk tumbuh dan berkembang secara normal.

Ada dua jenis PMT, yaitu :

a. PMT Pemulihan

Ciri-cirinya :

1) Sebagai sarana pemulihan (kuratif dan rehabilitatif), merupakan suatu bentuk kegiatan pemberian zat gizi berupa makanan dari luar keluarga.

2) Sebagai sarana pemulihan bertujuan memperbaiki keadaan gizi golongan rawan gizi yang menderita kekurangan gizi.


(36)

3) Sebagai sarana pemulihan dilaksanakan bersamaan dengan motivasi ke arah peningkatan keadaan gizi secara swadaya oleh masyarakat dan keluarga.

4) Sebagai sarana pemulihan hendaknya benar-benar sebagai penambahan dan tidak mengurangi jumlah makanan yang dimakan setiap hari dirumah.

b. PMT Penyuluhan

Ciri-cirinya :

1) Sebagai sarana penyuluhan, salah satu cara penyuluhan gizi khususnya untuk meningkatkan gizi anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui.

2) Sebagai sarana penyuluhan bertujuan memberikan penyuluhan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat kearah perbaikan gizi.

c. Penyuluhan Gizi

Penyuluhan gizi adalah penyampaian pesan-pesan gizi pada masyarakat yang dapat dilakukan di Posyandu. Penyuluhan gizi ini bertujuan :

1) Meningkatkan pemahaman dan kesadaran keluarga akan pentingnya gizi bagi

kesehatan dan kesejahteraan keluarga.

2) Meningkatkan kesehatan dan upaya keluarga dalam menanggulangi masalah gizi di lingkungan masing-masing.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam penyuluhan gizi adalah :

a. Kegiatan penyuluhan gizi secara teratur dilaksanakan di Posyandu oleh kader pada ibu-ibu balita, ibu hamil, ibu menyusui dan sasaran lainnya yang menimbangkan anaknya dengan bimbingan petugas gizi dan petugas lain.


(37)

b. Kegiatan penyuluhan gizi dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kelompok dalam setiap kesempatan pertemuan didesa, antara lain Bina Keluarga Balita (BKB), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan antara lain penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian Oralit yang disediakan.

2.2.2 Kegiatan Pengembangan / Tambahan

Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan Posyandu dengan kegiatan baru, di samping 5 kegiatan utama yang telah ditetapkan. Kegiatan baru tersebut misalnya; perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dan berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu yang seperti ini disebut dengan nama Posyandu Plus.

Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya di atas 50%, serta tersedia sumber daya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat yang tercermin dari hasil Survey Mawas Diri (SMD) dan disepakati bersama melalui forum Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Pada saat


(38)

ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah diselenggarakan antara lain :

1. Bina Keluarga Balita (BKB)

2. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)

3. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB), misalnya : ISPA, DBD, gizi buruk, polio, campak, difteri, pertusis, tetanus neonatorum.

4. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD).

5. Usaha Kesehatan Gizi Masyarakat Desa (UKGMD).

6. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP).

7. Program diversifikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui

Taman Obat Keluarga (TOGA). 8. Desa Siaga

9. Pos Malaria Desa (Posmaldes)

10.Kegiatan ekonomi produktif, seperti : Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.


(39)

2.3 Cakupan Program Posyandu

Upaya untuk menurunkan jumlah kekurangan gizi dan protein di Posyandu yakni dengan adanya kegiatan pemantauan pertumbuhan anak melalui penimbangan Berat Badan ”anak sehat bertambah umur bertambah berat badan”.

Untuk melihat keberhasilan kegiatan penimbangan di Posyandu ini dilakukan dengan analisa semua balita yang ada di wilayah kerja Posyandu, semua balita yang berkunjung ke Posyandu telah mempunyai KMS, semua balita yang berkunjung ke Posyandu dan ditimbang di Posyandu dan timbangannya naik, menurut indikator persentase masing-masing diberi target 80% (Depkes RI, 2000), indikator tersebut adalah sebagai berikut :

a. Hasil liputan

Dapat dihitung dari jumlah balita yang terdaftar di Posyandu dan mempunyai KMS.

b. Tingkat partisipasi masyarakat

Diperoleh dengan cara membagi angka jumlah balita yang ditimbang pada waktu itu dengan jumlah seluruh balita yang ada di Posyandu.

c. Tingkat kelangsungan penimbangan

Dihitung dari jumlah balita yang ditimbang pada bulan itu, dibagi dengan jumlah balita yang terdaftar dan mempunyai KMS.

d. Hasil penimbangan

Diperoleh dengan cara membagi jumlah balita yang naik timbangannya, dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang pada bulan tersebut.


(40)

e. Hasil pencapaian program

Dihitung dari jumlah balita yang baik berat badannya, dibagi dengan jumlah seluruh balita yang ada di Posyandu.

2.4 Telaah Kemandirian Posyandu

Untuk melakukan telaah kemandirian ini, dikembangkan seperangkat indikator yang digunakan sebagai penyaring atau penentu tingkat kemandirian Posyandu berdasarkan strata Posyandu yaitu Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri.

Adapun kriteria yang dilihat dalam tingkat kemandirian Posyandu yaitu : (Depkes RI, 1998)

1. Frekuensi penimbangan per tahun

Seharusnya Posyandu menyelenggarakan kegiatan setiap bulan, jadi bila teratur akan ada 12 kali penimbangan setiap tahun. Dalam kenyataannya tidak semua Posyandu dapat berfungsi setiap bulan, sehingga frekuensinya kurang dari 12 kali setahun. Untuk ini diambil batasan 8 kali. Posyandu yang frekuensinya sudah 8 kali atau lebih, dianggap sudah cukup mapan.

Frekuensi penimbangan yang dipadukan dengan cakupan hasil program gizi di Posyandu adalah :

a. Cakupan program (K/S)

Jumlah balita yang memiliki KMS dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu dan kemudian dikali 100%. Persentase K/S disini


(41)

menggambarkan berapa jumlah balita diwilayah tersebut yang memiliki KMS dan berapa besar cakupan program didaerah tersebut telah tercapai.

b. Cakupan partisipasi masyarakat (D/S)

Jumlah balita yang ditimbang di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu kemudian dikalikan 100%. Persentase D/S menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi masyarakat didaerah tersebut yang telah dicapai.

c. Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K)

Jumlah balita yang ditimbang di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang telah memiliki KMS dikalikan 100%.

d. Cakupan hasil penimbangan (N/D)

Rata-rata jumlah balita yang naik berat badan dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang di Posyandu. Persentase ini menggambarkan persentase berat badan balita yang naik.

2. Rata-rata jumlah kader tugas pada hari H Posyandu

Jumlah kader yang bertugas pada hari H Posyandu dapat dijadikan indikasi lancar tidaknya Posyandu. Hari H merupakan puncak kegiatan Posyandu. Oleh karena itu banyaknya kader yang bertugas pada hari itu amat menentukan kelancaran Posyandu. Dari pengalaman selama ini menunjukkan bahwa kegiatan Posyandu bisa tertangani dengan baik bila jumlah kader 5 orang atau lebih. Bila kurang dari 5 orang, biasanya kader kewalahan melayani sasaran yang datang ke Posyandu.


(42)

3. Cakupan

Cakupan dapat dijadikan sebagai tolak ukur kegiatan serta masyarakat dan tokoh masyarakat dalam menggerakkan masyarakat setempat untuk memanfaatkan Posyandu, dianggap baik bila dapat mencapai 50% atau lebih, sedangkan bila kurang dari 50% dapat dikatakan bahwa Posyandu ini belum mantap.

4. Cakupan imunisasi

Cakupan imunisasi dihitung secara kumulatif selama satu tahun. Cakupan kumulatif dianggap baik bila mencapai 50% keatas, sedangkan bila kurang dari 50% dianggap Posyandu belum mantap.

5. Cakupan ibu hamil

Cakupan pemeriksaan ibu hamil juga dihitung secaraa kumulatif selama satu tahun. Batas mantap tidaknya Posyandu digunakan angka yaitu 50%.

6. Cakupan KB

Cakupan peserta KB juga dihitung secara kumulatif selama satu tahun. Pencapaian 50% keatas dikatakan mantap, sedangkan kurang dari 50% berarti belum mantap.

7. Program tambahan

Posyandu pada mulanya melaksanakan 5 program utama yaitu KB, KIA, Gizi, imunisasi dan penanggulangan diare.


(43)

Strata Posyandu dibedakan atas 4 yaitu : 1. Posyandu Pratama (warna merah)

Posyandu tingkat pratama adalah Posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.

2. Posyandu Madya (warna kuning)

Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) masih rendah, yaitu < 50%. 3. Posyandu Purnama (warna hijau)

Posyandu pada tingkat purnama adalah Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali pertahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5 progam utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) > 50%. Sudah ada program, taambahan dan dana sehat yang masih sederhana.

4. Posyandu Mandiri (warna biru)

Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau > 50% KK.

2.5 Kader Posyandu

Kader Posyandu adalah pengurus Posyandu dari anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu. Kader Posyandu menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela. Kriteria kader Posyandu antara lain :


(44)

a. Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat b. Dapat membaca dan menulis huruf latin

c. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat.

d. Bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang.

Dalam keadaan tertentu, terutama di daerah perkotaan, karena kesibukan yang dimiliki, tidak mudah mencari anggota masyarakat yang bersedia aktif secara sukarela sebagai kader Posyandu. Untuk mengatasinya kedudukan dan peranan kader Posyandu dapat digantikan oleh tenaga profesional terlatih yang bekerja secara purna/paruh waktu sebagai kader Posyandu dengan mendapat imbalan khusus dari dana yang dikumpulkan oleh dan dari masyarakat.

Kriteria tenaga profesional antara lain sebagai berikut : a. Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat b. Berpendidikan sekurang-kurangnya SMP

c. Bersedia dan mau bekerja secara purna/paruh waktu untuk mengelola Posyandu

2.5.1 Prinsip-prinsip Kader

a. Kader yang bertugas di Posyandu harus mampu mempengaruhi masyarakat

terutama ibu-ibu yang mempunyai balita agar membawa balita di hari bukan Posyandu.

b. Kader yang bertugas di Posyandu harus bisa mengajak ibu hamil dan yang baru menikah atau Pasangan Usia Subur (PUS) agar bisa mendatangi Posyandu untuk diberikan vitamin zat besi dan kontrasepsi KB bagi pasangan usia subur dan penyuluhan kesehatan.


(45)

c. Kader harus bisa meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat bagi masyarakat yang belum mengerti tentang kesehatan.

Prinsip kader yang telah berumah tangga, mempunyai pekerjaan selain sebagai kader Posyandu menyebabkan terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan tugasnya sebagai kader, permasalahan kader secara ekonomi misalnya penghasilan keluarga yang tidak mencukupi serta tidak adanya insentif yang diterimanya sebagai kader. Dari pihak Pemerintah Daerah (Dinas Kesehatan dan Puskesmas). Pelaksanaan tingkat Posyandu tingkat Kabupaten maupun Kecamatan belum pernah dilakukan evaluasi tentang pelaksanaan kegiatan Posyandu oleh petugas kesehatan, serta belum adanya umpan balik yang diberikan sebagai hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan Posyandu. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pelayanan Posyandu kemungkinan terkait dengan aspek hubungan karakteristik kader dengan pelaksanaan Posyandu.

2.5.2 Tugas Pokok Kader

a. Menyiapkan alat dan bahan yaitu : alat penimbangan bayi dan balita, Kartu Menuju Sehat (KMS) , obat-obatan yang dibutuhklan (Tablet besi, Vitamin A, Oralit dan lain-lain sesuai kebutuhan), bahan/materi penyuluhan.

b. Mengundang dan menggerakkan masyarakat yaitu : Memberitahu ibu-ibu

untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang bisa membantu memotivasi masyarakat untuk datang ke Posyandu.


(46)

c. Menghubungi POKJA posyandu yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa/kelurahan dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka posyandu.

d. Melaksanakan pembagian tugas yaitu : Menentukan pembagian tugas diantara kader Posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.

2.5.3 Karakteristik Individu

Menurut Kurt Lewin (1951) dalam Brigham (1991), merumuskan karakteristik seseorang dalam pelaksanaan posyandu antara lain :

1. Fungsi karakteristik individu 2. Lingkungan

3. Karakteristik individu meliputi : a. Motif nilai

b. Sifat kepribadian

c. Pengetahuan yang saling berinteraksi satu sama lain

d. Umur

Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai dengan batas akhir masa hidupnya. Faktor umur menentukan kemampuan seseorang untuk bekerja, termasuk bagaimana ia meresponden stimulus yang dilancarkan individu/pihak lain (Sofiah, 2008).


(47)

e. Status Perkawinan

Status perkawinan adalah suatu bentuk perkawinan antara laki-laki dan perempuan secara syah dipandang dari segi agama pernikahan yang dibuktikan dengan adanya surat nikah atau terdaftar di kantor agama. Karyawan yang sudah menikah dengan karyawan yang belum/tidak menikah akan berbeda dalam memaknai suatu pekerjaan. Karyawan yang sudah menikah menilai pekerjaan sangat penting karena dia sudah memiliki tanggung jawab terhadap keluarga (Sofian, 2008). Studi Nurhayati (1997) menyatakan bahwa kader yang telah menikah umumnya mempunyai motivasi yang tinggi untuk menjadi kader, karena berkeinginan untuk menambah penghasilan keluarga, namun status perkawinan juga dapat menjadi penghambat dalam pekerjaan kader, misalnya kemungkinan adanya larangaan dari suami membuat seorang kader mengabaikan pekerjaannya di Posyandu Kader di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Medan.

f. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal yang ditempuh seseorang sampai mendapatkan sertifikat kelulusan/ijazah, baik itu pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi.

Studi Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (2005) menyatakan tingkat pendidikan seorang kader posyandu berpengaruh terhadap kemampuan dan keterampilannya dalam melaksanakan kegiatan posyandu, dimana kader yang berpendidikan tinggi kemungkinan memiliki pengetahuan yang tinggi.


(48)

g. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan secara rutin sebagai upaya untuk mendapatkan penghasilan untuk membiayai keluarga serta menunjang kebutuhan rumah tangga.

Studi Trawati (2000) menyimpulkan seorang kader posyandu di Propinsi Jawa Barat tidak mempunyai pekerjaan tetap selain kader, karena kader Posyandu yang mempunyaai pekerjaan tetap kemungkinan pekerjaan dan tanggung jawabnya sebagai kader akan terabaikan karena kesibukan pekerjaannya. h. Penghasilan

Penghasilan adalah jumlah uang yang diperoleh seseorang sebagai imbalan dari pekerjaan atau tugas yang dilaksanakannya. Kader Posyandu yang mempunyai penghasilan tetap dan cukup untuk menghidupi kebutuhan keluarganyaa tentunya akan dapat melaksanakan pekerjaan sebagai kader Posyandu tanpa terbebani dengan kondisi kehidupan ekonomi keluarganya. Sesuai dengan pedoman penyelenggaraan Posyandu (Depkes RI dan Depdagri RI, 2006) bahwa kader Posyandu adalah orang yang bersedia dan sanggup melaksanakan kegiatan pelayanan di posyandu pada hari buka maaupun tidak buka Posyandu secara sukarela, artinya seorang kader Posyandu tanpa pamrih dalam melaksanakan tugasnya.

Studi Posdaya (2005) menyatakan gerakan pengembangan posyandu dengan kader-kadernya di pedesaan bekerja tanpa upah, harus mengeluarkan dana dari kantong sendiri karena program pembangunan dimasa lalu banyak yang


(49)

dilakukan dengan sistem gotong royong yaang sebagian kecil saja anggarannya berasal dari pemerintah.

i. Reward Kader

Reward adalah semua hal yang disediakan organisasi untuk memenuhi satu atau lebih kebutuhan individual. Ada 2 (dua) jenis reward yaitu : (a) Imbalan Ekstrinsik (Extrinsic reward), yaitu imbalan yang berasal dari pekerjaan. Imbalan tersebut mencakup : uang, status, promosi, dan rasa hormat. Imbalan uang merupakan imbalan ekstrinsik yang utama dan secara umum diakui bahwa uang adalah pendorong utama, namun jika karyawan tidak melihat adanya hubungan antara prestasi dengan kenaikan yang pantas, uang tidak akan menjadi motivator yang kuat. (b). Imbalan Intrinsik (Intrinsic reward), yaitu imbalan yang merupakan bagian dari pekerjaan itu sendiri, imbalan tersebut mencakup rasa penyelesaian, prestasi, otonomi dan pertumbuhan (Suwarto, 1999).

Studi Yuriastianti dan Sihombing (2000) menyatakan banyak kader posyandu mengeluh, perlu identifikasi khusus bagi kader yang aktif diantara sekian banyak kader lainnya sebagai penghargaan atas partisipasi dan kerelaannya ikut berpartisipasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat. Penghargaan ini dapat diwujudkan dalam bentuk pelayanan dan pengobatan cuma-cuma bagi para kader dan keluarga mereka.

Meskipun dalam pedoman penyelenggaraan posyandu (Depkes dan Depdagri RI, 2006) disebutkan bahwa seorang kader merupakan tenaga yang bekerja


(50)

secara sukarela dan tanpa pamrih, namun pada wilayah tertentu yang kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya sudah baik, biasanya kader

Posyandu diupayakan untuk mendapatkan penghargaan (reward) dari

kesediaannya membantu program peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan di Posyandu.

j. Lama Menjadi Kader

Kader yang sudah lama bertugas diharapkan semakin baik pengetahuannya dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tetapi jika tidak didukung dengan adanya pembinaan atau latihan kader akan terjadi sebaliknya yaitu kader semakin menurun kinerjanya dalam penyelenggaraan Posyandu. Karena itu agar diusahakan kader dapat bertahan dan tidak gonta-ganti dengan memberi dukungan baik moril maupun materi dari semua pihak. Untuk membantu kader dan pengalamannya masih kurang adalah dengan adanya pembinaan dari petugas secara rutin setiap kali pelaksanaan Posyandu. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Posyandu antara lain menurut Anita Syarifa (2003), menyimpulkan bahwa kader Posyandu di Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara yang aktif mempunyai lama bekerja sebagai kader antara 5-10 tahun. Sedangkan penelitian Helen Sagala (2005), menyimpulkan bahwa kader yang sudah bertugas selama 6-9 tahun dan lebih dari 10 tahun ada kecenderungan semakin lama bertugas sebagai kader maka


(51)

semakin teliti dalam melakukan penimbangan. Unsur-unsur yang duduk dalam pengorganisasian Pokjanal Posyandu/Pokja Posyandu tidak terbatas pada komponen instansi pemerintah saja, tetapi juga dapat melibatkan unsur-unsur lain seperti Lembaga Profesi, Perguruan Tinggi, LSM, swasta/dunia usaha dan sebagainya (Depkes RI, 2006).

2.6 Landasan Teori

Adapun landasan teori dalam penelitian ini berdasarkan Kurt Lewin dalam Brigham (1991) adalah karakteristik individu merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi seseorang dalam pelaksanaan Posyandu berupa : umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, reward kader, lama menjadi kader.

Pelaksanaan penimbangan balita di Posyandu adalah kegiatan yang dilakukan oleh kader dalam penyelenggaraan Posyandu dengan salah satu kegiatan utama berupa penimbangan balita yang dilakukan berdasarkan Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu oleh kader dalam mencapai cakupan target kegiatan Posyandu (Depkes RI, 2006).

Kader posyandu sebagai penyelenggara kegiatan posyandu bertujuan mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi dan balita melalui kegiatan penimbangan balita. Menurut Gibson Kurt Lewin (1951) dalam Brigham (1991), menyebutkan karakteristik kader berpengaruh terhadap penimbangan balita di posyandu.


(52)

2.6 Kerangka Konsep

Individu dengan karakter tersendiri terhadap organisasi memiliki karakter tertentu yang saling menyesuaikan. Karakteristik individu mencakup umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan keluarga, reward, dan masa kerja dalam organisasi (Robbins, 2003).

Rendahnya cakupan pelaksanaan penimbangan balita di posyandu Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussalam, akibat faktor umur, rendahnya pendidikan, jenis pekerjaan yang ditekuni, lama menjadi kader, status perkawinan dan penghasilan keluarga sehingga dalam pelaksanaan tugas belum terlaksana secara optimal yang berdampak terhadap cakupan penimbangan balita belum tercapai. Selain itu rendahnya pemberian

reward kader ditandai dengan rendahnya keberadaan kader di posyandu.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Penimbangan Balita di Posyandu Karakteristik Kader

Posyandu Umur

Status Perkawinan Pekerjaan

Pendidikan

Penghasilan Keluarga Reward Kader

Lama menjadi Kader


(53)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei explanatory yaitu penelitian

yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh variabel independent berupa

karakteristik kader dengan variabel dependent berupa pelaksanaan penimbangan balita di Posyandu melalui uji hipotesa.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian Kecamatan Kembang Tanjong dalam wilayah Kabupaten Aceh Pidie dengan alasan akses yang mudah dan seluruh kader yang aktif 120 kader yang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai dengan Februari 2011.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader yang aktif di Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Aceh Pidie yang berjumlah 120 kader.

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan digunakan untuk penelitian. Besarnya sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan total sampling. Seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian.


(54)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian merupakan data yang diperoleh secara langsung dari kader melalui wawancara langsung dan observasi yang berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah disusun dengan mengacu topik yang diteliti. Data karakteristik kader (umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, reward, lama menjadi kader) dengan pelaksanaan penimbangan di posyandu.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan maupun dokumen-dokumen resmi lainnya terutama data di Posyandu, Kantor Desa, Puskesmas dan Dinas Kesehatan yang akan digunakan untuk membantu analisis terhadap data primer yang diperoleh. Meliputi jumlah kader yang aktif 120 orang di 47 posyandu.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kelayakan dalam menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Notoatmodjo (2005) menyatakan sebelum dilakukan penelitian kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji validitas kuesioner kepada 30 responden. Uji validitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian (kuesioner) yang dipakai cukup layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat. Sugiono (2006) juga menyatakan bahwa instrumen dikatakan valid, apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk


(55)

mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang akan diukur.

Uji validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus

teknik korelasi Pearson Product Moment Corelation Coeficient (r), dengan

ketentuan: a) Bila r hitung > t tabel maka dinyatakan valid dan b) Bila r hitung < t tabel maka dinyatakan tidak valid.

Uji reliabilitas terhadap kuesioner untuk melihat konsistensi jawaban. Sugiono (2006) menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliable atau konsisten jika digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data atau jawaban yang sama, dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan

ketentuan : a) Jika nilai r Alpha > r tabel maka dinyatakan reliable dan b) Jika nilai r Alpha < r tabel maka dinyatakan tidak reliable.

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel X Variabel Butir r-hitung Status Alpa

Cronbach Status

1 0,737 Valid 0,829 Reliabel

2 0,635 Valid 0,854 Reliabel

3 0,697 Valid 0,839 Reliabel

4 0,647 Valid 0,851 Reliabel

Reward


(56)

Pada tabel di atas, nilai corrected item-total correlation dari variabel independent (X) yaitu reward untuk butir 1 sampai 5 mempunyai rhitung > dari nilai r tabel=0,361, dengan demikian dinyatakan valid. Sedangkan nilai cronbach alpha dari masing-masing instrumen lebih besar dari 0,8 sehingga dapat dikatakan instrumen dari semua butir pernyataan reliabel.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel Y

1 0,492 Valid 0,833 Reliabel

2 0,635 Valid 0,825 Reliabel

3 0,427 Valid 0,837 Reliabel

4 0,452 Valid 0,835 Reliabel

5 0,427 Valid 0,837 Reliabel

6 0,451 Valid 0,841 Reliabel

7 0,462 Valid 0,835 Reliabel

8 0,459 Valid 0,840 Reliabel

9 0,531 Valid 0,830 Reliabel

10 0,445 Valid 0,836 Reliabel

11 0,559 Valid 0,829 Reliabel

12 0,630 Valid 0,824 Reliabel

13 0,423 Valid 0,842 Reliabel

14 0,464 Valid 0,834 Reliabel

Pelaksanaan Penimbangan Balita

15 0,509 Valid 0,833 Reliabel

Berdasarkan tabel di atas nilai corrected item-total correlation dari variabel dependent (Y) yaitu pelaksanaan penimbangan balita untuk butir 1 sampai 15 mempunyai rhitung > r tabel=0,361, dengan demikian dinyatakan valid. Sedangkan nilai cronbach alpha masing-masing instrumen lebihbesar dari 0,800 sehingga dapat dikatakan instrumen dari semua butir pernyataan sudah reliabel.


(57)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Independen

A. Karakteristik Kader 1. Umur

Umur adalah usia responden yang dihitung pada saat penelitian yang diketahui melalui Kartu Tanda Penduduk (KTP).

2. Status Perkawinan

Status perkawinan adalah suatu ikatan pernikahan sah yang pernah (berpisah) atau belum dilaksanakan kader posyandu yaitu dengan kategori menikah, belum menikah, dan janda.

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah pekerjaan tetap yang dimiliki responden untuk dapat memberikan penghasilan bagi keluarganya, yaitu dikategorikan bekerja dan tidak bekerja.

4. Pendidikan

Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh responden sampai tamat, yaitu tamat SD/tamat SLTP, tamat SLTA dan tamat Akademik Perguruan Tinggi.

5. Penghasilan

Penghasilan adalah tingkat pendapatan keluarga perbulan yang dihitung dalam rupiah, yaitu dengan kategori penghasilan tinggi dan penghasilan rendah, berdasarkan Upah Minimum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (UMP NAD, 2009) yaitu sebesar Rp. 850.000,-


(58)

6. Reward

Reward adalah pernyataan responden mengenai pernah dan tidaknya mendapatkan imbalan dalam bentuk uang yang diberikan selama menjadi kader Posyandu.

1. Tidak pernah mendapat upah selama menjadi kader 2. Pernah menerima upah atau imbalan

7. Lama menjadi kader

Lama menjadi kader adalah masa kerja responden di posyandu , yang dihitung dari pertama kali responden menjadi kader Posyandu sampai saat penelitian.

B. Pelaksanaan Penimbangan Balita di Posyandu

Variabel pelaksanaan penimbangan balita di Posyandu sebagai variabel dependen dalam penelitian ini adalah pelaksanaan penimbangan balita yang diselenggarakan setiap bulan sekali, dimulai dari pendaftaran hingga pencatatan hasil penimbangan balita.

Pengukuran pelaksanaan penimbangan balita di posyandu dilakukan melalui observasi dan wawancara menggunakan kuesioner yang telah ditentukan sesuai dengan pedoman pelaksanaan penimbangan balita sebanyak 15 item pertanyaan. Pemberian bobot nilai, jika menjawab ya diberi nilai 2 dan jika tidak diberi nilai 0. Kemudian nilai dijumlahkan lalu diranking.


(59)

3.6 Metode Pengukuran

Pengukuran variabel karakteristik disusun berdasarkan :

1. Umur

Pengukuran variabel umur dengan menggunakan skala nominal berdasarkan penggolongan :

a. Usia tidak produktif (<20 atau > 40 tahun) b. Usia produktif (20-40 tahun)

2. Status Perkawinan

Pengukuran variabel status perkawinan menggunakan skala nominal dengan berdasarkan penggolongan :

a. Belum menikah

b. Menikah 3. Pekerjaan

Pengukuran variabel pekerjaan menggunakan skala nominal, dengan berdasarkan penggolongan :

a. Tidak Bekerja b. Bekerja 4. Pendidikan

Pengukuran variabel pendidikan menggunakan skala ordinal dengan berdasarkan penggolongan :

a. Dasar (SD s/d SMP)

b. Menengah (SMA)


(60)

5. Penghasilan

Pengukuran variabel penghasilan menggunakan skala ordinal dengan berdasarkan penggolongan :

a. < Rp 885.000 (dibawah UMR) b. ≥ Rp. 885.000 (diatas UMR) 6. Reward

Pengukuran variabel reward menggunakan skala nominal, a. Tidak pernah (skor 0-5)

b. Pernah (skor 6-10) 7. Lama menjadi kader

Pengukuran variabel lama menjadi kader menggunakan skala ordinal dengan berdasarkan penggolongan :

a. Tidak lama, jika menjadi kader < 5 tahun. b. Lama, jika menjadi kader ≥ 5tahun. 8. Pelaksanaan Penimbangan Posyandu

Variabel pelaksanaan Posyandu menggunakan skala nominal dan setiap variabel pelaksanaan diskor berdasarkan 15 pertanyaan yang diberi nilai jika ya diberi nilai 2 jika tidak diberi 0.

Penjumlahan skor maksimum setiap variabel pelaksanaan Posyandu didapat total skor maksimum yang kemudian dikategorikan menjadi :

a. Kurang baik, jika responden memperoleh skor 0-15. b. Baik, jika responden memperoleh skor 16-30.


(61)

Tabel 3.3 Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Dependen

No Variabel Jumlah

Indikator

Alat Ukur

Kategori Skala Ukur

1 Umur 1 Kuesioner Usia tidak produktif

(<20 atau > 40 tahun) Usia produktif (20-40 tahun)

Nominal

2 Status Perkawinan

1 Kuesioner Belum menikah

Menikah

Nominal

3 Pekerjaan 1 Kuesioner Tidak bekerja

Bekerja

Nominal

4 Pendidikan 1 Kuesioner Dasar (SD s/d SLTP)

Menengah (SMA) Tinggi (Perguruan Tinggi)

Ordinal

5 Penghasilan 1 Kuesioner Rendah jika

<Rp. 885.000/bulan Tinggi jika

≥ Rp. 885.000/bulan Tidak pernah

Ordinal

6 Reward 5 Kuesioner

(skor 0-5)

Pernah (skor 6-10)

Nominal

7 Lama menjadi

kader

1 Kuesioner Tidak lama (< 5 tahun)

Lama (≥ 5 tahun)

Ordinal

8 Pelaksanaan penimbangan balita di Posyandu

15 Kuesioner Tidak Baik (skor 0-15)

Baik (skor 16-30)

Ordinal

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini (Sugiyono, 2006) adalah : 1. Analisis univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang menitikberatkan kepada penggambaran atau deskriptif data yang diperoleh. Menggambarkan distribusi frekwensi dari masing-masing variabel bebas dan variabel terikat.


(62)

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk melihat masing-masing variabel bebas dan variabel terikat. Untuk membuktikan adanya pengaruh yang bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat digunakan uji statistik Chi square pada batas kemaknaan 95 % dengan nilai perhitungan statistik p-value <0,05. Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p-value < 0,05 maka dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai pengaruh yang signifikan. 3. Analisis multivariat

Analisis multivariat bertujuan untuk melihat kemaknaan pengaruh antara variabel bebas yaitu karakteristik kader posyandu terhadap variabel terikat yaitu pelaksanaan penimbangan balita dan secara simultan sekaligus menentukan faktor–faktor yang lebih dominan berpengaruh. Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik berganda, pada batas kemaknaan 95%.

) 5 4 3 ( ) 5 4 3 ( 7 7 6 6 5 4 3 2 2 1 1 0 7 7 6 6 5 4 3 2 2 1 1 0 1 1 1 X B X B X B X B X B X B X B B X B X B X B X B X B X B X B B e e Y

Y

            Keterangan :

Y = Variabel Dependent yaitu : pelaksanaan penimbangan balita 1, 2 = Konstanta

X1 = Umur

X2 = Status Perkawinan X3 = Pekerjaan

X4 = Pendidikan X5 = Penghasilan X6 = Reward

X7 = Lama menjadi Kader


(63)

Keterangan :

Y = Pelaksanaan Penimbangan Balita

a = Konstanta

X1 = Umur

X2 = Status Perkawinan X3 = Pekerjaan

X4 = Pendidikan

X5 = Penghasilan keluarga X6 = Reward kader

X7 = Lama menjadi kader e = error


(64)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Pidie merupakan salah satu kabupaten yang berada dalam wilayah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terdiri dari 32 kecamatan. Salah satu kecamatan di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah Kecamatan Kembang

Tanjung yang mempunyai luas wilayah 46,5 Km2, terdiri dari 45 desa dan 8

pemukiman dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Simpang Tiga. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mutiara 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan GlumpangTiga 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Mutiara.

4.1.2 Demografi

Jumlah penduduk Kecamatan Kembang Tanjung menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pidie sampai dengan akhir Desember 2009 sebanyak 21.100 jiwa terdiri dari 10.283 jiwa penduduk laki-laki dan 10.817 jiwa penduduk perempuan.


(65)

4.1.3 Sarana Kesehatan

Pelayanan kesehatan di Kecamatan Kembang Tanjung didukung oleh satu Puskesmas yaitu Puskesmas Kembang Tanjung yang kewalahan dalam melayani dan menangani pasien yang membutuhkan perawatan saat ini. Jumlah tenaga dokter 2 orang, bidan 45 orang, perawat 37 orang, petugas sanitasi 5 orang, 20 orang tenaga honorer. Untuk melaksanakan pelayanan kesehatan dibantu 5 Puskesmas Pembantu dan 47 Posyandu dengan jumlah kader 120 orang.

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini karakteristik kader posyandu yang diteliti meliputi umur, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, reward, dan lama menjadi kader. Dari hasil penelitian dapat dibedakan masing-masing dengan distribusi frekuensi sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Umur

Umur Kader Jumlah (%)

<20 atau >40 tahun (usia tidak produktif) 35 29,2

20-40 tahun (usia produktif) 85 70,8

Jumlah 120 100,0

Faktor umur dapat menentukan kemampuan seseorang untuk bekerja, termasuk bagaimana ia merespon stimulus yang dilancarkan individu/pihak lain. Pada tabel 4.1 di atas diperoleh bahwa jumlah umur kader yang terbanyak yang


(66)

terjaring dalam penelitian pada kelompok umur usia produktif (20-40 tahun) sebanyak 85 orang (70,8%).

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Status Perkawinan

Status Perkawinan Kader Jumlah (%)

Belum menikah 49 40,8

Menikah 71 59,2

Jumlah 120 100,0

Status perkawinan kader yang menikah berguna sebagai motivator untuk menambah penghasilan keluarga, namun status perkawinan juga dapat menjadi penghambat dalam melaksanakan penimbangan balita. Pada tabel 4.2 di atas diperoleh bahwa status perkawinan kader terbanyak adalah sudah memiliki ikatan perkawinan sebanyak 71 orang (59,2%)

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Kader Jumlah (%)

Tidak bekerja 77 64,2

Bekerja 43 35,8

Jumlah 120 100,0

Pekerjaan merupakan upaya kader untuk mendapatkan penghasilan dan membiayai keluarga dalam menunjang kebutuhan rumah tangga atau dirinya. Pada tabel 4.3 di atas diperoleh bahwa pekerjaan tetap yang dimiliki responden terbanyak memiliki status tidak bekerja sebanyak 77 orang (64,2%).


(1)

Pekerjaan Kader * Penimbangan Balita di Posyandu

Crosstab

Penimbangan Balita di Posyandu Kurang

terlaksana Terlaksana Total

Count 36 41 77

Tidak bekerja

% within

Pekerjaan Kader 46.8% 53.2% 100.0%

Count 30 13 43

Pekerjaan Kader

Bekerja

% within

Pekerjaan Kader 69.8% 30.2% 100.0%

Count 66 54 120

Total

% within

Pekerjaan Kader 55.0% 45.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 5.905a 1 .015 .021 .012

Continuity Correctionb 5.011 1 .025

Likelihood Ratio 6.031 1 .014 .021 .012

Fisher's Exact Test .021 .012

Linear-by-Linear Association 5.855c 1 .016 .021 .012 .008

N of Valid Cases 120

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.35. b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -2.420.


(2)

Penghasilan Kader* Penimbangan Balita di Posyandu

Crosstab

Penimbangan Balita di Posyandu Kurang

terlaksana

Terlaksana

Total

Count 33 40 73

< Rp 885.000

(dibawah UMR) % within Penghasilan Kader 45.2% 54.8% 100.0%

Count 33 14 47

Penghasilan Kader

≥ Rp. 885.000

(diatas UMR) % within Penghasilan Kader 70.2% 29.8% 100.0%

Count 66 54 120

Total

% within Penghasilan Kader 55.0% 45.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 7.224a

1 .007 .009 .006

Continuity Correctionb 6.249 1 .012

Likelihood Ratio 7.375 1 .007 .009 .006

Fisher's Exact Test .009 .006

Linear-by-Linear Association 7.164c 1 .007 .009 .006 .004

N of Valid Cases 120

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.15. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

Reward * Penimbangan Balita di Posyandu

Crosstab

Penimbangan Balita di Posyandu

Kurang terlaksana Terlaksana Total

Count 54 21 75

Cukup sering

% within Reward 72.0% 28.0% 100.0%

Count 12 33 45

Reward

Sering

% within Reward 26.7% 73.3% 100.0%

Count 66 54 120

Total

% within Reward 55.0% 45.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 23.354a

1 .000 .000 .000

Continuity Correctionb 21.558 1 .000

Likelihood Ratio 24.018 1 .000 .000 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 23.159c 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid Cases 120

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.25. b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 4.812.


(4)

Lama menjadi Kader* Penimbangan Balita di Posyandu

Crosstab

Penimbangan Balita di Posyandu Kurang

terlaksana Terlaksana Total

Count 60 15 75

< 5 tahun

% within

Lama menjadi Kader 80.0% 20.0% 100.0%

Count 6 39 45

Lama menjadi Kader

≥ 5-10 tahun

% within

Lama menjadi Kader 13.3% 86.7% 100.0%

Count 66 54 120

Total

% within

Lama menjadi Kader 55.0% 45.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Probability

Pearson Chi-Square 50.781a 2 .000 .000

Likelihood Ratio 55.152 2 .000 .000

Fisher's Exact Test 53.783 .000

Linear-by-Linear Association 17.126b 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid Cases 120

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.95. b. The standardized statistic is 4.138.


(5)

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Cases(a) N Percent

Included in Analysis 120 100.0

Missing Cases 0 .0

Selected Cases

Total 120 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 120 100.0

a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Tidak baik 0

Baik 1

Block 0: Beginning Block

Classification Table(a,b)

Observed Predicted

Pelaksanaan Penimbangan Balita

Percentage Correct

Tidak baik Baik Tidak baik

Step 0 Pelaksanaan Penimbangan Balita

Tidak baik

66 0 100.0

Baik 54 0 .0

Overall Percentage 55.0

a Constant is included in the model. b The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -.201 .183 1.196 1 .274 .818

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Umur 9.789 1 .002

Status_Perkawinan 9.031 1 .003

Pekerjaan 14.433 1 .000

Pendidikan 5.905 1 .015

Penghasilan 7.224 1 .007

Reward 23.354 1 .000

Variables

Lama_Menjadi_Kader 50.505 1 .000

Step 0

Overall Statistics 60.937 7 .000


(6)

103

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 73.537 7 .000

Block 73.537 7 .000

Step 1

Model 73.537 7 .000

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 91.616(a) .458 .613

a Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Table(a)

Observed Predicted

Pelaksanaan Penimbangan Balita

Percentage Correct

Tidak baik Baik Tidak baik

Step 1 Pelaksanaan Penimbangan Balita

Tidak baik 59 7 89.4

Baik 13 41 75.9

Overall Percentage 83.3

a The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Umur .875 .654 1.792 1 .181 2.399

Status_Perkawinan .925 .590 2.461 1 .117 2.523

Pekerjaan .966 .563 2.939 1 .086 2.627

Pendidikan -1.153 .579 3.963 1 .047 .316

Penghasilan -.881 .546 2.602 1 .107 .414

Reward .814 .576 1.993 1 .158 2.256

Lama_Menjadi_Kad

er 2.573 .587 19.195 1 .000 13.103

Step 1(a)

Constant -6.575 2.129 9.537 1 .002 .001

a Variable(s) entered on step 1: Umur, Status_Perkawinan, Pekerjaan, Pendidikan, Penghasilan, Reward, Lama_Menjadi_Kader.