23
G. Metode Penelitian.
Metode Inggris : method, Latin : methodus, Yunani : methodos – meta berarti sesudah, di atas, sedangkan hodos, berarti suatu jalan, suatu cara . Mula-mula
metode diartikan secara harfiah sebagai suatu jalan yang harus ditempuh, menjadi penyelidikan atau penelitian berlangsung menurut suatu rencana tertentu. Metode
penelitian secara harfiah menggambarkan jalan atau cara penelitian tersebut dicapai atau dibangun.
28
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian.
Jenis penelitian dalam tesis ini adalah penelitian hukum normatif atau
penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum yang menggunakan sumber data sekunder atau data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan dan pendekatan
yang digunakan adalah deskriptif analitis, yaitu dalam menganalisis hasil penelitian peneliti berkeinginan untuk memberikan gambaran atau pemaparan atas subjek dan
objek penelitian.
28
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media Publishing, Malang, 2011, hal. 25 – 26.
Universitas Sumatera Utara
24
2. Sumber Data.
Sumber-sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber- sumber penelitian yang berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum
sekunder serta bahan-bahan hukum tersier.
29
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari bahan penelitian yang berupa bahan-bahan hukum, yang terdiri dari bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier atau bahan non hukum.
30
a. Bahan hukum primer yaitu bahan pustaka yang berisikan peraturan perundang- undangan, yang terdiri dari :
1 Undang-undang Dasar 1945 2 Undang-undang Nomor 28 tahun 2009, tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. 3 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.
4 Undang-undang Nomor 33 tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
5 Undang-undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. 6 Undang-undang Nomor 12 tahun 2011, tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
29
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005, hal.141
30
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, hal.156-159.
Universitas Sumatera Utara
25
7 Undang-undang Nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan
8 Undang-undang Nomor 20 tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang- undang Nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Atau Bangunan 9 Undang-undang Darurat Nomor 11 tahun 1957 tentang Peraturan Umum
Pajak Daerah. 10 Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. 11 Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 12 Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah. 13 Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
186PMK.072010 dan Nomor 53 Tahun 2010, tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan sebagai Pajak
Daerah. 14 Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
213PMK.072010 dan Nomor 58 Tahun 2010, tentang Tahapan Persiapan
Universitas Sumatera Utara
26
Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah.
15 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147PMK.072010 tentang Badan atau Perwakilan Lembaga Internasional Yang Tidak Dikenakan Bea Perolehan
Atas Hak Tanah Dan Bangunan. 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 148PMK.072010 tentang Badan atau
Perwakilan Lembaga Internasional Yang Tidak Dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
17 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. 18 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91PMK.032006, tanggal 13 Oktober
2006, tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561KMK.032004 tentang Pemberian Pengurangan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah Dan Bangunan. 19 Surat Menteri Keuangan Nomor: S – 495MK.072010 tanggal 29 September
2010 perihal Pedoman Penyusunan Perda dan Sistem Prosedur Pemungutan BPHTB.
20 Surat Menteri Keuangan Nomor: S – 632MK.072010 tanggal 30 November 2010 perihal Percepatan Penyusunan Peraturan Daerah tentang Bea Perolehan
Hak Atas Tanah Dan Bangunan.
Universitas Sumatera Utara
27
21 Surat Menteri Keuangan Nomor: S – 690MK.072010 tanggal 27 Desember 2010 perihal Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan.
22 Surat Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Nomor S-104PK2011, tanggal 11 Februari 2011,
tentang Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB. 23 Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 6 tahun 2011, tanggal 21
Maret 2011, tentang Pajak Daerah. 24 Peraturan Walikota Pematangsiantar Nomor 2 tahun 2011, tentang Sistim Dan
Prosedur Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Kota Pematangsiantar.
25 Surat Walikota Pematangsiantar Nomor 975007IDPPKAD2011, tanggal 4 Januari 2011, tentang Penyetoran Titipan BPHTB.
26 Surat Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pematangsiantar, Nomor 9701884IVDPPKAD2011, tanggal 26 April 2011
tentang Pengembalian Titipan BPHTB. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang berkaitan erat dengan bahan-
bahan hukum primer dan dapat membantu untuk proses analisis, yaitu : 1 Buku-buku yang ditulis para ahli hukum.
2 Doktrin pendapat ajaran dari para ahli hukum.
Universitas Sumatera Utara
28
3 Jurnal-jurnal hukum dan lain-lain. c. Bahan Hukum Tersier atau bahan non hukum, yaitu berupa kamus, ensiklopedi,
dan lain-lain.
31
3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data.