Analisis Data. Metode Penarikan Kesimpulan. Sejarah Singkat Kota Pematangsiantar.

30 Pematangsiantar dipimpin oleh Hulman Sitorus, S.E., sebagai Walikota dan Maruli Tua Hutapea, S.E., sebagai Ketua DPRD. 34

4. Analisis Data.

Analisis data dalam penelitian ini adalah kegiatan-kegiatan yang meliputi : a. pengumpulan data, yakni mengumpulkan dan memeriksa ulang terhadap hasil-hasil penelitian baik yang berasal dari kepustakaan maupun dari lapangan. b. tabulasi data, yakni setelah data yang terkumpul lengkap selanjutnya ditabulasi lebih dahulu dengan cermat. c. sistematisasi data, yakni menyusun data yang telah ditabulasi secara sistematis. d. analisis data, yakni menganalisis data yang telah tersusun secara sistematis, dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis kualitatif yaitu analisis dengan menggunakan nalar peneliti. e. penarikan kesimpulan, yakni langkah terakhir dalam penelitian ini ialah dengan melakukan penarikan kesimpulan, peneliti menggunakan metode deduktif. 34 Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar, Pematangsiantar Dalam Angka, Badan Pusat Statistik, Pematangsiantar, 2011, hal. 2. Universitas Sumatera Utara 31

5. Metode Penarikan Kesimpulan.

Berakhirnya penelitian Tesis ini nantinya akan ditandai dengan selesainya dibuat laporan hasil penelitian yang disebut dengan kesimpulan yang merupakan hasil penelitian dalam ukuran kecil. 35 Dalam melakukan penarikan kesimpulan, peneliti menggunakan cara deduktif penarikan kesimpulan dari yang umum ke yang khusus. 35 Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hal.142-143 Universitas Sumatera Utara 32

BAB II KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR

DALAM PEMUNGUTAN BPHTB PASCA BERLAKUNYA UNDANG- UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH A. Deskripsi Kota Pematangsiantar.

1. Sejarah Singkat Kota Pematangsiantar.

36 Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan daerah kerajaan. Pematangsiantar yang berkedudukan di Pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti ini adalah keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sang Nawaluh Damanik yang memegang kekuasaan sebagai raja tahun 1906. Di sekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk di antaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Bayu, Suhi Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu: a. Pulau Holing menjadi Kampung Pematang. b. Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota. 36 Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar, Pematangsiantar Dalam Angka, Badan Pusat Statistik, Pematangsiantar, 2011, hal. xxxii. 32 Universitas Sumatera Utara 33 c. Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, Kampung Melayu, Martoba, Sukadame dan Bane. d. Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba dan Martimbang. Setelah Belanda memasuki daerah Sumatera Utara, daerah Simalungun menjadi daerah kekuasasan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah kekuasaan raja-raja. Kontroleur Belanda yang semula berkedudukan di Perdagangan, pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru, bangsa Cina mendiami kawasan Timbang Galung dan Kampung Melayu. Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Staatblad No. 285 Pematangsiantar berubah menjadi Gemente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan Staatblad No. 717 berubah menjadi Gemente yang mempunyai Dewan. Pada zaman Jepang berubah menjadi Siantar State dan Dewan dihapus. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Pematangsiantar kembali menjadi daerah otonomi. Berdasarkan Undang-undang No. 22 tahun 1948 Status Gemente menjadi Kota Kabupaten Simalungun dan Walikota dirangkap Bupati Simalungun sampai tahun 1957. Universitas Sumatera Utara 34 Berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 1957 berubah menjadi Kota Praja penuh dan dengan keluarnya Undang-Undang No.18 tahun 1965 berubah menjadi Kota, dan dengan keluarnya Undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah berubah menjadi Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1981 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar terbagi atas 4 empat wilayah kecamatan yang terdiri atas 29 dua puluh sembilan desa kelurahan dengan luas wilayah 12,48 dua belas koma empat puluh delapan Km 2 yang peresmiannya dilaksanakan oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1982. Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu : a. Kecamatan Siantar Barat b. Kecamatan Siantar Timur c. Kecamatan Siantar Utara d. Kecamatan Siantar Selatan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1986 tanggal 10 Maret 1986 Kota Daerah tingkat II Pematangsiantar diperluas menjadi 6 enam wilayah kecamatan, dimana 9 sembilan desa kelurahan dari wilayah Kabupaten Simalungun masuk menjadi wilayah Kota Pematangsiantar, sehinggga Kota Pematangsiantar terdiri dari 38 tiga puluh delapan desa kelurahan dengan luas Universitas Sumatera Utara 35 wilayah menjadi 70,230 tujuh puluh koma dua ratus tiga puluh Km 2. Kecamatan- kecamatan tersebut yaitu : a. Kecamatan Siantar Barat b. Kecamatan Siantar Timur c. Kecamatan Siantar Utara d. Kecamatan Siantar Selatan e. Kecamatan Siantar Marihat, dan f. Kecamatan Siantar Martoba Selanjutnya, pada tanggal 23 Mei 1994 dikeluarkan kesepakatan bersama Penyesuaian Batas Wilayah Administrasi antara Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun dengan SKB Bersama No : . Adapun hasil kesepakatan tersebut adalah wilayah Kota Pematangsiantar menjadi seluas 79, 9706 tujuh puluh sembilan koma sembilan ribu tujuh ratus enam Km 2 . Pada tahun 1997 Wilayah Administrasi di Kota Pematangsiantar mengalami perubahan status sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara yang meliputi : 13631401994 13646201994 Universitas Sumatera Utara 36 a. Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 140.050.K97 tertanggal 13 Pebruari 1997 dan direalisasikan oleh Surat Keputusan Walikota KDH Tk II Kota Pematangsiantar No. 1401961Pem97 tertanggal 15 April 1997 tentang : Pembentukan Lima Kelurahan Persiapan di Kecamatan Siantar Martoba. b. Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 1402610.K95 tertanggal 4 Oktober 1995 serta direalisasikan oleh Surat Keputusan Walikota KDH Tk II Kota Pematangsiantar No. 1401961Pem97 tertanggal 2 Juli 1997 tentang Perubahan Status 9 sembilan Desa Menjadi Kelurahan. Sehingga pada tahun 1997 wilayah administrasi Kota Pematangsiantar menjadi 43 empat puluh tiga Kelurahan. Pada tahun 2007, diterbitkan 5 lima Peraturan Daerah tentang pemekaran wilayah administrasi Kota Pematangsiantar yaitu : a. Peraturan Daerah No. 3 tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Siantar Sitalasari. b. Peraturan Daerah No. 6 tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Siantar Marimbun. c. Peraturan Daerah No. 7 tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Bah Sorma. d. Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Tanjung Tongah, Naga Pitu dan Tanjung Pinggir. Universitas Sumatera Utara 37 e. Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Parhorasan Nauli, Sukamakmur, Marihat Jaya, Tong Marimbun, Mekar Nauli dan Nagahuta Timur Dengan demikian jumlah Kecamatan di Kota Pematangsiantar ada sebanyak 8 delapan kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak 53 lima puluh tiga kelurahan. Sejak tahun 1956 sampai sekarang Kota Pematangsiantar telah dipimpin oleh 17 tujuh belas orang walikota sebagai kepala daerah. Tabel 1 Nama-nama Walikota Pematangsiantar Sejak Tahun 1956 Sampai Sekarang No Nama Masa Jabatan 1 O.K.H. Salamuddin 1956 – 1957 2 Jamaluddin Tambunan 1957 – 1959 3 Rakoetta Sembiring 1960 – 1964 4 Abner Situmorang Juni 1964 – Agustus 1964 5 Pandak Tarigan 10 Agustus 1964 – 31 Agustus 1965 6 Zainuddin Hasan 31 Agustus 1965 –17 Desember 1966 7 Tarif Siregar 1 Oktober 1965 – 7 Desember 1966 8 Drs. M. Pardede 28 Desember 1966 – 24 April 1967 9 Letkol Laurimba Saragih 25 April 1967 – 28 Juni 1974 Universitas Sumatera Utara 38 Tabel 1 lanjutan 10 Kol. Sanggup Ketaren 29 Juni 1974 – 29 Juni 1979 11 Kol. Drs. M.J.T. Sihotang 29 Juni 1979 – 29 Juni 1984 12 Drs. Jabanten Damanik 29 Juni 1984 – 29 Juni 1989 13 Drs. Zulkifli Harahap 29 Juni 1989 – 29 Juni 1994 14 Drs. Abu Hanifah 29 Juni 1994 – 25 Mei 2000 15 Drs. Marim Purba 25 Mei 2000 – Januari 2005 16 Ir. R.E. Siahaan Agustus 2005 – Agustus 2010 17 Hulman Sitorus, S.E. Agustus 2010 – sekarang Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar, Pematangsiantar Dalam Angka, Badan Pusat Statistik, Pematangsiantar, 2011.

2. Lokasi dan Keadaan Geografis Kota Pematangsiantar.

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Yang Mengacu Kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Serta Pejabat Negara Yang Berperan Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Dan Ban

1 41 152

Mekanisme Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Dalam Kaitannya Dengan Pendaftaran Hak Atas Tanah Atau Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai

3 77 78

Analisis Perbedaan Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Sebelum dan Sesudah Dilaksanakan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 di Kota Bandung.

1 6 68

Analisis Perbedaan Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Sebelum dan Sesudah Dilaksanakan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 di Kota Cimahi.

0 0 16

Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Terhadap Hibahwasiat Pasca Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

0 0 16

Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Terhadap Hibahwasiat Pasca Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

0 0 2

Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Terhadap Hibahwasiat Pasca Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

0 2 30

Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Terhadap Hibahwasiat Pasca Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

0 0 55

Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Terhadap Hibahwasiat Pasca Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

0 0 7

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

0 0 20