1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pada tanggal 15 September 2009 yang lalu, oleh Pemerintah Republik Indonesia telah disahkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, yang diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010.
1
Dalam Bab II, Bagian Ketujuh Belas, Pasal 85 sampai dengan Pasal 93 dan Bab XVIII, Pasal 180 angka 6 dan Pasal 182 angka 2 Undang-undang Nomor 28
tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tersebut diatur mengenai pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB.
Pemungutan BPHTB adalah salah satu bagian yang sangat penting dalam proses peralihan pemilikan hak balik nama atas tanah dan bangunan di Indonesia,
karena Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT dilarang untuk menandatangani akta peralihan hak sebelum wajib pajak melunasi BPHTB
sebagaimana mestinya.
2
1
Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009, Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Bab XVIII, pasal 185.
2
Marihot Pahala Siahaan, Kompilasi Peraturan Di Bidang BPHTB, Panduan Dalam Penyusunan Aturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Tentang BPHTB, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010,
hal. vii.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Sebelum Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diberlakukan, ketentuan-ketentuan mengenai pemungutan BPHTB
ini diatur dalam Undang-undang Nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan yang telah dirubah dengan Undang-undang Nomor
20 tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan, dan terhitung sejak tanggal 1
Januari 2011, Undang-undang Nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan yang telah dirubah dengan Undang-undang Nomor
20 tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan tersebut telah dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
3
Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tersebut membawa perubahan besar dalam pemungutan BPHTB di Indonesia,
karena Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merubah status pemungutan BPHTB yang semula merupakan pajak
pemerintah pusat menjadi pajak pemerintah daerah kabupaten kota. Perubahan status pemungutan BPHTB dari pajak pemerintah pusat menjadi
pajak pemerintah daerah kota kabupaten berdasarkan Pasal 180 angka 6 Undang-
3
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pasal 180 angka 6.
Universitas Sumatera Utara
3
undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2011.
Salah satu konsekuensi yang cukup mendasar dalam melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
tersebut adalah bahwa setiap pemerintah kota kabupaten di Indonesia yang ingin memungut BPHTB sebagai sumber penerimaan daerahnya diharuskan untuk terlebih
dahulu menetapkan peraturan daerah Perda tentang BPHTB yang menjadi dasar hukum pemungutan BPHTB.
4
Dalam hal pemerintah kota kabupaten belum menerbitkan Perda tentang BPHTB maka pemerintah kota kabupaten tidak dapat memungut BPHTB, dengan
demikian persyaratan lunas bayar BPHTB untuk memproses kegiatan peralihan pemilikan balik nama hak atas tanah dan atau bangunan menjadi gugur.
5
Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tersebut dalam pelaksanaannya telah menimbulkan masalah di Kota
Pematangsiantar, permasalahan timbul karena Pemerintah Kota Pematangsiantar sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh Undang-undang Nomor 28 tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu tanggal 1 Januari 2011 belum juga menerbitkan Perda tentang BPHTB, akan tetapi sudah mulai memungut BPHTB.
4
P asal
95 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009,Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
5
Surat Menteri Keuangan Nomor S-632MK.072010, tanggal 30 November 2010, tentang Percepatan Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
BPHTB.
Universitas Sumatera Utara
4
Pemungutan BPHTB di Kota Pematangsiantar tersebut dilakukan bukan dengan dasar hukum Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar tetapi dengan Surat
Walikota Pematangsiantar Nomor 975007IDPPKAD2011, tertanggal 04 Januari 2011
yang ditandatangani
oleh Sekretaris
Daerah atas
nama Walikota
Pematangsiantar. Surat Walikota Pematangsiantar tersebut ditujukan kepada seluruh Notaris
dan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT wilayah kerja Kota Pematangsiantar termasuk kepada peneliti selaku Notaris dan PPAT Kota Pematangsiantar.
Isi dari Surat Walikota Pematangsiantar tersebut antara lain ialah meminta kepada Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT wilayah kerja Kota
Pematangsiantar untuk mengarahkan masyarakat wajib
pajak BPHTB agar menyetorkan BPHTB kepada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset
Daerah DPPKAD Kota Pematangsiantar sambil menunggu Perda tentang BPHTB Kota Pematangsiantar diterbitkan.
6
6
Surat Sekretaris Daerah Kota Pematangsiantar, Nomor 975007IDPPKAD2011, tanggal 04 Januari 2011, tentang Penyetoran Titipan BPHTB
Universitas Sumatera Utara
5
Surat Walikota Pematangsiantar tersebut menuai protes dari masyarakat wajib pajak BPHTB di Kota Pematangsiantar karena dianggap telah bertentangan dengan
Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
7
Keberatan masyarakat wajib pajak BPHTB tersebut ditanggapi oleh pemerintah pusat dalam hal ini oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, yang dalam suratnya Nomor S- 104PK2011, tanggal 11 Februari 2011, pada pokoknya mengatakan bahwa
pemungutan BPHTB dengan dasar Surat Walikota Pematangsiantar bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
8
Akhirnya dengan Surat Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pematangsiantar, Nomor 9701884IVDPPKAD2011, tanggal 26
April 2011, Pemerintah Kota Pematangsiantar mengembalikan pemungutan BPHTB tersebut kepada wajib pajak BPHTB yang telah terlanjur dipungut dalam kurun waktu
1 Januari 2011 sampai dengan 23 Maret 2011 yaitu jangka waktu sebelum terbitnya Perda, yang jumlahnya sebesar Rp. 707.375.945.- tujuh ratus tujuh juta tiga ratus
7
Presiden Diminta Perintahkan Walikota Pematangsiantar Menarik Surat, Belum Ada Perda. Pemungutan BPHTB Jadi Kacau, Harian Sinar Indonesia Baru SIB, Sabtu, tangggal 12 Februari
2011, halaman 1.
8
Surat Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Nomor S-104PK2011, tanggal 11 Februari 2011, tentang Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan BPHTB
Universitas Sumatera Utara
6
tujuh puluh lima ribu sembilan ratus empat puluh lima rupiah dengan jumlah wajib pajak penyetor BPHTB sebanyak 107 seratus tujuh orang.
9
Sementara itu Peraturan Daerah yang mengatur mengenai BPHTB di Kota Pematangsiantar diterbitkan pada tanggal 21 Maret 2011 oleh Pemerintah Kota
Pematangsiantar yakni Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 6 tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan kemudian pada tanggal 23 Maret 2011 diterbitkan
peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Walikota Pematangsiantar Nomor 2 tahun 2011 tentang Sistem Dan Prosedur Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan Kota Pematangsiantar. Berangkat dari uraian-uraian peneliti tersebut di atas maka peneliti
berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pelaksanaan Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Pasca Berlakunya Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Studi Di
Kota Pematangsiantar “
9
Surat Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kota
Pematangsiantar, Nomor 9701884IVDPPKAD2011, tanggal 26 April 2011, tentang Pengembalian Titipan BPHTB.
Universitas Sumatera Utara
7
B. Perumusan Masalah.