Tabel 5.10. Distribusi Gambaran Bayi yang Dilahirkan secara Seksio Sesarea dengan Indikasi Disproporsi Fetopelvik
Gambaran Bayi Frekuensi Persentase
Berat Badan Lahir
BBLR 4
14,3 Normal
24 85,7
Nilai APGAR menit ke-1
Rendah Kondisi baik
Nilai APGAR menit ke-5 Kondisi baik
2 26
28 7,1
92,9 100,0
Total 28
100,0
Dari Tabel 5.10. terlihat bahwa proporsi bayi dengan berat badan lahir normal berjumlah 24 orang 85,7, dengan berat badan lahir rendah
berjumlah 4 orang 14,3, dan tidak didapati bayi dengan berat badan lahir tinggi. Selain itu, dapat dilihat bahwa sebagian besar bayi memiliki kondisi
baik pada menit pertama 92,9 dan pada menit ke-5 seluruh bayi 100 berada dalam kondisi yang baik.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Distribusi Indikasi Seksio Sesarea di RSUP Haji Adam Malik
tahun 2008 – 2009
Dalam suatu penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 di Asia Tenggara untuk menilai proporsi masing-masing indikasi seksio sesarea,
didapati bahwa indikasi tersering dilakukannnya tindakan seksio sesarea adalah riwayat seksio sesarea sebelumnya. Dalam penelitian tersebut
didapati bahwa disproporsi fetopelvik menjadi indikasi kedua tersering dilakukannya tindakan seksio sesarea Festin, et al, 2009. Proporsi yang
sama didapati pada penelitian ini. Didapati bahwa indikasi tersering dilakukannya tindakan seksio sesarea adalah riwayat seksio sesarea 33,
sementara disproporsi fetopelvik menjadi indikasi kedua tersering tindakan seksio sesarea 30,8. Menurut laporan World Health Organization
WHO pada tahun 2005, disproporsi fetopelvik menyumbang sebanyak 8
Universitas Sumatera Utara
dari seluruh penyebab kematian ibu di seluruh dunia. Oleh karena itu, disproporsi fetopelvik menjadi salah satu indikasi dilakukannya tindakan
seksio sesarea.
5.2.2. Distribusi Sosiodemografi Ibu yang Melahirkan secara Seksio
Sesarea di RSUP Haji Adam Malik
Gambar 5.1. Diagram Distribusi Proporsi Ibu yang Menjalani Seksio Sesarea dengan Indikasi Disproporsi Fetopelvik menurut Umur
Dari Gambar 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi umur ibu terbanyak yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik adalah
20-35 tahun, yaitu sebanyak 24 orang 85,7, sementara ibu yang berusia di atas 35 tahun dan di bawah 20 tahun masing-masing berjumlah 2 orang
7,1. Hal ini sesuai dengan penelitian Simangunsong D. pada tahun 2003 di RSUP Pematang Siantar. Dalam penelitian tersebut didapati tindakan
seksio sesarea terbanyak dilakukan oleh kelompok umur 20-35 tahun 76 Usia di bawah 20 tahun merupakan usia dengan risiko tinggi untuk
kehamilan dan persalinan karena usia ini masih merupakan masa pertumbuhan seorang ibu, sedangkan usia di atas 35 tahun juga digolongkan
ke dalam kehamilan risiko tinggi karena pada usia ini terjadi penurunan fisik dan biologis ibu Cunningham, 2007. Tingginya proporsi ibu bersalin
dengan seksio sesarea pada kelompok umur 20-35 tahun merupakan kelompok umur reproduksi yang optimal bagi ibu untuk hamil dan
20-35 tahun
85,7 20 tahun
7,1
35 tahun 7,1
Universitas Sumatera Utara
melahirkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ginting D tahun 2007 di Rumah Sakit dr.Pirngadi Medan, di mana dalam penelitian itu
kelompok umur 20-35 tahun memiliki proporsi tertinggi tindakan seksio sesarea 79,3.
Persalinan secara seksio sesarea di RSUP Adam Malik dilakukan oleh ibu bersuku Batak 71,4, Jawa 14,3 dan Aceh 14,3.
Keanekaragaman ini disebabkan karena RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Sumatera Utara. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Anita V tahun 2007 di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar bahwa proporsi ibu yang mengalami persalinan dengan
seksio sesarea tertinggi 67,7 terdapat pada suku Batak.
5.2.3. Karakteristik Fisik Biologis Ibu yang Melahirkan secara Seksio