Etiologi Prevalensi Disproporsi Fetopelvik

b. Seksio sesarea sebelumnya c. Nulipara Tapi faktor-faktor tersebut tidak memiliki nilai yang cukup prediktif untuk dijadikan sebagai skrining awal terjadinya distosia Ould El Joud Bouvier-Colle, 2001.

2.4.4. Diagnosis

Menurut ACOG Practice Bulletin: Dystocia and Augmentation of Labour tahun 2003 diagnosis distosia tidak dapat ditegakkan sebelum persalinan percobaan trial of labor yang adekuat tercapai. Tabel 2.1. Pola Kelainan Persalinan, Kriteria, dan Metode Penanganan Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Anjuran Penanganan Penanganan Khusus Nulipara Multipara Prolongation Disorder 20 jam 14 jam Tirah baring Oksitosin seksio sesarea Protraction Disorder 1. Perlambatan dilatasi pada fase aktif 2. Perlambatan waktu penurunan kepala 1,2 cmjam 1,0 cmjam 1,4cmjam 2,0 cmjam Menunggu dan suportif Seksio sesarea untuk CPD Arrest Disorder 1. Memanjangnya fase deselerasi 2. Kemacetan pembukaan sekunder 3. Kemacetan penurunan 4. Kegagalan penurunan 3 jam 2 jam 1 jam - penurunan 1 jam 2 jam 1jam - penurunan Evaluasi CPD: - CPD: seksio sesarea - Non CPD: oksitosin Istirahat bila kelelahan Seksio sesarea CPD: disproporsi sefalopelvik. Sumber: : Cunningham, et al. Williams Obstetrics, 23 rd ed.

2.5. Disproporsi Fetopelvik

2.5.1. Etiologi

Disproporsi fetopelvik timbul akibat kurangnya kapasitas panggul ibu, ukuran janin yang terlalu besar, atau yang lebih sering, akibat kombinasi keduanya. Universitas Sumatera Utara a. Kapasitas panggul Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapt menyebabkan distosia pada persalinan. Dapat terjadi penyempitan pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau penyempitan panggul secara keseluruhan akibat kombinasi hal-hal tersebut. b. Dimensi janin terhadap panggul Ukuran janin tunggal jarang dapat menjelaskan kegagalan persalinan. Ambang ukuran janin untuk memprediksi terjadinya disproporsi fetopelvik masih sulit ditentukan. Didapati 2 3 bayi yang memerlukan seksio sesarea setelah gagalnya persalinan dengan menggunakan forsep memiliki berat kurang dari 3700 gram. Jadi faktor- faktor lain seperti malposisi kepala menyebabkan obstruksi keluarnya janin melalui jalan lahir. Hal ini termasuk ansinklintismus, posisi oksiput posterior, serta presentasi kepala dan bahu. Cunningham, et al., 2010.

2.5.2. Prevalensi

Dalam suatu penelitian didapati prevalensi disproporsi fetopelvik di Asia Tenggara sebanyak 6,3 dari kelahiran total. Hal ini menjadi indikasi kedua tersering dilakukannya tindakan seksio sesarea setelah riwayat seksio sesarea 7. Dalam penelitian yang sama didapati bahwa prevalensi disproporsi fetopelvik di Indonesia berjumlah 3,8 dari kelahiran total, dan disproporsi fetopelvik menjadi indikasi ketiga tindakan seksio sesarea 12,8 setelah malpresentasi 18,6 dan seksio sesarea sebelumnya 15,2 Festin, et al, 2009. Namun, jika definisi disproporsi fetopelvik mengikutsertakan malpresentasi seperti yang dikemukakan oleh Craig pada penjelasan berikutnya, maka disproporsi fetopelvik menjadi indikasi tersering dilakukannya tindakan seksio sesarea di Indonesia. Menurut laporan World Health Organization WHO pada tahun 2005, disproporsi fetopelvik menyumbang sebanyak 8 dari seluruh penyebab kematian ibu di seluruh dunia. Universitas Sumatera Utara

2.5.3. Klasifikasi