Suatu penelitian bermaksud menilai hubungan etnis, tinggi badan, dan ukuran sepatu untuk memprediksikan terjadinya disproporsi
fetopelvik. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa tinggi badan ibu merupakan nilai antropometrik yang paling prediktif dalam
memperkirakan metode persalinan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu dengan tinggi badan minimal 162,5 cm memiliki sensitivitas
74 dan spesifisitas 43 untuk melahirkan secara pervaginam Okewolle, et al, 2011.
1.2. Rumusan Masalah
Berapakah prevalensi seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik di RSUP Haji Adam Malik dari tahun 2008-2009?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui prevalensi seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik pada ibu-ibu yang melahirkan di RSUP
Haji Adam Malik dari tahun 2008-2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui indikasi tersering persalinan yang dilakukan secara seksio sesarea.
b. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang mengalami disproporsi fetopelvik.
c. Untuk mengetahui karakteristik bayi yang lahir secara seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik.
d. Untuk mengetahui komplikasi disproporsi fetopelvik pada ibu dan janin.
e. Untuk mengetahui luaran seksio sesarea bagi ibu dan janin khususnya pada kasus disproporsi fetopelvik.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain: a. Bagi pemerintah dinas kesehatan. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi salah satu acuan statistik mengenai angka kejadian seksio sesarea khusunya dengan indikasi disproporsi fetopelvik.
b. Bagi tenaga kesehatan. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan khususnya dalam
menangani kasus-kasus disproporsi fetopelvik. c. Bagi peneliti lain. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data
yang mendukung bagi penelitian lain di masa yang akan datang mengenai prevalensi seksio sesarea dengan indikasi disproporsi
fetopelvik. d. Bagi masyarakat. Sebagai pengetahuan tambahan bagi pembaca
mengenai seksio sesaria dan disproporsi fetopelvik.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Panggul
2.1.1. Tulang Panggul
Pelvis panggul tersusun atas empat tulang: sakrum, koksigis, dan
dua tulang inominata yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium, dan pubis.
Tulang-tulang inominata bersendi dengan sakrum pada sinkondrosis sakroiliaka dan bersendi dengan tulang inominata sebelahnya di simfisis
pubis Cunningham, et al, 2010. Panggul dibagi menjadi dua regio oleh bidang imajiner yang ditarik
dari promontorium sakrum ke pinggir atas simfisis pubis, yaitu: a. Panggul palsu
Terletak di atas bidang, berfungsi untuk menyokong intestinum. b. Panggul sejati
Terletak di bawah bidang, memiliki dua bukaan yaitu: arpertura pelvis superior pintu atas panggul dan arpetura pelvis inferior pintu bawah
panggul Baun, 2005. Selama proses kelahiran pervaginam, bayi harus dapat melewati
kedua pembukaan panggul sejati ini Amatsu Therapy Association and Amatsu Association of Ireland, 2006.
Gambar 2.1. Gambaran anteroposterior panggul normal wanita dewasa. Digambarkan diameter anteroposterior AP dan Transversal
T pintu atas panggul. Sumber: Cunningham,
et al. Williams Obstetrics, 23
rd
ed.
Universitas Sumatera Utara