Klasifikasi Diagnosis Disproporsi Fetopelvik

2.5.3. Klasifikasi

Klasifikasi klinis disproporsi fetopelvik dibagi menjadi disproporsi absolut dan relatif. a. Disproporsi fetopelfik absolut • Permanen maternal - penyempitan panggul - eksotosis panggul - spondilolistesis - tumor sakrokoksigeal anterior • Temporer fetal - hidrosefalus - makrosomia b. Disproporsi fetopelvik relatif • presentasi bahu • presentasi wajah • posisi oksipitoposterior • defleksi kepala

2.5.4. Diagnosis

Pengukuran terhadap ibu dan janin telah diupayakan untuk mendeteksi disproporsi fetopelvik sebelum onset persalinan. Penaksiran ukuran panggul internal dapat dilakukan dengan menggunakan X-ray pelvimetry, ultrasound, dan magnetic resonance imaging MRI. Stewart, Cowan, dan Philpott mencoba melakukan konfirmasi diagnosis disproporsi fetopelvik mayor dengan mengadakan pemeriksaan X-ray pelvimetry setelah persalinan. Dari pemeriksaan mereka, wanita-wanita Zimbabwe dan Afrika Selatan dengan jenis panggul platipeloid cenderung mengalami disproporsi fetopelvik. Namun, disimpulkan bahwa X-ray pelvimetry tidak banyak bermanfaat dalam memprediksi dan mendiagnosis terjadinya disproporsi fetopelvik. Pada awal tahun 1990, X-ray pelvimetry digantikan oleh CT pelvimetry. CT pelvimetry dinilai memberikan keuntungan dalam Universitas Sumatera Utara mengurangi paparan radiasi terhadap janin, tapi tidak memiliki nilai prediktif tambahan terhadap terjadinya disproporsi fetopelvik. Uji diagnosis dengan menggunakan MRI mulai mendapat perhatian beberapa tahun terakhir. MRI memberikan gambaran berkualitas tinggi tanpa paparan radiasi serta memberikan perhitungan volumetrik terhadap panggul dan kepala janin. Dilaporkan terdapat hubungan yang signifikan antara gambaran ukuran panggul dengan risiko terjadinya distosia yang membutuhkan seksio sesarea pada wanita-wanita yang menjalani MRI pelvimetry di Amerika Serikat. Namun, ternyata MRI dinilai tidak memiliki kelebihan akurasi dibandingkan metode-metode sebelumnya dalam memprediksi terjadinya distosia Zaretsky, et al, 2005. Akhirnya disimpulkan bahwa tidak ada satu pun dari metode-metode ini yang reliabel dalam mendiagnosis terjadinya disproporsi fetopelvik. Metode-metode tersebut meningkatkan nilai prediktif, tapi kebanyakan wanita dapat melahirkan secara normal walaupun hasil pengukuran memberi kesan hubungan sefalo-pelvik yang kurang memadai. Disproporsi fetopelvik biasanya ditentukan secara retrospektif setelah dilakukan persalinan percobaan trial of labor Arulkumaran, 2007. Diagnosis terbaik terjadinya disproporsi fetopelvik pada nulipara dilakukan melalui trial of labor dengan pemberian oksitosin, jika diperlukan, untuk memastikan adanya kontraksi uterus adekuat.

2.6. Persalinan Percobaan Trial of Labor