Pemohon akan menceritakan perihal kehamilan Termohon kepada ibu Pemohon, namun ternyata ibu Pemohon marah dan
tidak mau menerima Termohon. Lalu diadakan musyawarah keluarga dan dengan menghadirkan ustaz. Hasil musyawarah,
Pemohon memilih untuk dipisahkan sementara. Setelah dua bulan dipisahkan kenapa tiba-tiba Pemohon berubah pikiran
dengan mengatakan Termohon telah melakukan penipuan, bahkan mengajukan pembatalan perkawinan ke Pengadilan
Agama Tigaraksa. Kalau mau menipu kenapa Pemohon yang Termohon pilih, yang rumah saja masih kontarakan;
e. Bahwa Pemohon mengambil kembali mahar Termohon berupa cincin kawin, ketika Termohon memintanya, Pemohon
menyatakan nanti di pengadilan;
3. Pertimbangan Hukum
Bahwa berdasarkan posita permohonan, Pemohon telah mengajukan permohonan pembatalan nikah dan dengan didasarkan kepada dalil Pemohon
sendiri tentang domisili Pemohon dan Termohon yang berada di wilayah hukum Pengadilan Agama Tigaraksa, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 49 ayat 1
huruf a dan penjelasan pasal 49 ayat 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan
Perubahan Kedua dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, Pengadilan Agama Tigaraksa secara formal dinilai berwenang untuk menerima, memeriksa,
mengadili, dan menyelesaikan permohonan Pemohon.
Menimbang, bahwa pada persidangan yang telah ditentukan Pemohon dan Termohon telah menghadap sendiri in person di muka persidangan. Majelis
Hakim telah berupaya mendamaikan Pemohon dan Termohon agar menyelesaikan permasalahannya secara kekeluargaan dan kembali membina rumah tangga, namun
tidak berhasil. Demikian pula upaya mediasi sebagaimana kehendak PERMA Nomor 1 Tahun 2008 tentag mediasi telah dilaksanakan, namun tetap tidak
berhasil. Maka, ketentuan Pasal 130 ayat 1 HIR dan PERMA Nomor 1 Tahun
2008 telah terpenuhi.
Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti T.2 Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Termohon merupakan akta otentik, oleh karenanya secara
formil dinyatakan dapat diterima, dan berdasarkan alat bukti a quo telah terbukti secara meyakinkan Termohon berdomisili di wilayah hukum Pengadilan Agama
Tigaraksa. Dengan demikian pemeriksaan dapat dilanjutkan.
Menimbang, bahwa atas permohonan Pemohon dalam mengajukan pembatalan nikah telah mendalilkan suatu alasan bahwa Pemohon dan Termohon
telah melangsungkan pernikahan pada tanggal 13 April 2013 di Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang dengan status Pemohon sebagai seorang jejaka dan
Termohon sebagai seorang perawan dan juga telah hidup bersama sebagai suami isteri. Namun Termohon sewaktu menikah dengan Pemohon tenyata dalam
keadaan hamil dua bulan, sedangkan Termohon tidak pernah memberitahukan kepada Pemohon tentang kehamilannya sebelum perkawinan, maka sesuai dengan
ketentuan pasal 27 2 UU Nomor 1 Tahun 1974 Jo. Pasal 72 2 Kompilasi
Hukum Islam tentang perkawinan, secara formal perkara ini dapat diterima untuk diperiksa lebih lanjut.
Menimbang, bahwa berdasarkan Foto Kopi Kutipan Buku Nikah atas nama Pemohon dan Termohon yang telah melangsungkan pernikahannya pada
tanggal 13 April 2013 dengan Nomor : 31953IV2013 yang telah dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang pada
tanggal 15 April 2013, sebagaimana bukti P.1 dan T.1, bahwa Pemohon dan Termohon telah terbukti sebagai suami isteri, maka berdasarkan pasal 2 ayat
1dan 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dapatlah dinyatakan bahwa Pemohon dan Termohon telah terikat dalam perkawinan yang
sah.
Menimbang, bahwa oleh karena Pemohon dan Termohon sebagai suami isteri yang telah terikat dalam suatu perkawinan yang sah, maka Pemohon dan
Termohon dinilai sebagai pihak yang tepat dalam perkara ini legitima standi in judicio.
Menimbang, bahwa pada persidangan pertama Pemohon telah mengajukan penambahan permohonan tentang tuntutan ganti rugi terhadap seluruh
biaya prosesi acara pernikahan antara Pemohon dengan Termohon sampai pesta perkawinan beserta seluruh biaya rumah sakit Termohon. Hal ini dinilai oleh
Pemohon ada unsur penipuan. Maka, berdasarkan pasal 49 ayat 2 Undang- undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2006 dan Perubahan Kedua dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, dalam hal adanya penipuan, bukanlah menjadi wewenang
Pengadilan Agama, maka permohonan Pemohon harus dinyatakan untuk tidak
dapat diterima.
Menimbang, bahwa dari jawab menjawab antara Pemohon dengan Termohon, maka hal-hal yang telah diakui kebenarannya oleh Termohon adalah
sebagai berikut: a. Bahwa benar Pemohon dengan Termohon telah terikat hubungan suami
isteri yang sah, bahwa benar Termohon sebelum menikah dengan Pemohon telah berhubungan sex dengan seorang pria lain berinisial HB
PNS pada Pemda Kabupaten Tangerang sebanyak 1 satu di luar nikah.
b. Bahwa benar sewaktu Termohon menikah dengan Pemohon dalam keadaan terlambat haid setelah berhubungan sex dengan pria lain
kemudian dua hari setelah pernikahan diketahui sedang hamil dua bulan. Sedangkan hal yang dibantah oleh Termohon adalah bahwa Termohon
membantah telah melakukan penipuan terhadap Pemohon tentang kondisi kehamilan Termohon, karena Termohon mengetahui sedang hamil setelah
terjadi pernikahan.
Menimbang, bahwa segala hal yang telah diakui kebenarannya merupakan suatu
fakta yang tetap sehingga tidak perlu dibuktikan lagi.
Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti P.2 sd P.5, dan diakui kebenarannya oleh Termohon, secara formil dinyatakan dapat diterima yang
menerangkan bahwa Betha Annisa telah dirawat di rumah sakit Bethsaida Hospital sekitar tanggal 21-04-2013 dan pula menerangkan bahwa BA sedang dalam
keadaan hamil.
Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti P.6 sd P.11, dan diakui kebenarannya oleh Termohon, secara formil dinyatakan dapat diterima. Akan
tetapi alat bukti a quo berhubungan dengan permohonan ganti rugi yang diajukan
oleh Pemohon. Maka alat bukti tersebut harus dikesampingkan.
Menimbang, bahwa atas keterangan dua orang saksi yang diajukan oleh Pemohon di depan persidangan, telah menerangkan berdasarkan apa yang dilihat
dan dialaminya sendiri dan bukan orang yang terhalang menjadi saksi secara sehingga secara formil dapat diterima, sedangkan secara materiil keterangan saksi
saling bersesuaian antara yang satu dengan yang lain, serta mendukung dalil-dalil Permohonan Pemohon, sehingga telah memenuhi syarat formil dan materiil
sebagai saksi, oleh karena itu Majelis Hakim menilai kesaksian tersebut dapat diterima dan dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah serta menguatkan dalil-
dalil Permohonan Pemohon. Menimbang, bahwa dua orang saksi yang diajukan oleh Termohon di depan
persidangan, telah menerangkan berdasarkan apa yang dilihat dan dialaminya sendiri dan bukan orang yang terhalang menjadi saksi sehingga secara formil dapat
diterima, sedangkan secara materiil keterangan saksi saling bersesuaian antara yang satu dengan yang lain, serta mendukung dalil-dalil bantahan Termohon,
sehingga telah memenuhi syarat formil dan materiil sebagai saksi, oleh karena itu Majelis Hakim menilai bahwa keterangan 2 dua saksi tersebut dapat diterima dan
dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah serta menguatkan dalil-dalil bantahan Termohon.
Menimbang, bahwa berdasarkan semua hal yang telah dipertimbangkan tersebut di atas, Majelis Hakim dapat menemukan dan menyimpulkan fakta di
persidangan yang pada intinya sebagai berikut: a. Bahwa Pemohon dan Termohon adalah sebagai suami isteri sah
yang telah melangsungkan pernikahan pada tanggal 13 April 2013 di Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang dengan status Pemohon
sebagai jejaka dan Termohon berstatus perawan. b. Bahwa Pemohon dengan Termohon telah hidup bersama selama
lebih kurang satu minggu dan telah berhubungan sebagaimana layaknya suami isteri sebanyak dua kali.
c. Bahwa sebelum pernikahan Pemohon dengan Termohon, Termohon telah berhubungan sex dengan pria lain bernama H, PNS pada
Pemda Kabupaten Tangerang sebanyak 1 satu kali dan hal tersebut tidak diberitahukan oleh Termohon kepada Pemohon sebelum
pernikahan. d. Bahwa pada saat acara pernikahan, Termohon sedang terlambat
haid setelah berhubungan sex dengan pria lain di luar nikah kemudian Termohon memeriksakan diri dua hari setelah acara
pernikahan. Dan atas hasil pemeriksaan dokter, Termohon positif hamil 2 dua bulan kemudian diberitahukan kepada Pemohon satu
minggu setelah pernikahan; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka majelis
berpendapat bahwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan :
a. bahwa Pemohon dan Termohon telah terikat dalam perkawinan yang sah semenjak tanggal 13 April 2013 dengan status antara
jejaka dengan perawan. b. bahwa Pemohon tidak mengetahui keadaan Termohon yang
berstatus perawan. Dan ternyata Termohon dalam keadaan hamil dua bulan akibat berhubungan sex dengan pria lain bernama H, PNS
pada Pemda Kabupaten Tangerang sebanyak 1 satu sebelum menikah dengan Pemohon.
Menimbang, bahwa berdasarkan apa yang telah terbukti sebagaimana tersebut di atas, ternyata Pemohon merasa tertipu dan tidak dapat melanjutkan
rumah tangganya dengan Termohon, karena hal tersebut sangat mengganggu batin Pemohon, oleh karena itu majelis menilai jika rumah tangga Pemohon dan
Termohon tetap diteruskan, maka kemudlaratan akan menimpa keduanya. Oleh karena itu menyelamatkan mereka dari keadaan tersebut melalui pembatalan
pernikahan merupakan tindakan yang lebih baik dan maslahat bagi keduanya daripada tetap mempertahankan perkawinan mereka.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertibangan-pertimbangan tersebut di atas, maka majelis berkesimpulan bahwa permohonan pemohon telah terbukti dan
cukup alasan untuk melakukan pembatalan nikah sesuai dengan pasal 27 ayat 2 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Jo. Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor
9 tahun 1975 Jo. pasal 72 ayat 2 Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, oleh karena itu permohonan Pemohon patut untuk dikabulkan.
Menimbang, bahwa semua dalil dalil dan alat bukti baik surat maupun saksi yang diajukan oleh Pemohon maupun Termohon di depan sidang sepanjang tidak
dipertimbangkan oleh
majelis hakim,
maka harus
dinyatakan untuk
dikesampingkan. Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 89 ayat 1 Undang-Undang Nomor
50 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, maka biaya perkara ini seluruhya dibebankan
kepada Pemohon. Mengingat segala peraturan perundang-undangan yang berlaku serta hukum
syara yang berkaitan dengan perkara ini.
4. Amar Putusan