Rekomendasi merupakan tahapan lanjutan dari sintesis yang dilakukan

20 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum DKI Jakarta Berdasarkan data yang diperoleh dari Jakarta dalam angka 2013 menyatakan bahwa letak astronomis dari DKI Jakarta adalah 6°12` LS dan 106°48` BT. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 mdpl. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur Nomor 171 tahun 2007 adalah berupa daratan seluas 662.33 km² dan berupa lautan seluas 6 977.5 km². Wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota Administrasi dan satu Kabupaten Administratif. Pertama Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan luas daratan seluas 141.27 km². Kedua Kota Admistrasi Jakarta Timur dengan luas daratan seluas 188.03 km². Ketiga adalah Kota Administrasi Jakarta Pusat dengan luas daratan seluas 48.13 km². Keempat adalah Kota Administrasi Jakarta Barat dengan luas daratan seluas 129.54 km². Kelima adalah Kota Administrasi Jakarta Utara dengan luas daratan seluas 146.66 km². Serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 8.70 km². Berdasarkan posisi geografisya, Provinsi DKI Jakarta memiliki batas-batas sebagai berikut: Utara : Laut Jawa Timur : Kabupaten Bekasi Selatan : Kabupaten Tangerang dan Kota Depok Barat : Kota Tangerang Wilayah DKI Jakarta untuk topografi dikategorikan sebagai daerah datar dan landai. Iklim dari DKI Jakarta, secara umum terdapat dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September, arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Pada bulan Desember sampai Maret, arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik, sehingga terjadi musim penghujan. Secara umum Jakarta beriklim panas, dengan rata-rata suhu maksimum udara 34°C sampai 60°C pada siang hari dan suhu minimum udara berkisar 22°C sampai 86°C pada malam hari BPKPM 2011. Inventarisasi Kondisi Umum Bank BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional BTPN terlahir dari pemikiran tujuh orang dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di Bandung. BTPN mulai tercatat di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2008 dan setahun kemudian menambah bisnis pembiayaan untuk usaha mikro disamping dari portofolio layanan perbankan pensiun. Menyadari tantangan yang ada saat ini, bahwa perusahaan-perusahaan dituntut untuk dapat mengubah cara berbinis memutuskan untuk mengambil langkah lebih lanjut, dengan menciptakan dan meluncurkan “Daya” pada tahun 2011. 21 Dari sisi arsitektur Bank BTPN memiliki konsep tersendiri. Konsepnya adalah ingin menghadirkan layanan perbankan kepada customer dengan kesan rileks baik untuk indoor ataupun outdoornya. Bank BTPN memiliki beberapa bagian-bagian dalam sistemnya, salah satunya yang memiliki sistem hirarki tertinggi dan lebih diprioritaskan adalah BTPN Retail Funding yang biasa dikenal dengan BTPN Sinaya. Pada BTPN Sinaya ini dapat dikatakan customer merupakan kalangan menengah keatas, sehingga kenyamanan customer sangat diprioritaskan. Oleh sebab itu, perancangan dan perencanaan ruang pelayanannya yang dikenal dengan community center menggunakan konsep relax dan homey. Arsitekturnya dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah bagian indoor, dengan konsep penataan interiornya relax dan homey. Tata ruangnya dibuat sedemikian rupa tidak seperti pelayanan perbankan lain yang mengharuskan pelangganya mengantri, tetapi pelanggan dianggap sebagai tamu dengan pelayanan yang istimewa. Kedua adalah bagian outdoor, yang merupakan pemuatan vertical greenery pada kulit luar bangunan. Tujuannya untuk memberikan persepsi dan gambaran tersendiri dari tampilannya. Bank BTPN memiliki konsep utama untuk simbolnya yaitu konsep pixel kotak-kotak. Komposisi konsep simbol, relax dan nature membuat pihak konsultan Bank BTPN memiliki ide untuk memberikan vertical greenery disetiap kulit luar dinding bangunan. Pembuatan prototipe dari vertical greenery pada Bank BTPN dimulai pada tahun 2009 sampai sekarang masih terus berjalan. Lima kantor cabang yang pertama dilakukan pemasangan vertical greenery adalah KCP Kelapa Gading dan KCP Pondok Indah untuk pemasangan vertical greeery di outdoor kulit luar dinding bangunan, serta KCP Puri, KCP Puit, KCP Cyber 2 Ground floor untuk pemasangan vertical greenery di indoor kulit dalam dinding bangunan. Orientasi dan Batas-Batas Tapak Terdapat 13 KCP Bank BTPN yang menjadi lokasi penelitian tersebar di wilayah DKI Jakarta. Enam KCP berada di wilayah Jakarta Barat, yaitu: KCP Gajah Mada, KCP Taman Palem, KCP Kebun Jeruk Intercon, KCP Taman Ratu, KCP Tomang, dan KCP Glodok. Tiga KCP berada di wilayah Jakarta Pusat, yaitu: KCP Tanah Abang, KCP Roxy Mas, dan KCP Pecenongan. Dua KCP berada di wilayah Jakarta Selatan, yaitu: KCP Pondok Indah dan KCP Pecenongan. Serta, terdapat dua KCP berada di wilayah Jakarta Utara, yaitu: KCP Kelapa Gading dan KCP Sunter. Orientasi dari masing-masing gedung, disesuaikan dari arah hadap pintu masuk bangunan. KCP Bank BTPN yang menghadap kearah Utara terdiri dari KCP Taman Palem, KCP Kebun Jeruk Intercon, KCP Taman Ratu, KCP Tomang, dan KCP Glodok. KCP Bank BTPN yang menghadap kearah Timur terdiri dari KCP Gajah Mada, KCP Roxy Mas, dan KCP Tanah Abang. Selanjtnya, KCP Bank BTPN yang menghadap kearah Barat terdiri dari KCP Taman Ratu, KCP Pecenongan, KCP Pondok Indah, KCP Panglima Polim, KCP Kelapa Gading, dan KCP Sunter. Batas-batas tapak pada masing-masing gedung dibagi menjadi empat bagian. Terdiri dari bagian depan gedung arah hadap pintu masuk, bagian belakang gedung, dan bagian samping kiri dan kanan gedung. Adapun untuk penjabaran batas tapak masing-masing gedung KCP Bank BTPN terlihat pada Tabel 10. 22 Tabel 10 Batas tapak masing-masing gedung KCP Ban BTPN KCP Bank BTPN Arah bagian Depan Belakang Samping kiri Samping kanan Gajah Mada Jalan raya Gedung perkantoran Jalan raya Gedung perkantoran Taman Palem Jalan sekunder Perumahan Gedung perkantoran Gedung perkantoran Kebun Jeruk Intercon Jalan sekunder Gedung perkantoran Jalan sekunder Gedung perkantoran Taman Ratu Jalan sekunder Gedung pertokoan Gedung perkantoran Gedung perkantoran Tomang Jalan raya Rumah tinggal Gedung perkantoran Rumah tinggal Glodok Plaza Mall Glodok Gedung pertokoan Gedung pertokoan Gedung pertokoan Roxy Mas Jalan sekunder Jalan sekunder Gedung perkantoran Gedung perkantoran Tanah Abang Jalan raya Gedung perkantoran Gedung perkantoran Jalan sekunder Pecenongan Jalan sekunder Gedung perkantoran Gedung perkantoran Gedung perkantoran Pondok Indah Jalan raya Perumahan Gedung perkantoran Gedung pertokoan Panglima Polim Jalan raya Jalan sekunder Gedung perkantoran Gedung perkantoran Kelapa Gading Jalan sekunder Gedung perkantoran Gedung perkantoran Gedung perkantoran Sunter Jalan raya Gedung perkantoran Gedung perkantoran Gedung perkantoran Sumber data: observasi lapang Denah Menurut data yang diperoleh dari Kantor Pusat Bank BTPN, denah Bank BTPN memiliki 2 konsep utama, tergantung pada kondisi eksisting yaitu konsep untuk gedung yang memanjang dan melebar. Dari 13 gedung yang diamati, 12 gedung memiliki konsep denah yang memanjang yang terdiri dari 3 sampai 5 lantai, terdapat satu gedung yang memiliki konsep denah yang melebar yang tidak lebih dari 3 lantai, yaitu terdapat pada Bank BTPN KCP Tomang. Dari kedua jenis kategori denah gedung, hal yang mendasarinya adalah kondisi gedung tersebut saat awal disewa kondisi eksisting gedung. Gambar 6 dan 7 merupakan denah KCP gedung Bank BTPN yang memiliki konsep memanjang. Gambar 6 merupakan denah untuk lantai 1 dan lantai 2, sedangakan Gambar 7 merupakan lantai 3 dan 4 dengan denah konsep memanjang. Terdapat 3 KCP yang memiliki vertical greenery pada sisi samping, akan tetapi pada denah dibawah ini hanya menggambarkan untuk KCP Bank BTPN yang memasang vertical greenery pada bagian depan. 23 Sumber: Kantor Pusat Bank BTPN Gambar 6 Denah lantai 1 dan 2 pada KCP Bank BTPN dengan konsep memanjang Sumber: Kantor Pusat Bank BTPN Gambar 7 Denah lantai 3 dan 4 pada KCP Bank BTPN dengan konsep memanjang 24 Gambar 8 merupakan gambar denah KCP gedung Bank BTPN yang memiliki konsep melebar, yaitu Bank BTPN KCP Tomang dan hanya terdiri dari 2 lantai. KCP ini memasang vertical greenery pada dua sisi gedung yaitu bagian depan dan bagian samping. Adapun penjelasan dapat tergambarkan secara umum pada gambar denah di bawah ini. Intensitas Pengguna Intensitas pengguna tebagi menjadi dua bagian. Pertama adalah intensitas pengguna di dalam gedung. Kedua adalah intensitas pengguna yang berada di luarsekitar gedung. Pengguna dalam gedung, secara keseluruhan memiliki intensitas dan aktivitas yang relatif sama. Serta memiliki konsep interior yang mengutamakan kenyamanan dari nasabah. Sehingga untuk 13 gedung tersebut intensitas di dalam gedung hampir sama yaitu, relatif sepi dan lengang. Adapun aktivitas yang dilakukan di dalam gedung diantaranya adalah duduk, mengobrol, bekerja di depan komputer, dan bersih-bersih oleh cleaning service. Intensitas pengguna yang berada di luarsekitar masing-masing gedung berbeda-beda. Hal ini tergantung pada letak dan kondisi lingkungan sosial sekitar gedung eksisting. Pada Tabel 11 menjabarkan untuk intensitas, aktivitas, dan waktu dari 13 gedung KCP Bank BTPN. Untuk intensitas pengguna sekitar Sumber: Kantor Pusat Bank BTPN Gambar 8 Denah lantai 1 dan 2 pada KCP Bank BTPN dengan konsep melebar Skala: Tanpa Skala 25 gedung, pada tabel akan dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu: ramai, cukup ramai, dan sepi. Tabel 11 Waktu, intensitas, dan aktivitas pengguna di luarsekitar gedung KCP Bank BTPN KCP Bank BTPN Waktu Intensitas Aktivitas Ramai Cukup ramai Sepi Gajah Mada Pagi X Berjalan, kendaraan bermotor Siang X Sore X Taman Palem Pagi X Berjalan, berjualan, kendaraan bermotor Siang X Sore X Kb.Jrk.Intercon Pagi X Berjalan, kendaraan bermotor Siang X Sore X Taman Ratu Pagi X Berjalan, berjualan, kendaraan bermotor Siang X Sore X Tomang Pagi X Berjalan, kendaraan bermotor Siang X Sore X Glodok Pagi X Berjalan, kendaraan bermotort, kegiatan jual- beli pasar Siang X Sore X Roxy Mas Pagi X Berjalan, kendaraan bermotor Siang X Sore X Tanah Abang Pagi X Berjalan, kendaraan bermotort, kegiatan jual- beli pasar Siang X Sore X Pecenongan Pagi X Berjalan, kendaraan bermotor Siang X Sore X Pondok Indah Pagi X Berjalan, kendaraan bermotor Siang X Sore X Panglima Polim Pagi X Berjalan, kendaraan bermotor Siang X Sore X Kelapa Gading Pagi X Berjalan, memarkirkan kendaraan Siang X Sore X Sunter Pagi X Berjalan, kendaraan bermotor Siang X Sore X Sumber data: observasi lapang Dimensi Bangunan dan Jumlah Penggunaan AC Penggunaan AC pada gedung KCP Bank BTPN yang diteliti jumlahnya tergantung dari luas keseluruhan dari gedung tersebut. Tabel 12 menunjukkan 26 dimensi gedung, jumlah lantai sampai dengan jumlah penggunaan AC pada gedung KCP Bank BTPN yang diteliti. Untuk penggunaan AC, jumlah yang dicantumkan adalah jumlah AC yang aktif digunakan setiap harinya saat gedung dipakai untuk beraktifitas. Tabel 12 Dimensi, jumlah lantai, luas dan jumlah penggunaan AC pada gedung KCP Bank BTPN yang diteliti No Gedug KCP Dimensi gedung m Σ Lantai gedung Luas gedung m ² Σ AC unit 1 Gajah Mada 6 x 26 x 13 4 lantai 8 112 14 2 Tmn Palem 8 x 12 x 20 3 lantai 5 760 14 3 Kbn. Jrk. Intercon 8 x 15 x 20 3 lantai 7 200 14 4 Tmn. Ratu 8 x 12 x 13 3 lantai 3 744 12 5 Tomang 10 x 10 x 12 2 lantai 2 400 11 6 Glodok 10 x 12 x 24 5 lantai 14 400 16 7 Roxy Mas 5 x 15 x 25 5 lantai 9 375 15 8 Tnh. Abang 8 x 15 x 20 3 lantai 7 200 14 9 Pecenongan 10 x 13 x 26 5 lantai 16 900 18 10 Pndk. Indah 6 x 10 x 20 3 lantai 3 600 14 11 Pgl. Polim 9 x 15 x 15 4 lantai 5 400 14 12 Klp. Gading 10 x 15 x 20 3 lantai 9 000 15 13 Sunter 10 x 10 x 15 3 lantai 4 500 14 Sumber data: observasi lapang Pola Desain Vertical Greenery Pola desain yang diterapkan untuk vertical greenery pada masing-masing gedung memiliki satu konsep, yaitu konsep pixel. Konsep ini teraplikasikan pada bentuk struktur penyangga dari vertical greenery, yaitu berbentuk kotak-kotak kecil. Konsep pixel kotak-kotak merupakan konsep dasar dari BankBTPN. Kotak-kotak kecil ini berukuran 50 cm x 50 cm dengan jumlahnya disesuaikan dengan luas vertical greenery pada masing-masing gedung. Kelompok pemasangan vertical greenery di gedung KCP Bank BTPN dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah pemasangan vertical greenery pada bagian dinding kulit luar bangunan. Bagian kedua adalah pemasangan vertical greenery pada bagian dinding kulit dalam bangunan. Untuk jenis vegetasi, dikategorikan berdasarkan kelompok bagian pemasangan vertical greenery. Pemasangan vertical greenery pada bagian dinding kulit luar bangunan menggunakan tanaman menggantung. Sedangkan, pemasangan vertical greenery pada bagian dinding kulit dalam bangunan mengunakan tanaman merambat. Pada penelitian ini, hanya mengkaji pemasangan vertical greenery pada bagian dinding kulit luar banguan. Bentukan pola dari sistem pemasangan vertical greenery dibagi menjadi dua pola, yaitu vertikal dan horisontal. Penempatan sistem pola pemasangan disesuaikan pada kondisi eksisting masing-masing gedung. Pemasangan vertical greenery pada bagian dinding kulit luar bangunan menggunakan pola vertikal dan horisontal. Sedangkan, untuk pemasangan vertical greenery pada bagian dinding kulit dalam bangunan menggunakan bentukan horisontal. Dari 13 KCP Bank BTPN yang diteliti, terdapat satu KCP untuk pemasangan vertical greenery 27 menggunakan bentukan horisontal yaitu KCP Tomang. Bentukan pola pemasangan vertical greenery pada KCP Bank BTPN seperti ditunjukan pada Gambar 9. Jenis dan Detail Penanaman Vegetasi Dalam pemilihan tanaman, dibedakan menjadi dua bagian. Bagian yang pertama adalah tanaman yang digunakan untuk bagian dinding kulit dalam gedung, yaitu jenis tanaman sirih gading. Bagian kedua adalah tanaman yang digunakan untuk bagian dinding kulit luar bangunan, yaitu menggunakan tanaman lee kwan yew. Pada penelitian ini, tanaman yang digunakan adalah tanaman gantung hanya satu jenis yaitu lee kwan yew Vernonia elliptica. Tanaman lee kwan yew merupakan tanaman yang berasal dari Taiwan. Menurut hasil wawancara yang dilakukan terhadap konsultan landscape serta interior dari gedung KCP Bank BTPN menjelaskan dalam pemilihan tanaman gantung tersebut harus memiliki 5 sifat penting dalam pertumbuhannya. Pertama adalah tanaman gantung yang memiliki sifat mudah dipelihara. Kedua jenis tanaman gantung yang tidak mudah gugur dan tahan terhadap sinar matahari langsung. Ketiga adalah tanaman gantung yang tidak berbunga, walaupun berbunga tidak berbunga besar dan berwarna yang mencolok. Keempat adalah tanaman gantung yang memiliki warna hijau yang lembut dan terkesan rindang. Kelima adalah adalah tanaman gantung yang memiliki ukuran daun kecil sampai dengan sedang tidak lebar dan tidak besar. Berdasarkan kelima sifat tersebut, tanaman gantung lee kwan yew adalah salah satu tanaman yang mencakup kelima sifat tersebut dalam pertumbuhannya. Adapun bentukan dari vegetasi lee kwan Sumber: hasil wawancara konsultan bagian properti Bank BTPN Gambar 9 Bentukan pola pemasangan vertical greenery pada KCP Bank BTPN Vertical greenery dengan pola vertikal Vertical greenery dengan pola horisontal Vertical greenery dengan pola horisontal Pemasangan vertical greenery pada bagian dinding kulit luar bangunan Pemasangan vertical greenery pada bagian dinding kulit dalam gedung 28 yew yang digunakan dan gambaran penanaman yang terdapat dilapang seperti ditunjukkan pada Gambar 10. Berdasarkan data yang didapat dari literatur, artikel yang di tulis oleh Fion Steven pada tanggal 30 Agustus 2012 mengenai perbanyakan tanaman lee kwan yew , adalah dengan benih atau bibit yang disemai dengan sistem tray ditambah sekam bakar dan kompos. Setelah agak besar, bibit tersebut ditanam dimodul dan diletakkan horisontal. Namun tanaman gantung lee kwan yew juga dapat diperbanyak dengan stek dan biji. Penjabaran mengenai klasifikasi tanaman lee kwan yew Vernonia Elliptica dapat terlihat pada Tabel 13. Tabel 13 Klasifikasi tanaman lee kwan yew Vernonia elliptica KLASIFIKASI Kingdom Plantae tumbuhan Subkingdom Tracheobionta tumbuhan berpembuluh Super divisi Spermatophyta menghasilkan biji Divisi Magnoliophyta Tumbuhan berbunga Kelas Magnoliopsida berkeping duadikotil Sub kelas Asteridae Ordo Asterales Famili Asteraceae Genus Vernonia Spesies Vernonia Elliptica Sumber: www.google.com Sumber gambar: dokumentasi pribadi Gambar 10 Lee kwan yew Vernonia elliptica yang terdapat dilapang serta media tanam 29 Tanaman lee kwan yew merupakan tanaman semak yang tumbuh menjuntai ke bawah, dengan cabang memanjang, dan berlekuk halus. Sedangkan jabaran untuk deskripsi tanaman lee kwan yew Vernonia elliptica, dapat terlihat dari Tabel 14. Yang mana menjelaskan deskripsi tanaman secara umum, bentuk dan ukuran daun serta tangkai dari tanaman tersebut. Tabel 14 Ukuran dan deskripsi tanaman lee kwan yew Vernonia elliptica Bagian Tanaman Ukuran Deskripsi Daun - Panjang 2-6,5 cm - lebar 1-4 cm Daunnya berbentuk lonjong, sedikit berombak ketika kering, retikulat venasi, meningkat pada kedua permukaan, dan pelepah padat Tangkai Panjang 2 mm Tangkai daun melengkung Sumber: www.google.com Berdasarkan bentukan daun dari tanaman lee kwan yew yang bergerigi dan agak berbulu, dapat disimpulkan bahwa tanaman ini mampu mengurangi polusi. Karana ciri tersebut merupakan salah satu ciri-ciri tanaman yang efektif mengurangi partikel padat partikulat, debu yang diantaranya adalah tanaman yang memiliki daun jarum, daun berbulu trikoma, daun bersisil, daun kasar, bergerigi dan daun dengan permukaan lengket. Untuk penanaman, tanaman ditanam dalam sebuah pipa dengan diameter 8 cm dan panjang disesuaikan dengan panjang facad vetical greenery yang ada pada masing-masing gedung. Pipa diletakkan setiap 3 kotak, atau diletakkan setiap 1.5 meter. Tanah yang dipakai sebagai media tanam merupakan jenis tanah latosol dengan campuran sekam. Untuk perbandingan antara tanah dan sekam adalah 2:1, dan diisi setengah dari pipa yang digunakan sebagai media tanam. Secara spasial, untuk detail penanaman dapat terlihat pada Gambar 11. Sumber gambar: pengamatan langsung ke lapang Gambar 11 Detail penanaman vertical greenery 6 m 1.5 m 10 m Media tanam: pipa pvc Ø 8 Vegetasi: lee kwan yew Jenis tanah: latosol Media tanam 30 Material dan Detail Struktur Vertical Greenery Material-material yang digunakan untuk pemasangan vertical greenery ini, pihak konsultan BTPN melakukan pemesanan khusus. Untuk bagian penyangga antara gedung dan struktur vertical greenery menggunakan besi siku 5 x 5 dan holow 5 x 5 dengan tebal 1.2 mm, dan untuk warnanya disesuaikan dengan konsep BTPN yaitu coklat dan abu tua. Material struktur vertical greenery menggunakan kayu merbau atau damar laut, lalu bagian tengahnya dilapisi dengan struktur baja. Untuk warna, digunakan warna asli dari kayu merbau ataupun kayu damar laut yaitu coklat atau merah coklat tua dengan garis-garis agak terang pada bidang agar kesan naturalnya terlihat. Berdasarkan karakteristiknya, damar laut untuk pulp dan kayu lapisnya termasuk golongan awet I dan awet II. Sedangkan untuk kayu merbau termasuk dalam kelas awet I-II dan kelas kuat I-II dengan berat jenis rata-rata 0.80, dengan struktur agak keras dengan serat lurus berpadu, yang tergolong sangat keras. Berdasarkan sifat dari masing-masing kayu, maka kayu ini cocok digunakan untuk material struktur dari vertical greenery. Pada Gambar 12 menunjukkan detail struktur vertical greenery yang telah dipasang pada 13 gedung KCP Bank BTPN di DKI Jakarta. Lokasi, Arah Hadap, dan Luas Vertical Greenery Dari 13 gedung yang diteliti dapat terangkum hasil inventarisasi secara keseluruhan mengenai kondisi eksisting vertical greenery. Adapun dibawah ini akan menjabarkan, luas vertical greenery yang disesuaikan dengan tutupan vegetasinya. Tiap-tiap gedung memiliki tutupan vegetasi yang berbeda-beda. Dari keseluran vertical greenery yang dipasang, tidak terdapat vertical greenery yang Sumber: pengamatan langsung ke lapang Gambar 12 Detail struktur vertical greenery Skala: Tanpa skala 31 memiliki tutupan sebanyak 100. Tutupan vegetasi terdapat pada Tabel 17 rumus yang digunakan adalah menggunakan konsep grid, yaitu menghitung jumlah seluruh luas penapang dari vertical greenery, kemudian dihitung jumlah yang tertutupi oleh vegetasi. Terdapat 16 vertical greenery yang dipasang pada 13 KCP Bank BTPN, karena terdapat 3 gedung yang memasang vertical greenery dengan 2 arah hadap. Tabel 15 menjelaskan penjabaran hasil inventarisasi dari lokasi dan gamabar KCP, arah hadap, luas vertical greenery, jumlah kotak, dan persentase kerapatan vegetasi dari kondisi eksisting gedung yang ada pada masing-masing tapak. Untuk lokasi, diurutkan berdasarkan pada bagian letak wilayah KCP tersebut. Tabel 15 Lokasi, arah hadap, luas dan gambar vertical greenery yang diteliti Lokasi dan Gambar KCP Arah Hadap Luas vertical greenery m² Σ Kotak Σ kotak tertutup vegetasi Persentase kerapatan vegetasi Gajah Mada Timur 54 187 116 62 Taman Palem Utara 68 240 130 54 Kebun Jeruk Intercon D: Utara 106.25 384 324 84 S: Barat 68 240 182 80 32 Taman Ratu Tenggara Timur 76 270 200 75 Tomang D : Barat Laut Utara 40 108 79 73 S: Timur Laut Timur 18 60 45 75 Glodok Utara 112.5 289 245.5 85 Roxy Mas Timur 60 207 175.5 85 Tanah Abang D : Timur 84 299 174.5 58 S : Selatan 60 207 86 42 33 Pecenongan Barat 100 400 362 91 Pondok Indah Barat 39 132 118 89 Panglima Polim Barat 112.5 408 147 36 Kelapa Gading Barat 90 360 214 59 Sunter Utara 110 440 270 61 Sumber: Dokumentasi pribadi 34 Analisis Iklim Mikro Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas iklim mikro suatu tempat. Diantaranya adalah orientasi bangunan, ventilasi, penghalang cahaya matahari, pengendalian kelembaban udara, penggunaan bahan-bahan bangunan, bentuk dan ukuran ruang serta pengaturan vegetasi. Pada penelitian ini terdapat 13 gedung yang telah dipasang vertical greenery, dan terdapat 3 gedung yang memasang didua sisi yaitu depan dan samping. Jadi pada penelitian ini terdapat 16 pemasangan vertical greenery berdasarkan arah hadap. Pengukuran ini dilakukan pada kondisi yang sama pada masing-masing titik, yaitu dengan kondisi panas tidak ada hujan. Alat diletakan pada dua bagian, bagian I dan bagian II yang mana dapat digambarkan pada Gambar 13. Berikut hasil yang diperoleh dari pengukuran suhu dan kelembaban dari masing-masing vertical greenery yang dikategorikan berdasarkan arah hadap. Hasil pengukuran dibagi menjadi dua bagian, yaitu untuk hasil pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan secara bersamaan. Dalam satu hari pengukuran dilakukan tiga kali pengukuran yaitu untuk pagi, siang dan sore hari. Hasil dari tiap-tiap bagian merupakan hasil rata-rata dari setiap ulangan. Setiap ulangan dirata-ratakan berdasarkan nilai yang diperoleh dari alat thermohygro meter digital yang terdiri dari nilai N Normal, Max Maksimum, dan Min minimum. Tabel 16 menunjukkan hasil yang diperoleh dari pengukuran suhu dan kelembaban terhadap 16 vertical greenery yang telah dikelompokan berdasarkan arah hadap. Gambar 13 Peletakan alat pengukur suhu dan kelembapan Thermo- hygrometer , Bagian I di depan vertical greenery dan Bagian II di tengah, antara bangunan dan vertical greenery 35 Tabel 16 Data hasil pengukuran suhu dan kelembaban pada vertical greenery di KCP Bank BTPN yang dikelompokan berdasarkan arah hadapnya Sumber data: hasil pengukuran lapang; GM: Gajah Mada, TR: Taman Ratu, TM S: Tomang bagian samping, TA D: Tanah Abang bagian depan, RM: Roxy Mas, KJ S: Kebun Jeruk Intercon bagian samping, PC: Pecenongan, PI: Pondok Indah, PP: Panglima Polim, KG: Kelapa Gading, TP: Taman Palem, KJ D: Kebun Jeruk Intercon bagian depan, TM D: Tomang bagian depan, GL: Glodok, SN: Sunter, TA S: Tanah Abang bagian samping Selanjutnya adalah melakukan analisis untuk mengetahui apakah dengan pemasangan vertical greenery mampu mempengaruhi penurunan suhu dari bagian I ke bagian II dan untuk kenaikan persentase kelembaban dari bagian I ke bagian II. Berdasarkan pada data hasil pengukuran suhu dan kelembaban pada Tabel 16 dilakukan analisis uji statistik. Analisis dilakukan dengan menggunakan Uji Statistik Percobaan Dua Faktorial untuk Rancangan Acak Lengkap RAL. Menggunakan analisis dua faktor dikarenakan, pada analisis ini ingin mengetahui apakah dengan pemasangan vertical greenery mampu memberikan pengaruh yang nyata untuk hasil pengukuran pada bagian II. Faktor pertama adalah hasil pengukuran pada bagian I, yang langsung tekena cahaya matahari langsung. Faktor kedua adalah hasil pengukuran pada bagian II, yang merupakan bagian setelah pemasangan vertical greenery. Berikut hasil yang diperoleh dari perhitungan untuk uji statistik pengukuran suhu dan kelembaban dari bagian I ke bagian II terhadap 16 vertical greenery yang telah dipasang. Source of variation merupakan sebaran keragaman. Terdiri dari sample merupakan perlakuan yang diberikan pada percobaan yaitu pada peletakan alat untuk bagian I dan bagian II. Untuk columns merupakan ulangan dari pemasangan 16 vertical greenery pada 13 KCP. Untuk interaction merupakan pengaruh yang dihasilkan dari interaksi antara masing-masing vertical greenery dengan peletakan alat. Selanjutnya untuk within merupakan galat. Untuk SS merupakan JK jumlah kuadrat, df merupakan db derajat bebas, MS merupakan KT kuadrat total. Hasilnya dapat terlihat pada Tabel 17 untuk pengukuran suhu dan Tabel 18 untuk pengukuran kelembaban. Arh ha- dap KCP Bank BTPN Rata-rata pengukuran suhu °C Rata-rata pengukuran kelembaban Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore I II I II I II I II I II I II T GM 29.6 26.9 33.8 31.4 32.1 30.1 61.9 68.9 40.7 47.6 52.6 59.8 TR 26.8 26.3 32.2 30.2 30.8 28.9 76.6 76.7 55.0 63.4 61.0 64.2 TM S 37.5 28.0 39.2 30.2 32.8 29.0 51.4 68.0 41.3 55.0 48.1 64.6 TA D 33.9 28.9 34.4 32.3 31.8 31.2 51.3 59.9 35.0 41.3 46.6 52.6 RM 29.0 28.0 35.1 33.3 31.3 31.1 62.6 66.3 34.4 35.4 41.0 46.8 B KJ S 30.7 26.8 31.8 31.3 31.5 30.2 61.3 74.8 52.9 58.2 59.0 70.5 PC 27.4 25.7 32.7 28.9 31.5 29.6 81.7 77.8 58.7 65.8 61.2 62.8 PI 27.8 27.1 32.5 31.0 31.4 30.3 62.4 67.4 47.8 56.3 46.6 52.6 PP 29.0 28.5 35.9 31.5 36.7 33.8 66.3 67.3 41.0 52.6 33.8 42.6 KG 28.9 27.6 32.4 31.9 31.3 31.1 65.7 69.9 50.1 52.4 51.3 52.0 U TP 27.6 26.7 31.9 28.5 30.3 28.3 74.3 75.8 54.7 65.6 64.3 72.9 KJ D 34.8 26.4 37.9 31.7 34.9 32.2 53.3 76.2 31.6 51.7 39.8 52.8 TM D 31.0 28.7 34.7 32.4 33.3 29.3 62.2 64.3 45.6 54.9 51.5 66.0 GL 30.8 29.2 32.3 30.2 31.3 31.5 69.8 63.6 60.2 60.3 54.2 51.9 SN 29.3 28.1 36.4 32.3 33.4 30.2 64.6 69.9 41.8 47.9 48.4 54.6 S TA S 31.4 29.4 34.2 32.1 31.5 30.7 51.7 33.8 38.0 42.2 48.9 52.0 36 Tabel 17 Hasil analisis menggunakan uji statistik Anova Two Factor with Replication dari pengukuran suhu Source of Variation SS df MS F P-value F crit Sample 147.015 1 147.015 28.26928 1.43E-06 3.990924 Columns 145.2767 15 9.685111 1.862335 0.04462 1.825586 Interactiom 71.94833 15 4.796556 0.922322 0.544499 1.825586 Within 332.8333 64 5.200521 Total 697.0733 95 Sumber data: hasil pengukuran lapang Tabel 18 Hasil analisis menggunakan uji statistik Anova Two Factor with Replication dari pengukuran kelembaban Source of Variation SS df MS F P-value F crit Sample 1141.95 1 1141.95 11.52228 0.001185 3.990924 Columns 4693.778 15 312.9185 3.157348 0.000684 1.825586 Interactiom 593.5282 15 39.56855 0.399247 0.974449 1.825586 Within 6342.913 64 99.10802 3.990924 Total 12772.17 95 Sumber data: hasil pengukuran lapang Berdasarkan Tabel 17 dan Tabel 18 terlihat bahwa hasil yang diperoleh adalah sama. Untuk source of variation merupakan variasi sebaran keragaman dari percobaan yang dilakukan. Untuk sample merupakan perlakuan yang akan dilihat hasilnya, yang mana merupakan peletakan alat pada bagian I dan bagian II. Coloumns merupakan ulangan-ulangan yang dilakukan dengan berbagai faktor pengaruh yaitu 16 vertical greenery yang telah dipasang pada berbagai KCP. Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa hasil yang diperoleh adalah, untuk perlakuan yang dilakukan hasil yang diperoleh dari pengukuran suhu diberbagai KCP yang diteliti terlihat bahwa dengan pemasangan vertical greenery berpengaruh nyata terhadap penurunan suhu. Dengan nilai F hitung 28.02693 F crit 3.99092 menyatakan bahwa, dengan adanya vertical greenery berpengaruh nyata terhadap penurunan suhu dari bagian I ke bagian II. Begitu pula dengan hasil yang diperoleh dari pengukuran kelembaban. Terlihat pada Tabel 17 untuk nilai yang menyatakan bahwa F hitung sebesar 11.52228 F crit 3.990924. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan uji statistik, menyatakan bahwa dengan adanya vertical greenery pada KCP Bank BTPN memiliki pengaruh yang nyata terhadap perubahan suhu dan kelembaban. Oleh sebab itu, analisis akan dilanjutkan untuk mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas iklim mikro tersebut. Diantaranya adalah menganalisis kondisi lingkungan sekitar gedung, intensitas aktivitas sosial, kerapatan vegetasi dan keberagaman luas vertical greenery yang akan dikelompokan berdasarkan arah hadap dari pemasangan vertical greneery. Terdiri dari Timur, Barat, Utara dan Selatan. Selanjutnya adalah menganalisis berdasarkan pada jumlah pemasangan vertical greenery. Terdiri dari satu sisi dan dua sisi yaitu bagian depan dan samping gedung. 37

1. Penurunan suhu °C dan peningkatan kelebaban

Analisis akan dilakukan terhadap selisih dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban. Untuk hasil pengukuran suhu akan dilihat nilai ΔT dan pada kelembaban akan dilihat dari nilai ΔRH. Adapun rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai ΔT dan ΔRH adalah sebagai berikut: Adapun penjabaran dari nilai yang dihasilkan dari ΔT dan ΔRH yang akan dilihat pengaruhnya terhadap arah hadap dari pemasangan vertical greenery tersebut. Selanjutnya akan dianalisis lanjut terhadap luas vertical greenery dan kerapatan vegetasi dari masing-masing vertical greenery dapat terlihat pada Tabel 19. Pengaruh dari lingkunagn sekitar dan intensitas aktivitas dari sekitar gedung juga akan dianalisis berdasarkan hasil yang diperoleh dari perhitungan ΔT dan ΔRH. Tabel 19 Analisis ΔT dan ΔRH yang dihasilkan dari pemasangan vertical greenery yang dikelompokkan berdasarkan arah hadap terhadap kerapatan vegetasi dan luas vertical greenery Arh Hadap KCP ΔT °C ΔRH Luas VG m² Kerapatan vegetasi Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Timur GM 2.7 2.4 2 7 6.9 7.2 54 62 TR 0.5 2 1.9 0.1 8.4 3.2 76 75 TM S 9.5 9 3.8 16.6 13.7 16.5 18 75 TA D 5 2.1 0.6 8.6 6.3 6 84 58 RM 1 1.8 0.2 3.7 1 5.8 60 85 Rata-rata 3.74 3.46 1.7 7.2 7.26 7.74 Barat KJ S 3.9 0.5 1.3 13.5 5.3 11.6 68 80 PC 1.7 3.8 1.9 -3.9 7.1 1.6 100 91 PI 0.7 1.5 1.1 5 8.5 6 39 89 PP 0.5 4.4 2.9 1 11.6 8.8 112.5 36 KG 1.3 0.5 0.2 4.3 2.3 0.2 90 59 Rata-rata 1.02 2.14 1.48 3.96 6.96 5.64 Utara TP 0.9 3.4 2 1.5 10.9 8.6 68 54 KJ D 8.4 6.2 2.7 22.9 20.1 13 106.25 84 TM D 2.3 2.3 4 2.1 9.3 14.5 40 73 GL 1.6 1.1 -0.2 -6.2 0.1 -2.3 112.5 85 SN 1.2 4.1 3.2 5.3 6.1 6.2 110 61 Rata-rata 2.88 3.42 2.34 5.12 9.3 8 Selatan TA S 2 2.1 0.8 17.9 4.2 3.1 60 42 Rata-rata 2 2.1 0.8 17.9 4.2 3.1 Sumber data: hasil pengukuran lapang; GM: Gajah Mada, TR: Taman Ratu, TM S: Tomang bagian samping, TA D: Tanah Abang bagian depan, RM: Roxy Mas, KJ S: Kebun Jeruk Intercon bagian samping, PC: Pecenongan, PI: Pondok Indah, PP: Panglima Polim, KG: Kelapa Gading, TP: Taman Palem, KJ D: Kebun Jeruk Intercon bagian depan, TM D: Tomang bagian depan, GL: Glodok, SN: Sunter, TA S: Tanah Abang bagian samping. ΔT = T bagian I – T bagian II ΔRH = RH bagian II – RH bagian I Keterangan: ΔT = selisih suhu °C T = suhu °C ΔRH = selisih kelembaban RH = kelembaban 38

a. Analisis berdasarkan arah hadap pemasangan vertical greenery

Secara keseluruhan berdasarkan arah hadap dan arah datangnya sinar matahari penuh, vertical greenery yang menghadap kearah Timur dan Barat memiliki penurunan suhu yang cukup optimal. Cahaya matahari penuh dari pagi hingga siang hari diarah Timur. Pemasangan vertical greenery menghadap kearah Timur, menurunkan suhu paling tinggi dari pagi hingga saing hari. Rata-rata penurunan suhu 3.74°C pagi hari dan 3.46°C siang hari. Sedangkan, Cahaya matahari penuh dari siang hingga sore hari diarah Barat. Pemasangan vertical greenery menghadap kearah Barat, rata menurunkan suhu cukup tinggi pada siang hingga sore hari. Rata-rata penurunan suhu siang hari sebesar 2.14°C dan sore hari sebesar 1.48°C. Berikut hasil analisis uji statistik untuk hasil pengukuran untuk penurunan suhu dan kelembaban pada masing-masing vertical greenery. Tabulasi hasil analisis untuk penurunan suhu terhadap arah hadap ditunjukkan pada Tabel 20. Pada Tabel 21 menunjukkan hasil analisis Chi-Square dari penurunan suhu terhadap arah hadap pemasangan vertical greenery. Tabel 20 Tabulasi hasil uji statistik dengan menggunakan metode analisis Chi- Square untuk penurunan suhu berdasarkan arah hadap Penurunan suhu Analisis Arah Hadap Total Timur Barat Utara Selatan Rendah ≤ 2°C Count 7 9 4 1 21 Expected Count 6.6 6.6 6.6 1.3 21.0 within Penurunan Suhu 33.3 42.9 19.0 4.8 100.0 within ArahHadap 46.7 60.0 26.7 33.3 43.8 of Total 14.6 18.8 8.3 2.1 43.8 Sedang 2 sampai 5°C Count 5 5 8 2 20 Expected Count 6.3 6.3 6.3 1.3 20.0 within PenurunanSuhu 25.0 25.0 40.0 10.0 100.0 within ArahHadap 33.3 33.3 53.3 66.7 41.7 of Total 10.4 10.4 16.7 4.2 41.7 Tinggi ≥ 5°C Count 3 1 3 7 Expected Count 2.2 2.2 2.2 0.4 7.0 within PenurunanSuhu 42.9 14.3 42.9 0.0 100.0 within ArahHadap 20.0 6.7 20.0 0.0 14.6 of Total 6.3 2.1 6.3 0.0 14.6 Total Count 15 15 15 3 48 Expected Count 15.0 15.0 15.0 3.0 48.0 within PenurunanSuhu 31.3 31.3 31.3 6.3 100.0 within ArahHadap 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 of Total 31.3 31.3 31.3 6.3 100.0 Sumber data: pengukuran langsung