Memorandum Of Understanding

3.1.2. Memorandum Of Understanding

Memorandum Of Understanding atau Pokok-Pokok kesepahaman antara Kepolisian Daerah Papua dengan PTFI, tentang pengamanan wilayah dan usaha pertambangan PT Freeport Indonesia di wilayah Memorandum Of Understanding atau Pokok-Pokok kesepahaman antara Kepolisian Daerah Papua dengan PTFI, tentang pengamanan wilayah dan usaha pertambangan PT Freeport Indonesia di wilayah

Kab Mimika. 49 Dalam MoU tersebut ada beberapa pokok-pokok utama yang menjadi alasan PTFI sehingga melakukan hubungan kerjasama

dengan Kepolisian.

a. Wilayah hukum Polda Papua memiliki potensi kerawanan tindak pidana dibidang pertanahan, pertambangan, kehutanan, serta bentrokan fisik antara kelompok masyarakat dan penyerangan oleh kelompok bersenjata, sehingga perlu pengamanan secara optimal, terpadu dan berkelanjutan.

b. Kepolisian

yang berwenang menyelenggarakan dan melaksanakan upaya pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta melindungi kepentingan nasional.

merupakan

institusi

c. PT Freeport adalah perusahaan perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia yang menjalankan usaha pertambangan di Papua, berdasarakan suatu Kontrak Karya dengan pemerintah Indonesia tertanggal

30 Desember 1991.

d. Berdasarkan Keputusan Presiden No 63 Tahun 2004, tentang pengamanan objek vital nasional dan keputusan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral No 1762 K/07MEM/2007

49 Data diolah dari Nota Kesepahaman antar PT Freeport dengan Kepolisian Polda Papua, serta hasil wawancara dengan Dir PAM Obvit Polda Papua. Tgl 8 maret 2012 49 Data diolah dari Nota Kesepahaman antar PT Freeport dengan Kepolisian Polda Papua, serta hasil wawancara dengan Dir PAM Obvit Polda Papua. Tgl 8 maret 2012

e. Berdasarkan Surat Keputusan Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol Skep/738/X/2005 tentang pedoman sistem pengamanan objeck vital nasional telah mengetengahkan kewajiban Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk memberikan bantuan pengamanan objeck Vital Nasional dengan mengutamakan kegiatan pre-emptif dan preventif secara terpadu dan simultan bersama pengelola objek vital nasional.

f. Sehubungan dengan serangkaian insiden penembakan yang terjadi pada jalan wilayah PTFI sejak bulan juni tahun 2009.

Karena alasan-alasan yang mendasar diatas maka MoU yang dibuat antara PTFI dengan Kepolisian adalah untuk mencapai sepakat dalam melakukan hubungan kerjasama secara sinergis untuk memelihara keamanan dan ketertiban wilayah PTFI sebagai objeck vital nasional. Dalam MoU tersebut terdiri dari sembilan (9) pasal, yang berisi ketentuan dan syarat-syarat.

a. Pasal 1 : berisi tentang maksud dan tujuan dibuatnya MoU, yaitu untuk meningkatkan kerjasama dalam pendayagunaan sumber daya kedua belah pihak, baik personil, sarana prasarana, logistik, dan administrasi dalam memelihara keamanan dan ketertiban objek vital nasional PTFI, termasuk pada area-area pemukiman, area-area usaha, rute-rute supial logistik, serta area-area yang berdekatan.

b. Pasal 2: berisi tentang Lingkup MoU, yaitu MoU ini meliputi kegiatan penyelenggaraan dan pelaksanaan bantuan pengamanan pihak kepolisian terhadap wilayah dan kegiatan usaha pertambangan PTFI, serta dukungan penyiapan dan penyediaan sarana prasarana, logistik dan administrasi PTFI terhadap Kepolisian.

c. Pasal 3: berisi tentang Satuan Tugas Pengamanan. Dalam pasal ini terdapat 2 ayat, ayat pertama yaitu, Kepolisian akan menempatkan Satuan tugas pengamanan yang akan membantu personil pengamanan internal PTFI dalam melakukan kegiatan pengamanan. Ayat kedua, konfigurasi, penyebaran dan kekuatan satuan tugas pengamanan

ditentukan oleh pihak Kepolisian dengan mempertimbangkan dari PTFI.

d. Pasal 4: pasal ini berisi tentang Kegiatan Pengamanan, Pasal ini terdiri dari 3 ayat dan beberapa point penting tentang kegiatan pengamanan, yaitu satuan tugas pengamanan melakukan kegiatan pengamanan wilayah PTFI sebagai berikut, (a) penempatan pos-pos yang terdiri dari cek-cek poin dan pangkalan-pangkalan selama 24 jam dalam 1 hari dan 7 hari dalam seminggu, serta pos-pos pemantauan dari pukul 07:00 s/d 17:00 (b) Pengawalan terhadap karyawan dan barang PTFI yang melalui rute utama (c) Patroli berkendara di rute utama, Tembagapura dan kuala Kencana, pada siang dan malam hari, (d) Penyiagaan satuan reaksi cepat dalam menutup dan mengamankan tempat kejadian, serta menurunkan tim pengejaran (e) Penyusunan satuan pada area pemukiman/industri, d. Pasal 4: pasal ini berisi tentang Kegiatan Pengamanan, Pasal ini terdiri dari 3 ayat dan beberapa point penting tentang kegiatan pengamanan, yaitu satuan tugas pengamanan melakukan kegiatan pengamanan wilayah PTFI sebagai berikut, (a) penempatan pos-pos yang terdiri dari cek-cek poin dan pangkalan-pangkalan selama 24 jam dalam 1 hari dan 7 hari dalam seminggu, serta pos-pos pemantauan dari pukul 07:00 s/d 17:00 (b) Pengawalan terhadap karyawan dan barang PTFI yang melalui rute utama (c) Patroli berkendara di rute utama, Tembagapura dan kuala Kencana, pada siang dan malam hari, (d) Penyiagaan satuan reaksi cepat dalam menutup dan mengamankan tempat kejadian, serta menurunkan tim pengejaran (e) Penyusunan satuan pada area pemukiman/industri,

e. Pasal 5, berisi tentang Klasifikasi Pengamanan, yaitu (1) kegiatan pengamanan terdiri dari tiga situasi, yaitu situasi normal, situasi terjadi gangguan dan situasi kontijensi. (2) Komando dan pengendalian, (a) komando pengendalian berada pada pejabat Kepolisian , (b) dalam situasi normal kegiatan pengamanan bersama- sama dilakukan oleh Petugas Kepolisian dengan Petugas keamanan internal PTFI (c) dalam situasi terjadi gangguan dan situasi kontijensi, pengendalian kegiatan pengamanan dilakukan oleh Kepolisian. (3) Instruksi dan Koordinasi, (a) dalam melaksanakan kegaiatan pengamanan, kedua pihak senantiasa menghormati budaya masyarakat setempat (b) penanganan gangguan keamanan dan kamtibmas senantiasa mengedepankan upaya secara persuasif tanpa mengabaikan aturan dan proses hukum yang ada (c) penggunaan senjata api dilarang kecuali untuk kepentingan perlindungan terhadap karyawan, peggunaan senjata api merujuk pada peraturan Kapolri No

8 Tahun 2009 (d) Kepolisian dalam menjalankan tugasnya harus mengenakan seragam dinas.

f. Pasal 6: berisi tentang Dukungan, pasal ini terdiri dari 3 ayat, (1) Kepolisian menyediakan alat-alat yag digunakan untuk menjaga keamanan wilayah PTFI, (2) wilayah PTFI merupakan wilayah yang sangat terpencil dengan kondisi lingkungan yang sulit maka PTFI menyediakan dukungan secara sarana prasarana dan logistik, tidak termasuk persenjataan

g. Pasal 7: berisi tentang Kepatuhan pada Kebijakan Perusahan, terdiri dari 3 ayat, (1) dalam melaksanakan tugas pemeliharaan keamanan dan ketertiban PTFI, Kepolisian wajib mematuhi dan melaksanakan kebijakan-kebijakan perusahaan sehubungan Keselamatan dan Kesehatan kerja, dan Lingkungan Hidup (K3LH), Sosial, Ketenagakerjaan dan Hak-hak Asasi Manusia, prinsip-prinsip perilaku bisnis termasuk beberapa aturan berikut, (a) mematuhi semua kebijakan dan aturan yang berlaku di PTFI (b) senantiasa menggunakan ID card selama berada dalam wilayah PTFI, (c) mengikuti pelatihan mengemudi kendaraan di jalan tambang (d) mematuhi prosedur konvoi pengawalan, (e) tidak bertugas jika dalam pengaruh alkohol, (f) mematuhi aturan atau kebijakan penggunaan fasilitas perusahaan, (g) area terbatas seperti mill 74 dan pabrik pengeringan di porsite, hanya dapat dimasuki dalam keadaan darurat seperti terjadi gangguan atau tindak pidana di area tersebut, ditemani karyawan PTFI yang berwenang, (i) tidak membawa senjata pada area-area tertentu yang ditetapkan oleh PTFI sebagai area bebas senjata, kecuali dalam keadaan darurat atau terjadi tindak kriminal (2) Kepolisian akan menangani semua kasus yang dilaporkan oleh PTFI, dan kasus-kasus kriminalitas yang mengganggu keamanan dan ketertiban wilayah pertambangan PTFI.

h. Pasal 8: berisi tentang Jangka Waktu, yaitu MoU ini akan berlaku untuk jangka waktu 2 tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, kecuali jika diputuskan lebih awal h. Pasal 8: berisi tentang Jangka Waktu, yaitu MoU ini akan berlaku untuk jangka waktu 2 tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, kecuali jika diputuskan lebih awal

i. Pasal 9: berisi tentang Lain-Lain, pasal ini terdiri dari beberapa point, (1) MoU ini dibuat berdasarkan dan tunduk pada hukum dan peraturan perundangan Republik indonesia, (2) kedua belah pihak memiliki hak untuk menghentikan MoU ini kapan saja, dalam waktu

14 hari setelah pemberitahuan tertulis kepada pihak lainnya, (3) Keputusan, kebijakan dan lain-lain telah disampaikan masing-masing pihak sehubungan dengan penandatangan MoU ini kepada pimpinan masing-masing, (4) Perubahan, penambahan, atau perluasan serta pembatalan baik sebagian atau seluruh ketentuan yang diatur dalam MoU harus dilakukan secara tertulis dan ditandatangani oleh semua pihak dalam MoU ini, (5) MoU ini dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang sama isinya. Jika terdapat perbedaan arti antara bahasa inggris dan bahasa Indonesia maka, Bahasa Indonesia yang berlaku.