1 DAMPAK HUBUNGAN KERJASAMA PT FREEPORT INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN RI TERKAIT JAMINAN KEAMANAN WILAYAH PERTAMBANGAN DI TEMBAGAPURA KABUPATEN MIMIKA

DAMPAK HUBUNGAN KERJASAMA PT FREEPORT INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN RI TERKAIT JAMINAN KEAMANAN WILAYAH PERTAMBANGAN DI TEMBAGAPURA KABUPATEN MIMIKA SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Hubungan Internasional Universitas Cenderawasih

Disusun Oleh: Ariella Alberthina Yoteni PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA 2012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa Dampak Hubungan Kerjasama PT Freeport Indonesia dengan Kepolisian Republik Indonesia. PT Freeport Indonesia merupakan salah satu perusahaan Multinasional yang beroperasi di Kabupaten Timika, Provinsi Papua. Kepolisian Republik Indonesia, berdasarkan MoU yang dibuat bertanggung jawab untuk melindungi aset perusahaan dan karyawan-karyawannya serta menjaga keamanan masyarakat yang tinggal wilayah pertambangan. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, hasil dari penelitian ini menemukan bahwa MoU ini tidak terimplementasi dengan efektik dan tidak membawa dampak positif bagi keamanan masyarakat diwilayah pertambangan tetapi terkesan hanya melindungi aset PT Freeport.

Kata Kunci : Dampak, Memorandum Of Understanding, Keamanan

ABSTRACT

The research is to analyze the impact of Memorandum of Understanding between PT. Freeport Indonesia Company and Indonesia National Police. PT. Freeport Indonesia Company is one of MNC’s which operates in Timika district, Papua Province. Meanwhile, Indonesia National Police, based on the MOU, is responsible to protect the company assets and its employers and provide security for the community living in mining area. Using the qualitative method, this research finds that MOU is not implemented effectively and accordingly and does not bring significant positive impact on the security of the community but mainly protect the Freeport Assets.

Key Words: Impact, Memorandum of Understanding, Security

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JUDUL

: DAMPAK

KERJASAMA PT FREEPORT INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN RI TERKAIT JAMINAN KEAMANAN WILAYAH PERTAMBANGAN

HUBUNGAN

NAMA

: ARIELLA A YOTENI

: HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Jayapura, 29 Mey 2012

Pembimbing I Pembimbing II

PETRUS FARNEUBUN, S.Pd., MIA MARIANA BUINEY, S.IP., M.St NIP. 19780427 201012 1 001

NIP. 19800503 200604 2 004

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tulisan skripsi ini adalah benar- benar hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya melakukan kecurangan/penjiplakan/plagiat, maka saya siap menerima sanksi akademik, sesuai peraturan perundang yang berlaku.

Jayapura, Mei 2012

Ariella A Yoteni NIM 0080340686

MOTTO

Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku dipadang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku dijalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku, gada-Mu dan tongkat- Mu itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku dihadapan lawanku; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa. (Mazmur 23:1-6)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan bagi:  Kemuliaan Tuhan yang Maha Tinggi

 Ayahanda tercinta Yan A Yoteni dan Ibunda tercinta Atrix Yap Marey, yang tak henti-hentinya memberikan semangat juang bagi anak-anaknya.

 Bagi adik-adikku tersayang Ruth Yoteni, Theo Yoteni, Onan Yoteni, Adelche Yoteni dan Lasto Yoteni. Semoga hasil dari penulisan karya ini dapat menjadi suatu suatu contoh buat adik-adikku agar mencintai pendidikan dan tidak pernah berhenti untuk berusaha.

 Bagi Opa Ven dan Oma Eda atas segala bantuan, motivasi dan doa, opa dan oma yang terbaik. Bagi opa Mth Mawene dan Oma Yahya buat motivasi dan doanya selama ini. Bagi Opa Mecky dan Oma Merry atas segala bantuan dan motivasi.

 Bagi Nenekku tercinta Henny Mawene(Alm) dan Teteku yang terbaik Julian Yap Marey, Om Petu, Tua Titi, Om Jack,

Om Doni, Mama Nitha, Om Thom, Om Man, Mama Oce, Pade Ben, Madin, Tante Desi, Tante Atta dan Tua Nelly, terima kasih sudah menjadi sandaran buat Ella selama ini.

 Bagi Apu Masa (Alm) dan Apu Wisa, buat dukungan dan doanya. Tua Sin, Ibu, Pade Otto dan Pade Endal.  Bagi Om Tua dan Tua Ibu, atas segala kasih dan dukungannya selama ini.  Bagi adikku Etty yang selalu menemani selama penulisan skripsi ini.  Bagi kekasih tercinta Herry Bonay yang selalu menemani, memberikan motifasi dan semangat.  Dua sahabat terbaik saya ; Afila Waroy dan Aloysia Fufuratu  Sahabat-sahabat saya ; Roberth Womsiwor, George Korwa,

Maikel Takanyuai, Ernyativia dan anak-anak HI angkatan 08. Terima kasih atas kebersamaan, masukan dan dukungan yang diberikan kepada saya.

KATA PENGANTAR

Segala puji-syukur dan hormat saya persembahkan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Hanya oleh kasih dan kemurahannya skripsi dengan judul Dampak Hubungan Kerjasama PT Freeport dengan Kepolisian Republik Indonesia terkait Jaminan Keamanan Wilayah Pertambangan ini dapat dirampungkan tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi Strata 1 pada Program studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Cenderawasih.

Proses penyelesaian skripsi ini ditunjang oleh dukungan, bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak- pihak terkait sebagai berikut:

1. Drs. Festus Simbiak S.Pd selaku Rektor Universitas Cenderawasih

2. Prof. Dr. Dirk Veplun MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

3. Ibu Yakoba Womsiwor, S.Sos.,M.Si selaku ketua program studi Hubungan Internasional dan juga sebagai dosen wali saya

4. Bapak Petrus Farneubun S.Pd.,MIA selaku dosen pembimbing I, yang selalu menyempatkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya mengkaji skripsi ini secara objektif dan sistematis.

5. Ibu Mariana E Buiney, S.I.P.,MST selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar membuka dan membekali wawasan saya dalam menyusun skripsi.

6. Dosen-dosen Hubungan Internasional., Ibu Melyana Pugu, S.I.P.,M.Si, yang juga sebagai dosen penguji saya, Bapak Laos D C Rumayom, S.I.P, Ibu Dina Iga Ayonda, S.I.P, Ibu Usilina Epa, S.I.P, Bapak Leo Yembise,S.I.P. Terima kasih atas kesabarannya dalam membimbing dan mengajar saya selama di bangku perkuliahan.

7. Bapak Aria Aditya,S.I.P.,M.Si selaku dosen penguji.

8. Brigjen Pol Paulus Waterpauw selaku Wakapolda Papua yang telah memberikan ijin dan memfasilitasi penulis selama melaksanakan penelitian diwilayah hukum Polda Papua.

9. Kombes Pol Pietrus Wayne selaku Direktur Reskrim Umum Polda Papua yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan data bagi penulis selama penulis melaksanakan penelitian.

10. AKBP Deni Eduard Siregar selaku Kapolres Mimika yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melaksanakan penelitian diwilayah hukum Polres Mimika.

11. Bapak S.P Morin selaku kepala Security and Risk Department PTFI yang memfasilitasi penulis melaksanakan penelitian diwilayah pertambangan PTFI

12. Bapak Marthen Giay dan Ibu Yosephin Giay yang telah memberikan bantuan moril dan materil kepada penulis.

13. Keluarga besar Mawene, Opa Ven dan Oma Eda atas segala bantuan, motivasi dan doa, opa dan oma yang terbaik. Bagi opa Mth Mawene 13. Keluarga besar Mawene, Opa Ven dan Oma Eda atas segala bantuan, motivasi dan doa, opa dan oma yang terbaik. Bagi opa Mth Mawene

14. Keluarga besar Yoteni, Apu Masa (Alm) dan Apu Wisa, buat dukungan dan doanya. Tua Sin, Ibu, Pade Otto dan Pade Endal.

15. Bagi adikku Etty yang selalu menemani selama penulisan skripsi ini.

Jayapura, Agustus 2012

Penulis

BAB V PENUTUP

75

5.1 KESIMPULAN……………………………………………………… .........

77 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

5.2 SARAN………………………………………………………………… .....

(xviii) LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak perusahaan asing PT Freeport Indonesia (PTFI) didirikan dan melakukan exploitasi pertambangan tembaga tahun 1967 di kabupaten Timika Provinsi Papua, exploitasi terhadap sumber daya alam ini menyebabkan konflik yang sering terjadi antara masyarakat pribumi dan manajemen PTFI, kemudian konflik perang suku yang sering terjadi di Timika. Konflik yang terjadi antara masyarakat pribumi dengan Manajemen PTFI disebabkan oleh protes masyarakat pribumi terhadap kerusakan lingkungan oleh limbah tailing, pelanggaran HAM dan penembakan terhadap penambang – penambang liar di area limbah tailing.

Penulis memilih judul ini karena melihat masalah pelanggaran HAM dan kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di area pertambangan, dinyatakan oleh Yosepha Alomang, sebagai tokoh perempuan yang

menerima penghargaan Goldman Enviroment Prize 1 pada tahun 2001 di St Fransisco, Amerika. Beliau memperjuangkan hak-hak suku asli yang

mendiami area pertambangan dan beliau juga berjuang untuk masalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh limbah tailing.

Konflik sosial yang terjadi yang di Timika semakin berkepanjangan dan menyebabkan ketidakstabilan dalam keamanan di area pertambangan. Kepolisian Republik Indonesia disoroti dan mempunyai Konflik sosial yang terjadi yang di Timika semakin berkepanjangan dan menyebabkan ketidakstabilan dalam keamanan di area pertambangan. Kepolisian Republik Indonesia disoroti dan mempunyai

Menurut Laporan Kepolisian Daerah Papua, Timika adalah daerah dengan konflik tertinggi di Papua. 2 Selain konflik yang terjadi antara

Masyarakat adat dengan manajemen PTFI, konflik yang sering terjadi adalah konflik perang suku. Konflik perang suku ini berawal dari diskriminasi PTFI dalam pemberian dana 1% kepada masyarakat suku lain diluar masyarakat pemilik hak ulayat (Suku Amungme).

PTFI, lebih memilih 6 suku pendatang lainnya yaitu Dani, Damal, Nduga, Paniai, Moni dan Komoro. Dengan mendirikan 6 enam Yayasan dalam pengelolaan dana 1% PTFI. Diskriminasi sebagaimana diatas menimbulkan kecemburuan sosial masyarakat adat suku Amungme

terhadap 6 suku lainnya sebagi structural factors 3 terjadinya konflik.

Hal lain yang melatarbelakangi munculnya berbagai polemik didaerah Timika akhir-akhir ini, yang mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat dan mendapat perhatian yang serius dari aparat keamanan dan pemerintah pusat maupun menarik perhatian dunia, adalah gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

1 Hadiah lingkungan hidup untuk prestasi lingkungan hidup yang terkena (Outstanding enviromental achievement) di Asia. Hadiah Goldman diberikan satiap tahun kepada seorang

pecinta lingkungan hidup asli terkemuka. 2 Laporan Kasus Menonjol 2009,2010 POLDA PAPUA

3 Structural /Indirect Violence : Kekerasan yang dibangun diatas struktur dimana orang tidak mendapat apa yang seharusnya didapat/keadaan dimana orang tidak bisa mengaktualisasikan

potensi mereka / pengingkaran terhadap basic needs.

Gerakan separatis ini menggunakan PTFI sebagai lahan konflik agar menarik perhatian dunia terhadap semua masalah yang terjadi di Papua. Persoalan ini merupakan persoalan serius bagi keutuhan NKRI. Permasalahan yang berikut adalah masalah antara karyawan dengan

manajemen Freeport. Mogok kerja yang dilakukan oleh karyawan “dalam hal tuntutan karyawan terkait peningkatan upah”, hal ini masih dalam perundingan yang panjang

karena terdapat silang pendapat mengenai besaran upah yang diminta karyawan. Mengacu pada fungsi kepolisian yang diatur dalam pasal 4 Undang – Undang (UU) Kepolisian No 2 tahun 2002, yaitu: “Kepolisian Negara

Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia”. 4 Kepolisian pun disoroti dan bertanggung jawab terhadap konflik yang terjadi di Timika dan

kepolisian juga bertanggung jawab untuk menciptakan keamanan yang kondusif. PTFI merupakan objek vital milik nasional yang membutuhkan pengamanan khusus dari pihak kepolisian. Berkaitan dengan pengelolaan objek vital nasional (OVN) pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden nomor 63 tahun 2004. Pasal 4 ayat 1 menyatakan, pengelola objek vital nasional bertanggung jawab melaksanakan pengamanan internal. Pada ayat 2, kepolisian wajib memberikan bantuan pengamanan bila diminta

4 UU No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia 4 UU No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia

Freeport yang menempati nomor ke-117. 6 Melalui dasar hukum tersebut PTFI melakukan hubungan kerjasama dengan pihak Kepolisian RI untuk

menjaga dan menjamin keamanan diwilayah pertambangan. Antara PTFI dengan Kepolisian RI melalui Polda Papua, dibuatlah nota kesepahaman atau MoU pada tanggal tanggal 8 Maret 2010. Aliran dana PTFI kepada anggota Polda Papua memiliki dasar hukum yang ditetapkan Pemerintah. Segala yang terjadi, transaksi dan pengamanan semua dilakukan terkait pengamanan. Kepolisian memiliki pedoman teknis pengamanan OVN yang tercantum dalam Keputusan Kapolri nomor 736 tahun 2005. Pada bab III tentang administrasi, poin 14 menyebutkan, dukungan anggaran terhadap pengamanan dibebankan kepada pengelola OVN itu sendiri.

Dalam nota kesepahaman ini, pasal 6 disebutkan, karena kondisi atau lokasi Freeport sangat sulit, berat, terpencil dan jauh maka Freeport secara sukarela memberi dukungan langsung kepada petugas lapangan. Dukungan ini diberikan dalam rupa sarana prasarana, logistik, transport, tunjangan dan administrasi lain langsung kepada petugas di lapangan. Sehingga pada saat ini Kepolisian Republik Indonesia membawahi

5 Keppres No 63 Tahun 2004 Tentang Objek Vital Nasional 6 SK Men ESDM No 1762 Tentang Objek Vital

Kepolisian Daerah Papua bertugas untuk pengamanan OVN dan menjaga stabilitas keamanan di Timika.

1.2 PERMASALAHAN

1.2.1 BATASAN MASALAH

Wilayah kerja PTFI sangat luas, meliputi 282.900 hektar dengan jumlah penduduk saat ini lebih dari 120.000 jiwa. 7 PTFI mempunyai keamanan internal atau Security Department yang berfungsi untuk menjaga sarana perusahaan, memantau pengapalan barang milik perusahaan melalui bandara udara dan terminal, membantu pengaturan lalu lintas dan membantu kegiatan operasi penyelamatan karyawan.

Keamanan internal PTFI tidak menyandang senjata dan menjalankan

petugas keamanan internal.Sehingga PTFI sangat membutuhkan bantuan pemerintah untuk memperoleh pengamanan ketertiban umum, penegakkan hukum, dan perlindungan terhadap karyawan dan harta benda. Hubungan kerjasama kepolisian dan PTFI menuai banyak kontra dari beberapa kalangan.

Serikat Pekerja Tambang (United Steelworkers) di Amerika menuding hubungan kerjasama yang dilakukan oleh PTFI adalah pemberian dana sebagai upaya PT Freeport McMoRan untuk menyuap petugas keamanan di Indonesia untuk menjaga keamanan di kawasan perusahaan tambang emas di Tembagapura. Karenanya, mereka

7 http:/www.ptfi.co.id/Freeport_indonesia diakses pada tanggal 10 Februari 2012 7 http:/www.ptfi.co.id/Freeport_indonesia diakses pada tanggal 10 Februari 2012

Amerika Serikat. 8 Selain itu Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi 1 DPR RI, menilai kehadiran perusahaan pertambangan PT Freeport di Papua menjadi pemicu berbagai ketegangan dan konflik masyarakat di Papua, hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus penembakan yang

terjadi dalam dua tahun terakhir. 9 Komnas HAM dan LSM – LSM yang berada di Papua,

mereka menduga banyaknya pelanggaran HAM dilakukan oleh aparat keamanan terhadap masyarakat sipil sehingga LSM – LSM di Papua menuding PTFI dan Kepolisian dengan UU pelanggaran HAM dan Hak Indegenous People.

Batasan penelitian yang penulis yang lakukan adalah seputar dampak dari perjanjian atau MoU yang dilakukan oleh PTFI dengan Kepolisian Republik Indonesia melalui Kepolisian Polda Papua dalam menjamin pengamanan objeck vital milik negara di Timika, serta posisi Negara Indonesia sebagai Negara tuan rumah yag menasionalisasikan perusahaan MNC dalam aturan UU agar mendapatkan perlindungan dari aparat keamanan, dan respon dari LSM, masyarakat sipil terkait hubungan kerjasama ini. Untuk mempermudah penulisan ini maka penulis membatasi masalah ini dari tahun 2004 sampai tahun 2011.

8 http://www.tempo.co/read/news/2012/02/15/terima-dana-freeport-polisi-dinilai-berkhianat

1.2.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis megambil beberapa point penting yang akan diuraikan didalam pembahasan, yaitu:

1. Bagaimana kerjasama dalam MoU antara PT Freeport dengan Kepolisian RI ?

2. Apa dampak MoU terhadap jaminan keamanan wilayah pertambangan PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.3.1 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini yaitu:

a. Penulis dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan menulis melalui karya ilmiah, serta agar dapat menyelesaikan pendidikan strata satu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik, Program studi Hubungan Internasional, Universitas Cenderwasih

b. Penulis mencari data/ informasi tentang hubungan kerjasama yang dilakukan oleh PTFI dengan Kepolisian untuk menjaga stabilitas keamanan dan pengaman area PTFI dan penulis dapat

9 http://www.hu-pakuan.com/dinamic/bermartabat/2011/11/16/freeport-berperan-pada- ketegangan-dipapua 9 http://www.hu-pakuan.com/dinamic/bermartabat/2011/11/16/freeport-berperan-pada- ketegangan-dipapua

1.3.2 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian yang penulis lakukan tentang Hubungan Kerjasama antara PT Freeport Indonesia dengan Kepolisian Republik Indonesia terkait jaminan keamanan di wilayah pertambangan adalah:

a. Menambah wawasan penulis tentang masalah – masalah yang terjadi saat ini, yang dapat mengancam stabilitas keamanan suatu wilayah dan mengkaji lewat teori dan perspektif hubungan internasional.

b. Untuk menambah pengetahuan kita sebagai Mahasiswa/i Hubungan Internasional, Universitas Cenderawasih terhadap masalah keamanan yang diakibatkan oleh keberadaan perusahaan MNCs.

c. Dapat memberi konstribusi pemikiran kepada PTFI dan Kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban umum serta membangun peacebuilding di wilayah konflik.

1.4 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESA

1.4.1 LANDASAN TEORI

1.4.1.1 Teori Kerjasama

Kerjasama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam pengertian itu terkandung tiga unsur pokok Kerjasama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam pengertian itu terkandung tiga unsur pokok

Apabila hubungan atau interaksi itu tidak ditujukan pada terpenuhinya kepentingan masing-masing pihak, maka hubungan yang dimaksud bukanlah suatu kerjasama. Suatu interaksi meskipun bersifat dinamis, tidak selalu berarti kerjasama. Suatu interaksi yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses interaksi, juga bukan suatu kerjasama. Kerjasama senantiasa menempatkan pihak-pihak yang berinteraksi pada posisi yang seimbang, serasi dan selaras.

Menurut Thomson dan Perry dalam Keban, 10 Kerjasama memiliki derajat yang berbeda, mulai dari koordinasi dan kooperasi

(cooperation) sampai pada derajat yang lebih tinggi yaitu collaboration . Para ahli pada dasarnya menyetujui bahwa perbedaan terletak pada kedalaman interaksi, integrasi, komitmen dan kompleksitas dimana cooperation terletak pada tingkatan yang paling rendah. Sedangkan collaboration pada tingkatan yang paling tinggi. Menurut Rose Secara teoritis, istilah kerjasama (cooperation) telah lama dikenal dan dikonsepsikan sebagai suatu sumber efisiensi

10 http://www.artikel.com/topik/pengertian+teori+kerjasama.html 10 http://www.artikel.com/topik/pengertian+teori+kerjasama.html

Pembelanjaan atau pembelian bersama misalnya, telah membuktikan keuntungan tersebut, dimana pembelian dalam skala besar atau melebihi “threshold points”, akan lebih menguntungkan daripada dalam skala kecil. Dengan kerjasama tersebut biaya overhead (overhead cost) akan teratasi meskipun dalam skala yang kecil. Sharing dalam investasi misalnya, akan memberikan hasil yang memuaskan dalam penyediaan fasilitas sarana dan prasarana.

Kerjasama juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan misalnya dalam pemberian atau pengadaan fasilitas, dimana masing- masing pihak tidak dapat membelinya sendiri.Dengan kerjasama, fasilitas pelayanan yang mahal harganya dapat dibeli dan dinikmati bersama seperti pusat rekreasi, pendidikan orang dewasa, transportasi dan sebagainya.

Menurut Tangkilisan 11 semua kekuatan yang timbul diluar batas-batas organisasi dapat mempengaruhi keputusan serta tindakan di dalam organisasi. Karenanya perlu diadakan kerjasama dengan kekuatan yang diperkirakan mungkin akan timbul. Kerjasama tersebut dapat didasarkan atas hak, kewajiban dan tanggungjawab masing-masing orang untuk mencapai tujuan.

Dwight Waldo dalam Hamdi menyatakan bahwa “In general, the more knowledge that is necessary to run a contemporary society,

11 Tangkilisan. 2005. Manajemen Publik Extern maupun Intern. Jakarta: Pustaka jaya Hal 86 11 Tangkilisan. 2005. Manajemen Publik Extern maupun Intern. Jakarta: Pustaka jaya Hal 86

Yang intinya menjelaskan bahwa pada umumnya suatu keadaan berimplikasi pada semakin banyaknya kebutuhan, dan juga semakin berkembangnya potensi, untuk tatanan kerjasama yang bersifat horizontal ketimbang kerjasama yang bersifat vertikal. Kerjasama dapat dilakukan dengan beberapa bentuk perjanjian dan pengaturan. Hal ini dijelaskan oleh Rosen dalam Keban bahwa bentuk perjanjian (forms of agreement) dibedakan atas :

1. Handshake Agreements , yaitu pengaturan kerja yang tidak didasarkan atas perjanjian tertulis.

2. Written Agreements, yaitu pengaturan kerjasama yang didasarkan atas perjanjian tertulis.

Sedangkan pengaturan kerjasama terdiri atas beberapa bentuk yaitu :

1. Consortia, yaitu pengaturan kerjasama dalam sharing sumberdaya, karena lebih mahal jika ditanggung sendiri- sendiri.

2. Joint Purchasing, yaitu pengaturan kerjasama dalam melakukan pembelian barang agar dapat menekan biaya karena skala pembelian lebih besar.

3. Equipment Sharing, yaitu pengaturan kerjasama dalam sharing peralatan yang mahal, atau yang tidak setiap hari digunakan.

4. Cooperative Construction, yaitu pengaturan kerjasama dalam mendirikan bangunan.

5. Joint services, yaitu pengaturan kerjasama dalam memberikan pelayanan publik.

6. Contract Services, yaitu pengaturan kerjasama dimana pihak yang satu mengkontrak pihak lain untuk memberikan pelayanan tertentu.

7. Pengaturan lainnya; yaitu pengaturan kerjasama lain dapat dilakukan selama dapat menekan biaya, misalnya membuat pusat pendidikan dan pelatihan

Bowo dan Andy 12 menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan kerjasama harus tercapai keuntungan bersama. Pelaksanaan

kerjasama hanya dapat tercapai apabila diperoleh manfaat bersama bagi semua pihak yang terlibat didalamnya (win-win). Apabila satu pihak dirugikan dalam proses kerjasama, maka kerjasama tidak lagi terpenuhi. Dalam upaya mencapai keuntungan atau manfaat bersama dari kerjasama, perlu komunikasi yang baik antara semua pihak dan pemahaman sama terhadap tujuan bersama agar dapat berhasil melaksanakan kerjasama maka dibutuhkan prinsip-prinsip umum sebagaimana yang dijelaskan oleh Edralin dan Whitaker dalam Keban prinsip umum tersebut terdapat dalam prinsip good governance antara lain :

1. Transparansi

2. Akuntabilitas

3. Partisipatif

4. Efisiensi

5. Efektivitas

6. Konsensus

7. Saling menguntungkan dan memajukan

1.4.1.2 Konsep Kerjasama Internasional

Konsep kerjasama Internasional merupakan bagian dari hubungan internasional. Holsti merumuskan lima definisi

kerjasama internasional 13 :

1. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai atau tujuan saling bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan, atau dipenuhi oleh semua pihak sekaligus.

2. Pandangan atau harapan dari satu negara bahwa kebijakan yang diputuskan oleh negara lain akan membantu negara itu untuk mencapai kepentingan dan

nilai-nilainya.

3. Persetujuan atau masalah tertentu antara dua negara atau lebih dalam rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau benturan kepentingan.

4. Aturan resmi atau tak resmi mengenai transaksi di masa depan yang dilakukan untuk melaksanakan persetujuan.

5. Transaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka.

12 http://artikel3.com/topik+teori+kerjasama.html Diakses pada tgl 13 Februari 2012 13 Holsti,K.J. Politik Internasional, kerangka untuk Analisis. Jilid II. Terj: Tharir.M.A. Jakarta: Erlangga, hal 652-653

Kerjasama Internasional tidak hanya dilakukan oleh antar negara secara individual tetapi juga dapat dilakukan oleh lembaga yang bernaung dalam lembaga atau organisasi internasional dan Perusahaan MNCs. Dalam rangka mendukung penyelenggaraan hubungan dan kerjasama luar negeri yang terarah dan berlandaskan kepastian hukum yang lebih kuat, pemerintah Indonesia telah memberlakukan UU No 37 tahun 1999 tentang hubungan luar negeri dan UU No 24 tahun 1999 tentang perjanjian Internasional. Kedua UU dimaksud merupakan landasan hukum yang mengikat bagi Pemerintah pusat dan pelaku Hubungan dan kerjasama Luar Negeri lainnya. Landasan perusahaan Multinational Cooporations (MNCs) dalam menanam modal diatur dalam UU No 11 tahun 1970 Tentang penanaman modal asing.

PT Freeport melakukan hubungan kerjasama Internasional dengan pemerintah Indonesia dengan landasan UU No 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing yang kemudian dirubah dan tambahkan dalam UU No 11 Tahun 1970.

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bentuk dari pertanggung jawaban sosial dan lingkungan oleh perusahaan yang usahanya berkaitan dengan sumber daya alam. CSR diatur dalam UU No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No 25 tahun 2007 tentang penanaman modal. Setelah melakukan hubungan kerjasama internasional dengan Indonesia Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bentuk dari pertanggung jawaban sosial dan lingkungan oleh perusahaan yang usahanya berkaitan dengan sumber daya alam. CSR diatur dalam UU No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No 25 tahun 2007 tentang penanaman modal. Setelah melakukan hubungan kerjasama internasional dengan Indonesia

1.4.1.3 Konsep MNCs

MNCs bentuk umumnya ada perusahaan induk di suatu Negara (HC, Holding Company) dengan beberapa anak perusahaan di negara lain, kegiatan umumnya :

1. Trading /perdagangan

2. Manufacturing/ pabrik

Ciri khasnya adalah perusahan harus membuat keputusan – keputusan mengenai pendapatan proyek dalam berbagai jenis valas yang akan mempengaruhi berbagai operasi perusahaannya. Jadi, melihat multinasional atau tidaknya suatu perusahan bukan dari besar asetnya tetapi dari operasionalnya (diluar negara) MNC mengambil keputusan-keputusan yang berkaitan dengan strategi memasuki pasar (penetrasi), pemilihan operasional diluar negara serta aktifitas produksi, marketing dan keuangan yang paling efisien bagi korporasi- korporasi secara keseluruhan. Ada 2 teori yang mendasari MNC:

1. Classical Theory of MNC ( Theory Adam Smith) teori tentang invisible hand , mekanisme pasar, supply, dan demand. Munculnya perdagangan teori mengenai sumber daya tidak bias berpindah tempat (Imperialism)

2. Modern Theory of MNC, sumber daya bias dimobilisasi, kecuali natural resources munculnya dominasi ekonomi ( Imperialisme 2. Modern Theory of MNC, sumber daya bias dimobilisasi, kecuali natural resources munculnya dominasi ekonomi ( Imperialisme

1. Raw Material seeker MNC mencari bahan baku

2. Market seeker Beroperasi diluar negeri untuk memproduksi dan menjual dipasar luar negeri

3. Cost minimizer seeker Kelompok ini melakukan investasi biaya produksi rendah berorientasi pada penekanan biaya produksi.

Suatu perusahan memulai menjadi MNC diawali dengan ekspor kemudian dengan invesetasi diluar negeri diakhiri dengan produksi. Perkembangan ini dilakukan secara tidak sadar, tidak melalui rencana tetapi timbul berdasarkan rangsangan tantangan (threat) dan peluang ( Opportunuties) yang menimbulkan respon. Keuntungan mendirikan pabrik diluar negeri:

1. Memanfaatkan perkembangan pasar

2. Menyesuaikan produk dan jadwal produksi terhadap perubahan selera dan kondisi setempat

3. Dapat memnuhi pesanan dengan cepat

4. Melakukan purna jual

5. Merancang produk baru

1.4.1.4 Konsep Keamanan Nasional

Dalam berbagai literatur Studi Keamanan, masalah pendefinisian konsep keamanan menjadi salah satu topik perdebatan yang hangat, setidaknya sampai berakhirnya Perang Dingin. Dalam hal ini, perdebatan akademik mengenai konsep keamanan ini berkisar seputar dua aliran besar, yakni antara definisi strategis (strategic definition) dan definisi non-strategis ekonomi (economic non-strategic definition) .

Definisi yang pertama umumnya menempatkan keamanan sebagai nilai abstrak, terfokus pada upaya mempertahankan independensi dan kedaulatan negara, dan umumnya berdimensi militer. Sementara, definisi kedua terfokus pada penjagaan terhadap sumber- sumber ekonomi dan aspek non-militer dari fungsi negara.

Definisi Frederidck Hartman yang melihat keamanan sebagai the sum total of the vital national interests of the state , maka kepentingan nasional itu pun didefinisikan sebagai sesuatu yang

membuat negara bersedia dan siap untuk berperang 14 . Keamanan juga sering dipahami sebagai upaya negara untuk mencegah perang,

terutama melalui strategi pembangunan kekuatan militer yang memberikan kemampuan penangkal deterrent.

Dengan kata lain, definisi keamanan kerap dilandasi oleh asumsi dengan supremasi kekuatan militer sebagai sarana untuk melindungi negara dari ancaman militer dari luar. Dalam konteks indonesia, terutama sejak terjadinya pemisahan kelembagaan antara

14 Hartman, Frederick. 1967. The Relations of Nations .New York: HarperCollins hal. 14.

TNI dan Polri, pengertian tentang keamanan tampak menjadi semakin kabur.

Bahkan, pada tingkat tertentu, kekaburan itu ikut mempengaruhi tidak hanya masalah pengaturan tataran kewenangan di antara keduanya, tetapi juga kinerja dan efektifitas kedua institusi itu dalam menjalankan fungsi-fungsinya.

Kekaburan itu dimulai dengan dikeluarkannya TAP MPR No

VI dan No VII tahun 2000 yang secara kategoris memilah wilayah keamanan dengan pertahanan dalam mendefinisikan fungsi dan tugas TNI dan Polri.

Dalam hal ini, Polri ditetapkan sebagai institusi yang bertanggungjawab

sementara TNI bertanggungjawab di bidang pertahanan. Pemilihan itu kemudian melahirkan mispersepsi mengenai dimensi ruang yang tercakup di dalamnya, yakni Polri untuk dalam negeri (keamanan) dan TNI untuk luar negeri (pertahanan).

terhadap

keamanan

Sebagai fungsi yang bertugas menjaga keamanan dalam negeri, tugas pokok Kepolisian Republik Indonesia yang diatur dalam UU kepolisian No 2 tahun 2002 adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Terkait dengan Kepres No 63 tahun 2004 tentang Object Vital Nasional, PTFI adalah salah satu perusahaan multinasional yang merupakan OVN sehingga dalam pasal 4 menyatakan bahwa kepolisian berkewajiban mengamankan OVN tersebut.

1.5 METODE PENELITIAN

1.6.1 Jenis penelitian

Penulis menggunakan analisa deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karateristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat yang hasilnya dapat di generalisasikan.

1.6.2 Lokasi Penelelitian

Adapun lokasi penelitian yang menjadi tujuan penulis adalah kantor Kepolisian Daerah Papua di Kota Jayapura dan lokasi pertambangan PT. Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika.

1.6.3 Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data yang penulis gunakan adalah pendekatan experimen melalui pengadaan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui buku, jurnal, majalah dan situs internet. Karena dalam suatu penelitian pengumpulan data merupakan langkah yang penting untuk menentukan hasil penelitian yang diharapkan dan data yang terkumpul Pengumpulan data yang penulis gunakan adalah pendekatan experimen melalui pengadaan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui buku, jurnal, majalah dan situs internet. Karena dalam suatu penelitian pengumpulan data merupakan langkah yang penting untuk menentukan hasil penelitian yang diharapkan dan data yang terkumpul

1. Wakapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw

2. Staff Direktorat PAM Obvit Polda Papua

3. Direktur Reskrim Umum Polda Papua Kombes Pol Drs. Pietrus Wayne. SH., M.Hum

4. Kapolres Mimika AKBP Deny Eduard Siregar

5. Kasat PAM Obvit Polres Mimika AKP Agustinus Tandibua

6. Senior Manager Security & Risk, Drs Simon P Morin

7. SUPT SRM AOR3# Demitrius Mandobar

8. SUPT Corporate Communication, Stefanus Branco

9. Ketua Komisi A DPRD Kab Mimika, Elminus B Mom

10. Ketua DPC SPSI Kep Mimika, Virgo Solossa

11. Sekertaris DPC SPSI Kep Kab Mimika Hengki Binur

12. Direktur LSM SKP Keuskupan Mimika, Pr Paul Saulo Wanimbo

13. Ketua Yayasan Emudai, Pater Nato gobay

1.6.4 Teknik analisis data

Berdasarkan pokok permasalahan dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analisis, maka unit analisis/sasaran Berdasarkan pokok permasalahan dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analisis, maka unit analisis/sasaran

1.7 WAKTU PENULISAN

Tabel 1. instrument penelitian dan penulisan skripsi

Waktu

No Kegiatan Alat

Februari Maret

* Studi Literatur

Masalah 2 Proposal

Studi Literatur

3 BAB I

Studi Literatur

Pendahuluan

4 Gambaran BAB II

Studi Lapangan

Umum

5 BAB III

Studi Lapangan

Pembahasan 6 BAB IV

Studi Lapangan

Analisa 7 BAB V

* * Studi Literatur

Penutup

1.8 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB 1 Berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, landasan teori dan hipotesa, metode penelitian, waktu penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Berisi gambaran umum tentang PT Freeport Indonesia dan Kepolisian RI dan latar belakang dibuatnya MoU antara PT Freeport Indonesia dengan Kepolisian Republik Indonesia (POLDA PAPUA).

BAB III Berisi Pembahasan Tentang MoU antara PTFI dengan Kepolisian, Actor yang terlibat, sasaran MoU dan dampak hubungan kerjasama PTFI dengan Kepolisian

BAB IV Berisi Analisa tentang Implementasi, Efektivitas dan Kendala MoU tersebut

BAB V Berisi Penutup yang terdiri dari Kesimpulan, Kritik dan Saran.

BAB II GAMBARAN UMUM

2.1 SEJARAH KEBERADAAN PT FREEPORT

PT Freeport Indonesia adalah salah satu anak perusahaan yang dimiliki oleh PT Freeport – Mc Moran Copper & Gold dan pemerintah Indonesia, dengan kantor pusat berkedudukan di Jakarta dan lokasi

tambang di propinsi Papua. 15 Wilayah pertambangan di Papua merupakan salah satu penghasil tembaga dan emas terbesar didunia dan mengandung cadangan yang juga terbesar didunia.

Wilayah pertambangan PTFI ditemukan pada tahun 1936 oleh seorang geologi muda asal Belanda bernama Jean Jacques Dozy. 16 Dozy

bergabung dalam sebuah expedisi yang tujuan utamanya mendaki bantaran salju yang ketika itu disebut Gunung Cartenz atau yang kini dikenal dengan sebutan Puncak Jaya. Dalam expedisi ini, Dozy melihat sebuah singkapan mineral yang sangat besar yang menonjol keluar dari dasar lembah Cartenz. Dozy mengambil beberapa contoh batuan untuk diteliti dan terbukti kaya dengan mineral yang mengandung tembaga. Dozy melaporkan penemuannya itu dan memberi nama Belanda - Ertsberg atau Gunung Bijih . Karena pecahnya perang dunia kedua dan keterbatasan

15 Jurnal PT Freeport Indonesia.2004. Profil Perusahaan. Hal 3 16 Mealey A.George.1999. Grasberg. Jakarta: Jayakarta Agung Offset. Hal 21 15 Jurnal PT Freeport Indonesia.2004. Profil Perusahaan. Hal 3 16 Mealey A.George.1999. Grasberg. Jakarta: Jayakarta Agung Offset. Hal 21

Pada tahun 1960, Forbes Wilson seorang ahli geologi asal Amerika yang mengepalai kegiatan explorasi bagi perusahaan Freeport

Sulphur Company 18 . Wilson menemukan catatan Dozy dan memimpin sendiri sebuah expedisi kedataran tinggi Papua. Ia menemukan singkapan

batuan yang ditemukan oleh Dozy pertama kalinya, ia memperkirakan bahwa Ertsberg mengandung sekitar 30 ton bijih. Pengujian terhadap contoh batuan yang dibawanya kembali ke Amerika menunjukan

kandungan tembaga dengan kadar 2,3 persen. 19

Lokasi cadangan tersebut sangat terpencil namun jumlah dan mutu bijihnya menjadikan pengambilan kandungan tembaga pada Ertsberg layak secara ekonomis. Akhirnya Ertsberg yang kemungkinan merupakan permukaan cadangan bijih terbesar didunia menjadi magnet yang menarik Freeport menuju Papua. Temuan Freeport yang sekarang merupakan temuan terpenting masih terpendam didalam sebuah gunung lain yaitu gunung Grasberg yang dulu hanyalah bagian dari pemandangan alam

sekitar sampai akhirnya ditemukan pada tahun 1988. 20 Terjadi gejolak politik diawal kemerdekaan Indonesia, krisis keuangan yang dihadapi

oleh pemerintah Indonesia sehingga pemerintah Indonesia yang baru terbentuk membutuhkan dana untuk membangun negaranya.

17 Soehoed, A. R. 2005. Membangun Tambang di ujung Dunia. Jakarta: Aksara Karunia. Hal 35 18 Ibid, Hal 20 19 Wilson Forbes. 1981. The Conquest Of Cooper Mountain. Singapore: Tien Wah Press. Hal 111 20 Soehoed, A. R. 2005. Membangun Tambang di Ujung Dunia. Jakarta: Aksara Karunia. Hal 157

PTFI merupakan perusahaan asing pertama yang akan melakukan penandatangan Kontrak Karya untuk melaksanakan kegiatan pertambangan diwilayah Papua. Kontrak Karya tersebut dilakukan dengan pemerintah Indonesia sedangkan wilayah Papua belum termasuk dalam NKRI.

Keganjilan yang terjadi adalah penandatangan Kontrak Karya (KK) antara PTFI dengan Pemerintah Indonesia pada tanggal 5 April

1967 21 . Sedangkan integrasi wilayah Papua kedalam NKRI terjadi pada saat dilakukan Penentuan Pendapat Rakyat ( PEPERA) Tahun 1969.

Dengan penandatangan KK ini, Freeport menjadi perusahaan asing pertama di Indonesia berdasarkan UU Penanaman Modal Asing Januari 1967. Mengikuti ketentuan UU tersebut, sebuah anak perusahaan sendiri yaitu Freeport Indonesia Inc, memperoleh hak untuk melakukan eksplorasi dan menambang mineral diatas wilayah seluas 100 kilometer persegi (24.700 are) yang berpusat di Ertsberg, untuk kurun waktu 30 tahun. Freeport Indonesia Inc, segera mulai bekerja hingga pertengahan tahun 1968, pengeboran eksplorasi berhasil memastikan adanya 33 juta ton tembaga dengan kadar 2,5 persen yang terkandung pada cadangan bijih Ertsberg. Pada tahun 1986 dibawah pimpinan seorang Chief Executif baru yaitu James Robert Moffett, perusahaan induk di AS Freeport Mc Moran

Inc 22 , memerintahkan untuk menemukan cadangan-cadangan baru.

Menjelang akhir 1991, KK kedua ditandatangani dan PT Freeport Indonesia Company (PTFI) yang baru terbentuk memperoleh izin dari

21 Krey J, Herkanus. 2010. Kontrak Karya PT Freeport Indonesia. Bandung: Logoz Publishing. Hal 41

22 Pada saat itu, wilayah Papua diatur oleh UNTEA, Pepera dilakukan dengan sistem one man, one vote dimana orang Papua diberi piliha untuk merdeka atau berintegrasi dengan NKRI

pemerintah Indonesia untuk meneruskan kegiatan operasinya untuk jangka waktu tambahan 30 tahun kedepan. 23 Untuk melakukan kegiatan pertambangan diwilayah Papua, PTFI harus berhadapan dengan penduduk atau suku setempat yang memiliki hak ulayat. Wilayah pegunungan adalah milik hak ulayat suku Amungme dan wilayah pantai sebagai hak ulayat suku Komoro. PTFI kemudian melakukan kerjasama dengan membentuk sebuah yayasan yang khusus memantau kedua suku ini dan memperhatikan kesejahteraan, kesehatan, pendidikan dan memantau pertumbuhan ekonomi kedua suku ini dan lima suku pendatang lainnya yaitu, Damal, Dhani, Nduga, Paniai dan Meewok. Selain itu PTFI juga memperhatikan pelanggaran HAM dan keamanan wilayah pertambangan. Masalah berikut yang dihadapi oleh PTFI adalah masalah pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM ini terjadi karena ada pembagian pada masyarakat yang memiliki hak ulayat, sebagian mendukung keberadaan PTFI dan sebagian tidak mendukung keberadaan PTFI. Pihak yang tidak mendukung keberadaan PTFI ini melakukan aksi sepanjang wilayah PTFI, aksi ini kemudian disebut dengan gerakan separatis yang mengatas

namakan OPM. 24

Sehingga pihak yang melakukan aksi sepanjang wilayah Kontrak Karya PTFI ini ditangkap dan dibunuh dengan tuduhan separatis. Hal ini menyebabkan keadaan semakin tidak kondusif, kemanan diwilayah PTFI harus dijaga dengan ketat. Langkah-langkah yang diambil oleh PTFI yaitu

23 Soehoed, A. R. 2005. Membangun Tambang di Ujung Dunia. Jakarta: Aksara Karunia. Hal 163 24 Organisasi Papua Merdeka (OPM) merupakan gerakan yang dilakukan oleh sebagian

masyarakat Papua yang tidak menerima keputusan PBB tahun 1969 untuk berintegrasi dengan NKRI. Mereka memberontak kepada pemerintah RI dan menuntut kemerdekaan wilayah Papua masyarakat Papua yang tidak menerima keputusan PBB tahun 1969 untuk berintegrasi dengan NKRI. Mereka memberontak kepada pemerintah RI dan menuntut kemerdekaan wilayah Papua

2.1.1. Hubungan PTFI dengan Masyarakat Pemilik Hak Ulayat

PTFI melakukan dialog dengan pemimpin masyarakat Amungme dan Komoro, mereka merupakan penghuni adat daerah dimana perusahaan PTFI beroperasi. Hasil dari dialog ini menghasilkan sebuah perjanjian resmi atau Nota Kesepahaman (Memorandum Of Understanding/MoU) yang di tandatangani pada tahun 2000 antara PTFI dengan organisasi

masyarakat yang mewakili masyarakat Amungme dan Komoro. 25 Perjanjian tersebut dihasilkan setelah diadakan negosiasi selama lima tahun yang terpusat pada masalah sumber daya sosial ekonomi, hak asasi manusia, hak atas tanah, dan hak atas lingkungan.

MoU tersebut merincikan aspirasi PTFI maupun penduduk adat pada wilayah operasi perusahaan untuk membina hubungan yang saling menguntungkan. Pada tahun 2001 pemimpin adat Amungme dan Komoro bersama PTFI menandatangani perjanjian bersejarah lainnya, yaitu dana perwakilan sukarela tambahan atas hak tanah. Sesuai perjanjian tersebut,

PTFI akan membayar AS$ 500.000 setiap tahunnya bagi dana perwalian. 26 Dana perwalian tersebut diluar perjanjian serta komitmen lain yang dibuat antara PTFI dengan masyarakat setempat, termasuk dana kemitraan PTFI bagi pengembangan masyarakat didalam wilayah operasi

25 Jurnal PT Freeport Indonesia. 2006. Nilai Mendasar. Hal 6 26 Ibid. hal 96 25 Jurnal PT Freeport Indonesia. 2006. Nilai Mendasar. Hal 6 26 Ibid. hal 96

2.1.2. Peran PTFI Terhadap Hak Asasi Manusia

Pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) banyak dilaporkan oleh LSM-LSM. Pelanggaran HAM ini terjadi diwilayah PTFI, banyak penduduk asli pemilik hak ulayat yang ditemukan tewas karena dibunuh, beberapa orang tidak pernah ditemukan lagi dan penembakan- penembakan yang dilakukan oleh kelompok separatis.

Pelanggaran HAM ini mengancam keberadaan PTFI diwilayah Papua sehingga PTFI mengambil kebijakan untuk memperhatikan HAM tersebut. Dewan komisaris Freeport Mc Moran Copper & Gold Inc menyetujui revisi kebijakan perusahaan dalam bidang Ekonomi, Sosial dan Hak Asasi Manusia dan menetapkan Deklarasi Universal Tentang Hak Asasi Manusia sebagai standart kebijakan bagi seluruh kegiatan

perusahaan. 27 Guna meningkatkan kesadaran tentang hak asasi manusia diseluruh lingkungan perusahaan, Hakim Gabriella Kirk Mc Donald 28 pun

diangkat sebagai penasehat Khusus bidang Hak Asasi Manusia. Atas permintaan tokoh masyarakat Thom Beanal dan LEMASA, sebuah pusat

27 Jurnal PT Freeport Indonesia. Nilai Mendasar. Hal 10 28 Judge Gabriella Kirk Mc Donald, penasehat khusus bidang HAM kepada dewan FCX. Sebelum

diangkat menjadi dewan komisaris perusahaan, hakim Mc Donald menempuh karir sebagai hakim federal, pengacara hak-hak sipil, dan ketua Mahkamah Kejahatan Internasional bagi bekas negara Yugoslavia.

HAM didirikan di Timika. Selain memperhatikan hak asasi manusia, akan pula

untuk meningkatkan pengembangan masyarakat sipil serta kepemerintahan yang baik didaerah itu dan program-program untuk menemukan cara-cara peningkatan penyelesaian konflik. Perhatian PTFI terhadap pelanggaran HAM yang terjadi diwilayah Kontrak Karya PTFI dimulai pada awal tahun 2002, dibawah pimpinan salah satu tokoh perempuan dari suku Amungme yang menerima Nobel Lingkungan Hidup dan Hak Asasi Manusia, Yosepha Alomang.

diselenggarakan

kegiatan-kegiatan

Beliau merupakan salah tokoh masyarakat yang awalnya menentang PTFI karena keberadaan PTFI yang merusak lingkungan hidup dan menentang masyarakat yang memiliki hak ulayat.

Beliau mengembangkan Pusat Hak Asasi Perempuan dan Anak- anak (YAHAMAK). 29 Pusat tersebut memperhatikan tantangan- tantangan khusus yang dihadapi para wanita dan anak-anak didunia saat ini, terutama tantangan didalam masyarakat Papua yang mengalami perubahan sosial dan perkembangan ekonomi yang pesat.

2.1.3. Aspek keamanan PT Freeport

PTFI memiliki departemen keamanan internal (Security and Risk Department) sebagai bagian dari program keamanannya. 30 Departemen ini berfungsi untuk menjaga sarana perusahaan, memantau pengapalan barang milik perusahaan melalui bandara udara dan terminal, membantu

29 Jurnal PT Freeport Indonesia. 2006 . Profil PTFI. Hal 12 29 Jurnal PT Freeport Indonesia. 2006 . Profil PTFI. Hal 12

31 Selain keamanan wilayah PTFI yang dijaga oleh petugas keamanan internal, sebagai OVN wilayah PTFI juga diamankan oleh kepolisian yang

bekerjasama dengan TNI untuk memberi perlindungan terhadap wilayah kegiatan perusahaan.

Pemerintah bertanggung jawab atas penugasan personil Polri maupun TNI untuk menyediakan pembiayaan dan pengarahan bagi kegiatan mereka. Disebabkan keterbatasan sumber daya pemerintah dan lokasi tambang yang terpencil serta keterbelakangan pembangunan di Papua sehingga pemerintah membebankan pembiayaan pengamanan ini kepada PTFI sesuai Kep Presiden No 63 Tahun 2004 pasal 4, bahwa biaya dibebankan kepada OVN yang meminta pengamanan.

2.1.4. Komitmen – Komitmen PTFI

Komitmen PTFI dalam bekerjasama dengan masyarakat pemilik hak ulayat yaitu melakukan program-program bagi pengembangan masyarakat seperti, pengadaan pelayanan medis dengan membangun sebuah Rumah Sakit berstandart Internasional di Kabupaten Mimika, PTFI