KEAMANAN WILAYAH PERTAMBANGAN

2.3 KEAMANAN WILAYAH PERTAMBANGAN

Keamanan PTFI awalnya merupakan tanggung jawab TNI sewaktu TNI dan Kepolisian masih berintegrasi, tetapi setelah dikeluarkan Keputusan Presiden No 89 Tahun 2000 dan TAP MPR No VI/MPR/2000 dan TAP MPR VII/MPR/2000. Maka semua yang berkaitan tentang keamanan adalah tanggung jawab Kepolisian dan semua yang berkaitan dengan pertahanan adalah tanggung jawab TNI. Keputusan ini mempengaruhi situasi keamanan di wilayah PTFI. Wilayah PTFI menjadi daerah yang sangat rawan dengan tindak pidana kejahatan dan

kriminalitas. 37 Banyak pihak yang mengkondisikan PTFI sebagai lahan proyek dengan menjadikan wilayah ini sebagai wilayah konflik.

Semenjak pemerintah mengeluarkan peraturan melalui Keputusan Presiden No 63 Tahun 2004, tentang objeck vital nasional. Dalam Keppres tersebut menyatakan bahwa yang bertugas mengamankan objek vital nasional adalah kepolisian namun dalam pasal berikutnya menyatakan bahwa kepolisian dapat meminta bantuan kepada TNI untuk memperkuat pertahanan keamanan.

Kepolisian bertugas untuk melakukan pengamanan diwilayah pertambangan, jika dibandingkan dengan situasi saat ini, keamanan

36 Ketetapan MPR No VII/MPR/2000 Tentang Peran TNI dan Polri 37 Laporan Kasus Menonjol Polda Papua tahun 2009/2010 36 Ketetapan MPR No VII/MPR/2000 Tentang Peran TNI dan Polri 37 Laporan Kasus Menonjol Polda Papua tahun 2009/2010

2.3.1 Kasus Penembakan

Salah satu tindak pidana yang menjadi pertanyaan bagi seluruh lapisan masyarakat adalah penembakan yang terjadi diwilayah PTFI. Kelompok yang melakukan penembakan, menurut kepolisian dinamakan

sebagai kelompok kriminal bersenjata. 38

Satu-satunya pihak yang menjadi tertuduh adalah gerakan sosial politik yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang menuntut desintegrasi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Mereka melakukan gejolak dimana-mana agar dapat terlepas dari NKRI. 39 Menurut Pr Saul Paulo Wanimbo, 40 Direktur SKP Timika, menyatakan

bahwa dari hasil olah TKP dan bukti-bukti yang ditemukan setiap terjadi peristiwa penembakan di jalur utama PTFI, barang bukti berupa peluru

yang digunakan merupakan peluru yang diproduksi oleh Pindad. 41 Sedangkan pihak yang memperoleh akses masuk untuk mendapatkan pasokan peluru dan senjata dari Pindad merupakan lembaga-

38 Data diolah dari hasil penelitian di Polres Mimika Tgl 14-16 Maret 2012 39 Majalah Emudai (Papua Cultural Studies), No 6/Tahun II/ Februari 2012,hal 20 40 Hasil wawancara dengan Dir LSM SKP, Keuskupan Timika. Tgl 22 Maret 2012 41 PT PINDAD adalah perusahan industry manufacture yang bergerak dalam pembuatan produk

militer seperti senjata, tank, dan barang-barang komersial. PT PINDAD dikelola oleh angkatan darat dengan status Badan Usaha Milik Negara militer seperti senjata, tank, dan barang-barang komersial. PT PINDAD dikelola oleh angkatan darat dengan status Badan Usaha Milik Negara

2.3.2. Tuntutan Buruh

Tuntutan buruh merupakan masalah internal yang terjadi antara Manajemen PTFI dengan Karyawan PTFI. Dimana karyawan menuntut Upah Minimum Regional (UMR) mereka dinaikkan sesuai dengan standart upah buruh internasional. Karyawan menuntut PTFI untuk

membayar mereka 17$ per jam. 42 Tetapi ditinjau kembali pada Kontrak Karya pertama antara PTFI dengan pemerintah Indonesia, melalui Presiden Soeharto saat itu, meminta agar diberlakukannya sistem padat

karya. 43 Saat itu Presiden Soeharto menyetujui pembayaran upah buruh yang minim dengan syarat PTFI harus mengambil karyawan sebanyak-

banyaknya dari penduduk asli Indonesia untuk bekerja di perusahaannya.

Dengan cara ini akan mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia, mengingat keadaan Indonesia paskah kemerdekaan RI. 44

Karyawan-karyawan ini mengaspirasikan tuntutannya dengan melakukan

42 Data diolah dari hasil wawancara dengan Bpk Virgo Solossa, Ketua DPC FSP KEP SPSI kab Mimika

43 Sistem padat karya adalah penciptaan lapangan kerja diarahkan pada pemberdayaan potensi pengangguran. Dimana industri menggunakan jasa tenaga manusia, dengan tujuan untuk

meningkatkan taraf hidup serta produktifitas penduduk setempat.

44 Soehoed, A.R. 2005. Membangun Tambang di Ujung Dunia. Jakarta: Aksara Karunia. Hal 170 44 Soehoed, A.R. 2005. Membangun Tambang di Ujung Dunia. Jakarta: Aksara Karunia. Hal 170

Terjadi penyebaran isu tentang kegiatan penggalangan dana yang dilakukan oleh karyawan untuk menunjang aksi mogok kerja karyawan, isu yang berkembang adalah karyawan menggalang dana untuk menunjang gerakan sosial politik Papua merdeka dan mendukung Jamaah Islamiah untuk melakukan teroris. Isu-isu ini dikembangkan untuk menangkap karyawan yang menjadi pioner-pioner aksi mogok kerja. Hasil dari tuntutan karyawan dijawab oleh Manajemen PTFI dengan menaikan upah karyawan dari 6% hingga mencapai 40% saat ini setelah 17 kali melakukan perundingan dan disepakati dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) perjanjian ini akan diperbaharui dan disepakati kembali setiap 2

tahun. 45

Yang menjadi masalah saat ini adalah ketika karyawan melakukan aspirasi mogok kerja pada tanggal 10 Oktober 2011. Terjadi beberapa aksi yang dilakukan oleh karyawan yaitu, perusakan fasilitas milik perusahan. Truk pengangkut kontainer dibakar, perusakan terminal keberangkatan karyawan dan pemotongan pohon menutupi jalur utama PTFI. Hal ini menyebabkan kepolisian sebagai alat negara yang bertugas menjaga

45 Data diolah dari hasil wawancara dengan Hengky Binur, Sekertaris SPSI Kab Mimika 45 Data diolah dari hasil wawancara dengan Hengky Binur, Sekertaris SPSI Kab Mimika

berada di lokasi kejadian saat itu. 46 Saat tembakan peringatan terjadi, keadaan semakin kacau, karyawan

berlari untuk menyelamatkan diri dan seorang karyawan terkena tembakan yang menembus dada sehingga karyawan tersebut meninggal. Selain korban meninggal, beberapa karyawan mengalami cidera berat maupun cidera ringan.

Kejadian ini membuat karyawan menjustifikasi Kepolisian, dimana Kepolisian dianggap tidak netral dan membela PTFI karena hubungan kerjasama yang mereka lakukan untuk menjamin keamanan wilayah pertambangan. Kepolisian Indonesia dianggap sebagai polisi PTFI yang melindungi kepentingan PTFI.