DAMPAK HUBUNGAN KERJASAMA PTFI DENGAN KEPOLISIAN RI

3.4. DAMPAK HUBUNGAN KERJASAMA PTFI DENGAN KEPOLISIAN RI

Hubungan kerjasama PTFI dengan Kepolisian RI merupakan langkah yang baik dan memenuhi semua aturan perundang-undangan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bentuk perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh PTFI dengan Polri dalam teori kerjasama yang dikemukakan oleh Rosen adalah bentuk kerjasama Written Agreements, yaitu pengaturan kerjasama yang didasarkan pada perjanjian tertulis. Sedangkan pengaturan kerjasama antara PTFI dengan Polri adalah Joint Service , yaitu pengaturan kerjasama dalam memberikan pelayanan publik dan contract service, yaitu pengaturan kerjasama dimana pihak satu

mengontrak pihak lain untuk memberikan pelayanan tertentu. 51

50 Data diolah dari hasil wawancara dengan KASAT Pam Obvit Polres Mimika. Tgl 16 Maret 2012

51 http://www.artikel3.com/topik/pengertian+teori+kerjasama.html di akses pada tanggal 13 Februari 2012

Dalam pelaksanaan hubungan kerjasama harus tercapai keuntungan bersama, upaya mencapai keuntungan atau manfaat bersama dari kerjasama, perlu komunikasi yang baik antara semua pihak dan pemahaman sama terhadap tujuan bersama agar dapat berhasil melaksanakan kerjasama. Dalam hubungan kerjasama juga ada dampak yang diakibatkan, yaitu dampak positif dan juga dampak negatif dari hubungan kerjasama tersebut.

3.4.1. Dampak Hubungan Kerjasama Terhadap PTFI

Hubungan kerjasama yang dilakukan oleh PTFI dengan kepolisian merupakan suatu prosedur dalam menjalankan hubungan kerjasama dalam hal pengamanan wilayah pertambangan. PTFI merupakan Objeck Vital Nasional yang diatur dalam aturan Keppres No

63 Tahun 2004. Pada pasal 2, ayat b menyatakan : “ Kepolisian Negara Republik Indonesia berkewajiban memberi bantuan pengamanan terhadap

objeck vital nasional”. 52 Dengan dikeluarkannya Keppres No 63 Tahun 2004 ini maka

peran Tentara Nasional Indonesia yang awalnya menjaga objeck vital nasional dialihkan tugas kepada Kepolisian, hal ini diatur dalam Pasal

9 “ pengamanan objeck vital yang selama ini dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia diserahkan kepada pengelola objeck vital nasional

yang bersangkutan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak berlakunya keputusan ini”.

52 Keppres No 63 Tahun 2004 Tentang Objek Vital Nasional

Sehingga terhitung dari dikeluarkannya Keppres No 63 Tahun 2004, seluruh Objeck Vital Nasional dijaga oleh Kepolisian dan dalam pasal 7, menjelaskan bahwa “dalam melaksanakan pengamanan Objeck Vital Nasional, Kepolisian dapat meminta bantuan kekuatan Tentara Nasional Indonesia sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku”.

Dalam hal ini, dilihat dari tingkat kriminalitas yang terjadi diwilayah PTFI, dan jenis dari tindakan kriminalitas tersebut, yang menjaga wilayah PTFI adalah Kepolisian dan dibantu oleh TNI. Paska pengalihan tugas pengamanan ini, dimana jumlah Kepolisian yang lebih banyak dibanding dengan TNI di dalam area PTFI tidak juga menjamin keamanan karena situasi wilayah pertambangan PTFI semakin tidak kondusif. Skala jumlah penembakan dan jumlah

kematian akibat penembakkan semakin meningkat. 53 Hal tersebut kemudian memunculkan saling curiga antara Kepolisian dengan TNI

yang mengemban tugas pengamanan. Disatu satu sisi Kepolisian menduga bahwa penembakan ini dilakukan oleh pihak TNI karena

PTFI melakukan hubungan kerjasama dengan pihak Kepolisian. 54 sedangkan disisi lain TNI menuding bahwa penembakkan di wilayah

PTFI merupakan murni perbuatan OPM. 55

53 Data diolah dari hasil penelitian di Fungsi Reskrim Polsek Mimika Baru, Polres Mimika tgl 14 s/d 16 maret 2012

54 Data diolah dari hasl wawancara dengan petugas Kepolisian diterminal gorong-gorong MP 21, tempat terjadi beberapa kasus penembakan terhadap karyawan PTFI terjadi. Tgl 15 Maret 2012

55 Data diolah dari hasil wawancara dengan Intel Koppasus tgl 20 Maret 2012

PTFI menyatakan ketidakpuasan terhadap kinerja kepolisian dalam melakukan kegiatan pengamanan diwilayah PTFI. 56 Terhitung semenjak peralihan pengamanan dari TNI ke kepolisian, tindak kriminalitas yang terjadi wilayah PTFI semakin meningkat. Dapat dikatakan bahwa PTFI melakukan hubungan kerjasama dengan Kepolisian sebagai bentuk penghormatan PTFI kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bentuk ketidakpuasan terhadap kinerja Kepolisian ini dilakukan dengan pengadaan pasukan organik dari Amerika Serikat yang bertugas untuk mengamankan wilayah PTFI. Pasukan organik ini berjumlah 70 orang dan menyandang senjata, serta berpakaian sesuai dengan prajurit Amerika. Hal ini menyinggung perasaan NKRI, melalui menteri luar negeri, Marty Natalegawa dan Dewan Kemenhukkam, mereka menolak keberadaan pasukan organik ini kemudian meminta agar PTFI mengirim mereka kembali ke Amerika

Serikat. 57

3.4.2. Dampak Hubungan Kerjasama Terhadap Kepolisian

Tugas dan fungsi kepolisian telah diatur dalam UU No 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Repubik Indonesia dimana wilayah PTFI merupakan wilayah kesatuan NKRI, dan sudah menjadi tugas dan tanggung jawab Kepolisian untuk menjaga keamanan diwilayah PTFI.

Pasal 2, UU No 2 Tahun 2002 menyatakan “fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan

56 Data diolah dari hasil wawancara dengan KA SRM, AOR3#, Poss 400 Kuala Kencana. Tgl 19 Maret 2012

57 Data diolah dari hasil penelitian Public Relations, Ob 1 PTFI, Kuala Kencana Tgl 19 Maret s/d

22 Maret 2012 22 Maret 2012

ini telah mengikat Kepolisian sehingga terikat dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai penjaga keamanan negara. Kepolisian sendiri mengaku merasa tidak mendapatkan keuntungan dalam pelaksanaan hubungan kerjasama ini karena tugas kepolisian yang semakin berat dengan kondisi geografis yang sulit. Keadaan cuaca yang berubah setiap saat, sehingga membuat Kepolisian merasa bahwa menjaga keamanan wilayah PTFI merupakan tugas yang berat. Sistem pengamanan yang 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu,

dan resiko terkena penyakit malaria sangat cepat diwilayah tersebut. 59 Kepolisian mengaku menerima 14 juta $, tetapi tidak secara

langsung menerima dana sebesar itu karena dana tersebut diimplementasikan untuk pembangunan barak di Ridge Camp, pembangunan pos – pos penjagaan sepanjang wilayah PTFI, Uang saku sebesar Rp 1.250.000 kepada setiap anggota Polri dan TNI yang bertugas mengamankan wilayah PTFI, dana yang lain digunakan untuk pembayaran pasukan yang didatangkan dari Mabes. Sisa dananya diatur oleh pejabat Polda Papua sebagai penyelenggara hubungan

kerjasama. 60 Kepolisian yang bertugas dilapangan menyatakan bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan oleh PTFI dengan kepolisian tidak membawa keuntungan bagi mereka, uang saku yang mereka terima dengan kerja yang mereka lakukan sangat tidak sebanding. Mereka mengakui bahwa mereka lelah dengan sistem siaga dengan

58 UU No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia 59 Data diolah dari hasil wawancara dengan petugas kepolisan di MP 21 Tgl 18 Maret 2012 58 UU No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia 59 Data diolah dari hasil wawancara dengan petugas kepolisan di MP 21 Tgl 18 Maret 2012

3.4.3. Dampak Hubungan Kerjasama Terhadap Masyarakat di Wilayah PTFI

1. Dampak Positif

Keberadaan PTFI membawa perubahan dalam sector pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kesejahteraan social. Melalui dana 1 % bagi pemberdayaan masyarakat pemilik hak ulayat dan masyarakat yang berada di sekitar

wilayah PTFI. 61 pada dasarnya hubungan kerjasama PTFI dengan Kepolisian tidak membawa dampak positif bagi

keberadaan masyarakat diwilayah kontrak karya PTFI. Karena Kepolisian lebih mengurus keamanan asset PTFI daripada keberadaan masyarakat diwilayah itu sendiri.

2. Dampak Negatif

Masalah bagi masyarakat adalah pengalaman sejarah yang dialami oleh masyarakat semenjak Pepera tahun 1969. Masyarakat mempunyai trauma dengan aparat penegak hukum sehingga masyarakat menilai negative hubungan kerjasama yang dilakukan Oleh PTFI dengan Kepolisian RI. Disamping realita kerja kepolisian dilapangan lebih mementingkan asset PTFI daripada HAM

60 Data diolah dari hasil wawancara dengan Dir PAM Obvit Polda Papua Tgl 16 Maret 2012 61 Jurnal PTFI.2006. Nilai Mendasar. Hal 20 60 Data diolah dari hasil wawancara dengan Dir PAM Obvit Polda Papua Tgl 16 Maret 2012 61 Jurnal PTFI.2006. Nilai Mendasar. Hal 20