EFEKTIFITAS HUBUNGAN KERJASAMA

4.2.EFEKTIFITAS HUBUNGAN KERJASAMA

Dilihat dari efektifitas MoU dalam jaminan keamanan wilayah pertambangan, MoU ini baru berjalan selama 2 tahun, terhitung dari pertama kali dilakukan perjanjian kerjasama pada tanggal 9 Mey 2009. Setelah sebulan MoU tersebut ditandatangani, keadaan diwilayah

62 Data diolah dari hasil penelitian lapangan diwilayah Lowland, PTFI dari tanggal 19-22 Maret 2012 62 Data diolah dari hasil penelitian lapangan diwilayah Lowland, PTFI dari tanggal 19-22 Maret 2012

Tingkat kriminalitas yang terjadi diwilayah pertambangan paska pembuatan MoU mencapai tingkatan yang tinggi. Kemudian pada tanggal

8 Maret 2010, ditandatangani MoU baru, yang perbedaannya hanya di penambahan jumlah pasukan untuk mengamankan wilayah pertambangan

PTFI. 63 Kesalahan pun saling ditudingkan satu sama lain, Kepolisian

menuduh TNI sebagai dalang dibalik semua kejadian penembakan diwilayah PTFI, dengan dalih bahwa Kepolisian telah mengambil tugas

TNI. 64 PTFI sendiri menuduh Kepolisian dan TNI sebagai dalang dibalik penembakan yang terjadi. 65 TNI sendiri mengatakan “Polisi datang untuk

mengamankan, TNI datang untuk membunuh”. TNI menyatakan bahwa kejadian penembakan diwilayah PTFI merupakan murni perbuatan OPM, yang menuntut kemerdekaan dari NKRI. 66

Sedangkan masyarakat yang berdomisili diwilayah Mimika, baik masyarakat pemilik hak ulayat ataupun masyarakat pendatang sendiri beranggapan bahwa PTFI merupakan lahan proyek bagi semua masyarakat

yang berada diwilayah tersebut. 67 Masyarakat tersebut menyatakan bahwa situasi penembakan yag terjadi diwilayah PTFI adalah situasi yang

63 Data diolah dari hasil Analisa Evaluasi Kasus-Kasus Menonjol diwilayah PTFI sebelum penandatangan MoU dan paska penandatangan MoU, di Polsek Mimika Baru, Polres Mimika.

64 Data diolah dari hasil wawancara dengan Kasat Pam Obvit Polres Mimika, Tgl 16 Maret 2012 65 Data diolah dari hasil wawancara dengan SUPTD SRM AOR3#, poss 400 Kuala Kencana 66 Data diolah dari hasil wawancara dengan Intel Kopassus, Satgas Amole Tgl 15 Maret 2012 67 Data diolah dari hasil wawancara dengan Dir LSM SKP Keuskupan Timika. Tgl 21 Maret 2012 64 Data diolah dari hasil wawancara dengan Kasat Pam Obvit Polres Mimika, Tgl 16 Maret 2012 65 Data diolah dari hasil wawancara dengan SUPTD SRM AOR3#, poss 400 Kuala Kencana 66 Data diolah dari hasil wawancara dengan Intel Kopassus, Satgas Amole Tgl 15 Maret 2012 67 Data diolah dari hasil wawancara dengan Dir LSM SKP Keuskupan Timika. Tgl 21 Maret 2012

Kriminalitas yang sering terjadi diwilayah pertambangan PTFI adalah penembakan yang oleh Kepolisian sering disebut sebagai kelompok kriminal bersenjata atau orang tak dikenal (OTK).

Sedangkan TNI menyebut mereka sebagai gerakan separatis yang dilakukan oleh OPM. Selain penembakan wilayah pertambangan adalah wilayah yang rawan dengan kriminalitas pencurian dan penjarahan barang- barang milik PTFI yang berada diwilayah PTFI dan pelanggaran batas dulang yang ditetapkan oleh PTFI kepada masyarakat lokal yang melakukan pendulangan di limbah pembuangan tailing.

Dari data ini frekuensi penembakan yang terjadi 3 tahun sebelum penandatangan MoU dalam setahun hanya terjadi beberapa kali, dibandingkan frekuensi penembakan yang terjadi setelah 3 tahun dihitung sejak penandatangan MoU.

4.2.1 Presentase Kriminal Sebelum Penandatangan MoU

Tabel 4 presentase kriminal sebelum Mou

langgar batas dulang

Data diolah dari hasil analisa kasus menonjol wilayah PTFI, tahun 2006, 2007 dan 2008. Data didapat dari Dir Reskrim Umum, ruangan Analisa Evaluasi Polda Papua.

4.2.2. Presentase Kriminal Setelah Penandatangan MoU

Tabel 5, Presentase criminal sesudah MoU

langgar batas dulang

Data diolah dari hasil analisa kasus menonjol wilayah PTFI, tahun 2009, 2010 dan 2011. Data didapat dari Dir Reskrim Umum, ruangan Analisa Evaluasi Polda Papua.

Pada tahun 2006, 2007 dan tahun 2008, presentase kasus penembakan diwilayah pertambangan sekitar 2 sampai dengan 3 kasus dalam setahun.

Kasus pencurian harta benda milik PTFI. Presentase kriminalitas setelah penandatangan MoU antara PTFI dengan Kepolisian.

Tahun 2009 adalah tahun pertama penandatangan MoU yang dilakukan oleh PTFI dengan Kepolisian pada bulan Mey, setelah sebulan penandatangan MoU dilakukan kasus penembakan diwilayah PTFI mencapai 19 kasus penembakan. Sasaran penembakan yang dilakukan adalah Karyawan PTFI, truk-truk yang memuat suplai utama pertambangan dan Kepolisian.

Pada tahun 2010, kasus penembakan mencapai 7 kasus dan mulai meningkat pada tahun 2011 yaitu 13 kasus penembakan. Pada saat hubungan kerjasama tahun 2009, kasus pencurian mengalami penurunan tetapi kembali meningkat tahun 2010 dan 2011. Hubungan kerjasama PTFI dengan Kepolisian tidak mempengaruhi kasus pelanggaran batas dulang, karena kasus pelanggaran batas dulang tetap terjadi dalam skala yang tinggi. sekitar 20 kasus setiap tahun dan kasus pelanggaran batas dulang sekitar 35 kasus dalam setahun.

4.2.3. Peta Lokasi Pengamanan

Didalam peta lokasi pengamanan, wilayah yang rentan dengan tindakan penembakan adalah batas wilayah lowland dan highland, yaitu dimulai dari Mile Point (MP) 50. Wilayah ini adalah wilayah tanjakan menuju pegunungan nemangkawi tempat penambangan di Grasberg.

Keamanan diwilayah ini didominasi oleh TNI, dimana jumlah TNI yang lebih banyak dari Kepolisian.

Diwilayah ini juga beberapa anggota Kepolisian sering diserang dan terjadi saling menembak dengan gerombolan kriminal bersenjata. Berbagai kasus penembakan diwilayah MP 50 sampai dengan MP 60 membuat saling curiga antara kepolisian dengan TNI. Dilihat dari korban penembakan yang kebanyakan adalah karyawan PTFI dan anggota Kepolisian, wilayah penembakan yang adalah wilayah pengamanan TNI dan jenis peluru yang yang digunakan adalah jenis peluru yang diproduksi oleh PT Pindad, yang memproduksi senjata dan peluru bagi TNI dan Polri.Yang memperkuat tuduhan Kepolisian kepada TNI adalah, jika anggota Kepolisian yang melewati wilayah MP 50, pasti terjadi kontak senjata dengan kelompok bersenjata. Tetapi kejadian kontak senjata dengan anggota TNI yang menjaga keamanan diwilayah itu jarang

terjadi dan anggota TNI yang bertugas diwilayah itu tidak ditembak. 68

Masalah lain yang membuat situasi wilayah PTFI semakin tidak kondusif adalah adanya perang suku yang skala terjadinya hampir setiap hari. Banyak hal yang memicu terjadinya perang suku tersebut, faktor terjadinya perang suku seringkali diakibatkan oleh masalah hak ulayat pendulangan di area pembuangan limbah tailing oleh masyarakat

setempat. 69 Kemudian masalah perselingkuhan atau masalah perempuan. Masalah – masalah ini yang sering memicu terjadinya perang suku setiap

68 Data diolah dari hasil wawancara dengan Kasat PAM Obvit Polres Mimika Tgl 16 Maret 2012 68 Data diolah dari hasil wawancara dengan Kasat PAM Obvit Polres Mimika Tgl 16 Maret 2012