Metode Pengukuran Pencahayaan Penentuan Titik Pengukuran

ukuran sumber silau, luminansi latar belakang, dan posisi sumber silau terhadap medan penglihatan. Discomfort glare akan makin besar jika suatu sumber mempunyai luminansi yang tinggi, ukuran yang luas, luminansi latar belakang yang rendah dan posisi yang dekat dengan garis penglihatan. Perlu diperhatikan bahwa variabel perancangan sistem tata cahaya dapat merubah lebih dari satu faktor.

3.6 Metode Pengukuran Pencahayaan

Peralatan yang diperlukan untuk membuat evaluasi instalasi pencahayaan adalah sebagai berikut: 1. Catatan dari survey penerangan 2. Luxmeter 3. Sepotong kertas putih yang dilaminasi dengan dua lapisan plastik transparan 4. Cermin datar kecil Sebelum memulai, hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Menetapkan wilayan yang akan dievaluasi b. Menentukan subyek pengamatan c. Menentukan keadaan instalasi pencahayaan yang diinginkan subyek dalam ruangan, yang dapat ditentukan dari mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini: Universitas Sumatera Utara 1. Apakah cahaya matahari masuk dalam ruang baca? 2. Jika cahaya matahari hadir, kondisi pencahayaan yang seperti apa yang subyek sukai? Apakah pencahayaan yang cerah atau mendung atau kombinasi keduanya? 3. Apakah instalasi pencahayaan atau lampu terpelihara dengan baik? Jika tidak, apakah karena perlengkapan lampu tersebut kotor? Atau bola lampu padam? Haruskah perlengkapan lampu dibersihkan dan bola lampu yang padam diganti? 4. Jika ada perubahan posisi lampu dan sistem pemadaman lampu, pada lampu bagian mana yang akan subyek ubah posisinya atau subyek padamkan lampunya? 5. Jika subyek memiliki kontrol atas posisi penyalaan atau pemadaman lampu, apa yang subyek lakukan untuk mendapatkan pencahayaan yang baik?

3.7 Penentuan Titik Pengukuran

1. Penerangan setempat: obyek kerja berupa meja kerja maupun peralatan. Bila merupakan meja kerja pengukuran dapat dilakukan diatas meja yang ada. 2. Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut: a. Luas ruangan kurang dari 10 m 2 , titik potong garis horisontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1 meter. Contoh denah pengukuran untuk luas ruangan kurang dari 10 m 2 seperti pada Gambar 3.1 berikut ini. Universitas Sumatera Utara 1 m 1 m 1 m 1 m 1 m 1 m 1 m Gambar 3.1 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas Kurang dari 10 m 2 b. Luas ruangan antara 10 m 2 sampai 100 m 2 , titik potong garis horisontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan antara 10 m 2 sampai 100 m 2 seperti pada Gambar 3.2 berikut ini. 3 m 3 m 3 m 3 m 3 m 3 m 3 m Gambar 3.2 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas Antara 10 m 2 – 100 m 2 d. Luas ruangan lebih dari 100 m 2 , titik potong garis horisontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan lebih 100 m 2 seperti pada Gambar 3.3 berikut ini. Universitas Sumatera Utara 6 m 6 m 6 m 6m 6 m 6 m 6 m Gambar 3.3 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas Lebih dari 100 m 2

3.8 Perhitungan Pencahayaan