Infrastruktur dan Tata Ruang pada Badan Perpustakaan Arsip, dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

(1)

(2)

(3)

1. Gedung Depan Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

2. Area Parkir Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara


(4)

3. Musholla Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

4. Kantin Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara


(5)

5. Gudang Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

6. Alat Pemadam Api Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara


(6)

7. Ruangan Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

Locker Ruang Pendaftaran Keanggotaan


(7)

Ruang Layanan Tuna Netra Ruang Refrensi


(8)

Ruang Fiksi & Cerita Rakyat Ruang Layanan Remaja


(9)

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, DW. 2007. Memaksimalkan Fungsi Perpustakaan Sebagai Sarana Pembelajaran Bagi Siswa di SDN Kebon Sari VI. Makalah Jaradiknas Kota Porbalinggo bagi perpustakaan. http://media.dikas.go.id/media/document/sat.pdf. Diakses tanggal 20 Maret 2016.

Anonim, 2011. Izin Mendirikan Bangunan Perizinan Bangunan. http// www.izinbangunan.com/perizinan.php?sid=4. Diakses tanggal 15 Mei 2016.

Darmono. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta Grasindo.

Depdiknas RI. 2004. Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional RI.

Kodoatie, Robert. J. 2005. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Cet 1. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Lasa, H.S. 2005. Manajemen Perpustakaan. Cet 1. Yogyakarta : Gama Media. ---. 2007. Manajemen Perpustakaan. Cet 1. Yogyakarta : Gama Media.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2014. Pelaksanaan UU No 43 Tahun 2007.

http://deposit.perpusnas.go.id/media/document/pp2014_024pdf. Diakses tanggal 23 Mei 2016.

Perpustakaan Nasional RI. 1992. Pedoman Perlegkapan Perpustakaan Umum. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.


(11)

---.2006. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan

Umum. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

---.2011. Pedoman Tata Ruang dan Perabot Perpustakaan

Umum. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Purwati, S. 2007. Tata Ruang Perabot dan Perlengkapan Perpustakaan Sekolah. Diklat Pengelola Perpustakaan MTS. Depag Prov. Jatim. Surabaya : Mimbar Pustaka. http://www.lurik.Hs.ac.id/latihan/makalah% watik.pdf. Diakses pada tanggal 09 Juli 2013.

Sadarmayanti. 2001. Dasar – Dasar Pengetahuan tentang : Manajemen Perkantoran. Bandung : Mandar Maju.

Siregar, A.R. 2011. Perpustakaan Umum Spesial di Wilayah Perkotaan. Medan : USU Press.

Siregar, B. 2008. Gedung dan Perlengkapan Perpustakaan. Medan : Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

---. 2010. Gedung dan Perlengkapan Perpustakaan. Medan : Program Studi

Ilmu Perpustakaan Universita Sumatera Utara.

Standar Nasional Perpustakaan. 2011. Bidang Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Khusus. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Sutarno. 2006. Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Sagung Seto.

Suwarno, W. 2009. Psikologi Perpustakaaan. Jakarta : Sagung Seto.

---. 20011. Perpustakaan dan Buku. Yogyakarta : AR. Ruzz Media.

Yunita, E.N. 2011. Perencanaan dan Perancangan Gedung, Tata Ruang dan Perlengkapan Perpustakaan Kantor Bank Indonesia. Medan.


(12)

Yusuf, P.M dan Yaya Suhendra. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Kencana.


(13)

BAB III

INFRASTRUKTUR DAN TATA RUANG PERPUSTAKAAN

3.1 Sejarah Singkat Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara merupakan perpustakaan umum yang didirikan pada tanggal 1 Agustus 1956. Pada awalnya, berdiri dengan nama Perpustakaan Negara Provinsi Sumatera Utara yang bertugas untuk melayani keperluan pemerintah maupun masyarakat umum berupa buku, dan sejenisnya. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan No. 4762/S/1956, dan peresmiannya baru dilaksanakan pada tahun 1957.

Seiring keluarnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan NO.0199/1997 tanggal 23 Juni 1978 Perpustakaan Negara Provinsi Sumatera Utara berubah nama menjadi Perpustakaan Wilayah Sumatera Utara. Setahun kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa Perpustakaan Wilayah Sumatera Utara termasuk perpustakaan kriteria tipe B karena koleksi yang terdapat di Perpustakaan tersebut memiliki koleksi kurang dari 20.000 judul, pernyataan tersebut dilandasi berdasarkan terbitnya Surat Keputusan NO. 095/0/1979, selanjutnya berdasarkan Keppres No. 11 tahun 1989 pada tanggal 6 Maret 1989 Perpustakaan Daerah Sumatera Utara merupakan satuan organisasi di lingkungan Perpustakaan Nasional RI yang tugas dan fungsinya diatur oleh Perpustakaan Nasional RI melalui Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional No. 001/RG/1990 tanggal 21 September 1990 yang letaknya berada di Ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Perpustakaan Daerah Sumatera Utara kembali berganti nama menjadi Perpustakaan Nasional Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 29 Desember 1997


(14)

berdasarkan dikeluarkannya Keppres No. 50 tahun 1997. Melalui Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI No. 44 tahun 1998 pada tanggal 23 Juli 1998 dinyatakan bahwa Perpustakaan Nasional Provinsi Sumatera Utara Termasuk tipe A dengan eselon II A.

Setelah menjadi perangkat Daerah Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Nasional Provinsi Sumatera Utara berubah menjadi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Daerah No. 4 tahun 2000, kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 9 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Suamtera Utara dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 bahwa perpustakaan dan kearsipan merupakan unsur urusan wajib pemerintah., maka Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara berganti menjadi Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara hingga saat ini.

3.2 Visi dan Misi Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

Badan Perpustakaan Arsip, Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara mempunyai visi “Menjadi Lembaga Pembina dan Pengembang Perpustakaan Kearsipan dan Dokumentasi yang Profesional”.

Misi Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara yaitu:

1. Mengumpulkan, mengelola, dan menyelamatkan karya cetak, karya rekam, karya tulis, dan naskah-naskah /dokumentasi sebagai hasil karya budaya bangsa.


(15)

3. Meningkatkan pelayanan bagi pemustaka, pengguna arsip yang berbasis tekhnologi informasi guna mendukung kegiatan menulis, meneliti, berdiskusi, dan wisata baca.

4. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan semua jenis perpustakaan dan kearsipan pada instansi pemerintah BUMD, swasta dan masyarakat. 5. Mendorong pengembangan kualitas sumber daya menulis guna

mendukung tata pemerintahan yang baik.

3.3 Tujuan Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

Adapun tujuan berdirinya Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara adalah untuk memperkenalkan aktivitas perpustakaan dari segi koleksi dan bidang layanan, sarana membaca dan rekreasi, dan sebagai tempat pusat informasi bagi seluruh lapisan masyarakat.

3.4 Jam Layanan Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Pemakai Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara (BPAD-SU) khususnya untuk Layanan Perpustakaan menganut Sistem Layanan Terbuka (Open Access) yang memberikan peluang seluas-luasnya kepada pemustaka dalam mengakses informasi langsung ke rak buku. Layanan perpustakaan dibuka pada hari:

Senin – Jumat : 08.30 - 18.00 WIB Sabtu : 09.00 - 15.00 WIB Minggu : 09.00 - 15.00 WIB


(16)

3.5 Struktur Oraganisasi Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokuemntasi Provinsi Sumatera Utara

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara. BPAD-SU adalah unsur urusan wajib Pemerintah Provinsi dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Sumatera Utara melalui Sekretaris Daerah. BPAD-SU dipimpin oleh Kepala Badan (pejabat struktural eselon II.a) dan dibantu oleh 5 (lima) orang pejabat struktural eselon III.a yaitu:

1. Sekretaris, yang membawahi 3 Sub Bagian yaitu: a. Sub Bagian Umum;

b. Sub Bagian Keuangan; c. Sub Bagian Program;

2. Bidang Pelayanan Perpustakaan dan Teknologi Informasi, membawahi 2 Sub Bidang yaitu:

a. Sub Bidang Layanan Perpustakaan; b. Sub Bidang Teknologi Informasi;

3. Bidang Pengolahan Bahan Pustaka dan Deposit Daerah membawahi 2 Sub Bidang yaitu:

a. Sub Bidang pengolahan Bahan Pustaka; b. Sub Bidang Deposit Daerah;

4. Bidang Pembinaan SDM dan Kelembagaan Perpustakaan, membawahi 2 Sub Bidang yaitu:

a. Sub Bidang Sumber Daya Manusia; b. Sub Bidang Kelembagaan Perpustakaan; 5. Bidang Arsip Daerah, membawahi 2 Sub Bidang yaitu:

a. Sub Bidang Pengolahan Arsip dan Dokumentasi; b. Sub Bidang Layanan dan Pembinan Kearsipan;


(17)

Berikut gambar struktur organisasi Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara:

Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara.

SEKRETARIS

KELOMPOK

FUNGSIONAL

PUSTAKAWAN & SUBBAGIAN UMUM.

SUBBAGIAN KEUANGAN . SUBBAGIAN PROGRAM BIDANG PENG. BAHAN PUSTAKA & DEPOSIT DAERAH BIDANG ARSIP DAERAH BIDANG PEMBINAAN SDM & KELEMBAGAAN PERPUSTAKAAN BIDANG LAYANAN PERPUSTAKAAN & TEKNOLOGI INFORMASI SUBBIDANG PENGELOLAAN ARSIP SUBBIDANG PEMBINAAN SDM PERPUS SUBBIDANG PENG. BAHAN PUSTAKA SUBBIDANG LAYANAN PERPUSTAKAN SUBBIDANG LAYANAN & PEMB. ARSIP SUBBIDANG PEMBINAAN KELEMBAGAAN SUBBIDANG DEPOSIT DAERAH SUBBIDANG TEKNOLOGI INFORMASI KEPALA BADAN.


(18)

3.6 Infrastruktur Pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera utara

3.6.1 Lokasi dan Lahan BPAD Provinsi Sumatera Utara

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara (BPAD-SU) berada di Jalan Brigjend Katamso Nomor 45 K Medan atau tepatnya di depan Istana Maimon, salah satu bangunan bersejarah di Kota Medan. Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera utara merupakan Perpustakaan Provinsi oleh karena itu, perpustakaan ini terletak di Ibukota Sumatera Utara yaitu Kota Medan dan berdiri diatas lahan kepemilikan/asset Pemeritah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara dengan luas lahan 5.708 m2.

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara ialah perpustakaan umum (Public Acces) yang ditujukan untuk seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat yang berada di Provinsi Sumatera Utara, penempatan lokasi perpustakaan berada dipertengahan Kota Medan dan di tempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau oleh sarana transportasi umum. Beberapa hal tersebut dirancang sedemikian rupa atas landasan memudahkan akses dan memberikan pelayanan yang efissien terutama pada letak perpustakaan untuk pemustaka yang ingin berkunjung ke perpustakaan.

3.6.2 Gedung BPAD Provinsi Sumatera Utara

Gedung Badan Perpustakaan Arsip, dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara memiliki luas bangunan 5.080,5 m. Pada halaman depan gedung terdapat taman dan area parkir yang cukup luas untuk pengunjung yang ingin meletakkan kendaraannya pada halaman parkir tersebut. Tingkat keamanan penitipan kendaraan area parkir diperketat untuk menghindari pencurian kendaraan maka, petugas keamanan memberikan penomoran kendaraan di pintu masuk gerbang utama kepada pengunjung


(19)

yang membawa kendaraan dan kartu penomoran tersebut diberikan kembali kepada petugas apabila pengunjung ingin keluar dari perkarangan perpustakaan pertanda bahwa nomor tersebut adalah nomor milik kendaraan pengunjung.

Gedung perpustakaan memiliki 4 lantai dan berbentuk permanen, gedung perpustakaan saat ini dalam kondisi renovasi dan telah selesai 80 %, khususnya renovasi penambahan ruangan untuk lift yang masih dalam proses pembangunan dan ruang kerja staf lantai 3 dan 4. Untuk tingkat kenyamanan pegawai, masih belum termasuk kategori tingkat nyaman karena pada lantai 3 ruangan staff masih belum di sekat sesuai bagian- bagian unit kerja dan beberapa aspek perlengkapan ruangan seperti AC yang belum berfungsi dan sedikit menyebabkan ruangan kerja terasa panas, sedangkan untuk kenyamanan pemustaka tetap seperti biasanya kegiatan pemustaka tidak terganggu pasca renovasi tersebut.

Ekspansi (perluasan) fisik gedung dilakukakan vertikal (keatas) dengan alasan bahwa aktivitas bandara polonia sudah tidak aktif dan perancangan pengembangan fisik gedung secara vertikal dikategorikan telah aman. Untuk fasilitas toilet umum berada di lantai 1, 2, dan 3 gedung. Untuk standar kesehatan gedung perpustakaan di pastikan selalu tetap bersih agar kesehatan pegawai dan pemustaka terjaga.

Pada area belakang terdapat fasilitas musala untuk pegawai dan pemustaka yang ingin beribadah, kantin, dan gudang. Khusus untuk gudang dipisahkan dari bangunan utama agar seluruh perlengkapan dan perabot yang tidak layak pakai tidak memakan area utama gedung dan juga untuk kenyamanan pemustaka ketika beraktifitas di dalam gedung perpustakaan.


(20)

3.6.3 Ruang BPAD Provinsi Sumatera Utara

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara memiliki ruangan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan dan aktifitas yang terselenggara pada setiap ruangan tersebut, adapun jenis ruangan yang ada meliputi :

a. Locker

Locker berfungsi sebagai tempat penitipan barang pemustaka yang berkunjung ke perpustakaan. Tempat penitipan tas ini bertujuan untuk megantisipasi kecilnya peluang terjadi kehilangan koleksi perpustakaan. b. Ruang Pendaftaran Keanggotaan

Ruangan ini berfungsi sebagai tempat pemustaka yang ingin mendaftar menjadi anggota perpustakaan.

c. Ruang Layanan Anak

Meskipun Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara merupakan lembaga yang berperan utama dalam pengelolaan deposit atau karya-karya cetak maupun rekam tentang Sumatera Utara, namun berdasarkan visi misi Gubernur Sumatera Utara Lembaga ini tetap memenuhi kebutuhan pemustaka dari semua tingkatan pendidikan sehingga BPAD-SU juga menyediakan ruangan layanan anak dan buku yang diperuntukkan bagi anak-anak pra sekolah yaitu anak taman kanak-kanak maupun sekolah dasar. d. Ruang Layanan Tuna Netra

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara juga menyediakan ruang layanan tuna netra yang berisi koleksi braille dan komputer yang khusus disediakan untuk pemustaka tuna netra. Ruagan ini berada di sebelah ruangan layanan anak dan apabila ingin menuju ruangan ini maka melalui pintu masuk dari ruang layanan anak.

e. Lobby


(21)

f. Ruang Digital/Internet

Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perpustakaan daerah secara terus menerus melakukan inovatif sehingga dirasa sudah urgen atau mendesak maka, Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara menyediakan ruang layanan multimedia atau Audio Visual dan layanan internet bagi para pemustaka.

g. Ruang Refrensi

Sesuai dengan fungsinya sebagai pusat informasi referral Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi menyediakan ruang layanan refrensi. Ruang refrensi ini mengoleksi berbagai buku rujukan yang terdiri dari buku Perundang-Undangan dari berbagai subjek dan koran-koran terbitan nasional maupun regional (lokal).

h. Ruang Layanan Deposit Daerah

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara berdasarkan fungsi dan tugas Lembaga Perpustakaan Daerah dibelahan dunia manapun yaitu berfungsi sebagai pusat deposit yang memuat tentang karya cetak dan karya rekam suatu daerah sehingga perpustakaan dapat berperan sebagai pusat informasi bagi pencari informasi dalam konteks penelitian dan pemenuhan informasi tentang kedaerahan Sumatera Utara.

i. Ruang Layanan Fiksi & Cerita Rakyat

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara menyediakan ruang layanan fiksi & cerita rakya, ruangan ini memuat dan meyimpan jenis koleksi seperti novel dan cerita rakyat dari seluruh nusantara dan maupun regional ( daerah)

j. Ruang Layanan Remaja

Sama halnya dengan Layanan Anak, Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Suamatera Utara juga menyediakan ruang layanan remaja untuk para pelajar setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan


(22)

setingkat Sekolah Menengah Atas dan dipenuhi kebutuhan informasinya dengan penyediaan bahan bacaaan yang dikhususkan bagi mereka.

k. Ruang Rapat

Ruangan ini berfungsi sebagai tempat rapat seluruh pegawai perpustakaan. l. Ruang Layanan Umum

Ruang Layanan Umum yang terletak di lantai 3 dibagian kanan dan kiri koleksinya diperuntukkan bagi seluruh lapisan masyarakat umum.

m. Ruang Kerja Staf

Ruangan ini berfungsi sebagai tempat bekerjanya seluruh staf Badan Perpustakaaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara. Di ruangan ini lah seluruh staf karyawan bekerja dalam proses pelancaraan dan penyelenggaraan perpustakaan.

n. Ruang Aula

Ruang Aula berfungsi sebagai tempat pertemuan dan rapat penting. Ruangan ini dipakai apabila jumlah peserta memerlukan luas ruangan yang cukup untuk menampung seluruh peserta.

o. Ruang Bendahara

Ruangan ini berfungsi sebagai tempat seluruh administrasi yang bersangkutan dengan keuangan.

p. Ruang Kepala Badan

Ruang Kepala Badan adalah ruangan kerja Kepala Badan Perpustakaan, arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara.


(23)

3.6.4 Perabot dan Perlengkapan BPAD Provinsi Sumatera Utara

Pengadaan perabot dan perlengkapan pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan kebutuhan perpustakaan dan kebutuhan pegawai dalam kelancaran proses penyelenggaraan perpustakaan. Perabot dan perlengkapan pada setiap ruangan penambahan maupun pengurangan perabot dan perlengkapan di inventaris kedalam KIR (Kartu Identitas Ruangan) oleh petugas yang dikhususkan dalam bidang pekerjaan tersebut. Berikut ini adalah daftar perlengkapan dan perabot Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara:

Tabel 1. Perabot dan Perlengkapan Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

No Perabot dan Perlengkapan Jumlah

1. Komputer 178 Unit

2. Laptop 23 Unit

3. Printer 157 Unit

4. Ipad 4 Unit

5. Meja Biro 30 Unit

6. Meje ½ Biro 227 Unit

7. Meja Rapat 30 Unit

8. Kursi Rapat 150 Unit

9. Meja Komputer 46 Unit

10. Meja Kursi dan Tamu 39 Unit

11. Kursi Putar Besar 18 Unit

12. Kursi Putar Kecil 10 Unit

13. Kursi Kayu 171 Unit

14. Kursi Lipat 749 Unit


(24)

16. Lemari 3 Pintu 14 Unit

17. Lemari 2 Pintu 75 Unit

18. Lemari Besi 17 Unit

19. Filling Kabinet 188 Unit

20. Rak Buku Kayu 556 Unit

21. AC 188 Unit

22. Televisi 30 Unit

23. Mesin Penghancur Kertas 12 Unit

24. Faximile 7 Unit

25. Infokus/Proyektor 9 Unit

26. Brankas 8 Unit

27. Soundsystem 10 Unit

28. Handycam 10 Unit

29. Kamera Original 18 Unit

30. Finger Print 2 Unit

31. UPS 10 Unit

32. Genset 3 Unit

33. Foto Copy 6 Unit

34. Meja Receptions 5 Unit

35. Lemari Arsip 20 Unit

36. Mesin Tik Portabel 5 Unit

37. Hardisk 20 Unit

38. Dispenser 10 Unit

39. Meja Kerja Pejabat Eselon II 1 Unit 40. Meja Kerja Pejabat Eselon III 5 Unit 41. Meja Kerja Pejabat Eselon IV 11 Unit 42. Lemari Arsip Pejabat Eselon II 1 Unit


(25)

43. Lemari Arsip Pejabat Eselon III 5 Unit 44. Lemari Arsip Pejabat Eselon IV 11 Unit 45. Kursi Kerja Pejabat Eselon II 1 Unit 46. Kursi Kerja Pejabat Eselon III 5 Unit 47. Kursi Kerja Pejabat Eselon IV 11 Unit

48. Meja Kerja Pegawai 100 Unit

49. Kursi Kerja Pegawai 100 Unit

50. Meja Baca 300 Unit

51. Kursi Baca 500 Unit

52. Kotak Saran 1 Unit

3.7 Tata Ruang Pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

3.7.1 Tata Letak Ruangan Perpustakaan

Penataan letak ruangan perpustakaan pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara disesuaikan dengan bentuk gedung perpustakaan, asas jarak, dan efesiensi pemakain ruangan. Pada Ruangan yang terdapat area koleksi dan area baca perpustakaan ini menggunakan sistem tata benar yaitu suatu cara penempatan koleksi yang disatukan dengan ruang baca agar pemustaka mudah mengambil koleksi. Berikut tata letak ruangan pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara:

Lantai I a. Locker

Locker pada perpustakaan terletak di sebelah barat gedung perpustakaan atau pada bagian kanan dari pintu masuk perpustakaan.


(26)

b. Ruang Pendaftaran Keanggotaan

Ruangan ini terletak di sebelah timur gedung perpustakaan atau pada bagian kiri dari pintu masuk perpustaakaan.

c. Ruang Layanan anak

Ruangan ini terlatak di sebelah barat gedung perpustaakaan berdampingan dengan locker. Khusus untuk ruangan layanan anak penataan letak ruangan di letakkan pada lantai dasar perpustakaan agar memperkecil peluang anak untuk bermain tangga dan mengutamakan faktor keselamatan pemustaka khususnya anak- anak dibawah usia dini.

d. Ruang Layanan Tuna Netra

Ruangan ini bersebelahan dengan ruangan layanan anak. Untuk masuk ke dalam ruangan ini maka pemustaka harus memasuki ruangan anak, pintu masuk ruang layanan tuna netra terletak di utara atau di bagian kanan dari pintu masuk ruang layanan anak. Penataan letak ruangan ini juga didasari atas kemudahan akses pemustaka tuna netra oleh sebab itu, ruangan ini di letakkan pada lantai dasar gedung perpustakaan.

e. Lobby

Lobby/ruang tunggu perpustakaan terletak di sebelah selatan gedung atau, berhadapan dengan pintu masuk perpustakaan.

f. Ruang Digital/ Internet

Ruangan ini terletak di sebelah timur gedung perpustakakaan dan berhadapan dengan tangga akses menuju lantai 2 gedung perpustakaan.

g. Ruang Referensi

Ruang refrensi terletak di sebelah timur gedung perpustakaan atau pada bagian kanan dari tangga akses menuju lantai 2. Pintu masuk ruangan ini berhadapan langsung dengan ruang layanan anak yang terletak di sebelah barat gedung perpustakaan.


(27)

Berikut denah letak ruangan pada lantai 1 perpustakaan :

UTARA p

Gambar 2 : Denah letak ruangan pada lantai 1 Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara.

Lantai 2

a. Ruang Layanan Deposit Daerah

Ruangan ini terletak di sebelah selatan atau berhadapan langsung pada tangga akses menuju lantai 3 gedung perpustakaan.

b. Ruang Layanan Fiksi & Cerita Rakyat

Ruangan ini terletak di sebelah timur atau berada pada sebelah kiri tangga akses menuju lantai 3 gedung perpustakaan.

R. BAGIAN UMUM BIDANG ASET R. LAYANAN ANAK

R.DIGITAL

WC

RUANG LOCKER

R. REFERENSI

R.LAYANAN TUNA NETTRA

LOBBY

R. ADM KEANGGOTAAN


(28)

c. Ruang Layanan Remaja

Ruangan ini terletak di sebelah barat atau berada di sebelah kanan tangga akses menuju lantai 3 gedung perpustakaan.

d. Ruang Rapat

Ruangan ini terletak di sebelah timur gedung perpustakaan lantai 3 atau berdampingan pada ruang layanan remaja.

Berikut denah letak ruangan pada lantai 2 perpustakaan : UTARA

Gambar 3 : Denah letak ruangan pada lantai 2 Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara.

Lantai 3

a. Ruang Layanan Umum

Ruangan ini terletak di bagian selatan gedung perpustakaan, ruangan ini berhadapan langsung pada tangga.

R. LAYANAN DEPOSIT

LAYANAN REMAJA / ISI BUKU-BUKU PENDIDIKAN

R.RAPAT

R. PAMERAN DEPOSIT

R.FIKSI

W C


(29)

b. Ruang Kerja Staf

Seluruh gedung lantai 3 perpustakaan hampir dimayoritasi ruang kerja staf dibagian barat, timur dan, selatan lantai 3 gedung perpustakaan sesuai dengan unit kerja.

Berikut denah letak ruangan pada lantai 3 perpustakaan : UTARA

Gambar 4 : Denah letak ruangan pada lantai 3 Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara.

R.KASUBAG PROGRAM

R. KASUBBAG Keuangan

R. Kabid.

Pengolahan R. SEKRETARIS

R. Staff

R. Kasubbag Umum

R. Staff Keuangan R.

Kasubbid. Deposit

R. Kasubbid. Pengolahan

LIFT

WC WC

TANGGA

LAYANAN UMUM

R. Staf Program

WC


(30)

Lantai 4

a. Ruang Kepala Badan

Ruangan ini terletak di sebelah barat gedung perpustakaan lantai 4 atau pada bagian kanan tangga.

b. Aula

Aula terletak di sebelah timur gedung perpustakaan lantai 4 atau pada bagian kiri tangga..

c. Bendahara

Ruangan ini terletak di selatan gedung perpustakaan lantai 4 atau berhadapan langsung di depan tangga.

Berikut denah letak ruangan pada lantai 4 gedung perpustakkaan :

UTARA

Gambar 5 : Denah letak ruangan pada lantai 4 Badan Perpustakaan, Arsip dan wc

RUANG KEPALA

BADAN

BENDA HARA

wc

TANGGA LIFT


(31)

3.7.2Sistem Ventilasi Ruangan Perpustakaan

Penerapan sistem ventilasi pada ruangan perpustakaan dapat membantu pertukaran udara di dalam ruangan menjadi lebih baik dan memberikan kenyamanan serta kesegaran bagi pemustaka maupun pustakawan. Sistem ventilasi ruangan dapat diterapkan mengunakan sistem ventilasi pasif (alami) atau sistem ventilasi aktif (buatan).

Penerapan sistem ventilasi pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara menggunakan sistem ventilasi aktif (buatan) yaitu menggunakan AC dengan merek Panassonic untuk seluruh ruangan yang terdapat pada gedung perpustakaan tersebut. Penerapan sistem ventilasi ini dirasakan cukup efektif menurut pihak penyelenggara perpustakaan sebab, selain memberikan kesejukkan udara dan kenyamanan pada setiap ruang kerja maupun ruang koleksi, juga sangat membantu dalam mempengaruhi keawetan koleksi bahan pustaka pada ruangan- ruangan yang memuat bahan pustaka, karena pengaturan suhu menggunakan AC dapat diatur secara efektif sesuai dengan suhu yang dibutuhkan pada setiap ruangan.

Proses penghidupan AC hanya dilakukaan saat jam kerja saja, jika perpustakaan sudah tutup maka AC akan dimatikan. Jika listrik padam maka sirkulasi udara dan suhu ruangan tidak terganggu karena perpustakaan ini menggunakan fasilitas mesin genset

Berikut jumlah AC per ruangan pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumetasi Provinsi Sumatera Utara :

Tabel 2. Jumlah penggunaan AC pada ruangan perpustakaan.

No Jenis Ruangan Nama Barang Jumlah Suhu Ruangan 1. Ruang Layanan Anak AC 4 unit 22 – 24o C 2. Ruang Layanan Tuna Netra AC 1 unit 22 – 24o C


(32)

3. Ruang Digital/ Internet AC 1 unit 20o C 4. Ruang Refreensi AC 4 unit 22 – 24o C 5. Ruang Layanan Deposit

Daerah

AC 3 unit 22 – 24o C

6. Ruang Layanan Fiksi & Cerita Rakyat

AC 2 unit 22 – 24o C

7. Ruang Layanan Remaja AC 2 unit 22 – 24o C

8. Ruang Rapat AC 3 unit 22 – 24o C

9. Ruang layanan Umum AC 2 unit 22 – 24o C 10. Ruang Kerja Staff AC 6 unit 22 – 24o C

11. Aula AC 3 unit 22 – 24o C

12. Ruang Kepala Badan AC 1 unit 22 – 24o C

3.7.3 Sistem Pewarnaan Ruangan Perpustakaan

Badan Perpustaakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara dalam penerapan sistem pewarnaan menggunakan cat berwarna putih yang diterapkan pada seluruh bagian dinding ruangan yang ada pada perpustakaan tersebut. Penerapan warna putih tersebut atas landasan bahwa, warna putih adalah warna yang netral agar pencahayaan lebih terang dan bagus, sehingga pada seluruh ruangan yang terdapat aktivitas membaca menjadi lebih terang dan jelas.

3.7.4 Sistem Penerangan Ruangan Perpustakaan

Sistem penerangan pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara menggunakan cahaya matahari dan cahaya lampu. Lampu yang digunakan adalah lampu TL/lampu neon Philips 40 watt dan lampu pijar Philips 18 watt. Berikut jumlah lampu dan jenis lampu yang diterapkan pada setiap ruangan:


(33)

a. Ruang layanan Anak

Sistem pencahayaan yang diterapkan pada ruang layanan anak menggunakan cahaya matahari, pencahayaan matahari berasal dari jendela ruangan yang berada di bagian barat dan selatan, namun tingkat intensitas cahayanya rendah dan dibantu sistem penerangan lampu. Lampu yang digunakan yaitu jenis lampu TL Philips 40 watt berjumlah 12 unit.

b. Ruang Layanan Tuna Netra

Sistem pencahayaan yang diterapkan pada ruang layanan tuna netra menggunakan cahaya matahari, pencahayaan matahari berasal dari jendela ruangan yang berada pada bagian barat dan selatan, juga menggunakan sistem penerangan lampu. Lampu yang digunakan yaitu jenis lampu pijar Philips 18 watt berjumlah 2 unit.

c. Ruang Digital/Internet

Sistem pencahayaan yang diterapkan pada ruangan ini menggunakan sistem penerangan lampu. Lampu yang digunakan yaitu jenis lampu pijar Philips 18 watt berjumlah 8 unit.

d. Ruang Referensi

Sistem pencahayaan yang diterapkan pada ruangan ini menggunakan cahaya matahari, pencahayaan matahari berasal dari jendela yang berada pada utara dan selatan, ruangan ini juga menggunakan sistem penerangan lampu. Lampu yang digunakan yaitu jenis lampu TL Philips 40 watt berjumlah 5 unit.

e. Ruang Layanan Deposit Daerah

Sistem pencahayaan yang diterapkan pada ruangan ini menggunakan cahaya matahari. Pencahayaan berasal dari jendela yang berada pada bagian selatan dan timur. Pada pagi hari tingkat intensitas cahaya yang masuk pada ruangan ini cukup tinggi sebab ruangan ini terletak pada lantai


(34)

2 gedung dan jendela berada pada posisi matahari terbit yaitu timur. Ruangan ini juga menggunakan sistem penerangan lampu. Lampu yang digunakan yaitu jenis lampu pijar Philips 18 watt berjumlah 32 unit. f. Ruang Layanan Fiksi & Cerita Rakyat

Sistem pencahayaan yang diterapkan pada ruangan ini menggunakan cahaya matahari yang berasal dari jendela pada bagian utara. Ruangan ini juga menggunakan sistem penerangan lampu. Lampu yang digunakan yaitu jenis lampu pijar Philips 18 watt berjumlah 12 unit.

g. Ruang Layanan Remaja

Sistem pencahayaan yang diterapkan pada ruangan ini menggunakan cahaya matahari, pencahayaan berasal dari jendela yang berada pada bagian utara dan menggunakan sistem penerangan lampu, jenis lampu yang digunakan yaitu lampu pijar Philips 18 watt berjumlah 16 unit. h. Ruang Layanan Umum

Sistem pencahayaan yang diterapkan pada ruangan ini menggunakan cahaya matahari, pencahayaan matahari berasal dari jendela yang berada pada bagian utara, barat dan selatan ruangan. Tingkat Intensitas cahaya matahari di ruangan ini cukup tinggi namun tidak membuat silau. Ruangan ini juga menggunakan sistem penerangan lampu. Lampu yang digunakan yaitu jenis lampu TL Philips 40 watt berjumlah 40 unit.

i. Ruang Kerja Staf

Sistem pencahayaan yang diterapkan pada ruangan ini menggunakan sistem penerangan lampu. Lampu yang digunakan yaitu jenis lampu TL Philips 40 watt berjumlah 40 unit.

j. Ruang Kepala Badan

Sistem pencahayaan yang diterapkan pada ruangan ini meggunakan sistem penerangan lampu. Lampu yang digunakan yaitu jenis lampu TL Philips 40 watt berjumlah 6 unit.


(35)

Penerangan pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara terta dengan rapi dan tidak membuat silau. Untuk memenuhi aspek tersebut cara yang ditempuh oleh petugas perpustakaan yaitu dengan menghindari sinar matahari langsung dan menentukan jenis lampu yang digunakan sesuai dengan tingkat intensitas cahaya pada setiap ruangan. Jika listrik padam maka tidak akan mengganggu sistem pencahayaan lampu sebab perpustakaan ini menggunakan fasilitas genset.

3.7.5 Penempatan Rak Koleksi

Penempatan rak koleksi pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara khususnya pada ruang layanan yang memiliki koleksi bahan pustaka ditata sedemikian rupa oleh pihak perpustakaaan dengan persetujuan bersama oleh petugas perpustakaan.

Rak koleksi ditata dengan baik dan proses penataannya atas landasan beberapa aspek seperti menghindari sinar matahari secara langsung ke rak, kerapian dan keindahan ruangan, dan aspek keamanan seperti penempataan rak diletakkan pada posisi yang dapat diawasi oleh petugas perpustakaan pada setiap ruangan. Penempatan rak koleksi juga tidak ada yang berada tepat di bawah lampu sehingga penglihatan pemustaka akan lebih jelas ketika mencari koleksi pustaka di rak. Berikut jumlah penggunaan rak, dan ukuran rak pada ruangan koleksi perpustakaan:

Tabel 3. Jumlah dan ukuran rak pada ruangan koleksi perpustakaan

No Jenis Ruangan Jenis Rak Jumlah Ukuran Tinggi Lebar 1. Ruang Layanan

Anak

Rak buku kayu Rak buku triplek

18 unit 5 unit

100 cm 200 cm

40 cm 45 cm


(36)

2. Ruang Layanan Tuna Netra

Rak buku besi Rak buku kayu

2 unit 6 unit 183 cm 200 cm 90 cm 31 cm

3. Ruang Referensi

Rak buku kayu Rak buku triplek

98 unit 12 unit 200 cm 200 cm 31 cm 45 cm 4. Ruang Layanan

Deposit Daerah

Rak buku kayu Rak buku triplek Rak buku besi

100 unit 1 unit 14 unit 200 cm 200 cm 183 cm 31 cm 45 cm 90 cm

5. Ruang Layanan Fiksi & Cerita Rakyat

Rak buku kayu 25 unit 200 cm 31 cm

6. Ruang Layanan Remaja

Rak buku besi 34 unit 183 cm 90 cm

7. Ruang Layanan Umum

Rak buku besi Rak buku kayu Rak buku triplek

56 unit 302 unit 16 unit 183 cm 200 cm 200 cm 90 cm 31 cm 45 cm

3.7.6 Penempatan Meja dan Kursi Baca

Penataan meja dan kursi baca pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara tertata baik sehingga setiap ruangan terlihat rapi. Penataan tersebut berpedoman pada aspek asas jarak tempuh yaitu dengan meletakkan meja dan kursi baca berdekatan pada rak koleksi, jarak penempatan rak dengan penempatan meja dan kursi baca juga tidak teralalu dekat sehingga batasan gerak pemustaka cukup luas.


(37)

Aspek asas jarak yang ditujukan pada rak koleksi, meja dan kursi baca diterapkan agar pemustaka lebih efisien ketika mengambil koleksi dari rak menuju meja dan kursi baca. Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi dalam penataan meja dan kursi baca adalah 1 meja 4 kursi. Seluruh ruangan menggunakan meja yang sama, ukuran meja baca 100 x 200 cm. Khusus pada ruang layanan anak menggunakan meja dan kursi baca yang dikhususkan ukurannya untuk anak-anak. Berikut jumlah penggunaan meja dan kursi baca pada setiap ruangan:

Tabel 3. Jumlah penggunaan meja dan kursi baca pada ruangan

No. Ruangan Jumlah

Meja baca Kursi baca

1. Ruang Layanan Anak 25 unit 100 unit

2. Ruang Layanan Tuna Netra 2 unit 9 unit

3. Ruang Referensi 16 unit 64 unit

4. Ruang Layanan Deposit Daerah 8 unit 32 unit 5. Ruang Fiksi & Cerita Rakyat 7 unit 28 unit

6. Ruang Layanan Remaja 9 unit 36 unit


(38)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Infrastruktur Dan Tata Ruang Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara” yang dilakukan oleh penulis serta membandingkan dengan tinjauan teoris, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara terletak di Jalan Brigjend Katamso Nomor 45 K Medan. Gedung perpustakaan dalam ekspansinya berbentuk vertikal dan memiliki jumlah 4 lantai, berdiri pada lahan asset Pemerintah Provinsi dengan luas lahan 5.708 m2 dan luas gedung 5.080,5 m. Dengan demikian Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara dikategorikan sudah memenuhi Standar Nasional Perpustakaan pada aspek infrastruktur perpustakaan umum. 2. Jenis- jenis ruangan perpustakaan yang ada pada Badan Perpustakaan, Arsip

dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara sudah memenuhi Standar Nasional Perpustakaan dalam penyelengaraan perpustakaan umum.

3. Persyaratan lingkungan fisik ruangan yang meliputi aspek tata letak, sistem ventilasi, sistem pewarnaan ruangan, dan sistem penerangan pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara telah memenuhi standar penyelenggaraan perpustakaan umum.

4. Penataan ruang pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara tertata dengan baik dan rapi. Sehingga terciptanya suasana nyaman pada ruangan perpustakaan.


(39)

4.2 Saran

1. Aspek infrastruktur pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara yang telah memenuhi standar sehingga perlu dipertahankan dan terus ditingkatkan untuk perkembangan yang akan datang. 2. Aspek lingkungan fisik ruang pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan

Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara yang telah memenuhi standar tetap dipertahankan dan terus ditingkatkan untuk perkembangan yang akan datang. 3. Tata ruang pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi

Sumatera Utara yang telah tertata dengan baik, sehingga harus tetap di pertahankan dan terus dikembangkan.

4. Pasca renovasi gedung yang belum selesai sepenuhnya, terkhusus pada ruang kerja staf sebaiknya segera diberikan sekat pemisah pada setiap unit kerja agar terciptanya alur kerja yang baik. Penghidupan kembali beberapa AC pada ruang kerja staf pasca renovasi secepatnya segera dilakukan agar terciptanya suasana yang nyaman pada ruangan tersebut.

5. Pembangunan lift pada gedung perpustakaan sebaiknya segera diselesaikan, karena ruangan yang berisi koleksi bahan pustaka tidak hanya berada pada lantai 1 gedung saja tetapi, juga terdapat pada lantai 2 dan 3. Pengadaan lift pada perpustakaan sangat dibutuhkan karena dapat memudahkan akses seperti memudahkan pustakawan ketika mendsitribusikan koleksi dan efisiensi waktu dan jarak tempuh pustakawan maupun pemustaka.

6. Beberapa ruangan yang masih menggunakan jenis rak koleksi yang terbuat dari kayu sebaiknya diganti menggunakan rak yang terbuat dari besi, selain memiliki daya tahan yang kuat rak yang terbuat dari besi juga menghindari pertumbuhan rayap sehingga secara tidak langsung juga menjaga keawetan koleksi bahan pustaka di rak.


(40)

7. Ruang layanan tuna netra sebaiknya diberikan akses pintu masuk tersendiri dan tidak satu akses pada pintu masuk ruang layanan anak. Hal demikian dilakukan agar memperkecil beberapa kemungkinan yang akan terjadi mengingat ruang layanan anak adalah ruangan yang digunakan oleh anak-anak, secara tidak langsung aktifitas ruangan tersebut akan lebih aktif. Perencanaan ini bertujuan agar pemustaka tuna netra merasa nyaman.


(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum ialah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat . setiap warga dapat mempergunakan perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaaan, kedudukan, kebudayaan, dan agama. Meminjam buku dan bahan lain dari koleksi perpustakaan dapat dengan cuma-cuma atau dengan membayar iuran sekedarnya sebagai tanda keanggotaan dari perpustakaan tersebut.

Perpustakaan umum memberi kesempatan kepada tua dan muda, pria dan wanita untuk mencari tambahan ilmu pengetahuan, mengikuti apa yang terjadi di dunia, menumbuhkan daya berpikir secara kritis, memupuk kebebasan berbicara dan menambah kepandaian, sehingga mendapat kemajuan dalam keadaan sosial ekonominya.

Menurut UU No.43 tahun 2007 “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku”.

Menurut Sutarno (2003: 32), “perpustakaan umum sering diibaratkan sebagai Universitas Rakyat atau Universitas Masyarakat maksudnya adalah bahwa perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan yang demokratis karena menyediakan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya”.


(42)

Menurut Sulistyo-Basuki (2006: 46), “Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum adalah suatu lembaaga pendidikan demokratis yang penyelenggaraannya bertujuan memberikan layanan informasi dan sumber belajar serta melayani masyarakat secara menyeluruh tanpa membedakan stratifikasinya.

2.2 Tujuan Perpustakaan Umum

Suatu lembaga yang telah diselenggarakan/dibentuk harus memiliki tujuan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat berhasil dengan maksimal. Sama halnya dengan perpustakaan umum juga mempunyai tujuan tertentu yang harus dicapai. Menurut Lasa (2007 : 14), tujuan Perpustakaan Umum yaitu :

1. Menumbuh kembangkan minat baca dan tulis. Para siswa dan guru dapat memanfaatkan waktu untuk mendapat informasi di perpustakaan. Kebiasaan ini mampu menumbuhkan minat baca mereka yang pada akhirnya dapat menimbulkan minat tulis.

2. Mengenalkan teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi harus terus diikuti pelajar dan pengajar. Untuk itu perlu proses pengenalan dan penerapan teknologi informasi dari perpustakaan.

3. Membiasakan akses informasi secara mandiri. Pelajar perlu didorong dan diarahkan untuk memiliki rasa percaya diri dan mandiri untuk mengakses informasi. Hanya orang yang percaya diri dan mandirilah yang mampu mencapai kemajuan.

4. Memupuk bakat dan minat. Bacaan, tayangan gambar, dan musik di perpustakaan mampu menumbuhkan bakat dan minat seseorang. Fakta dan sejarah membuktikan bahwa keberhasilan seseorang itu tidak ditentukan oleh NEM yang tinggi melainkan melalui pengembangan bakat dan minat.

Sedangkan Hermawan dan Zen (2006: 31) menyatakan bahwa, tujuan perpustakaan umum adalah:


(43)

1. Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesejahteraan.

2. Menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat dan tepat yang berguna bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

3. Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui penyediaan bahan pustaka dan informasi.

4. Bertindak sebagai agen kultural, sehingga menjadi pustaka utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitar, dan

5. Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjanh hayat.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum didirikan untuk kepentingan masyarakat umum tanpa mengenal status, batas umur, keterbatasan fisik, dan lain sebagainya. Oleh karena itu perpustakaan umum dalam penyelenggaraannya bertujuan sebagai sarana pendidikan informal yang berguna untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

2.3 Fungsi Perpustakaan Umum

Sebagai lembaga yang melayani masyarakat luas secara merata tanpa perbedaan apapun, perpustakaan umum harus mempunyai fungsi sebagai mediator bagi seluruh masyarakat yang ingin mencari dan membutuhkan informasi di perpustakaan. Di dalam Buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000: 6) dinyatakan bahwa, fungsi perpustakaan umum adalah:

1. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan bacaan. 2. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan melalui

pembelian, langganan, tukar menukar, dan lain-lain. 3. Pengolahan dan penyiapan setiap bahan pustaka. 4. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi.

5. Pendayagunaan koleksi.

6. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang datang langsung ke perpustakaan maupun yang menggunakan telepon, faximili, dan lain-lain.

7. Pemasyarakatan perpustakaan.

8. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan.

9. Pelaksanaan koordinasi dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan koleksi mitra kerja lainnya.


(44)

10. Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan koleksi bersama dan sarana atau prasarana, dan

11. Pengolahan dan ketatausahaan perpustakaan.

Sedangkan menurut Perpustakaan Nasional RI (1992: 2), fungsi perpustakaan umum adalah:

1. Menyediakan bahan pendidikan ( educating).

2. Menyediakan dan meyebarkan informasi ( informatif).

3. Menyediakan bahan-bahan yang berisi petunjuk, pedoman, dan bahan- bahan rujukan bagi anggota masyarakat (referensif).

4. Menyediakan layanan penelitian ( riset kualitatif dan kuantitatif).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum berfungsi sebagai pusat untuk pendidikan ( edukatif) , informatif, kebudayaan, rekreasi, tempat penelitian, bagi seluruh masyarakat luas tanpa batassan apapun. Serta sebagai tempat mengumpulkan, mengolah, menyimpan, melestarikan, dan mendayagunakan bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan seluruh masyarakat.

2.4 Infrastruktur Perpustakaan

Menurut Kodoatie (2005: 9), “sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalsi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat”. Definisi teknik juga memberikan spesifikasi apa yang dilakukan sistem infrastruktur dan mengatakan bahwa infrastruktur adalah asset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga memberikan pelayanan publik yang penting.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Infrastruktur diartikan sebagai prasarana. Menurut Sutarno (2006: 122), “sarana dan prasarana perpustakaan adalah semua peralatan dan perlengkapan pokok dan penunjang agar kegiatan perpustakaan dapat berjalan dengan baik”.


(45)

Menurut Moenir yang dikutip oleh Syamrilaode (2011: 5), “prasarana perpustakaan adalah fasilitas mendasar/penunjang utama terselenggaranya perpustakaan antara lain berupa lahan dan bangunan atau ruang perpustakaan”.

Hal serupa juga tertera pada Peraturan Pemerintah no. 24 tahun 2014 tentang pelaksanaan perpustakaan pasal 19 yaitu:

1. Standar sarana dan prasarana memuat kriteria paling sedikit mengenai : a. Lahan ;

b. Gedung ; c. Ruang ; d. Perabot ; dan e. Peralatan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek yang berhubungan dengan infrastruktur perpustakaan adalah lokasi/lahan, gedung, dan ruangan perpustakaan.

Dalam perencanaan infrastruktur perpustakaan terdapat beberapa spesifikasi fisik perpustakaan yang harus diperhatikan sebelum perancangan perpustakaan di lakukan. Acuan spesifikasi fisik perpustakaan tertera pada peraturan pemerintah no. 24 tahun 2014 pasal 22 yaitu:

1. Setiap perpustakaan wajib memiliki lahan dan gedung atau ruang.

2. Lahan perpustakaan sebagaimana dimaksud harus berada di lokasi yang mudah diakses, aman, dan nyaman.

3. Gedung atau ruang perpustakaan sebagaimana dimaksud harus memenuhi aspek keamanan, kenyamanan, keselamatan,, dan kesehatan.

4. Gedung perpustakaan paling sedikit memiliki ruang koleksi, ruang baca, ruang staf yang ditata secara efektif, efisien, dan estetik.

5. Ruang perpustakaan paling sedikit memiliki area koleksi, baca, dan staf yang ditata secara efektif, efisien, dan estetik.

6. Setiap perpustakaan harus memiliki fasilitas umum dan fasilitas khusus. 7. Ketentuan lebih lanjut mengenai lahan, gedung, ruang, fasilitas umum,

dan fasilitas khusus diatur dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional.


(46)

Sedangkan Siregar (2011: 95), Spesifikasi fisik perpustakaan adalah hal-hal yang menyangkut keadaan fisik gedung perpustakaan umum seperti :

1. Kondisi Gedung

Kondisi gedung adalah hal-hal yang berkaitan dengan keadaan dan bentuk fisik perpustakaan umum seperti luas lantai, keadaan luas bangunan, dan sebagainya.

2. Kapasitas Ruangan

Kapasitas ruangan adalah daya tampung ruangan untuk mengakomodasi kegiatan dan pelayanan perpustakaan yang mencakup: kapasitas ruang baca, ruang diskusi, ruang koleksi, ruang refrensi, dan ruang akses internet 3. Tata Letak Ruangan

Tata letak ruangan adalah penataan peralatan perpustakaan dan perabotan yang terdapat pada perpustakaan sehingga sesuai dengan fungsi dan kebutuhan pengguna.

4. Perabotan

Perabotan adalah segala peralatan dan perabotan yang digunakan oleh perpustakaan dan pengguna dalam melakukan kegiatan perpustakaan. 5. Taman dan Halaman

Taman dan halaman adalah areal diluar gedung yang termasuk lingkungan yang mendukung kegiatan perpustakaan.

6. Parkir

Parkir adalah areal untuk pengguna menempatkan kendaraannya. 7. Lobby

Lobby perpustakaan adalah ruangan didalam gedung yang letaknyasebelum memasuki ruang pelayanan perpustakaan.

8. Fasilitas Umum

Fasilitas umum adalah fasilitas perpustakaan yang dapat digunakan oleh pengguna untuk kegiatan di luar kegiatan perpustakaan seperti kantin, toilet, tempat ibadah, ATM bank, dan sebagainnya.

9. Fasilitas bagi Keterbatasan Fisik

Fasilitas bagi keterbatasan fisik adalah fasilitas yang memungkinkan seseorang dengan keterbatasan fisik dapat menggunakan perpustakaan seperti orang lainnya yang tidak memiliki keterbatasan fisik.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa infrastruktur perpustakaan adalah hal mendasar atau penunjang utama terselenggaranya perpustakaan antara lain berupa lokasi, gedung, dan ruangan perpustakaan itu sendiri. Infrastruktur perpustakaan harus dirancang khusus demi kenyamanan pemustaka dan pustakawan.


(47)

2.4.1 Lokasi dan Lahan Perpustakaan

Lokasi merupakan variabel penting yang dapat mengungkapkan berbagai hal tentang gejala atau fenomena yang dipelajari. Suatu gejala yang mempunyai nilai guna yang tinggi jika suatu lokasi berada ditempat yang menguntungkan.

Menurut Siregar (2011: 93), “lokasi adalah letak perpustakaan yang berkaitan dengan jarak dan tempat tinggal, tempat bekerja/sekolah/kampus, dan waktu tempuh yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi”.

Sedangkan menurut Prihadi (2009: 1) mengatakan bahwa, “lokasi dapat diartikan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan layanan perpustakaan bagi seluruh lapisan masyarakat dengan menyediakan berbagai sumber informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya sebagai sumber belajar bagi seluruh lapisan masyarakat”.

Sebelum membangun gedung perpustakaan umum, lahan dan lokasi harus dijadikan aspek yang perlu dipertimbangkan apabila ingin merencanakan suatu pembangunan gedung perpustakaan. Standar Nasional Perpustakaan (2011: 4) menyatakan aspek lokasi dan lahan yang harus dipertimbangkan yaitu :

1. Berada pada lokasi yang mudah dilihat, dikenal, dan di jangkau masyarakat.

2. Di bawah kepemilikkan atau kekuasaan pihak pemerintah daerah. 3. Memiliki status hukum yang jelas.

4. Jauh dari lokasi rawan bencana.

Pertimbangan-pertimbangan cermat dalam menentukan lokasi Perpustakaan menurut Tjiptono (2002: 41) antara lain :

1. Kemudahan (Akses) atau kemudahan untuk dijangkau dengan sarana transportasi umum.

2. Visibilitas yang baik yaitu keberadaan lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan.

3. Lokasi berada pada lalu lintas (Traffic). Di mana ada dua hal yang perlu dipertimbangkan yaitu :


(48)

a. Banyaknya orang lalu lalang bisa memberikan peluang terjadinya impulse buying ( hasrat/ dorongan untuk membeli ).

b. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan, misalnya pelayanan polisi, pemadam kebakaran atau ambulan.

4. Tempat parkir yang luas dan aman.

5. Ekspansi, tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha di kemudian hari

6. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung barang dan jasa yang ditawarkan.

7. Pesaing, yaitu lokasi pesaing. 8. Peraturan pemerintah.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa lokasi adalah letak dimana berlangsungnya kegiatan layanan perpustakaan yang berkaitan dengan jarak tempat tinggal bagi seluruh lapisan masyarakat.

2.4.2 Gedung Perpustakaan

Gedung perpustakaan adalah komponen penting dalam penyelenggaraan perpustakaan, hal ini karena hampir seluruh kegiatan perpustakaan dilakukan di gedung. Dalam IMB ( Izin Mendirikan Bagunan) (2011: 8)

Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas atau di dalam tanah maupun di dalam air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus.

Sedangkan Standar Nasional Perpustakaan (2011:4 ), bahwa standar gedung perpustakaan umum yaitu :

1. Luas gedung sekurang-kurangnya 0,008 m2 per kapita dikalikan jumlah penduduk.

2. Memenuhi standar kesehatan, keselamatan, kenyamanan, ketenangan, keindahan, pencahayaan, keamanan, dan sirkulasi udara.


(49)

4. Memenuhi aspek teknologi, ergonomik, konstruksi, lingkungan, efektifitas, efisiensi, dan kecukupan.

5. Berbentuk permanen.

6. Memperhatikan kekuatan dan memenuhi persyaratan konstruksi lantai untuk ruang koleksi perpustakaan (minimal 400 kg/m2).

7. Dilengkapi dengan area parkir dan difasilitasi sarana kepentingan umum seperti toilet, dan tangga darurat.

Terdapat beberapa aspek lain yang harus dipertimbangkan dalam membangun unsur gedung perpustakaan. Dalam Buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2006:13), aspek yang perlu diperhatikan pada unsur gedung adalah :

1. Lokasi harus di tempat yang mudah dan ekonomis didatangi masyarakat pemakainya.

2. Luas tanah (jika perpustakaan menempatkan gedung sendiri), diusahakan cukup menampung bangunan gedung, dengan kemungkinan perluasan dalam kurung waktu 10-15 tahun mendatang.

3. Ruangan-ruangan lain diperlukan, seperti gudang dan kamar kecil. 4. Konstruksi, mencakup aspek kekuatan dan pengamanan.

5. Cahaya dalam ruangan harus terang.

6. Kesejukkan didalam ruangan dan pertukaran udara/ventilasi harus baik. 7. Lingkungan yang tenang.

8. Tempat parkir kendaraan secukupnya. 9. Taman, dan lain-lain.

Dari uraian diatas menyatakan bahwa gedung perpustakaan harus cukup untuk menampung sebagian dari jumlah masyarakat yang akan berkunjung ke perpustakaan, memberikan ketenangan dan kenyaman bagi pemustaka.

2.4.3 Ruangan Perpustakaan

Ruangan perpustakaan adalah tempat atau bagian tertentu dalam satu gedung perpustakaan yang dipakai untuk meletakkan suatu barang tertentu yang mempunyai fungsi tertentu yang dibatasi oleh alat pemisah atau penyekat. Menurut Siregar (2008:12) menyatakan :


(50)

“Ruang perpustakaan adalah tempat atau bagian tertentu dalam satu gedung perpustakaan yang dipakai untuk meletakkan sesuatu barang tertentu yang mempunyai fungsi tertentu, yang dibatassi oleh alat pemisah atau penyekat”. Setiap perpustakaan memiliki tempat atau bagian tertentu dari suatu gedung terdiri dari sejumlah ruangan mempunyai tempat fungsi yang berbeda-beda. Ruangan disediakan untuk perpustakaan harus terpisah dari aktifitas lain. Selain penempatan ataupun pembagian ruangan harus disesuaikan juga dengan sifat kegiatan, sistem kegiatan, jumlah pengguna, jumlah staf, dan keamanan, dan tata kerja perpustakaan. sehingga kelancaran pelaksanaan kegiatan perpustakaan berjalan dengan baik.

Dalam buku Pedoman Perlengkapan Perpustakaan Umum (1992: 5), dinyatakan bahwa, “Ruangan perpustakaan berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan pustaka, tempat melaksanakan kegiatan layanan perpustakaan dan tempat bekerja petugas perpustakaan”.

Berdasarkan pedoman Perpustakaan Nasional RI (1992: 5) agar pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik dan efektif, maka perlu diperhatikan beberapa faktor dalam perencanaan ruangan perpustakaan, antara lain :

1.Jumlah koleksi dan perkembangannya di masa yang akan datang. 2.Jumlah pemakai atau masyarakat yang dilayan oleh perpustakan. 3.Jumlah bentuk layan perpustakaan yang disajikan

4.Jumlah petugas/karyawan yang menggunakan ruangan.

Selain itu Siregar (2010: 12), mengemukkan bahwa ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan ruangan perpustakaan yaitu :

1. Kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan tersebut. Untuk itu perlu diindentifikasikan terlebih dahulu secara rinci kegiatan/pekerjaan serta tahapan pelaksanaan pekerjaan tersebut. Rincian kegiatan, dan rangkaian pelaksanaan pekerjaan itu harus jelas, sehingga diketahui perabot dan perlengkapan apa yang dibutuhkan setiap tahap pelaksanaannya.

2. Kegiatan yang dilakukan harus dihubungkan dengan luas ruangan yang dibutuhkan, kondisi dan daya tampung ruangan tersebut serta hubungannya dengan ruangan lain, karena hal ini akan menentukan


(51)

perlengkapan yang dibutuhkan, sehingga dapat diketahui apakah suatu ruangan dapat digunakan untuk kegiatan yang dimaksud.

3. Perlu dipertimbangkan jumlah koleksi yang dimiliki dan yang direncanakan pada masa 10 tahun kemudian. Di samping itu jangkauan pelayanan yang akan diselenggrakan, petugas yang dibutuhkan dalam setiap ruangan, serta pengembangannya untuk 10 tahun mendatang. Penentuan ruangan ini juga dipengaruhi oleh pengelolaan bidang administrasi dan pengembangannya.

4. Pertimbangan khusus sesuai dengan penggunaan ruangan tersebut, seperti ruangan khusus untuk petugas perpustakaan dimana pengunjung tidak diperbolehkan masuk, dan dimana pengguna dapat masuk.

Pada dasarnya suatu perpustakaan yang paling sederhana sekalipun harus memiliki sejumlah ruangan yang mempunyai fungsi yang berlainan. Dengan kata lain, suatu perpustakaan mempunyai ruang pokok, yang merupakan kebutuhan minimal setiap perpustakaan. Adapun ruangan minimal yang harus dimiliki sebuah perpustakaan menurut Perpustakaan Nasional RI (1992: 5) adalah sebagai berikut :

1. Ruang Koleksi

Ruang koleksi adalah tempat penyimpanan koleksi perpustakaan, luas ruangan ini tergantung pada jenis dan jumlah bahan pustaka yang dimiliki serta besar kecilnya luas bangunan perpustakaan. Ruangan koleksi dapat terdiri dari suatu ruangan atau beberapa ruang, misalnya ruang koleksi buku, ruang koleksi majalah, ruang koleksi refrensi, ruang koleksi Audio Visual dan lain-lain.

2. Ruang Baca

Ruang baca adalah ruang yang digunakan untuk membaca bahan pustaka. Luas ruangan ini tergantung pada jumlah pembaca/pemakai jasa perpustakaan.

3. Ruang Pelayanan

Ruang pelayanan adalah tempat peminjaman dan pengembalian buku, meminta keterangan kepada petugas, menitipkan barang atau tas, mencari informasi dan buku yang diperlukan melalui katalog.

4. Ruang Kerja Teknis Administrasi

Ruang kerja teknis administrasi adalah ruangan uang dipergunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Pemerosesan bahan pustaka mulai dari pengadaan sampai bahan pustaka tersebut siap untuk disajikan kepada pemakai perpustakaan. b. Ruang tata usaha untuk kepala perpustakaan dan stafnya.


(52)

c. Ruang untuk memperbaiki bahan pustaka yang rusak. 5. Ruang Khusus

Ruang khusus adalah ruang yang terdiri dari kamar kecil, ruang diskusi/pertemuan, ruang bercerita untuk anak-anak dan ruang lain untuk kantin.

Sedangkan menurut Standar Nasional Perpustakaan (2011: 5) ruang perpustakaan sekurang-kurangnya terdiri dari :

1. Ruang refrensi. 2. Ruang koleksi. 3. Ruang baca.

4. Ruang kepala perpustakaan. 5. Ruang kerja staf.

6. Ruang pengolahan. 7. Ruang serba guna.

8. Ruang teknologi informasi dan komunikasi serta multimedia. 9. Gudang.

10. Area publik ( mushola dan toilet tidak berada di dalam ruang koleksi). Kapasitas ruangan perpustakaan menurut buku Pedoman Tata Ruang dan Perabot Perpustakaan Umum (2011: 52), yaitu :

1. Ruang koleksi dan Ruang pemanfaatan koleksi a. Bahan pustaka umum berkapasitas 30 orang b. Bahan pustaka remaja berkapasitas 30 orang c. Bahan pustaka anak berkapasitas 30 orang

d. Bahan pustaka rujukkan (refrensi) berkapasitas 20 orang e. Ruang koleksi majalah dan surat kabar berkapasitas 20 orang f. Ruang koleksi pandang dengar berkapasitas 20 orang

2. Ruang Petugas

a. Memiliki ruang kerja kepala perpustakaan b. Memiliki ruang kerja tata usaha

c. Memiliki ruangan kerja pengelolahan bahan pustaka d. Memiliki ruang kerja tata usaha

e. Memiliki ruang pelayanan katalog dan penitipan tas 3. Ruang Penunjang

a. Ruang pertemuan berkapasitas 100 orang b. Memiliki lobi dan ruang pamer

c. Memiliki gudang dan wc


(53)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam penyelenggaraan perpustakaan khususnya perpustakaan umum luas gedung sangat mempengaruhi dalam penentuan ruangan apa saja yang dapat diterapkan dan dibutuhkan oleh suatu perpustakaan.

2.4.4 Perabot dan Perlengkapan Perpustakaan

Perabot perpustakaan adalah barang-barang yang berfungsi sebagai wadah atau wahana penunjang fungsi perpustakaan seperti meja, kursi, rak buku, papan peragaan dan lain lain sebagainya.

Sedangkan perlengkapan perpustakaan adalah barang-barang yang merupakan perlengkapan dan satu komponen atau kegiatan perpustakaan misalnya mesin tik,komputer,layar proyektor, dan sebagainnya.

Perabot dan perlengkapan perpustakaan merupakan komponen penting sebagai penunjang kelancaran kegiatan suatu perpustakaan. Menurut Depdiknas RI (2001: 136) pengadaan perabot dan perlengkapan perpustakaan perlu diperhatikan agar :

1. Inventaris perabot dan perlengkapan yang ada dan masih dapat dimanfaatkan.

2. Kapasitas ruang tersedia.

3. Spesifikasi perabot dan perlengkapan yang dibutuhkan. 4. Keperluan bantuan evaluasi contoh perabotan dan penawaran.

Ruangan perpustakaan juga menentukan perabot dan perlengkapan yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan pelayanan/kegiatan yang akan dilaksanakan pada setiap ruang pokok yang ada di perpustakaan. Menurut buku Pedoman


(54)

Perlengkapan Perpustakaan Umum (1992: 5), perabot dan perlengkapan yang diperlukan setiap ruangan pada perpustakaan umum yaitu :

1. Perabot dan perlengkapan ruang koleksi

a. Rak Buku, terdiri dari :Rak buku satu muka, Rak buku dua muka, Rak buku anak-anak, dan Rak buku serbaguna untuk ruang kerja. b. Rak majalah.

c. Tangga injakan.

d. Gantungan surat kabar. e. Rak atlas.

f. Rak kamus. g. Rak brosur.

h. Rak piringan hitam.

i. Lemari alat piringan hitam/kaset.

j. Lemari untuk menyimpan slide dan gambar ) OHP (Over Head Proyektor).

k. Rak untuk menyimpan roll film. l. Kotak kartu mikro.

m. Rak untuk menyimpan pita video dan kaset. n. Rak kaset video.

o. Rak display atau peraga. p. Alat pemadam api. q. Telepon.

r. Ac atau kipas angin. s. Rak refrensi.

2. Perabot dan perlengkapan ruang baca

a. Meja baca, terdiri dari : meja serbaguna, dan meja rendah.

b. Kursi baca, terdiri dari: kursi duduk rendah, kursi baca anak-anak, dan kursi dan meja anak-anak.

c. Sice untuk membaca santai (lobi). d. Karel atau meja belajar perorangan. e. Karpet lantai untuk anak-anak. f. Kursi baca santai untuk anak-anak. g. Poster dinding untuk penghias lainnya. h. Telepon.

i. Ac atau kipas angin.

3. Perabot dan perlengkapan ruang pelayanan a. Meja sirkulasi.

b. Loker atau rak penitipan. c. Lemari katalog.

d. Lemari kartu kardeks. e.


(55)

f. Rak buku baru.

g. Tanda-tanda petunjuk. h. Kotak saran.

i. Kereta buku. j. Mesin foto kopi.

k. Mikro film reader printer. l. Video cassete atau televisi. m. Meja proyektor.

n. Telepon.

o. Ac atau kipas angin. p. Komputer.

4. Perabot dan perlengkapan ruang kerja teknis administrasi a. Meja atau kursi kerja.

b. Lemari arsip. c. Rak atau lemari. d. Alat pembersih lantai. e. Kursi tamu.

f. Meja pengolahan . g. Alat penjilidan. h. Telepon.

i. Ac atau kipas angin.

j. Mesin penghitung atau kalkulator. k. Book charger.

l. Komputer.

5. Perabot dan perlengkapan ruang khusus a. Meja dan kursi.

b. Alat penghisap debu. c. Papan tulis.

d. Ac atau kipas angin. e. TV atau video kaset.

f. Kaset atau perekam,tape recorder. g. Microphone.

h. Earphone atau intercom. i. Apaque proyektor. j. Layar.

k. Proyektor slide atau film strip.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlengkapan dan perabot adalah sesuatu yang berhubungan erat dengan ruangan, oleh karena itu, pengadaan perlengkapan dan perabot harus disesuaikan dengan kebutuhan dan fungsi


(56)

ruangan tersebut hal ini bertujuan agar kegiatan dan fungsi perpustakaan berjalan dengan efisien, dan lancar.

2.5. Tata Ruang Perpustakaan Umum

Keberadaan perpustakaan pada saat ini dapat ditemui pada setiap instansi baik dari pemerintahan sampai daerah, instansi swasta maupun umum serta dilembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah maupun perguruan tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat telah memperhitungkan keberadaan sebuah perpustaaan yang djadikan sebagai sumber informasi. Seiring dengan perkembangan perpustakaan tersebut, dalam penyelenggaraan perpustakaan terdapat faktor utama dalam lingkungan perpustakaan yang sangat mempengaruhi kelancaran tugas dan fungsi perpustakaan yang terabaikan yaitu tata ruang perpustakaan. Suwarno (2011: 42), menyatakan bahwa, “untuk dapat memikat perhatian pemustaka agar mau datang ke perpustakaan, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui penataan ruangan yang menarik, dan fungsional”. Ruangan yang tertata rapi dan buku-buku yang juga tertata akan membuat suatu perpustakaan memberikan nuansa nyaman sehingga pemustaka tertarik untuk membaca dan betah berada di perpustakaan.

Menurut Afrianto (2007: 23), menyatakan bahwa, “tata ruang adalah salah satu cara untuk menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan dalam perpustakaan”.

Sedangkan Sedarmayanti (2001: 125), menyatakan bahwa, “ tata ruang adalah pengaturan dan penyusunan seluruh mesin kantor, alat perlengkapan kantor, serta perabot kantor pada tempat yang tepat sehingga pegawai dapat bekerja dengan baik, nyaman leluasa dan bebas bergerak, sehingga tercapai efisiensi kerja”.


(57)

Penataan ruang perpustakaan umum harus direncanakan agar dapat mendukung berlangsungnya kegiatan sesuai dengan fungsi perpustakaan yang diharapkan. Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam penataan ruangan. Purwati (2007: 2), menyatakan bahwa:

“Suatu perpustakaan tidak hanya menyediakan ruang yang kemudian diisi dengan koleksi yang diatur berdasarkan suatu sistem tertentu serta siap dipinjamkan, tetapi letak perpustakaan, bentuk ruangan, penataan perabot dan perlengkapan, alur petugas dan pengguna serta penerangan, keserasian warna, dam sirkulasi udara yang baik perlu diperhatikan oleh penyelenggaraan perpustakaan”.

Berdasarkan penyataan di atas dapat disimpulkan bahwa tata ruang perpustakaan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan rancangan struktur di dalam ruangan perpustakaan baik itu pembagian ruangan, penataan ruangan, perabot, pencahayaan sirkulasi udara, suhu udara dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ruangan perpustakaan yang ditata, diatur, dan dirancang sedemikian rupa agar terciptanya suasana yang kondusif bagi pemustaka maupun peetugas perpustakaan.

2.5.1 Tujuan Tata Ruang Perpustakaan

Pengaturan tata ruang yang menarik dan fungsional akan mengakibatkan pelaksanaan tugas dan fungsi perpustakaan dapat diatur secara tertib dan lancar. Dengan demikian komunikasi baik antar pustakawan maupun pemustaka akan semakin lancar, sehingga koordinasi dan pengawasan semakin mudah serta mendapatkan pencapaian efisiensi, selain itu dengan penataan ruangan juga dapat menciptakan suasana yang kondusif dan memberikan kesan positif bagi pemustaka dalam mencari suatu informasi dan kenyamanan pustakawan dalam menjalankan tugas di perpustakaan. Menurut Yusuf (2007: 9), melalui penataan ruangan perpustakaan yang baik, diharapkan tercipta hal sebagai berikut :

1. Komunikasi dan hubungan antar ruang, staf, dan pengguna perpustakaan tidak terganggu.


(58)

2. Pengawasan dan pengamanan koleksi perpustakaan bisa dilakukan dengan baik.

3. Aktivitas layanan bisa dilakukan dengan lancar.

4. Udara dapat masuk ke ruangan perpustakaan dengan leluasa namun harus dihindari sinar matahari menembus koleksi perpustakaan secara langsung. 5. Tidak menimbulkan gangguan terhadap pembaca/pengguna dan staf

perpustakaan.

Sedangkan peenataan ruangan perpustakaan menurut Lasa (2005: 148), bertujuan untuk :

1. Memperoleh efektifitas kegiatan dan efisiensi waktu, tenaga dan anggaran. 2. Menciptakan lingkungan yang aman suara, nyaman cahaya, nyaman

udara, dan nyaman warna

3. Meningkatkan kualitas pelayanan.

4. Meningkatkan kinerja petugas perpustakaan.

Perpustakaan Nasional RI (1992: 175), perlu diadakan penataan dan pengaturan perabot dan perlengkapan perpustakaan sedemikian rupa, agar :

1. Tidak terjadi hambatan lalu lintas pemakai pelaksanaan kerja di setiap ruangan dan antar ruang.

2. Terlihat suatu gambaran yang wajar dan menarik.

3. Terdapat keleluasaan bergerak yang wajar dari pemakai perpustakaan maupun pelaksanaan kerja.

4. Adanya efisiensi pemakaian ruangan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat informasi bagi pemustaka dan sebagai tempat kerja pustakawan dalam mengelola informasi tersebut, harus memiliki penataan ruangan yang ditata sedemikian rupa agar terciptanya suatu aspek pembinaan perpustakaan yang memiliki pengaruh dan peranan yang sangat besar dalam memperlancar layanan maupun pelaksanaan tugas dan fungsi perpustakaan.


(59)

Ruangan perpustakaan merupakan sarana penting dalam penyelenggaraan perpustakaan. Perpustakaan sebagai unit pelayanan jasa, harus memiliki sarana yang cukup dan permanen untuk menampung semua koleksi, fasilitas, staf, dan kegiatan perpustakaan sebagai unit kerja. Sarana yang dimaksud adalah sarana fisik dalam bentuk ruangan dan gedung perpustakaan. Dalam pengaturan ruang perpustakaan agar efisien diperlukan adanya suatu pemahaman tentang perancangan tata ruangan suatu perpustakaan. Pemahaman tersebut sangat dibutuhkan untuk memperlancar layanan maupun pelaksanaan fungsi perpustakaan. Disamping itu, perencanaan ruang perpustakaan harus mengacu pada hubungan antar ruangan yang bersifat interaktif agar dapat dipandang secara mudah dan nyaman.

Menurut Siregar (2011: 96), “tata letak ruangan adalah penataan peralatan dan perabotan yang terdapat pada perpustakaan sehingga sesuai dengan fungsi dan kebutuhan pengguna”

Sedangkan menurut Suwarno (2009: 101), “penataan ruangan sebaiknya dihindari penataan ruangan yang tersekat-sekat mati dan menutup pandangan. Kondisi semacam ini dapat menyebabkan cepat timbulnya rasa bosan dan jenuh bagi user”.

Agar penataan dan pemanfaatan dapat tertata dengan baik. Menurut Lasa (2005:149), asas-asas tata ruang adalah sebagai berikut:

1. Asas jarak, yaitu suatu susunan tata ruang yang memungkinkan proses penyelesaian pekerjaan dengan menempuh jarak yang paling pendek. 2. Asas rangkaian kerja, yaitu suatu tata ruang yang menempatkan tenaga

dan alat-alat dalam suatu rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan.

3. Asas pemanfaatan, yaitu tata susunan ruang yang mempergunakan sepenuhnya ruang yang ada.

Untuk menciptakan kenyaman di perpustakaan, baik kenyamanan pemustaka maupun kenyamanan pustakawan, perlu diterapkan beberapa sistem penataan ruangan. Sistem pernataan ruangan tersebut diharapkan dapat meningkatkan


(60)

produktifitas, efisiensi, efektifitas di dalam ruangan perpustakaan khususnya penataan ruang seperti ruang baca, ruang koleksi, dan ruang sirkulasi. Adapun sistem penataan ruang perpustakaan tersebut menurut Lasa (2005: 158) yaitu :

1. Sistem tata sekat

Yaitu cara pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca pengunjung. Dalam sistem ini, pengunjung tidak diperkenankan masuk ke ruang koleksi dan petugaslah yang akan mengambilkan koleksi yang dipinjam atau dibaca di tempat itu. Namun demikian sistem ini bias juga diterapkan pada sistem terbuka, yakni pemakai mengambil sendiri lalu dicatatkan/dilaporkan kepada petugas, selanjutnya petugaslah yang mengambilkan ke rak semula.

2. Sistem tata parak

Yaitu sistem pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca. Hanya saja dalam sistem ini, pembaca dimungkinkan untuk mengambil koleksi sendiri, lalu dicatat atau dibaca diruang lain yang tersedia. Cara ini lebih cocok untuk perpusakaan yang menganut sistem pinjam terbuka.

3. Sistem tata benar

Yaitu suatu cara penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan sendiri. Sistem ini lebih cocok untuk perpustakaan yang menggunakan sistem pinjam terbuka.

Dalam penataan ruangan perpustakaan juga harus megutamakan prinsip-prinsip penataan ruangan, hal ini bertujuan agar efektifitas dan pemanfaatan setiap ruangan perpustakaan berjalan dengan baik. Menurut Lasa (2007: 202) menyatakan bahwa, prinsip-prinsip penataan ruangan perpustakaan meliputi :

1. Untuk pelaksanaan tugas yang memerlukan konsentrasi hendaknya ditempatkan di ruangan terpisah atau ditempat yang aman dari gangguan, hal ini bertujuan agar tidak mengganggu konsentrasi dalam melaksanakan pekerjaan.

2. Bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di lokasi yang strategis. Tujuannya agar lebih mudah dicapai, misalnyan bagian sirkulasi. Apabila pelayanan kurang memuaskan akan mengakibatkan semakin sedikit jumlah pengunjung, tetapi sebaliknya apabila pelayanannya baik jumlah pengunjung akan semakin bertambah.

3. Dalam penempatan perabot seperti meja, kursi rak buku, lemari, dan lainnya hendaknya disusun dalam bentuk garis lurus. Tujuannya agar


(61)

segala kegiatan pemustaka lebih mudah dikontrol oleh pustakawan. Selain itu juga akan membuat ruangan lebih indah, teratur dan tidak sempit. Pemustaka juga akan lebih leluasa melakukan kegiatannya diperpustakaaan, karena ruangannya tidak sempit.

4. Jarak antara satu perabot dengan perabot lainnya dibuat agak lebar. Jarak perabot diatur agar pustakawan maupun pemustaka bisa leluasa untuk berjalan. Selain itu juga bertujuan agar ruangan tidak terlihat sempit yang akan membuat pustakawan dan pemustaka merasa tidak nyaman.

5. Bagian-bagian yang mempunyai tugas yang sama, hampir sama, atau merupakan kelanjutan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan. Hal ini bertujuan agar pustakawan tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk berpindah-pindah ruangan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pemustaka juga tidak perlu bingug apabila ada yang perlu diurus dengan pustakawan.

6. Bagian yang menangani pekerjaan yang bersifat berantakkan seperti pengolahan, pengetikan atau penjilidan hendaknya ditempatkan di tempat yang tidak tampak oleh khalayak umum. Bertujuan agar pemustaka tidak terganggu oleh suasana yang berantakan.

7. Apabila memungkinkan, semua petugas dalam suatu unit/ruangan hendaknya duduk menghadap kearah yang sama dan pimpinan duduk di belakang . situasi ini akan lebih menciptakan komunikasi yang lancer antar petugas.

8. Alur pekerjaan hendaknya bergerak maju dari satu meja ke meja lain dari garis lurus. Hal ini bertujuan agar tidak adanya keraguan ataupun kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan oleh pustakawan. Misalnya dalam proses pengolahan bahan pustaka dan proses penyelesaian fisik bahan pustaka seperti penyampulan buku.

9. Ukuran tinggi, rendah, panjang, lebar, luas dan bentuk perabot hendaknya dapat diatur lebih leluasa. Hal ini dimaksudkan agar tidak tercipta situasi jenuh bagi pustakawan maupun pemustaka. Selain itu juga akan membuat ruangan perpustakaan akan terlihat lebih indah dan menarik.

10. Perlu ada lorong yang cukup lebar untuk jalan apabila sewaktu-waktu terjadi kebakaran dan bencana alam. Bisa juga dibuat jalan keluar alternatif apabila terjadi kejadian yang tidak terduga. Hal ini bertujuan agar lebih mudah menyelamatkan diri apabila terjadi bencana yang tidak terduga.

Dalam penataan ruang ditentukan oleh banyak hal, diantaranya luas ruangan yang ada, sistem pelayanan yang dipakai, serta perabot dan perlengkapan yang disediakan dan juga tata letak ruang menurut fungsi dan pelayanannya.


(1)

1. Bapak Dr. Budi Agustono, MS., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Program Studi D3 Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Abdul Hafiz Harahap, S.Sos.,M.Ikom., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dan bimbingan sampai kertas karya ini selesai.

4. Bapak Ishak, S.S, M.Hum., selaku dosen pembaca pada kertas karya ini.

5. Seluruh staf pengajar program studi D3 perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan mendidik penulis dalam perkuliahan.

6. Untuk admin D3 Perpustakaan Abang Suryawan S.Sos., terima kasih waktu dan tenaga serta selalu memberikan masukan kepada penulis, membantu segala urusan administrasi yang dibutuhkan oleh penulis hingga kertas karya ini terselesaikan.

7. Bapak Ferlin H. Nainggolan Selaku Kepala Badan Perpustakaan Arsip, Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara.

8. Bapak Jhon L. Damanik selaku PLT Kasubag Umum Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara.

9. Bapak Erwin selaku pegawai bidang Perlengkapan dan Aset Badan Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara.


(2)

11. Buat Nurafni, Ahmad Umarullah, dan Chandra Lingga terimakasih atas dukungannya. 12. Buat abangda Ahmad Fauzi, dan istri Beby Putri Wulan selalu memberi dukungan dan

motivasi.

13. Buat oom Edi Hanafi Nasution, dan Istri Ririn Sundari atas dukungannya. 14. Buat teman-teman satu angkatan IMIP 2013.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis

dalam meyelesaikan kertas karya ini. Akhir kata, semoga nantinya kertas karya ini yang jauh dari

kata sempurna dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membutuhkannya.

Medan, Agustus 2016

Penulis

Novri Winanda NIM. 132201075


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI……….. iv

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR………. viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Tujuan Penulisan……….... 3

1.3 Ruang Lingkup……… 4

1.4 Metode Pengumpulan Data………. 4

Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Perpustakaan Umum………... 5

2.2 Tujuan Perpustakaan Umum……….. 6

2.3 Fungsi Perpustakaan Umum………... 7

2.4 Infrastruktur Perpustakaan……… 8

2.4.1 Lokasi dan Lahan Perpustakaan……….. 11

2.4.2 Gedung Perpustakaan……….. 12

2.4.3 Ruangan Perpustakaan……… 13

2.4.4 Perabot dan Perlengkapan Perpustakaan………. 17

2.5 Tata Ruang Perpustakaan Umum………. 20

2.5.1 Tujuan Tata Ruang……….. 21

2.5.2 Prinsip-Prinsip Tata Ruang………. 22

2.6 Persyaratan Lingkungan Fisik Ruangan……… 26

2.6.1 Tata Letak………. 27

2.6.2 Sistem Ventilasi……… 27

2.6.3 Sistem Pewarnaan Ruangan……….. 29

2.6.4 Sistem Penerangan……… 30

2.6.5 Sistem Akustik/Tingkat Kebisingan……….. 32

BAB III INFRASTRUKTUR DAN TATA RUANG PERPUSTAKAAN


(4)

Provinsi Sumatera Utara……….. 34 3.2 Visi dan Misi Badab Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi

Sumatera Utara……….. 35

3.3 Tujuan Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi

Sumatera Utara……… 36

3.4 Jam Layanan Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi

Sumatera Utara……… 36

3.5 Struktur Organisasi Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi

Provinsi Sumatera Utara……….. 37

3.6 Infrastruktur Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi

Provinsi Sumatera Utara……….. 39

3.6.1 Lokasi dan Lahan BPAD Provinsi Sumatera Utara…. 39 3.6.2 Gedung BPAD Provinsi Sumatera Utara…………... 39 3.6.3 Ruang BPAD Provinsi SumateraUtara……… 41

3.6.4 Perabot dan Perlengkapan BPAD Provinsi Sumatera

Utara……… 44

3.7 Tata Ruang Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi

Provinsi Sumatera Utara……… 46

3.7.1 Tata Letak Ruangan Perpustakaan………. 46 3.7.2 Sistem Ventilasi Ruangan Perpustakaan……… 52 3.7.3 Sistem Pewarnaan RuanganPerpustakaan…………. 53 3.7.4 Sistem Penerangan RuanganPerpustakaan………… 53 3.7.5 Penempatan Rak Koleksi………... 56 3.7.6 Penempatan Meja dan Kursi Baca………. 57

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan………. 58

4.2 Saran………... 59

DAFTAR PUSTAKA………. 62


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perabot dan Perlengkapan Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara…………... 44 Tabel 2. Jumlah Penggunaan AC Pada Ruangan Perpustakaan…... 52 Tabel 3. Jumlah Dan Ukuran Rak Pada Ruangan

Koleksi Perpustakaan………. 56


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi

Provinsi Sumatera Utara………….. 38

Gambar 2. Denah Letak Ruangan Pada Lantai 1 Badan Perpustakaan, Arsip

Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara…………. 48

Gambar 3. Denah Letak Ruangan Pada Lantai 2 Badan Perpustakaan, Arsip

Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara…. 49

Gambar 4. Denah Letak Ruangan Pada Lantai 3 Badan Perpustakaan, Arsip

Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara……. 50

Gambar 5. Denah Letak Ruangan Pada Lantai 4 Badan Perpustakaan Arsip dan