Rancangan Iluminasi pada Ruang Baca di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara (BAPERASDA)

(1)

RANCANGAN ILUMINASI PADA RUANG BACA DI BADAN

PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH PROVINSI

SUMATERA UTARA (BAPERASDA)

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

:

Rilpani Orien Meliala

(080403182)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini. Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas sarjana ini berjudul ”Rancangan Iluminasi pada Ruang Baca di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara (BAPERASDA)”. Penulis menyadari bahwa tugas sarjana ini jauh dari kesempurnaan, karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Masukan dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Desember 2013 Penulis,


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menjalani studi di Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dan menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas Sarjana ini penulis persembahkan sebagai wujud kecil ucapan terima kasih kepada kedua orangtua, Zainal Edward Meliala dan Rina Sembiring serta adik, Zairico Halintar Meliala yang telah mencurahkan doa dan kasih sayang kepada penulis serta tidak pernah berhenti mendukung dalam menyelesaikan penulisan tugas sarjana ini.

Bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak diluar keluarga telah banyak penulis peroleh selama pelaksanaan dan penulisan tugas sarjana ini baik berupa materi, moral dan informasi. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Koordinator Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. A. Jabbar M. Rambe selaku Koordinator Bidang Ergonomi dan Dasar Perancangan Sistem Kerja.


(8)

 

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan, ilmu dan masukan selama pelaksanaan dan pengerjaan tugas sarjana.

6. Ibu Ir. Anizar, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, ilmu dan masukan selama pelaksanaan dan pengerjaan tugas sarjana.

7. Ibu Dra. Nurjani, M.Si dan seluruh staff di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara (BAPERASDA) yang telah memberikan waktu, bimbingan dan masukan selama penulis menjalankan penelitian.

8. Erinaldo Gultom, ST yang senantiasa memberikan motivasi, semangat dan penghiburan bagi penulis.

9. Staf pegawai Teknik Industri USU, Bang Ridho, Bang Nurmansyah, Bang Mijo, Kak Dina, Ibu Ani dan Bang Amri, atas bantuannya dalam hal administrasi penyelesaian tugas sarjana ini.

Kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas sarjana ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga tugas sarjana ini bermanfaat.

Medan, Desember 2013


(9)

ABSTRAK

Iluminasi merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan sebuah ruangan. Akses iluminasi yang baik akan membuat ruangan berfungsi maksimal dan memungkinkan manusia melihat obyek secara jelas tanpa menimbulkan kesalahan. Salah satu permasalahan yang muncul dalam ruang baca adalah permasalahan akan pencahayaan saat membaca, menulis dan menggunakan laptop. Cahaya yang berlebihan mencapai mata (discomfort glare) menyebabkan rasa ketidaknyamanan pada mata, terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Discomfort glare sering dalami oleh pengguna ruang baca yang melakukan aktivitas menghadap ke jendela. Discomfort glare juga diakibatkan oleh lampu atau cahaya dengan terang yang berlebihan dan pantulan dari terang suatu dinding.

Penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat iluminasi ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (Baperasda) Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Iluminasi ruangan sangat berlebihan dengan penerangan dari 20 unit lampu yang masing-masing memiliki daya 36 watt dengan pemakaian lampu jenis TL. Pada ruang baca layanan dewasa A sinar matahari masuk ke dalam ruangan melalui jendela kaca yang terdapat pada bagian utara dengan jumlah 20 buah dan pada bagian timur dan barat dengan jumlah masing-masing 10 buah, masing-masing jendela tidak menggunakan tirai. Pada ruang baca layanan dewasa B sinar matahari masuk ke dalam ruangan melalui jendela kaca yang terdapat pada bagian timur dan barat dengan jumlah masing 10 buah, dan pada bagian selatan dengan jumlah 20 buah, masing-masing jendela tidak menggunakan tirai. Pencahayaan alam dan buatan memberikan tingkat iluminasi yang berlebihan dan menyebabkan gangguan visual yang mempengaruhi penglihatan. Ketidaknyamanan sering dirasakan oleh pengguna ruang baca akibat iluminasi berlebihan yang berasal dari pantulan jendela kaca dan penggunaan pencahayaan buatan.

Pada penelitian dilakukan pengukuran tingkat iluminasi dengan menentukan titik pengukuran berdasarkan SNI 16-7062-2004 sehingga diperoleh 4 titik pengukuran. Hasil tingkat iluminasi rata-rata ruang baca layanan dewasa A adalah sebesar 365.69 lux, sedangan pada ruang baca layanan dewasa B adalah sebesar 383.15 lux. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencahayaan ruangan melebihi tingkat pencahayaan ideal untuk ruang baca perpustakaan yaitu sebesar 300 lux sesuai SNI 03-6197-2000. Alternatif yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan iluminasi pada ruang baca di Baperasda Provinsi Sumut adalah dengan cara penggunaan lampu hemat energi jenis Master PL-L 4P 80 w dengan jumlah 14 buah. Pemilihan lampu jenis Master PL-L 4P 80 w dikarenakan konsumsi daya listrik lampu lebih kecil, penyebaran cahaya merata ke seluruh ruangan dan faktor cos yang tinggi.

Kata Kunci : iluminasi, glare, discomfort glare, pencahayaan alam, pencahayaan buatan, lampu hemat energi


(10)

 

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan ... I-1

1.2 Rumusan Permasalahan ... I-4 1.3 Tujuan Penelitian ... I-5

1.4 Pembatasan Masalah dan Asumsi ... I-5

1.5 Manfaat Penelitian ... I-6 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-6


(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2 Ruang Lingkup ... II-3 2.3 Struktur Organisasi ... II-3 2.4 Sistem Pelayanan ... II-6 2.5 Pengguna Perpustakaan ... II-7

III LANDASAN TEORI

3.1 Pencahayaan Alami ... III-1 3.2 Pencahayaan Buatan ... III-2 3.3 Satuan Pencahayaan ... III-4 3.4 Tingkat Pencahayaan ... III-4 3.5 Silau ... III-6 3.6 Metode Pengukuran Pencahayaan ... III-7

3.7 Penentuan Titik Pengukuran ... III-8 3.8 Perhitungan Pencahayaan ... III-10 3.8.1 Intensitas Penncahayaan ... III-10 3.8.2 Efisiensi Pencahayaan ... III-11 3.8.3 Indeks Ruang ... III-13


(12)

 

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN 3.9 Lampu ... III-15 3.9.1 Efisiensi Lampu ... III-15 3.9.2 Jenis Lampu ... III-16

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1

4.2 Obyek Penelitian ... IV-1 4.3 Jenis Penelitian ... IV-1 4.4 Instrumen Penelitian ... IV-2 4.5 Kerangka Berpikir ... IV-2

4.6 Metode Pengumpulan Data ... IV-4 4.7 Metode Pengolahan Data ... IV-6 4.8 Analisis Pemecahan Masalah ... IV-8 4.9 Kesimpulan dan Saran ... IV-8

4.10 Tahapan Penelitian ... IV-8

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data... V-1 5.1.1 Data Penilaian Persepsi Pembaca terhadap Kondisi

Iluminasi Ruangan ... V-1 5.1.2 Layout Ruangan ... V-2


(13)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN 5.1.3 Data Tingkat Iluminasi Ruang Baca ... V-2 5.1.4 Biaya Konsumsi Listrik Lampu Ruangan ... V-8 5.2. Pengolahan Data ... V-9 5.2.1 Perhitungan Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca

Layanan Dewasa A ... V-9 5.2.2 Perhitungan Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca

Layanan Dewasa B ... V-15 5.2.3 Perhitungan Indeks Ruang ... V-22 5.2.4 Perhitungan Lumen Lampu ... V-22 5.2.5 Perhitungan Kebutuhan Lampu ... V-24

5.2.6 Perhitungan Daya Lampu ... V-24 5.2.7 Perhitungan Biaya Konsumsi Listrik Lampu ... V-25

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

6.1 Analisis ... VI-1 6.1.1 Analisis Tingkat Pencahayaan ... VI-1 6.1.2 Analisis Lumen Lampu dan Kebutuhan Bola Lampu .. VI-2 6.1.3. Analisis Biaya Konsumsi Listrik Lampu ... VI-2

6.2. Pemecahan Masalah ... VI-2 6.3 Pembahasan Hasil Pemecahan Masalah ... VI-4


(14)

 

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1 Jam Operasional Baperasda Provinsi Sumut ... II-3 3.1 Tingkat Pencahayaan yang Direkomendasikan SNI ... III-4 3.2 Efisiensi Penerangan untuk Keadaan Baru ... III-12 5.1 Penilaian Persepsi Pembaca terhadap Kondisi Pencahayaan

Ruang Baca ... V-3 5.2 Pengukuran Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan Dewasa A ... V-6 5.3 Pengukuran Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan Dewasa B ... V-7 Dewasa B ... V-5 5.4 Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa A pada

Hari ke 1 ... V-10 5.5 Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa A pada

Hari ke 2 ... V-11 5.6 Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa A pada

Hari ke 3 ... V-12 5.7 Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa A pada

Hari ke 4 ... V-13 5.8 Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa A pada


(16)

 

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN 5.9 Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa B pada

Hari ke 1 ... V-15 5.10 Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa B pada

Hari ke 2 ... V-16 5.11 Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa B pada

Hari ke 3 ... V-17 5.12 Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa B pada

Hari ke 4 ... V-18 5.13 Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa B pada

Hari ke 5 ... V-19 5.14 Rekapitulasi Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan

Dewasa A ... V-20 5.15 Rekapitulasi Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan


(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN 2.1 Denah Letak Geografis Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

(BAPERASDA) Provinsi Sumatera Utara ... II-2 2.2 Struktur Organisasi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

(BAPERASDA) Provinsi Sumatera Utara ... II-5 3.1 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas

Kurang dari 10 m2 ... III-9 3.2 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas

Antara 10 m2 – 100 m2 ... III-9 3.3 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas

Lebih dari 100 m2 ... III-10 3.4 Lampu Fluorescent Berbentuk Tabung ... III-19 3.5 Lampu Fluorescent Berbentuk Compact (Compact Fluorescent

Lamp) ... III-19 3.6 Lampu HID (High-Intensity Discharge) ... III-21 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian ... IV-2 4.2. Blok Diagram Tahapan Penelitian ... IV-9 5.1. Layout dan Titik Pengukuran Ruang Baca Layanan Dewasa A ... V-4 5.2 Layout dan Titik Pengukuran Ruang Baca Layanan Dewasa B ... V-5 5.3 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan


(18)

 

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN 5.4 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan

Dewasa A pada Hari ke 2 ... V-11 5.5 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan

Dewasa A pada Hari ke 3 ... V-12 5.6 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan

Dewasa A pada Hari ke 4 ... V-13 5.7 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan

Dewasa A pada Hari ke 5 ... V-14 5.8 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan

Dewasa B pada Hari ke 1 ... V-15 5.9 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan

Dewasa B pada Hari ke 2 ... V-16 5.10 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan

Dewasa B pada Hari ke 3 ... V-17 5.11 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan

Dewasa B pada Hari ke 4 ... V-18 5.12 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan

Dewasa B pada Hari ke 5 ... V-19 5.13 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan


(19)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN 5.14 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan

Dewasa B ... V-20 6.1 Layout Ruang Baca Usulan ... VI-6


(20)

 

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN 1. Kuesioner ... L-1 2. Tarif Tenaga Listrik ... L-2 3. SNI 03-6197-2000 ... L-3 4. SNI 16-7062-2004 ... L-4 5. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L-5 6. Formulir Penetapan Tugas Sarjana ... L-6 7. Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana di Badan Perpustakaan dan

Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara (BAPERASDA) ... L-7 8. Surat Balasan Penerimaan Riset Tugas Sarjana di Badan Perpustakaan

dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara (BAPERASDA) ... L-8 9. Surat Keputusan Tugas Sarjanaa Mahasiswa ... L-9 10.Surat Perpanjangan Masa Berlaku Surat Keputusan Tugas Sarjana

Mahasiswa ... L-10 11.Lembar Asistensi Dosen Pembimbing I ... L-11 12.Lembar Asistensi Dosen Pembimbing II ... L-12


(21)

(22)

ABSTRAK

Iluminasi merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan sebuah ruangan. Akses iluminasi yang baik akan membuat ruangan berfungsi maksimal dan memungkinkan manusia melihat obyek secara jelas tanpa menimbulkan kesalahan. Salah satu permasalahan yang muncul dalam ruang baca adalah permasalahan akan pencahayaan saat membaca, menulis dan menggunakan laptop. Cahaya yang berlebihan mencapai mata (discomfort glare) menyebabkan rasa ketidaknyamanan pada mata, terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Discomfort glare sering dalami oleh pengguna ruang baca yang melakukan aktivitas menghadap ke jendela. Discomfort glare juga diakibatkan oleh lampu atau cahaya dengan terang yang berlebihan dan pantulan dari terang suatu dinding.

Penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat iluminasi ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (Baperasda) Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Iluminasi ruangan sangat berlebihan dengan penerangan dari 20 unit lampu yang masing-masing memiliki daya 36 watt dengan pemakaian lampu jenis TL. Pada ruang baca layanan dewasa A sinar matahari masuk ke dalam ruangan melalui jendela kaca yang terdapat pada bagian utara dengan jumlah 20 buah dan pada bagian timur dan barat dengan jumlah masing-masing 10 buah, masing-masing jendela tidak menggunakan tirai. Pada ruang baca layanan dewasa B sinar matahari masuk ke dalam ruangan melalui jendela kaca yang terdapat pada bagian timur dan barat dengan jumlah masing 10 buah, dan pada bagian selatan dengan jumlah 20 buah, masing-masing jendela tidak menggunakan tirai. Pencahayaan alam dan buatan memberikan tingkat iluminasi yang berlebihan dan menyebabkan gangguan visual yang mempengaruhi penglihatan. Ketidaknyamanan sering dirasakan oleh pengguna ruang baca akibat iluminasi berlebihan yang berasal dari pantulan jendela kaca dan penggunaan pencahayaan buatan.

Pada penelitian dilakukan pengukuran tingkat iluminasi dengan menentukan titik pengukuran berdasarkan SNI 16-7062-2004 sehingga diperoleh 4 titik pengukuran. Hasil tingkat iluminasi rata-rata ruang baca layanan dewasa A adalah sebesar 365.69 lux, sedangan pada ruang baca layanan dewasa B adalah sebesar 383.15 lux. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencahayaan ruangan melebihi tingkat pencahayaan ideal untuk ruang baca perpustakaan yaitu sebesar 300 lux sesuai SNI 03-6197-2000. Alternatif yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan iluminasi pada ruang baca di Baperasda Provinsi Sumut adalah dengan cara penggunaan lampu hemat energi jenis Master PL-L 4P 80 w dengan jumlah 14 buah. Pemilihan lampu jenis Master PL-L 4P 80 w dikarenakan konsumsi daya listrik lampu lebih kecil, penyebaran cahaya merata ke seluruh ruangan dan faktor cos yang tinggi.

Kata Kunci : iluminasi, glare, discomfort glare, pencahayaan alam, pencahayaan buatan, lampu hemat energi


(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan cahaya untuk beraktivitas dengan sehat, nyaman dan menyenangkan. Cahaya merupakan syarat mutlak bagi manusia untuk melihat sekelilingnya.

Iluminasi adalah banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan. Iluminasi merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan sebuah ruangan. Akses iluminasi yang baik akan membuat ruangan berfungsi maksimal dan memungkinkan manusia melihat obyek secara jelas tanpa menimbulkan kesalahan. Perancangan iluminasi pada ruangan memegang peranan bagi keberhasilan fungsi ruangan tersebut, salah satunya adalah perancangan iluminasi di ruang baca perpustakaan.

Salah satu permasalahan yang muncul dalam ruang baca adalah permasalahan akan pencahayaan saat membaca, menulis dan menggunakan laptop. Cahaya yang berlebihan mencapai mata (discomfort glare) menyebabkan rasa ketidaknyamanan pada mata, terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Discomfort glare sering dalami oleh pengguna ruang baca yang melakukan aktivitas menghadap ke jendela. Discomfort glare juga diakibatkan


(24)

oleh lampu atau cahaya dengan terang yang berlebihan dan pantulan dari terang suatu dinding.

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat iluminasi ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (Baperasda) Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Bertambahnya minat baca masyarakat membuat Baperasda Provinsi Sumut melakukan penambahan koleksi buku sehingga ruang baca yang awalnya bernama ruang baca layanan umum ini berganti nama dan di bagi menjadi dua ruangan yaitu ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B. Kedua ruang baca ini merupakan ruang baca yang memuat jenis koleksi buku yang sama, yaitu koleksi buku teks (text book), buku braille serta buku fiksi dan keterampilan.

Ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B memiliki ukuran 24 m x 9 m. Pencahayaan ruangan sangat berlebihan dengan penerangan dari 20 unit lampu yang masing-masing memiliki daya 36 watt dengan pemakaian lampu jenis TL. Pada ruang baca layanan dewasa A sinar matahari masuk ke dalam ruangan melalui jendela kaca yang terdapat pada bagian utara dengan jumlah 20 buah dan pada bagian timur dan barat dengan jumlah masing 10 buah, masing-masing jendela tidak menggunakan tirai. Pada ruang baca layanan dewasa B sinar matahari masuk ke dalam ruangan melalui jendela kaca yang terdapat pada bagian timur dan barat dengan jumlah masing-masing 10 buah, dan pada bagian selatan dengan jumlah 20 buah, masing-masing jendela tidak menggunakan tirai.

Pengamatan yang dilakukan pada ruang baca ini diperoleh temuan yang perlu diperhatikan, yaitu ruang baca belum sepenuhnya memanfaatkan cahaya


(25)

alam sebagai sumber pencahayaan. Pada saat cahaya sinar matahari masuk ke dalam ruangan melalui jendela, lampu-lampu tidak dipadamkan. Pencahayaan alam dan pencahayaan buatan memberikan tingkat iluminasi (pencahayaan) yang berlebihan dan dapat menyebabkan gangguan visual yang mempengaruhi penglihatan.

Ketidaknyamanan sering dirasakan oleh pengguna ruang baca (pembaca) akibat tingkat pencahayaan berlebihan yang berasal dari pantulan jendela kaca dan penggunaan pencahayaan buatan (lampu). Beberapa keluhan kelelahan mata yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pengguna ruang baca yaitu penglihatan terasa silau, mata mudah berair, mata terasa panas, kering dan sering berkedip. Keluhan tersebut mengganggu aktivitas dan menurunkan ketajaman penglihatan pembaca.

Pengukuran dengan menggunakan alat luxmeter pada ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B di Baperasda Provinsi Sumatera Utara dari pukul 10.00 pagi hingga pukul 12.00 siang dengan kondisi langit cerah diperoleh pembacaan lebih dari 400 lux pada meja dan bangku baca dekat jendela. Perpindahan posisi duduk sering dilakukan pembaca pada saat cuaca cerah untuk menghindari paparan cahaya yang menyilaukan.

Tingkat pencahayaan ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B melebihi tingkat pencahayaan ideal untuk ruang baca perpustakaan yaitu sebesar 300 lux sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-6197-2000. Tingkat pencahayaan yang melebihi standar yang ada dapat dikatakan sebagai


(26)

pencahayaan yang buruk. Pencahayaan yang buruk akan mengganggu aktivitas dan menyebabkan gangguan visual yang mempengaruhi penglihatan.

Manusia membutuhkan cahaya untuk beraktivitas dengan sehat, nyaman dan menyenangkan. Pentingnya pencahayaan dibuktikan dengan adanya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gin Gin Ginanjar (2012) yang menyatakan bahwa pencahayaan di perpustakaan merupakan aspek penting dalam menunjang aktivitas baik bagi mahasiswa maupun pegawai. Kondisi pencahayaan yang tidak memenuhi standar dapat mengganggu aktivitas dan menyebabkan terjadinya keluhan kesehatan khususnya kelelahan mata. Isaac Lynnwood Flory (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa desain pencahayaan yang tepat akan mendukung pemenuhan tingkat pencahayaan yang dibutuhkan dan mengurangi konsumsi energi listrik.

Berdasarkan kondisi tersebut maka dilakukan penelitian mengenai iluminasi di ruang baca Baperasda Provinsi Sumut untuk melihat kondisi iluminasi dan melakukan perbaikan iluminasi agar pembaca dapat beraktivitas dengan nyaman dan tidak mengalami gangguan kelelahan mata.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor iluminasi yang berasal dari pencahayaan alam dan buatan di lingkungan kerja ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B Baperasda Provinsi Sumut mempengaruhi aktivitas para pembaca.


(27)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian yang akan dilakukan adalah rekayasa faktor iluminasi di lingkungan kerja ruang baca layanan dewasa A dan B Baperasda Provinsi Sumut

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengukur dan menganalisis tingkat iluminasi ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B di Baperasda Provinsi Sumatera Utara.

2. Perencanaan kebutuhan dan pemilihan jenis lampu. 3. Usulan perbaikan layout ruang baca.

1.4 Pembatasan Masalah dan Asumsi

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan dan difokuskan pada obyek penelitian faktor iluminasi di ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B di Baperasda Provinsi Sumut.

2. Pengukuran tingkat iluminasi dilakukan dengan menggunakan luxmeter Krisbow KW06-288.

3. Keadaan cuaca tidak dibahas secara mendalam.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pembaca yang menjadi responden dalam kondisi normal / wajar, artinya pembaca dalam kondisi stamina yang baik dan tidak berada dalam tekanan. 2. Ruang baca perpustakaan tidak mengalami perubahan selama penelitian


(28)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Bagi mahasiswa

Menjadi sarana bagi penulis dalam latihan untuk menambah pengalaman dan keterampilan dalam memecahkan masalah khususnya masalah iluminasi pada ruang baca perpustakaan dan mencari solusi permasalahan berdasarkan pengalaman teoritis yang diperoleh di perkuliahan.

2. Bagi pihak perpustakaan

Pihak perpustakaan dapat mengetahui apakah ruang baca yang terdapat di perpustakaan telah memiliki sistem iluminasi yang baik dan tepat sesuai dengan standar yang ada.

3. Bagi Fakultas Teknik Departemen Teknik Industri

Menambah koleksi penelitian mahasiswa yang dapat digunakan sebagai tambahan literatur untuk referensi pada penelitian sejenis lainnya.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Laporan tugas sarjana ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi, serta sistematika penulisan tugas sarjana.

Bab II Gambaran Umum Perusahaan, berisi uraian sejarah perpustakaan, dan gambaran perpustakaan.


(29)

Bab III Landasan Teori, berisi teori-teori pendukung yang diperlukan pada penelitian yang meliputi pencahaayan alami dan buatan, satuan pencahayaan, tingkat pencahayaan, silau, metode pengukuran pencahayaan, penentuan titik pengukuran, perhitungan pencahayaan, intensitas pencahayaan, efisiensi pencahayaan, indeks ruang, faktor penyusutan / depresiasi dan lampu.

Bab IV Metodologi Penelitian, berisi lokasi dan waktu penelitian, objek penelitian, jenis penelitian, instrumen penelitian, kerangka berpikir, metode pengumpulan data, metode pengolahan data, analisis pemecahan masalah dan kesimpulan dan saran.

Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi layout, tingkat iluminasi ruangan dan penilaian persepsi pembaca. Tahapan pengolahan data yang dilakukan meliputi perhitungan rata-rata tingkat iluminasi, perhitungan indeks ruang, perhitungan lumen dan kebutuhan lampu, perhitungan daya lampu dan perhitungan biaya konsumsi listrik lampu.

Bab VI Analisis dan Pemecahan Masalah, berisi tentang analisis hasil pengolahan data meliputi analisis tingkat iluminasi di ruang baca, lumen, kebutuhan dan pemilihan jenis lampu, daya lampu, biaya konsumsi listrik lampu dan diakhiri dengan pemecahan masalah untuk tiap-tiap permasalahan yang ada.

Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi rangkuman hasil penelitian dan saran untuk tindak lanjut hasil penelitian.


(30)

(31)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

Perpustakaan Nasional Provinsi Sumatera Utara berdiri pada tanggal 1 Agustus 1956 berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No. 4762/S/1956 dengan nama Perpustakaan Negara Provinsi Sumatera Utara. Pada tanggal 23 juni 1978 Perpustakaan Negara Provinsi Sumatera Utara berganti nama menjadi Perpustakaan Wilayah Sumatera Utara berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0199/1978. Perkembangan selanjutnya, berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 11 tahun 1989 tertanggal 6 Maret 1989, Perpustakaan Wilayah Sumatera Utara ini berganti nama menjadi Perpustakaan Daerah Sumatera Utara.

Perpustakaan Daerah Sumatera Utara merupakan suatu organisasi dilingkungan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (RI) yang berada di ibukota Provinsi Sumatera Utara. Tugas dan fungsinya diatur oleh Perpustakaan Nasional RI melalui keputusan Kepala Perpustakaan Nasional No. 001/RG/1990 tertanggal 21 September 1990.

Pada tanggal 29 Desember 2000 berdasarkan Peraturan Daerah No. 4 tahun 2000, Perpustakaan Daerah Sumatera Utara berganti nama menjadi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BAPERASDA) Provinsi Sumatera Utara.

Selain mengalami pergantian nama, perpustakaan ini juga mengalami perubahan tempat dan lokasi. Perpindahan lokasi perpustakaan berawal dari Jalan


(32)

Jambi, pindah ke Jalan Cik Ditiro No. 1 Medan, lalu pindah ke Jalan Serdang No. 18 Medan dan kemudian pindah ke Jalan Sultan Ma’mun Ar Rasyid, Brigjend Katamso No.45 K Medan hingga saat ini.

Gambar 2.1 Denah Letak Geografis Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BAPERASDA) Provinsi Sumatera Utara


(33)

2.2 Ruang Lingkup

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BAPERASDA) Provinsi Sumatera Utara memulai jam operasional dari pukul 09.00 WIB – 16.00 WIB untuk hari Senin – Jumat, untuk hari Sabtu pukul 09.00 WIB – 15.00 WIB dan untuk hari Minggu pukul 11.00 WIB – 15.00 WIB.

Tabel 2.1 Jam Operasional Baperasda Provinsi Sumut Senin - Jumat 09.00 WIB - 16.00 WIB

Sabtu 09.00 WIB - 15.00 WIB Minggu 11.00 WIB - 15.00 WIB

2.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan gambaran mengenai pembagian tugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian tertentu dari organisasi. Pendistribusian tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan satu sama lain dapat digambarkan pada struktur organisasi perusahaan, sehingga para pegawai dan karyawan akan mengetahui dengan jelas apa tugasnya dari mana ia mendapatkan perintah dan kepada siapa ia harus bertanggung jawab.

Dengan adanya struktur organisasi dan uraian tugas yang telah ditetapkan akan menciptakan suasana kerja yang baik karena perintah yang akan diterima oleh seorang bawahan dari atasannya tidak akan tumpang tindih dengan perintah atasan yang lain kepada bawahan tersebut.


(34)

Struktur organisasi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BAPERASDA) Provinsi Sumatera Utara adalah struktur organisasi garis, staff dan fungsional.

Hubungan struktur organisasi garis ditunjukkan dengan adanya pendelegasian tugas dalam bidang tertentu dimana seorang atasan melimpahkan tugas kepada bawahan. Misalnya pelimpahan wewenang dari Kepala Badan Perpustakaan kepada Bagian Arsip.

Hubungan staf ditunjukkan dengan adanya kelompok ahli dalam bidang-bidang tertentu yang bertugas memberi saran atau nasihat kepada pimpinan tetapi tidak berhak memberi perintah. Hal ini dapat dilihat dengan adanya sekretariat yang memberikan masukan maupun pelaporan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya kepada kepada Kepala Badan Perpustakaan.

Hubungan fungsional ditunjukkan dengan adanya pembagian departemen berdasarkan fungsinya. Dalam hal ini diperlukan tingkat spesialisasi serta uraian tugas yang jelas. Misalnya departemen Bagian Arsip bertugas melaksanakan pengelolaan dan pembinaan Arsip Daerah sementara departemen Bagian Pengadaan, Pengolahan dan Deposit bertugas mengembangkan dan mengolah bahan pustaka dan menyelenggarakan pelayanan deposit .

Struktur organisasi BAPERASDA Propinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar 2.2. berikut ini.


(35)

(36)

 

2.4 Sistem Pelayanan

Layanan yang terdapat pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BAPERASDA) Provinsi Sumatera Utara terdiri dari layanan-layanan berikut ini. a. Layanan pembinaan dan pengembangan koleksi

1. Pemilihan koleksi

2. Pemesanan dan pembelian

3. Inventarisasi koleksi perpustakaan b. Layanan pengolahan

1. Katalogisasi 2. Klasifikasi 3. Pelabelan c. Layanan Pengguna

Sistem layanan yang digunakan pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BAPERASDA) Provinsi Sumatera Utara terdiri dari :

1. Sistem layanan terbuka

Pengguna diperbolehkan mengambil sendiri bahan pustaka yang diperlukan. Sistem ini berlaku untuk koleksi umum.

2. Sistem layanan tertutup

Pengguna tidak diperbolehkan mengambil sendiri bahan pustaka yang diperlukan. Layanan tertutup tersebut berupa layanan deposit, referensi dan audio visual.


(37)

2.5 Pengguna Perpustakaan

Pengguna Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BAPERASDA) Provinsi Sumatera Utara adalah seluruh masyarakat umum mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Mahasiswa, Pegawai, Guru dan Dosen tanpa membedakan perbedaan usia, politik, status sosial, jenis kelamin, ras dan pekerjaan.

Pengguna perpustakaan dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok yaitu sebagai berikut.

1. Penduduk Medan yang diasumsikan datang keperpustakaan untuk menggunakan fasilitas perpustakaan, komunitas dan komersial.

2. Staff perpustakaan, termasuk pegawai layanan komersial dan komunitas.

3. Pengguna layanan perpustakaan, komersial dan komunitas yang datang dari luar kota Medan.

Karakter kegiatan yang dilakukan pengguna perpustakaan adalah sebagai berikut.

a. Edukatif

Berupa kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi, yaitu melalui kegiatan membaca, menulis, menonton, melihat gambar dan lain-lain.

b. Rekreatif

Berupa kegiatan yang dapat mengasah pikiran melalui diskusi atau menonton dan juga permainan yang sifatnya mendidik dan belajar.


(38)

(39)

BAB III

LANDASAN

TEORI

3.1 Pencahayaan Alami

Cahaya adalah syarat mutlak bagi manusia untuk melihat sekelilingnya. Tanpa cahaya maka dunia akan gelap, hitam dan mengerikan. Keindahan tidak akan tampak dan ternikmati. Manusia membutuhkan cahaya untuk beraktivitas dengan sehat, nyaman dan menyenangkan.

Matahari sebagai sumber cahaya alami utama bagi bumi mempunyai peran penting dalam sejarah kehidupan manusia. Terbit pagi hari dari ufuk timur dan terbenam sore hari di ufuk barat, begitulah siklus harian perjumpaan manusia dengan sang surya. Sinar dan cahaya matahari telah memberikan energi dan inspirasi yang tiada habisnya bagi manusia.

Beberapa kelebiha\n cahaya dan sinar matahari antara lain adalah sebagai berikut:

a. Bersifat alami (natural) b. Tersedia berlimpah c. Tersedia secara gratis

d. Terbarukan (tidak habis-habisnya, sampai matahari mati) e. Memiliki spektrum cahaya lengkap


(40)

g. Dinamis. Arah sinar matahari selalu berubah oleh rotasi bumi maupun peredarannya saat mengelilingi matahari.

h. Dapat digunakan untuk pengobatan (heliotherapy) i. Lebih alami bagi irama tubuh

j. Keperluan potografi alami

Sedangkan beberapa kelemahan cahaya matahari untuk digunakan dalam pencahayaan ruangan adalah sebagai berikut:

a. Pada bangunan berlantai banyak dan berdenah rumit sulit untuk memanfaatkan cahaya alami matahari.

b. Intensitasnya tidak mudah diatur, dapat sangat menyilaukan atau sangat redup. c. Pada malam hari tidak tersedia.

d. Sering membawa serta panas masuk ke dalam ruangan. e. Dapat memudarkan warna.

3.2 Pencahayaan Buatan

Sistem pencahayaan buatan yang sering digunakan secara umum dapat dibedakan menjadi:

a. Sistem Pencahayaan Merata

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan, digunakan jika tugas visual yang dilakukan di seluruh tempat dalam ruangan memerlukan tingkat pencahayaan yang sama. Tingkat pencahayaan yang merata diperoleh dengan memasang armatur secara merata langsung maupun tidak langsung di seluruh langit-langit.


(41)

b. Sistem Pencahayaan Setempat

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak merata. Ditempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih banyak dibandingkan dengan sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan mengkonsentrasikan penempatan armatur pada langit-langit di atas tempat tersebut.

c. Sistem Pencahayaan Gabungan Merata dan Setempat

Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem pencahayaan setempat pada sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang dipasang di dekat tugas visual. Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk:

1. Tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi.

2. Memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari arah tertentu.

3. Pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat yang terhalang tersebut.

4. Tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau yang kemampuan penglihatannya sudah berkurang.


(42)

3.3 Satuan Pencahayaan

Satuan yang digunakan dalam mengukur cahaya adalah candela (cd) dan lux (lx). Energi yang di keluarkan dari sumber cahaya disebut sebagai intensitas sumber cahaya (luminous intensity).

Banyaknya energi cahaya yang jatuh pada permukaan, seperti dinding atau permukaan meja, disebut iluminasi (illumination) atau illuminance. Satuan untuk iluminasi adalah lux (lx). 1 lux merupakan iluminasi yang diperoleh dari standard 1 buah lilin pada jarak 1 meter.

3.4 Tingkat Pencahayaan

Tingkat pencahayaan dan renderasi warna yang direkomendasikan oleh SNI untuk berbagai fungsi ruangan ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Tingkat Pencahayaan yang Direkomendasikan SNI Fungsi Ruangan Tingkat

pencahayaan (lux)

Kelompok renderasi warna Rumah tinggal :

Teras 60 1 atau 2

Ruang tamu 120 - 150 1 atau 2

Ruang makan 120 - 150 1 atau 2

Ruang kerja 120 - 250 1

Kamar tidur 120 - 250 1 atau 2

Kamar mandi 250 1 atau 2

Dapur 250 1 atau 2


(43)

Tabel 3.1 Tingkat Pencahayaan yang Direkomendasikan SNI (Lanjutan)

Fungsi Ruangan Tingkat pencahayaan (lux)

Kelompok renderasi warna Perkantoran :

Ruang direktur 350 1 atau 2

Ruang kerja 350 1 atau 2

Ruang komputer 350 1 atau 2

Ruang rapat 300 1

Ruang gambar 750 1 atau 2

Gudang arsip 150 1 atau 2

Ruang arsip aktif 300 1 atau 2

Lembaga Pendidikan :

Ruang kelas 250 1 atau 2

Perpustakaan 300 1 atau 2

Laboratorium 500 1

Ruang gambar 750 1

Kantin 200 1

Hotel dan restoran :

Lobi, koridor 100 1

Ruang serba guna 200 1

Ruang makan 250 1

Kafetaria 200 1

Kamar tidur 150 1 atau 2

Dapur 300 1

Rumah Sakit / Balai Pengobatan :

Ruang rawat inap 250 1 atau 2

Ruang operasi 300 1

Laboratorium 500 1 atau 2

Ruang rekreasi dan rehabilitasi

250 1 Industri (Umum) :

Gudang 100 3

Pekerjaan kasar 100 – 200 2 atau 3 Pekerjaan menengah 200 – 500 1 atau 2


(44)

Pekerjaan sangat halus 1000 – 2000 1

Pemeriksaan warna 750 1

3.5 Silau

Silau terjadi jika kecerahan dari suatu bagian dari interior jauh melebihi kecerahan dari interior tersebut pada umumnya. Sumber silau yang paling umum adalah kecerahan yang berlebihan dari armatur dan jendela, baik yang terlihat langsung atau melalui pantulan.

Silau (glare) dapat dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Disability glare (Silau yang menyebabkan ketidak mampuan melihat)

Disability glare ini kebanyakan terjadi jika terdapat daerah yang dekat dengan medan penglihatan yang mempunyai luminansi jauh diatas luminansi obyek yang dilihat. Oleh karenanya terjadi penghamburan cahaya di dalam mata dan perubahan adaptasi sehingga dapat menyebabkan pengurangan kontras obyek. Pengurangan kontras ini cukup dapat membuat beberapa detailpenting menjadi tidak terlihat sehingga kinerja tugas visual juga akan terpengaruh. Sumber disability glare di dalam ruangan yang paling sering dijumpai adalah cahaya matahari langsung atau langit yang terlihat melalui jendela, sehingga jendela perlu diberi alat pengendali/pencegah silau (screening device).

2. Discomfort glare (Silau yang menyebabkan ketidaknyamanan melihat)

Ketidaknyamanan penglihatan terjadi jika beberapa elemen interior mempunyai luminansi yang jauh diatas luminansi elemen interior lainnya. Respon ketidaknyamanan ini dapat terjadi segera, tetapi adakalanya baru dirasakan setelah mata terpapar pada sumber silau tersebut dalam waktu yang lebih lama. Tingkatan ketidaknyamanan ini tergantung pada luminansi dan


(45)

ukuran sumber silau, luminansi latar belakang, dan posisi sumber silau terhadap medan penglihatan. Discomfort glare akan makin besar jika suatu sumber mempunyai luminansi yang tinggi, ukuran yang luas, luminansi latar belakang yang rendah dan posisi yang dekat dengan garis penglihatan. Perlu diperhatikan bahwa variabel perancangan sistem tata cahaya dapat merubah lebih dari satu faktor.

3.6 Metode Pengukuran Pencahayaan

Peralatan yang diperlukan untuk membuat evaluasi instalasi pencahayaan adalah sebagai berikut:

1. Catatan dari survey penerangan 2. Luxmeter

3. Sepotong kertas putih yang dilaminasi dengan dua lapisan plastik transparan 4. Cermin datar kecil

Sebelum memulai, hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Menetapkan wilayan yang akan dievaluasi

b. Menentukan subyek pengamatan

c. Menentukan keadaan instalasi pencahayaan yang diinginkan subyek dalam ruangan, yang dapat ditentukan dari mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini:


(46)

1. Apakah cahaya matahari masuk dalam ruang baca?

2. Jika cahaya matahari hadir, kondisi pencahayaan yang seperti apa yang subyek sukai? Apakah pencahayaan yang cerah atau mendung atau kombinasi keduanya?

3. Apakah instalasi pencahayaan atau lampu terpelihara dengan baik? Jika tidak, apakah karena perlengkapan lampu tersebut kotor? Atau bola lampu padam? Haruskah perlengkapan lampu dibersihkan dan bola lampu yang padam diganti?

4. Jika ada perubahan posisi lampu dan sistem pemadaman lampu, pada lampu bagian mana yang akan subyek ubah posisinya atau subyek padamkan lampunya?

5. Jika subyek memiliki kontrol atas posisi penyalaan atau pemadaman lampu, apa yang subyek lakukan untuk mendapatkan pencahayaan yang baik?

3.7 Penentuan Titik Pengukuran

1. Penerangan setempat: obyek kerja berupa meja kerja maupun peralatan. Bila merupakan meja kerja pengukuran dapat dilakukan diatas meja yang ada. 2. Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan

pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:

a. Luas ruangan kurang dari 10 m2, titik potong garis horisontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1 meter. Contoh denah pengukuran untuk luas ruangan kurang dari 10 m2 seperti pada Gambar 3.1 berikut ini.


(47)

1 m

1 m

1 m

1 m 1 m 1 m 1 m

Gambar 3.1 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas Kurang dari 10 m2

b. Luas ruangan antara 10 m2 sampai 100 m2, titik potong garis horisontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan antara 10 m2 sampai 100 m2 seperti pada Gambar 3.2 berikut ini.

3 m

3 m

3 m

3 m 3 m 3 m 3 m

Gambar 3.2 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas Antara 10 m2 – 100 m2

d. Luas ruangan lebih dari 100 m2, titik potong garis horisontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan lebih 100 m2 seperti pada Gambar 3.3 berikut ini.


(48)

6 m

6 m

6 m

6m 6 m 6 m 6 m

Gambar 3.3 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas Lebih dari 100 m2

3.8 Perhitungan Pencahayaan 

Tujuan perhitungan iluminasi adalah untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipakai sebagai perbandingan dengan hasil pengukuran secara langsung sehingga diperoleh perbaikan pencahayaan yang paling optimal. Intensitas pencahayaan harus ditentukan di tempat dimana kegiatan dilakukan. Umumnya bidang kerja diambil 80 cm diatas lantai, Bidang kerja dapat berupa meja atau bangku kerja atau bidang horisontal khayal.

3.8.1 Intensitas Pencahayaan

Intensistas pencahayaan (E) dinyatakan dalam satuan lux atau lumen/m2. Jadi flux cahaya yang diperlukan untuk bidang kerja seluas A m2 ialah:


(49)

Dimana:

 = Flux cahaya (lux.m2)

E = Intensistas pencahayaan (lux) A = Luas bidang kerja (m2)

3.8.2 Efisiensi Pencahayaan

Flux cahaya yang dipancarkan lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja karena sebagian dipancarkan ke dinding, lantai dan langit-langit sehingga perlu diperhitungkan faktor efisiensi.

Rumus untuk mencari efisiensi pencahayaan adalah sebagai berikut:

Dimana:

= Flux cahaya yang dipancarkan semua sumber cahaya yang ada dalam ruangan (lux.m2)

= Flux cahaya yang mencapai bidang kerja, langsung atau tidak langsung setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit (lux.m2)

Efisiensi pencahayaan atau penerangan juga dipengaruhi oleh penempatan sumber cahaya pada ruangan dan umur lampu. Jika intensitas pencahayaan lampu menurun hingga 20% dibawahnya maka perlu diganti atau dibersihkan.

Untuk menentukan efisiensi pencahayaan atau penerangan harus diperhitungkan hal-hal sebagai berikut:


(50)

1. Efisiensi atau rendemen armaturnya ( )

2. Faktor refleksi dinding ( ), faktor refleksi langit-langit ( ) dan faktor refleksi bidang pengukuran ( )

Nilai efisiensi penerangan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3.2 Efisiensi Penerangan untuk Keadaan Baru

Sumber tabel: P. Van Harten, Instalasi Listrik Arus Kuat Jilid 2

Faktor-faktor refleksi dinding ( ) dan langit-langit ( ) masing-masing menyatakan bagian yang dipantulkan dari flux cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit, kemudian mencapai bidang kerja. Faktor refleksi semu bidang pengukuran atau bidang kerja ( ) tentukan oleh refleksi lantai dan refleksi bagian dinding antara bidang kerja dan lantai. Umumnya nilai ( ) diambil 0.1.

Langit-langit dan dinding yang berwarna terang memantulkan 50% - 70% dan yang berwarna gelap memantulkan 10% - 20%.


(51)

3.8.3 Indeks Ruang

Indeks ruang menyatakan perbandingan antara ukuran-ukuran suatu ruangan, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

Dimana:

p = panjang ruangan (m) l = lebar ruangan (m)

h = tinggi sumber cahaya di atas bidang kerja (m)

Bidang kerja merupakan bidang horizontal khayalan dan umumnya sebesar 0,80 m di atas lantai.

Untuk k yang melebihi 5, diambil nilai k = 5, sebab untuk k di atas 5, efisiensi penerangannya hampir tidak berubah lagi.

3.8.4. Faktor Penyusutan / Depresiasi

Pada sistem instalasi pencahayaan yang telah digunakan dalam jangka waktu lama maka intensitas pencahayaannya mengalami penurunan. Penurunan intensitas dapat disebabkan oleh faktor umur dan pengotoran pada lampu, luminer atau ruangan.

Faktor penyusutan atau faktor depresiasi d dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:


(52)

Dimana:

= dalam keadaan terpakai = dalam keadaan baru

Intensitas pencahayaan E dalam keadaan dipakai adalah intensitas pencahayaan rata-rata suatu instalasi dengan lampu-lampu dan luminer yang daya gunanya telah berkurang karena kotor, sudah lama dipakai atau sebab-sebab lain.

Bila faktor depresiasinya 0.8, suatu instalasi yang dalam keadaan baru memberi 150 lux, maka hanya akan memberi 120 lux saja dalam keadaan sudah dipakai.

Untuk memperoleh efisiensi penerangan dalam keadaan dipakai, nilai rendemen yang terdapat dalam Tabel 3.2 masih harus dikalikan dengan faktor depresiasinya. Faktor depresiasi ini dibagi atas tiga golongan utama, yaitu :

1. Pengotoran ringan 2. Pengotoran biasa 3. Pengotoran berat

Disamping pengaruh pengotoran dalam faktor depresiasi juga memperhitungkan pengaruh usia lampu. Pengaruh ini tergantung pada jumlah jam lampu menyala.


(53)

3.9 Lampu

3.9.1 Efisiensi Lampu

Efisiensi lampu (efikasi luminus) menunjukkan efisiensi lampu dari pengalihan energi listrik ke cahaya dan dinyatakan dalam lumen per watt (lumen/watt).

Banyaknya cahaya yang dhasilkan oleh suatu lampu disebut flux luminous dengan satuan lumen. Efikasi luminus lampu bertambah dengan bertambahnya daya lampu.

Untuk menentukan lumen lampu yang dibutuhkan suatu ruangan digunakan rumus sebagai berikut.

Dimana:

E = Tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang direkomendasikan (lux) F = Flux luminous (jumlah cahaya) yang diperlukan (lumen)

UF = Utilization factor (Koefisien pemakaian) LLF = Light loss factor (Faktor depresiasi lampu) A = Luas ruang/bidang kerja (m2)

Dalam menentukan jumlah bola lampu yang digunakan dipertimbangkan bahwa lampu yang diperlukan adalah lampu yang memiliki penyebaran cahaya yang merata ke seluruh ruangan. Perhitungan jumlah bola lampu digunakan rumus sebagai berikut:


(54)

Dimana:

F = Jumlah bola lampu yang dibutuhkan (lumen) Fl = Nominal luminous lamp (lumen)

N = Jumlah bola lampu (buah)

3.9.2 Jenis Lampu

1. Lampu pijar (Incandescent)

Memasang lampu pijar secara menggantung (bagian dasar lampu terletak di atas) akan memperpanjang efikasi karena proses penghitaman (residu penguapan filamen) akan tersamar di bagian dasar lampu. Efikasi yaitu jumlah cahaya total yang dihasilkan dibanding dengan daya (watt) yang digunakan.

Memasang lampu pijar menempel di langit-langit tanpa menggunakan tudung akan menyebabkan lingkaran hitam di langit-langit. Lingkaran hitam tersebut sebenarnya adalah kotoran udara yang terbawa oleh arus panas dari lampu yang mengalir ke atas dan menempel di langit-langit. Debu ini lama-kelamaan akan menumpuk di langit-langit dan membentuk lingkaran kotoran.

Lampu pijar dengan watt besar lebih efesien dari yang berwatt rendah. Sebagai contoh, sebuah lampu 100 watt (120 V) menghasilkan 1750 lumen. Sedangkan dua buah lampu 50 W (120 V) hanya akan menghasilkan 1280 lumen.

Adapun beberapa keuntungan menggunakan lampu pijar adalah:

a. Ukuran filamen kecil, maka sumber cahaya dapat dianggap sebagai titik sehingga pengaturan distribusi cahaya mudah.


(55)

b. Perlengkapan sangat sederhana dan dapat ditangani dengan sederhana. c. Pemakaian sangat luwes.

d. Biaya awal rendah.

e. Pengaturan intensitas cahaya (redup dan terang) mudah dan murah (dengan memakai dimmer).

f. Tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban. g. Menampilkan warna-warna dengan sangat bagus.

Kerugian menggunakan lampu pijar adalah: a. Lumen per watt (efikasi) rendah.

b. Umur pendek (750-1000 jam), makin rendah watt maka makin pendek umurnya.

c. Untuk Negara tropis, panas dari lampu akan menambah beban AC.

d. Warna yang cenderung hangat (kemerahan), secara psikologis akan membuat suasana ruangan kurang sejuk.

e. Hanya cocok untuk kebutuhan pencahayaan rendah. 2. Lampu Fluorescent

Keuntungan menggunakan lampu Fluorescent adalah: a. Efikasi (Lumen per watt) tinggi

b. Awet, umur lampu hingga 20.000 jam (dengan asumsi lampu menyala 3 jam setiap penyalaan). Makin sering dihidup-matikan umur makin pendek. c. Bentuk lampu yang memanjang menerangi area lebih luas dengan cahaya


(56)

d. Untuk penerangan yang tidak menghendaki bayangan, lampu Fluorescent lebih baik dibandingkan lampu pijar.

e. Warna cahaya yang cenderung putih-dingin menguntungkan untuk daerah tropis lembab karena secara psikologis akan menyejukkan ruangan.

Kerugian dalam menggunakan lampu Fluorescent adalah sebagai berikut: a. Output cahaya terpengaruh oleh suhu dan kelembaban.

b. Tidak mudah mengatur intensitas cahayanya dengan menggunakan dimmer. c. Warna keputihan cenderung tidak alami, terutama untuk warna kulit.

d. Kecerobohan pemasangan balas sering menimbulkan bunyi dengung yang mengganggu dan melelahkan.

e. Balas akan mengeluarkan cukup banyak panas yang membebani AC.

f. Menimbulkan efek cahaya yang bergetar pada arus bolak-balik (Ac), sedangkan pada lampu Fluorescent arus searah, efek ini tidak tampak. g. Semakin banyak jumlah lampu dalam satu luminer, efisiensi semakin

rendah karena cahaya yang terlarang, terperangkap, serta panas yang timbul. Sedangkan lampu Fluorescent yang terbuka memiliki efisiensi 95%,

h. sedangkan empat buah lampu Fluorescent yang dijejalkan pada satu luminer hanya akan mempunyai efisiensi 64%.

i. Efisiensi lampu akan meningkat bila suhu dipertahankan tidak lebih dari 400C. Oleh karena itu luminer harus berventilasi.

Jenis lampu Fluorescent yang sering digunakan adalah: a. Lampu Fluorescent berbentuk tabung


(57)

Gambar 3.4 Lampu Fluorescent Berbentuk Tabung

b. Lampu Fluorescent berbentuk Compact (Compact Fluorescent Lamp)

Gambar 3.5 Lampu Fluorescent Berbentuk Compact (Compact Fluorescent Lamp)

3. Lampu HID (High-Intensity Discharge) Keuntungan menggunakan lampu HID adalah:

a. Kecuali lampu merkuri (yang kualitas cahayanya labih baik dari lampu pijar), efikasi lampu HID jauh lebih tinggi dibandingkan lampu pijar dan fluorescent.


(58)

d. Biaya operasional sangat rendah.

e. Tidak seperti lampu fluorescent, lampu HID tidak terpengaruh oleh variasi suhu dan kelembaban lingkungan.

Kerugian menggunakan lampu HID adalah sebagai berikut: a. Biaya awal sangat tinggi

b. Harga lampu lebih mahal dari jenis lain, hingga dapat mempengaruhi biaya pergantian lampu.

c. Seperti halnya dengan lampu fluorescent, lampu HID butuh balas yang dapat mengeluarkan suara yang mengganggu.

d. Lampu membutuhkan waktu yang sekitar 8 menit untuk bersinar secara penuh.

e. Beberapa lampu dapat mengeluarkan cahaya ungu-ultra yang membahayakan kesehatan.

Gambar 3.6 Lampu HID (High-Intensity Discharge)

4. Lampu LED (Light Emmiting Dioda)

Keuntungan menggunakan lampu LED adalah: a. Mempunyai efisiensi lumen per watt tinggi.


(59)

b. Mempunyai warna yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanpa menambah filter sehingga menghemat biaya.

c. Ukurannya kecil >2 mm2, sehingga dapat digabung-gabungkan tanpa memerlukan banyak ruang.

d. Dapat dihidup-matikan dengan cepat.

e. Dapat dihidup-matikan tanpa mengurangi umur. f. Mudah dipasangi dimmer.

g. Mati perlahan-lahan, tidak mendadak. h. Berumur panjang 35.000-50.000 jam. i. Tahan goncangan.

j. Dapat difokuskan dengan mudah tanpa tambahan alat. k. Tidak mengandung merkuri.

Kerugian menggunakan lampu LED adalah sebagai berikut: a. Harga relatif mahal.

b. Terpengaruh oleh suhu.

c. Peka terhadap tegangan listrik.

d. Kualitas warna sering mempengaruhi warna objek tidak alami karena spektrum cahaya LED berbeda dengan lampu pjar dengan matahari.

e. Blue Hazard, lampu LED biru dan putih diduga memancarkan cahaya diatas persyaratan sehingga dapat mengganggu kesehatan mata.


(60)

(61)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BAPERASDA) Provinsi Sumatera Utara yang berada di Jl. Sultan Ma’mun Ar-rsyid (Jl. Brigjen Katamso) No. 45 K Medan. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei 2013 s.d. bulan Desember 2013.

4.2 Obyek penelitian

Obyek penelitian adalah tingkat pencahayaan di ruang baca layanan dewasa A dan ruang baca layanan dewasa B Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BAPERASDA) Provinsi Sumatera Utara.

4.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan termasuk penelitian terapan dimana penelitian ditujukan untuk pemecahan masalah yang terjadi di ruang baca perpustakaan yang menjadi obyek penelitian. Jika ditinjau dari metode yang digunakan, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang ditujukan untuk melakukan pemecahan secara sistematik berdasarkan fakta yang ada (Sukaria, 2011).


(62)

4.4 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk membantu pengumpulan data. Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kamera digital

Untuk mengambil foto keadaan ruang baca perpustakaan. 2. Luxmeter

Luxmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat pencahayaan. 3. Meteran

Untuk mengukur ruangan yang menjadi obyek penelitian. 4. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan menggunakan skala dikotomis untuk mengetahui penilaian pembaca akan kondisi pencahayaan ruangan yang menjadi obyek penelitian. Contoh kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.5 Kerangka Berpikir

Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.


(63)

Defenisi operasional yang tercantum pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pencahayaan buatan merupakan banyaknya jumlah dan daya lampu yang digunakan pada ruangan.

2. Iluminasi merupakan banyaknya arus cahaya yang jatuh pada permukaan suatu bidang dan memiliki satuan lux (lumen/m2). Tingkat iluminasi diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan alat luxmeter.

Pada penelitian ini terdapat variabel-variabel yang dikelompokkan ke dalam variabel independen dan dependen, yaitu sebagai berikut:

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif atau negatif. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah pencahayaan buatan.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh nilai variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat iluminasi.


(64)

4.6 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Pengumpulan data dilakukan selama 5 hari dan penelitian dilakukan pada ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B. Tahapan yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi data layout ruangan, data tingkat iluminasi dan penilaian persepsi pembaca.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi, yaitu studi yang disengaja dan sistematik mengenai fenomena sosial

dan gejala-gejala fisik dengan cara mengamati dan mencatat. Pada penelitian ini peneliti melihat dan mengamati keaadaan ruang baca yang menjadi obyek penelitian dengan menggambarkan layout dan ukuran ruangan serta melakukan pengukuran tingkat pencahayaan dengan menggunakan luxmeter.

2. Metode wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung kepada pembaca mengenai kondisi pencahayaan ruang baca.

Prosedur pengumpulan data di Baperasda Provinsi Sumut adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan survey wawancara kepada pengguna ruang baca (pembaca) untuk menentukan ruangan yang akan diteliti.

Untuk menentukan ruangan yang akan dijadikan sampel adalah dengan menggunakan sampel tidak acak yaitu purposive sampling. Sampel ruangan dipilih berdasarkan penilaian peneliti dari hasil survey dan wawancara bahwa


(65)

ruangan tersebut adalah yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitian dan dapat mewakili keadaan keseluruhan ruang baca yang terdapat di Baperasda Provinsi Sumatera Utara..

b. Memberikan pengarahan tentang pengisian kuesioner kepada pembaca.

Kuesioner yang disebarkan adalah kuesioner tertutup dengan menggunakan skala dikotomis. Metode sampel yang digunakan adalah metode simple random sampling. Sampel yang diambil merupakan pengguna ruang baca (pembaca) di Baperasda Provinsi Sumut yang terdiri dari 30 orang. Gay dalam Husein (2009) menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima dan digunakan untuk desain penelitian yaitu minimal 30 sampel.

c. Memberikan kuesioner untuk diisi (pengisian kuesioner). d. Melaksanakan pengukuran tingkat iluminasi.

Menentukan titik pengukuran berdasarkan SNI 16-7062-2004 (Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja). Luas ruangan lebih dari 100 m2 menggunakan titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter sehingga diperoleh 4 titik pengukuran untuk lantai ruang baca yang menjadi obyek penelitian.

Menentukan waktu pengukuran berdasarkan SNI 03-2396-2001 (Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung) yaitu antara pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 waktu setempat. Pengukuran tingkat iluminasi dilakukan selama lima hari dengan empat kali waktu pengukuran. Waktu pengukuran tingkat iluminasi di ruang baca layanan dewasa A yaitu pada pukul 09.00 WIB, 11.00 WIB, 13.00 WIB dan 15.00 WIB dengan 1 kali


(66)

pengambilan data. Waktu pengukuran tingkat iluminasi di ruang baca layanan dewasa B dilakukan pada pukul 10.00 WIB, 12.00 WIB, 14.00 WIB dan 16.00 WIB dengan 1 kali pengambilan data.

Mengukur tingkat iluminasi sesuai titik yang telah ditentukan dengan luxmeter dengan cara sebagai berikut:

1. Hidupkan luxmeter dengan membuka penutup sensor. 2. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan.

3. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga diperoleh nilai angka yang stabil.

4. Catat hasil pengukuran.

5. Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran tingkat iluminasi.

4.7 Metode Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut: 1. Perhitungan tingkat iluminasi dan rata-rata tingkat iluminasi 2. Perhitungan indeks ruang

Dimana:

p = panjang ruangan (m) l = lebar ruangan (m)


(67)

3. Perhitungan lumen lampu

Dimana:

E = Tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang direkomendasikan (lux) F = Flux luminous (jumlah cahaya) yang diperlukan (lumen)

A = Luas ruang/bidang kerja (m2)

UF = Utilization factor (Koefisien pemakaian) LLF = Light loss factor (Faktor depresiasi lampu) 4. Perhitungan kebutuhan lampu

Dimana:

F = Jumlah bola lampu yang dibutuhkan (lumen) Fl = Nominal luminous lamp (lumen)

N = Jumlah bola lampu (buah) 5. Perhitungan daya lampu

Dimana:

N = Jumlah bola lampu (buah) w = Daya lampu

A = Luas ruang/bidang kerja (m2) 6. Perhitungan biaya konsumsi listrik lampu


(68)

4.8 Analisis Pemecahan Masalah

Tingkat iluminasi untuk ruang baca perpustakaan berdasarkan SNI 03-6197-2000 adalah sebesar 300 lux. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran tingkat iluminasi ruang baca dengan SNI 03-6197-2000 dan merancang usulan perbaikan tingkat iluminasi berdasarkan SNI 03-6197-2000.

4.9 Kesimpulan dan Saran

Tahap terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi butir-butir penting dalam penelitian ini. Kesimpulan merupakan perumusan dari tahap analisis sebelumnya. Saran-saran yang diberikan berguna untuk perbaikan hasil penelitian dan dapat dijadikan masukan bagi pihak perpustakaan.

4.10 Tahapan Penelitian


(69)

(70)

(71)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Pengumpulan data dilakukan selama 5 hari dan penelitian dilakukan pada ruang baca layanan dewasa A dan ruang baca layanan dewasa B.

Data yang diperlukan pada penelitian ini meliputi penilaian persepsi pembaca terhadap kondisi iluminasi ruangan, layout, tingkat iluminasi dan biaya listrik lampu ruangan.

5.1.1 Data Penilaian Persepsi Pembaca terhadap Kondisi Iluminasi Ruangan

Persepsi pembaca terhadap kondisi iluminasi ruang baca di Baperasda Provinsi Sumatera Utara diperoleh melalui penyebaran kuesioner tertutup dengan menggunakan skala dikotomis. Sampel yang digunakan terdiri dari 30 orang pengguna ruang baca (pembaca).

Data penilaian persepsi pembaca terhadap kondisi iluminasi ruangan dapat dilihat pada Tabel 5.1.


(72)

5.1.2 Layout Ruangan

Titik-titik pengukuran ditentukan berdasarkan SNI 16-7062-2004 (Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja). Luas ruang baca yang menjadi obyek penelitian adalah 216 m2 sehingga diperoleh empat titik pengukuran tingkat iluminasi.

Gambar 5.1 dan Gambar 5.2 memperlihatkan titik-titik pengukuran tingkat iluminasi. Dari Gambar dapat diketahui bahwa jumlah lampu aktual pada lantai ruang baca layanan dewasa A berjumlah 20 buah lampu dan pada lantai ruang baca layanan dewasa B berjumlah 18 buah lampu.

5.1.3 Data Tingkat Iluminasi Ruang Baca

Tingkat iluminasi di ruang baca diukur dengan menggunakan alat luxmeter. Pengukuran tingkat iluminasi dilakukan selama lima hari dengan empat kali waktu pengukuran.

Waktu pengukuran tingkat iluminasi di ruang baca layanan dewasa A yaitu pada pukul 09.00 WIB, 11.00 WIB, 13.00 WIB dan 15.00 WIB dengan 1 kali pengambilan data. Waktu pengukuran tingkat iluminasi di ruang baca layanan dewasa B dilakukan pada pukul 10.00 WIB, 12.00 WIB, 14.00 WIB dan 16.00 WIB dengan 1 kali pengambilan data.

Tabel 5.2 dan Tabel 5.3 menunjukkan hasil pengukuran tingkat iluminasi di ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B di Baperasada Provinsi Sumut.


(73)

Tabel 5.1 Penilaian Persepsi Pembaca terhadap Kondisi Pencahayaan Ruang Baca

No. Jenis kelamin

Usia (tahun)

Persepsi terhadap Kondisi Pencahayaan Ruang Baca Adakah cahaya masuk Suka cuaca cerah Suka cuaca mendung Perubahan meja saat mendung Perubahan meja saat cerah

1 Perempuan 19 Ya Ya Tidak Ya Ya

2 Perempuan 26 Ya Tidak Ya Tidak Ya

3 Perempuan 18 Ya Tidak Ya Tidak Ya

4 Perempuan 20 Ya Tidak Ya Tidak Ya

5 Laki-laki 23 Ya Ya Tidak Tidak Ya

6 Laki-laki 21 Ya Tidak Ya Ya Ya

7 Laki-laki 18 Ya Tidak Ya Ya Tidak

8 Laki-laki 19 Ya Ya Tidak Tidak Ya

9 Laki-laki 19 Ya Tidak Ya Ya Ya

10 Perempuan 22 Ya Tidak Ya Ya Ya

11 Perempuan 18 Ya Tidak Ya Tidak Ya

12 Perempuan 19 Ya Tidak Ya Tidak Tidak

13 Perempuan 21 Ya Tidak Ya Tidak Ya

14 Laki-laki 23 Ya Tidak Ya Tidak Ya

15 Laki-laki 22 Ya Ya Tidak Tidak Ya

16 Perempuan 18 Ya Tidak Ya Tidak Ya

17 Laki-laki 19 Ya Tidak Ya Tidak Ya

18 Laki-laki 22 Ya Tidak Ya Tidak Ya

19 Perempuan 16 Ya Tidak Ya Ya Ya

20 Laki-laki 18 Ya Tidak Ya Tidak Ya

21 Laki-laki 22 Ya Tidak Ya Tidak Ya

22 Laki-laki 19 Ya Ya Tidak Ya Tidak

23 Perempuan 20 Ya Ya Tidak Ya Tidak

24 Laki-laki 24 Ya Ya Tidak Tidak Ya

25 Perempuan 18 Ya Tidak Ya Tidak Ya

26 Laki-laki 23 Ya Tidak Ya Tidak Ya

27 Perempuan 20 Ya Tidak Ya Tidak Ya

28 Perempuan 27 Ya Tidak Ya Tidak Ya

29 Perempuan 18 Ya Ya Tidak Tidak Ya

30 Perempuan 20 Ya Ya Tidak Tidak Ya


(74)

Gambar 5.1 Layout dan Titik Pengukuran Ruang Baca Layanan Dewasa A


(75)

9 m

24 m

1

2 6 m

Skala 1 : 100

SIMBOL KETERANGAN

Rak buku

Lampu (hidup 18 buah bola lampu, dalam 1 armatur terdapat 2 buah bola lampu)

Meja dan kursi baca Jendela kaca Titik pengukuran

6 m

4 3

Gambar 5.2 Layout dan Titik Pengukuran Ruang Baca Layanan Dewasa B


(76)

Tabel 5.2 Pengukuran Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan Dewasa A

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 1 (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

9:00 288 290 292 290

11:00 296 315 321 328

13:00 340 347 348 351

15:00 372 374 380 386

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 2 (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

9:00 271 276 280 284

11:00 344 349 352 355

13:00 390 403 413 419

15:00 444 456 459 462

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 3 (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

9:00 280 283 284 289

11:00 321 327 332 336

13:00 384 387 390 397

15:00 415 426 433 438

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 4 (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

9:00 305 312 317 322

11:00 359 360 365 371

13:00 431 434 438 445

15:00 452 456 460 464

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 5 (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

9:00 295 297 305 310

11:00 342 348 350 357

13:00 391 394 399 312


(77)

Tabel 5.3 Pengukuran Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan Dewasa B

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 1 (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

10:00 291 295 304 307

12:00 320 326 328 330

14:00 351 355 360 364

16:00 382 384 388 390

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 2 (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

10:00 352 9:00 352 9:00

12:00 380 11:00 380 11:00 14:00 432 13:00 432 13:00 16:00 457 15:00 457 15:00 Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 3

(Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

10:00 297 312 316 320

12:00 340 343 347 352

14:00 372 375 378 384

16:00 405 408 411 417

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 4 (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

10:00 339 346 348 357

12:00 377 380 386 389

14:00 415 418 424 426

16:00 434 437 439 443

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 4 (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

10:00 350 357 361 364

12:00 388 392 396 399

14:00 431 434 437 440


(78)

5.1.4. Biaya Konsumsi Listrik Lampu Ruangan Aktual

Ruang baca layanan dewasa A menggunakan 20 buah lampu dan ruang baca layanan dewasa B menggunakan 18 buah lampu dengan masing-masing daya sebesar 36 watt. Jam kerja 30 hari per bulan dengan waktu kerja hari Senin s.d Jumat 8 jam, hari Sabtu 7 jam dan hari Minggu 5 jam. Tarif tenaga listrik per kWh untuk keperluan kantor pemerintahan adalah sebesar Rp. 1.049 (Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, 2012).

Input daya = Jumlah lampu x daya lampu Pengoperasian lampu = Jam kerja x hari kerja/minggu Biaya pemakaian/kWh = Input daya x pengoperasian lampu

Biaya pemakaian Rp./Bulan = Biaya pemakaian/kWh x listrik PLN per kWh Perhitungan biaya konsumsi listrik lampu pada ruang baca layanan dewasa A adalah:

Input daya = 20 buah lampu x 36 watt

= 720 watt

Pengoperasian lampu = 52 jam kerja x 4 minggu

= 208 jam / bulan

Tarif pemakaian/kWh =

Biaya pemakaian Rp./Bulan = 149.760 kWh x Rp. 1.049

= Rp.157,098 / bulan

Melalui perhitungan diatas dapat diketahui biaya konsumsi listrik lampu ruang baca layanan dewasa A per bulan adalah sebesar Rp. 157,098.


(79)

Perhitungan biaya konsumsi listrik lampu pada ruang baca layanan dewasa B adalah:

Input daya = 18 buah lampu x 36 watt

= 648 watt

Pengoperasian lampu = 52 x 4

= 208 jam / bulan

= 134.784 kWh/bulan

Biaya pemakaian Rp./Bulan = 134.784 kWh x Rp. 1.049

= Rp.141,388 / bulan

Melalui perhitungan diatas dapat diketahui biaya konsumsi listrik lampu ruang baca layanan dewasa A per bulan adalah sebesar Rp. 157,098.

5.2 Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan meliputi perhitungan rata-rata tingkat iluminasi, perhitungan jumlah lumen lampu, perhitungan kebutuhan jumlah lampu, perhitungan daya pencahayaan dan perhitungan biaya listrik lampu usulan.

5.2.1 Perhitungan Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa A

Rata-rata tingkat iluminasi ruang baca layanan dewasa A dapat dilihat pada Tabel 5.4 hingga Tabel 5.8 berikut ini.


(80)

Tabel 5.4 Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa A pada Hari ke 1

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 1

Rata-rata (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

9:00 288 290 292 290

332.38

11:00 296 315 321 328

13:00 340 347 348 351

15:00 372 374 380 386

Rata-rata 324.00 331.50 335.25 338.75

Gambar 5.3 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan Dewasa A pada Hari ke 1


(81)

Tabel 5.5 Rata-rata Tingkat Iluminasi pada Ruang Baca Layanan Dewasa A pada Hari ke 2

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 2

Rata-rata (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

9:00 271 276 280 284

372.31

11:00 344 349 352 355

13:00 390 403 413 419

15:00 444 456 459 462

Rata-rata 362.25 371.00 376.00 380.00

Gambar 5.4 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan Dewasa A pada Hari ke 2


(82)

Tabel 5.6 Rata-rata Tingkat Iluminasi pada Ruang Baca Layanan Dewasa A pada Hari ke 3

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 3

Rata-rata (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

9:00 280 283 284 289

357.63

11:00 321 327 332 336

13:00 384 387 390 397

15:00 415 426 433 438

Rata-rata 350.00 355.75 359.75 365.00

Gambar 5.5 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan Dewasa A pada Hari ke 3


(83)

Tabel 5.7 Rata-rata Tingkat Iluminasi pada Ruang Baca Layanan Dewasa A pada Hari ke 4

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 4

Rata-rata (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

9:00 305 312 317 322

393.19

11:00 359 360 365 371

13:00 431 434 438 445

15:00 452 456 460 464

Rata-rata 386.75 390.50 395.00 400.50

Gambar 5.6 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca


(84)

Tabel 5.8 Rata-rata Tingkat Iluminasi pada Ruang Baca Layanan Dewasa A pada Hari ke 5

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 5

Rata-rata (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

9:00 295 297 305 310

372.94

11:00 342 348 350 357

13:00 391 394 399 312

15:00 460 466 468 473

Rata-rata 372.00 376.25 380.50 363.00

Gambar 5.7 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan Dewasa A pada Hari ke 5


(85)

5.2.2 Perhitungan Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa B

Rata-rata tingkat iluminasi ruang baca layanan dewasa B dapat dilihat pada Tabel 5.9 hingga Tabel 5. 13 berikut ini.

Tabel 5.9 Rata-rata Tingkat Iluminasi pada Ruang Baca Layanan Dewasa B pada Hari ke 1

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 1

Rata-rata (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

9:00 291 295 304 307

342.19

11:00 320 326 328 330

13:00 351 355 360 364

15:00 382 384 388 390

Rata-rata 336 340 345 347.75


(86)

Tabel 5.10 Rata-rata Tingkat Iluminasi pada Ruang Baca Layanan Dewasa B pada Hari ke 2

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 2

Rata-rata (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

9:00 352 357 362 363

411.00

11:00 380 384 389 392

13:00 432 436 440 444

15:00 457 458 463 467

Rata-rata 405.25 408.75 413.50 416.50

Gambar 5.9 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan Dewasa B pada Hari ke 2


(87)

Tabel 5.11 Rata-rata Tingkat Iluminasi pada Ruang Baca Layanan Dewasa B pada Hari ke 3

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 3

Rata-rata (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

9:00 297 312 316 320

361.06

11:00 340 343 347 352

13:00 372 375 378 384

15:00 405 408 411 417

Rata-rata 353.50 359.50 363.00 368.25

Gambar 5.10 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan Dewasa B pada Hari ke 3


(88)

Tabel 5.12 Rata-rata Tingkat Iluminasi pada Ruang Baca Layanan Dewasa B pada Hari ke 4

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 4

Rata-rata (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

9:00 339 346 348 357

397.38

11:00 377 380 386 389

13:00 415 418 424 426

15:00 434 437 439 443

Rata-rata 391.25 395.25 399.25 403.75

Gambar 5.11 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan Dewasa B pada Hari ke 4


(89)

Tabel 5.13 Rata-rata Tingkat Iluminasi pada Ruang Baca Layanan Dewasa B pada Hari ke 5

Waktu Tingkat Iluminasi hari ke 5

Rata-rata (Jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

9:00 350 357 361 364

404.13

11:00 388 392 396 399

13:00 431 434 437 440

15:00 425 428 430 434

Rata-rata 398.50 402.75 406.00 409.25

Gambar 5.12 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi di Ruang Baca Layanan Dewasa B pada Hari ke 5


(90)

5.14 Rekapitulasi Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa A

Titik Rata-rata Tingkat Iluminasi (Lux)

Rata-rata Ukur Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

Titik 1 324.00 362.25 350.00 386.75 372.00

365.69 Titik 2 331.50 371.00 355.75 390.50 376.25

Titik 3 335.25 376.00 359.75 395.00 380.50 Titik 4 338.75 380.00 365.00 400.50 363.00 Rata-rata 332.38 372.31 357.63 393.19 372.94

Gambar 5.13 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa A


(91)

5.15 Rekapitulasi Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa B

Titik Rata-rata Tingkat Iluminasi (Lux)

Rata-rata Ukur Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

Titik 1 336.00 405.25 353.50 391.25 398.50

383.15 Titik 2 340.00 408.75 359.50 395.25 402.75

Titik 3 345.00 413.50 363.00 399.25 406.00 Titik 4 347.75 416.50 368.25 403.75 409.25 Rata-rata 342.19 411.00 361.06 397.38 404.13

Gambar 5.14 Grafik Rata-rata Tingkat Iluminasi Ruang Baca Layanan Dewasa B


(92)

5.2.3 Perhitungan Indeks Ruang

Indeks ruang menyatakan perbandingan antara ukuran-ukuran suatu ruangan, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

Dimana:

p = panjang ruangan (m) l = lebar ruangan (m)

h = tinggi sumber cahaya di atas bidang kerja (m)

Bidang kerja merupakan bidang horizontal khayalan dan umumnya sebesar 0,80 m di atas lantai.

Perhitungan indeks ruang baca adalah sebagai berikut:

Dari rumus diatas diperoleh nilai k sebesar . Untuk nilai k yang melebihi 5, diambil nilai k = 5, sebab untuk k di atas 5, efisiensi penerangannya hampir tidak berubah lagi (lihat Tabel 3.2).

5.2.4 Perhitungan Lumen Lampu

Dari pengumpulan data dan layout ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B yang menjadi obyek penelitian, maka kita dapat menentukan lumen lampu dan jumlah bola lampu untuk menerangi ruang baca berdasarkan rekomendasi SNI.


(93)

Untuk menentukan lumen lampu yang dibutuhkan suatu ruangan agar dapat memenuhi rekomendasi SNI digunakan rumus sebagai berikut.

Dimana:

E = Tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang direkomendasikan (lux) F = Flux luminous (jumlah cahaya) yang diperlukan (lumen)

A = Luas ruang/bidang kerja (m2)

UF = Utilization factor (Koefisien pemakaian) LLF = Light loss factor (Faktor depresiasi lampu)

Nilai UF dan LLF digunakan dengan pertimbangan warna plafon dan dinding ruang baca yang terang, nilainya dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Nilai UF x LLF = 0.78

Perhitungan lumen lampu yang dibutuhkan ruang baca adalah sebagai berikut.

A = 24 x 9 = 216 m2

E = 300 lux (tingkat pencahayaan ruang baca yang direkomendasikan SNI)

Dari rumus diatas diperoleh hasil sebesar lumen lampu yang dibutuhkan ruang baca agar memenuhi rekomendasi SNI.


(1)

(2)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis pengolahan data dan pembahasan data maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:

1. Tingkat iluminasi rata-rata ruang baca layanan dewasa A sebesar 365.69 lux. Pada ruang baca layanan dewasa B tingkat iluminasi rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 383.15 lux. Nilai iluminasi tersebut melebihi standar iluminasi ruang baca perpustakaan yaitu sebesar 300 lux sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-6197-2000 akibat pencahayaan alami yang tidak dimanfaatkan dengan baik dan pencahayaan buatan (lampu) yang tidak sesuai dengan kebutuhan ruangan.

2. Alternatif pertama diusulkan pengurangan bola lampu Fluorescent jenis TL 36 W pada kondisi aktual 20 buah bola lampu menjadi 16 buah bola lampu dengan faktor daya 0.79. Alternatif kedua diusulkan penggunaan lampu hemat energi dan lampu yang direkomendasikan adalah lampu jenis Master PL-L 4P 80 Watt dengan faktor daya 0.99.

3. Pemasangan tirai pada setiap jendela guna mengurangi cahaya matahari yang berlebihan.


(3)

 

7.2. Saran

Beberapa saran yang perlu diperhatikan untuk pengembangan dan penerapan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pihak perpustakaan mempertimbangkan usulan penulis yang merekomendasikan perencanaan pencahayaan buatan dengan pengurangan bola lampu sebanyak 4 buah dan pengelompokkan lampu yang dipasang per baris sesuai dengan sakelar serta pemasangan tirai pada setiap jendela guna mengurangi cahaya matahari yang berlebihan.

2. Sumber pencahayaan alami agar dimanfaatkan guna menghemat pemakaian energi listrik dengan cara mengoptimalkan pemakaian bukaan berupa jendela kaca terutama disaat cuaca cerah dan memadamkan lampu pada posisi yang tidak membutuhkan penambahan cahaya.


(4)

(5)

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Flory, Isaac Lynwood. 2008. High‐Intensity Discharge Lighting Design Strategies for The  Minimization of Energy Usage and Life‐Cycle Cost. Doctor of Philosophy in  Electrical  Engineering  Virginia  Polytechnic  Institute  and  State  University.  Desertation. 

 

Irianto, Chairul. 2006. Studi Optimasi Sistem Pencahayaan Ruang Kuliah dengan

Memanfaatkan Cahaya Alam. Jurnal Internet.

Phesan, Stephen. 1991. Ergonomi, Work And Health. Macmillan Press.

 

Satwiko Prasasto. 2008. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2008. 

Standar Nasional Indonesia. Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan. SNI 03-6575-2001

Standar Nasional Indonesia, Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. SNI 03-6575-2001


(6)

Standar Nasional Indonesia. Tata Cara Perancangan Pencahayaan Buatan pada

Bangunan Gedung. SNI 03-6575-2001

Stanton, Neville & Hedge Alan. 2004. The Handbook of Human Factors and