Latar Belakang Permasalahan Rancangan Iluminasi pada Ruang Baca di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara (BAPERASDA)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan cahaya untuk beraktivitas dengan sehat, nyaman dan menyenangkan. Cahaya merupakan syarat mutlak bagi manusia untuk melihat sekelilingnya. Iluminasi adalah banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan. Iluminasi merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan sebuah ruangan. Akses iluminasi yang baik akan membuat ruangan berfungsi maksimal dan memungkinkan manusia melihat obyek secara jelas tanpa menimbulkan kesalahan. Perancangan iluminasi pada ruangan memegang peranan bagi keberhasilan fungsi ruangan tersebut, salah satunya adalah perancangan iluminasi di ruang baca perpustakaan. Salah satu permasalahan yang muncul dalam ruang baca adalah permasalahan akan pencahayaan saat membaca, menulis dan menggunakan laptop. Cahaya yang berlebihan mencapai mata discomfort glare menyebabkan rasa ketidaknyamanan pada mata, terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Discomfort glare sering dalami oleh pengguna ruang baca yang melakukan aktivitas menghadap ke jendela. Discomfort glare juga diakibatkan Universitas Sumatera Utara oleh lampu atau cahaya dengan terang yang berlebihan dan pantulan dari terang suatu dinding. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat iluminasi ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Baperasda Provinsi Sumatera Utara Sumut. Bertambahnya minat baca masyarakat membuat Baperasda Provinsi Sumut melakukan penambahan koleksi buku sehingga ruang baca yang awalnya bernama ruang baca layanan umum ini berganti nama dan di bagi menjadi dua ruangan yaitu ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B. Kedua ruang baca ini merupakan ruang baca yang memuat jenis koleksi buku yang sama, yaitu koleksi buku teks text book, buku braille serta buku fiksi dan keterampilan. Ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B memiliki ukuran 24 m x 9 m. Pencahayaan ruangan sangat berlebihan dengan penerangan dari 20 unit lampu yang masing-masing memiliki daya 36 watt dengan pemakaian lampu jenis TL. Pada ruang baca layanan dewasa A sinar matahari masuk ke dalam ruangan melalui jendela kaca yang terdapat pada bagian utara dengan jumlah 20 buah dan pada bagian timur dan barat dengan jumlah masing-masing 10 buah, masing- masing jendela tidak menggunakan tirai. Pada ruang baca layanan dewasa B sinar matahari masuk ke dalam ruangan melalui jendela kaca yang terdapat pada bagian timur dan barat dengan jumlah masing-masing 10 buah, dan pada bagian selatan dengan jumlah 20 buah, masing-masing jendela tidak menggunakan tirai. Pengamatan yang dilakukan pada ruang baca ini diperoleh temuan yang perlu diperhatikan, yaitu ruang baca belum sepenuhnya memanfaatkan cahaya Universitas Sumatera Utara alam sebagai sumber pencahayaan. Pada saat cahaya sinar matahari masuk ke dalam ruangan melalui jendela, lampu-lampu tidak dipadamkan. Pencahayaan alam dan pencahayaan buatan memberikan tingkat iluminasi pencahayaan yang berlebihan dan dapat menyebabkan gangguan visual yang mempengaruhi penglihatan. Ketidaknyamanan sering dirasakan oleh pengguna ruang baca pembaca akibat tingkat pencahayaan berlebihan yang berasal dari pantulan jendela kaca dan penggunaan pencahayaan buatan lampu. Beberapa keluhan kelelahan mata yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pengguna ruang baca yaitu penglihatan terasa silau, mata mudah berair, mata terasa panas, kering dan sering berkedip. Keluhan tersebut mengganggu aktivitas dan menurunkan ketajaman penglihatan pembaca. Pengukuran dengan menggunakan alat luxmeter pada ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B di Baperasda Provinsi Sumatera Utara dari pukul 10.00 pagi hingga pukul 12.00 siang dengan kondisi langit cerah diperoleh pembacaan lebih dari 400 lux pada meja dan bangku baca dekat jendela. Perpindahan posisi duduk sering dilakukan pembaca pada saat cuaca cerah untuk menghindari paparan cahaya yang menyilaukan. Tingkat pencahayaan ruang baca layanan dewasa A dan layanan dewasa B melebihi tingkat pencahayaan ideal untuk ruang baca perpustakaan yaitu sebesar 300 lux sesuai Standar Nasional Indonesia SNI 03-6197-2000. Tingkat pencahayaan yang melebihi standar yang ada dapat dikatakan sebagai Universitas Sumatera Utara pencahayaan yang buruk. Pencahayaan yang buruk akan mengganggu aktivitas dan menyebabkan gangguan visual yang mempengaruhi penglihatan. Manusia membutuhkan cahaya untuk beraktivitas dengan sehat, nyaman dan menyenangkan. Pentingnya pencahayaan dibuktikan dengan adanya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gin Gin Ginanjar 2012 yang menyatakan bahwa pencahayaan di perpustakaan merupakan aspek penting dalam menunjang aktivitas baik bagi mahasiswa maupun pegawai. Kondisi pencahayaan yang tidak memenuhi standar dapat mengganggu aktivitas dan menyebabkan terjadinya keluhan kesehatan khususnya kelelahan mata. Isaac Lynnwood Flory 2008 dalam penelitiannya menyatakan bahwa desain pencahayaan yang tepat akan mendukung pemenuhan tingkat pencahayaan yang dibutuhkan dan mengurangi konsumsi energi listrik. Berdasarkan kondisi tersebut maka dilakukan penelitian mengenai iluminasi di ruang baca Baperasda Provinsi Sumut untuk melihat kondisi iluminasi dan melakukan perbaikan iluminasi agar pembaca dapat beraktivitas dengan nyaman dan tidak mengalami gangguan kelelahan mata.

1.2 Rumusan Permasalahan