LKBH UII YOGYAKARTA

B. LKBH UII YOGYAKARTA

1. Sejarah berdirinya LKBH UII Yogyakarta

Sistem politik yang dibangun dan dijalankan pada masa itu sangat berpengaruh tidak hanya terhadap produk hukum yang dilahirkan yang sangat kental dengan materi muatan “hukum yang otoriter” yang cenderung bersifat “status quo”, namun juga penegakan hukum (law enforcement) yang cenderung tidak berpihak kepada keadilan, tetapi lebih berpihak kepada “kemauan” penguasa.

Di samping itu, kurang transparannya biaya berperkara di pengadilan, sulitnya mendapatkan pengacara dan lembaga-lembaga atau institusi-institusi yang memiliki komitmen untuk penegakan keadilan dan kepedulian terhadap warga masyarakat yang kurang mampu dan yang terpinggirkan telah semakin menjauhkan warga masyarakat tersebut untuk mendapatkan keadilan (access to justice).

Sebagaimana diketahui sebagian besar masyarakat kita masih dalam taraf garis kemiskinan. Jangankan untuk membayar biaya perkara ke pengadilan dan membayar pengacara (advokat), untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang bersifat primer saja mereka sudah mengalami kesulitan. Sementara itu, dalam waktu yang bersamaan kebutuhan terhadap keadilan juga sangat mereka butuhkan terutama terkait dengan pemenuhan dan perlidungan terhadap hak-hak mereka.

Melihat situasi sulit dan kompleks yang dihadapi oleh warga masyarakat tersebut, beberapa aktivis mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia dengan Melihat situasi sulit dan kompleks yang dihadapi oleh warga masyarakat tersebut, beberapa aktivis mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia dengan

Dalam perkembangannya, LKBH tidak hanya sekedar memberikan “bantuan hukum” kepada warga masyarakat, tetapi lebih dari itu juga telah berfungsi sebagai semacam “laboratorium” civitas akademika Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (dosen, alumni, dan mahasiswa) dalam melakukan pengabdian bagi masyarakat di bidang hukum dan sekaligus berfungsi sebagai tempat praktek hukum mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak hanya menguasai teori dan hukum positif, tetapi juga memiliki pengalaman praktek hukum (seperti pembuatan rekes-rekes hukum, pemberian penyuluhan hukum dan konsultasi hukum, serta mendampingi advokat ke berbagai institusi pemerintah, swasta, dan penegak hukum, yakni: pengadilan, kejaksaan, dan kepolisian). Dengan demikian, sistem perkuliahan di Fakultas Hukum UII didesain secara komprehensif dengan meletakkan praktek hukum sebagai salah satu dari keunggulan “kompetitif”.

LKBH Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia didirikan di Yogyakarta secara de facto pada tahun 1976, namun secara de jure adalah pada 23 Juli 1978. LKBH Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia didirikan oleh beberapa aktivis mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) dan di dukung oleh beberapa dosen yang memiliki komitmen terhadap penegakan hukum (law enforcement) di tanah air, khususnya “access to justice” bagi warga masyarakat yang kurang mampu baik LKBH Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia didirikan di Yogyakarta secara de facto pada tahun 1976, namun secara de jure adalah pada 23 Juli 1978. LKBH Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia didirikan oleh beberapa aktivis mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) dan di dukung oleh beberapa dosen yang memiliki komitmen terhadap penegakan hukum (law enforcement) di tanah air, khususnya “access to justice” bagi warga masyarakat yang kurang mampu baik

2. Visi dan Misi

Visi: Pemberdayaan masyarakat di bidang hukum dalam rangka mewujudkan keadilan

(justice for all) tanpa membeda-bedakan latar belakang agama, suku, warna kulit, jenis kelamin, dan lain-lain.

Misi:

1) Membuka “access to justice” bagi warga masyarakat terutama mereka yang kurang mampu dan yang terpinggirkan;

2) Pelibatan mahasiswa, alumni, dan dosen dalam pemberian pelayanan hukum kepada warga masyarakat;

3) Membangun dan mengembangkan kesadaran dan kemampuan warga masyarakat dalam penyelesaian masalah-masalah hukum, khususnya secara non litigasi.

Tujuan LKBH:

Sebagai laboratorium bagi dosen, alumni, dan mahasiswa dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat di bidang hukum; Membantu warga masyarakat yang kurang mampu dan yang terpinggirkan untuk mendapatkan keadilan.

3. Struktur Organisasi Kepengurusan LKBH UII Yogyakarta

DIREKTUR LKBH

KONSULTAN ADVOKAT

AHLI

SEKRETARIAT

KA. BID. LITIGASI

KA. BID. PENDIDIKAN

KA. BID. HUM AS DAN

M ASYARAKAT

STUDI KEBIJAKAN

STAF.

STAF LITIGASI

STAF N ON

STAF. STUDI

& PELATIHAN

KEBIJAKAN

STAF PPU

HUKUM

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Kepengurusan LKBH UII Yogyakarta

Konsultan Ahli dengan kepakaranya dalam masalah hukum dibutuhkan untuk memberikan solusi kebuntuan pelayanan hukum oleh bidang-bidang maupun staf di LKBH.

Advokat di LKBH UII merupakan almamater Fakultas Hukum UII Yogyakarta yang telah menempuh serangkaian proses dan persyaratan untuk menjadi advokat. Banyaknya perkara yang di tangani oleh lembaga ini membutuhkan tenaga advokat yang banyak pula, tercatat kini ada sepuluh nama advokat di LKBH UII Yogyakarta.

Kabid. Litigasi membawahi tiga staf, yaitu staf litigasi, staf non litigasi dan staf Pembinaan Pembela Umum. Secara umum bidang ini merupakan bidang yang menangani dan membantu klien baik secara litigasi maupun non litigasi.

Kabid Pendidikan Masyarakat membawahi dua staf yaitu, staf Pustadok dan staf penyuluhan hukum dan pelatihan hukum. Secara umum bidang ini merupakan bidang yang berperan sebagai social education dan practical training kepada stakeholder LKBHI UII Yogyakarta.

Kabid. Humas dan Studi kebijakan membawahi dua staf, yaitu staf Humas dan Studi kebijakan. Secara umum tentu bidang ini berperan untuk membaharui hukum dan tertib hukum kepada pembuat kebijakan serta mengawal prinsip keadilan dalam upaya penegakan hukum di Indonesia.

Tabel 3.2 Daftar Nama Pengurus LKBH UII Yogyakarta No

JABATAN

NAMA

1. Direktur LKBH

Dr. Abdul Jamil, SH.,MH

2. Konsultan Ahli Prof. Dr. Ridwan Khairandy, SH.,MH

3. Sekretaris

Supriyono, SH

4. Kabid. Penanganan Perkara

Mia Suryani Siregar, SH

5. Kabid.

Pendidikan Retno Wulansari, SH.,M.Hum

Masyarakat

6. Kabid. Humas & Studi Rizky Ramadhan Baried, SH Kebijakan

7. Staf Litigasi

Kiki Purwaningsih, SH

8. Staf Non Litigasi

Asasiputih, SH

9. Staf Pembinaan Pembela Mustika Prabaningrum, SH Umum

10. Staf Pustadok

Anggita Sukma Debty, SH

11. Staf Penyuluhan & Pelatihan Bustanul arifien Rusydi, SH Hukum

12. Staf Humas

Niken Wahyuning Retno, SH

13. Staf Sudi Kebijakan

Agung Wijaya Wardhana, SH

14. Staf Pendaftaran

& Solekhah Agustin

Dokumentasi Hukum

Daftar Tenaga Kontrak Tetap Advokat LKBH LABORATORIUM FH UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA.

1) Dr. M. arief Setiawan, SH.,MH

2) Dr. Abdul Jamil, SH.,MH

3) Zairin Harahap, SH.,Msi

4) Nurjihad, SH.,MH

5) Ahmad Khairun Hamrany, SH.,Mum

6) Rizky Ramadhan Baried, SH

7) Mia Suryani Siregar, SH

8) Kiki Purwaningsih, SH

9) Lailatul Mardhiyah, SH

10) Nagasasra, SH

Daftar Pembela Umum LKBH LABORATORIUM FH UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA.

1) Bustanul Arifien Rusydi, SH

2) Aldi Sanjaya Putra

3) Tyas Ayu Novitasari

4) Dhimas Achmad

5) Desi Rela Bhakti

6) Pamungkas Hudawanto

7) Yusti Yesi Kartika

8) Anang Seputro, SH

9) Fitri Afriliyanti

10) Yuriska Febriana

11) Anggita Suka Debty

12) Edi Setiawan

13) Novrita Dasawati

14) Anggun Prayogani

15) Tengku Putri Aya

4. Program Kerja Organisasi

a. BIDANG LITIGASI (wawancara dengan Kabid. Litigasi LKBH UII, 3 Juli 2013)

1) Pelayanan Penanganan Perkara

Melakukan aktifitas konsultasi hukum dilakukan setiap hari kerja, capaian penting dari program ini adalah untuk membantu masyarakat dalam pemecahan masalah dan memberikan advis hukum.

Pos Layanan Hukum, memberikan pendampingan hukum pidana maupun perdata yang datang melalui PN Yogyakarta. Kegiatan ini dilakukan setiap hari selasa di Pengadilan Negeri Yogyakarta dan hari jum’at. Pos layanan hukum juga dilaksanakan di tiga desa binaan yaitu, Imogiri, Purwosari dan Semin untuk mendampingi masyarakat dalam perkara nonlitigasi dan litigasi serta mendampingi untuk pembuatan peraturan desa terkait.

Olah data litigasi (Tertib administrasi litigasi). Hal ini Penting untuk menyimpan alat bukti klien dan pendokumentasian perkara yang telah selesai. Olah data Litigasi dilakukan setiap perkara selesai.

2) Bantuan Hukum

Bantuan hukum litigasi, untuk menyelesaikan perkara-perkara di persidangan. Bantuan hukum non litigasi, untuk menyelesaikan masalah di luar persidangan. Bantuan hukum rekes, untuk membantu masyarakat yang memerlukan pembuatan berkas-berkas yang terkait,misalnya pembuatan legal opinion. Bantuan hukum prodeo, memberikan akses hukum kepada masyarakat yang tidak mampu secara prodeo. Gelar perkara, untuk mencari posisi kasus yang sulit Bantuan hukum litigasi, untuk menyelesaikan perkara-perkara di persidangan. Bantuan hukum non litigasi, untuk menyelesaikan masalah di luar persidangan. Bantuan hukum rekes, untuk membantu masyarakat yang memerlukan pembuatan berkas-berkas yang terkait,misalnya pembuatan legal opinion. Bantuan hukum prodeo, memberikan akses hukum kepada masyarakat yang tidak mampu secara prodeo. Gelar perkara, untuk mencari posisi kasus yang sulit

3) Pembinaan Pembela Umum

Agar PU di LKBH lebih terampil dalam penanganan perkara maka perlu untuk Melakukan pendidikan PU yang dilaksanakan dalam waktu 1 minggu sekali pada hari Rabu. Melakukan pembinaan dan orientasi PU yang dilakukan setiap hari dengan mengajak PU untuk terlibat dalam kegiatan sidang dan konsultasi serta diskusi-diskusi. Melakukan regenerasi Pembela Umum (PU), Untuk merekrut mahasiswa menjadi PU waktunya dilaksanakan dalam 1 tahun sekali.

b. BIDANG NON LITIGASI

1) Penyuluhan hukum

Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, LKBH menyelenggarakan penyuluhan hukum yang melibatkan pembela umum maupun dosen di lingkungan fakultas hukum dan dilakukan dalam beberapa bentuk yakni;

a) Siaran Hukum Radio

Diselenggarakan berdasarkan kerjasama di beberapa Radio di Yogyakarta yang bertujuan untuk pengabdian masyarakat, pendidikan hukum dan konsultasi hukum yang dapat dilakukan melalui telepon serta sebagai bentuk eksistensi LKBH UII. Sampai saat ini terjalin dengan 4 stasiun Radio dan dilaksanakan seminggu sekali, stasiun radio meliputi; RRI Pro-1, UNISI, MBS dan Persatuan.

b) Penyuluhan hukum masyarakat sasaran program Kukiah Kerja Nyata.

Dilaksanakan berdasarkan permohonan dari mahasiswa peserta KKN dalam pelaksanaan program mahasiswa di masyarakat.

c) Penyuluhan Hukum LKBH Goes to School

Sebagai bentuk pendidikan dan pengenalan LKBH, Fakultas Hukum, UII kepada siswa.

d) Penyuluhan Hukum Kelompok Perempuan Pedesaan

Dilakukan secara tentative bersamaan dengan program Pos Layanan Hukum LKBH yang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman hukum kepada masyarakat terutama kaum perempuan di pedesaan.

2) Pusat Data dan Dokumentasi

Pengadaan buku, jurnal Hukum serta Majalah sebagai penunjang pelaksanaan keseluruhan program yang ada di LKBH dilaksanakan rutin setiap bulan. Dokumentasi dilakukan setiap kegiatan, pemberkasan dilakukan setelahperkara selesai ditangani, pengklipingn dilaksanakan tentative ketika ada pemberitaan terkait kasus hukum yang menyita perhatian publik.

3) Diskusi dan Kajian

Diadakan guna pembaharuan informasi hukum.Diskusi internal dilakukan secara rutin dan terjadwal, diskusi terkait isu-isu hukum dan diskusi public dilakukan kondisional melihat isu hukum yang sedang berkembang yang dilakukan bersama akademisi, politisi, maupun penegak hukum terkait.

c. BIDANG HUMAS DAN STUDI KEBIJAKAN

1) Jaringan

LKBH UII memiliki rekanan advokasi yaitu Rumpun Tjoet Nyak Dien, Serikat PRT, Pengadilan Negeri Yokyakarta.

2) Kerjasama

Menjadi mitra Pemkab Gunungkidul dalam memberdayakan Ruang Belajar Masyarakat (RBM) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Menjadi legal consultant di CV. TEKNINDO.

3) Pelatihan Jurnalistik

Pelatihan dengan mendatangkan para ahli seperti wartawan, peneliti lepas, pemerhati hukum dan sosial untuk membekali PU khususnya tim LKBH News pengetahuan praktis jurnalis. Dengan ini sisi-sisi investigative dan komunikasi public akan didapatkan oleh pembela umum sehingga dapat digunakan dalam hal penanganan perkara maupun dalam penerbitan LKBH News.

4) Pembuatan/ Penulisan Artikel Hukum dan Penerbitan LKBH News

Penerbitan LKBH News dilakukan untuk menumbuh-kembangkan potensi jurnalistik pada pembela umum LKBH dan dapat diakses masyarakat setiap tiga bulan sekali.

5) Pembekalan Penelitian dan Metodologi Penelitian.

Training metodologi penelitian, mencari isu-isu penting di masyarakat dan dikaji untuk dijadikan bahan penelitian.

6) Karya Latihan Hukum

Pelatihan hukum menjadi tonggak regenerasi pembela umum LKBH yang dilakukan di lingkungan Fakultas Hukum UII yang diperuntukkan gratis kepada mahasiswa Fakultas Hukum UII dengan menghadirkan pembicara kompeten.

Secara umum LKBH UII memiliki Program Aksi yang menjadi pokok peran sebuah Lembaga Bantuan Hukum yang layak, diantaranya adalah;

a) Advokasi melalui pendidikan dan penyadaran hukum kritis.

Program ini mencakup kegiatan pendidikan dan penyadaran secara langsung maupun tidak langsung kepada kelompok sasaran agar mereka berani, mampu dan mau memperjuangkan hak-hak hukum mereka sendiri. Instrumen yang digunakan dalam kegaiatan ini adalah momen-momen konsultasi, pelatihan, maupun sosialisasi nilai dan prinsip hukum dalam media masa.

b) Advokasi melalui studi kebijakan.

Kegiatan ini berupa studi-studi atau penelitian lapangan tentang sebuah kebijakan atau rencana kebijakan Negara mengenai pelbagai aspek sosial yang langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan dampak terhadap masyarakat kelompok sasaran. Hasilnya akan disampaikan kepada pemerintah sebagai bentuk advokasi ilmiah, sekaligus sebagai masukan dan kritik terhadap kebijakan pemerintah.

c) Membentuk dan mengembangkan peran paralegal

Program ini diadakan dengan maksud untuk semakin menumbuhkan kesadaran kritis pada masyarakat sehingga mampu menyadari persoalan yang sedang mereka hadapi, mampu mengidentifikasi, merumuskan dan memecahkan persoalannya sendiri dengan sumber daya yang dimilikinya. Disamping itu dimaksudkan untuk semakin mengefektifkan peran paralegal sebagai ujung tombak dalam menangani kasus-kasus berdimensi struktural yang semakin banyak timbul dalam masyarakat. Kehadiran paralegal ini berfungsi “menjemput” kasus dari Program ini diadakan dengan maksud untuk semakin menumbuhkan kesadaran kritis pada masyarakat sehingga mampu menyadari persoalan yang sedang mereka hadapi, mampu mengidentifikasi, merumuskan dan memecahkan persoalannya sendiri dengan sumber daya yang dimilikinya. Disamping itu dimaksudkan untuk semakin mengefektifkan peran paralegal sebagai ujung tombak dalam menangani kasus-kasus berdimensi struktural yang semakin banyak timbul dalam masyarakat. Kehadiran paralegal ini berfungsi “menjemput” kasus dari

Paralegal tersebut tidak mempunyai kaitan kelembagaan secara formal dengan LKBH. Mereka melakukan aktivitas konsultasi atas inisiatif mereka sendiri. Fungsi LKBH hanyalah mengawasi, mengarahkan dan membekali paralegal dengan pengetahuan yang relevan.

Pada wawancara dengan Wulan sebagai Kabid. Pendidikan masyarakat ,saat ini LKBH UII telah mengembangkan posbankum sebagai upaya pendidikan hukum paralegal di daerah Imogiri, Purwosari dan Semin. Paralegal tersebut berasal dari pamong desa setempat yang secara rutin dilatih dan dididik keterampilan hukumnya oleh tim penyuluh LKBH. Dengan demikian paralegal tersebut dapat menyelesaikan permasalahan di daerahnya secara mandiri. Jika paralegal tersebut membutuhkan bantuan hukum karena masalah yang dihadapi cukup rumit, maka LKBH bisa membantu.

d) Advokasi melalui pers.

Program ini dilakukan dengan dua cara; (i) LKBH mengundang pers untuk hadir di kantor LKBH guna menyampaikan opininya mengenai suatu kasus atau non kasus kepada masyarakat, dan (ii) LKBH menyusun pernyataan tertulis lalu dikirim ke berbagai kantor media masa. Advokasi melalui pers diprioritaskan pada kasus- kasus yang berdimensi structural. Sementara advokasi melaui pers untuk persoalan non kasus bisa berupa tanggapan terhadap sesuatu kebijakan negara yang menimbulkan masalah-masalah kemanusiaan atau opini atas fenomena politik, hukum Program ini dilakukan dengan dua cara; (i) LKBH mengundang pers untuk hadir di kantor LKBH guna menyampaikan opininya mengenai suatu kasus atau non kasus kepada masyarakat, dan (ii) LKBH menyusun pernyataan tertulis lalu dikirim ke berbagai kantor media masa. Advokasi melalui pers diprioritaskan pada kasus- kasus yang berdimensi structural. Sementara advokasi melaui pers untuk persoalan non kasus bisa berupa tanggapan terhadap sesuatu kebijakan negara yang menimbulkan masalah-masalah kemanusiaan atau opini atas fenomena politik, hukum

e) Advokasi melalui Pengadilan.

Penanganan perkara melalui jalur pengadilan dilakukan apabila upaya non litigasi tidak berhasil dan secara hukum ada keharusan menempuh jalur pengadilan sebagai alternative pemecahan masalah.

5. PROSEDUR PENANGANAN PERKARA

M asyarakat / Klien

Pendaftaran dan

Administrasi

Gambar 3.4 Alur Pemberian Bantuan Hukum di LKBHUII Yogyakarta

Dalam rangka profesionalisasi fungsi dan peran LKBH FH UII, terutama dalam rangka pelayanan hukum kepada masyarakat, telah ditetapkan prosedur dan ketentuan penanganan perkara. Prosedur yang dimaksud adalah prosedur tahap konsultasi dan tahap bantuan hkum, baik sidang maupun non sidang.

Pada tahap konsultasi, klien yang datang akan diterima terlebih dahulu oleh bagian pendaftaran (front office) untuk didaftar dan mengisi blangko konsultasi yang telah disediakan, biaya pendaftaran dipatok sebesar Rp. 20.000. Pada blangko konsultasi itu, klien bisa menuliskan sendiri beberapa pertanyaan yang terdapat dalam form, atau Pada tahap konsultasi, klien yang datang akan diterima terlebih dahulu oleh bagian pendaftaran (front office) untuk didaftar dan mengisi blangko konsultasi yang telah disediakan, biaya pendaftaran dipatok sebesar Rp. 20.000. Pada blangko konsultasi itu, klien bisa menuliskan sendiri beberapa pertanyaan yang terdapat dalam form, atau

Sebelum diteruskan ke bagian litigasi (Staf Penanganan Perkara) sebagai bukti bahwa yang bersangkutan adalah klien Lembaga Bantuan Hukum dan seterusnya dilakukan pencatatan di buku besar. Dalam penunjukan konsultan diambil berdasarkan: (a) perimbangan kuantitas konsultasi masing-masing Pembela Umum; (b) penguasaan atas persoalan hukum yang akan dihadapi; dan (c) minimal 2 orang yang salah satu diantaranya oleh Kepala/Kabid Litigasi/ Staf Penanganan Perkara ditunjuk selaku koordinator Konsultan yang memimpin jalannya proses konsultasi. Arti penting Koordinator Tim Konsultan Hukum ini terletak pada dua hal: (a) bertanggung jawab terhadap jalannya konsultasi hukum; dan (b) mengatur proses dan mekanisme konsultasi sehingga konsultasi itu berjalan efisien dan efektif, baik dari segi waktu maupun kecepatan memberikan posisi dan solusi hukum. Dalam proses konsultasi, beberapa hal perlu diperhatikan:

a. Pengenalan awal Tim Konsultan sekaligus klien yang bersangkutan, serta pengisian form konsultasi oleh koordinator Tim.

b. Penjabaran kronologi dan deskripsi kasus oleh klien secara lengkap. Hal ini merupakan langkah penjajagan dan pedalaman kasus, sehingga akan diidentifikasi dan diposisikan kasusnya secara sistematis. Pada langkah ini seorang konsutan hukum harus menajamkan memorinya agar dapat menangkap dan memahami informasi yang diperoleh dari klien, sehingga mampu memberikan solusi yang meyakinkan terhadap persoalan yag sedang dihadapi klien. Sebagaimana diketahui bahwa memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir.

c. Alternatif-alternatif pemecahan/solusi kasus yang dihadapi klien baik dari perspektif hukum maupun non hukum, dengan mempertimbangkan konsekwensinya apabila alternatif pemecahan masalah tersebut disampaikan pada klien. Selain solusi dari perspektif hukum, konsultan hukum dapat memberikan solusi non hukum melalui berbagai pendekatan (agama, ekonomi,dsb). Pada langkah ketiga inilah Konsultan hukum dituntut untuk benar-benar dapat meyakinkan klien terhadap solusi yang diberikan, sehingga klien akan merasa puas terhadap proses dan hasil konsultasi. Langkah ini, juga akan menentukan klien akan menuju pada tahap bantuan hukum atau cukup dapat menyelesaikan sendiri kasus yang dihadapi sesuai dengan solusi yang telah diberikan. Karena tujuan LKBH melakukan penguatan terhadap masyarakat, maka diharuskan kepada PU LKBH untuk terlebih dahulu meyakinkan klien agar semaksimal mungkin klien mandiri dalam menyelesaikan kasusnya dengan beberapa alternatif pemecahan. Dengan demikian klien tidak tergantung pada LKBH.

d. Pengisian form Biodata Konsultasi secara lengkap, selanjutnya diserahkan kebagian sekretariat untuk didokumentasikan dalam Filing Kabinet. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pencarian data kalau sewaktu-waktu klien kembali untuk konsultasi lanjut atau Bantuan Hukum. Konsultasi lanjutan berlaku

3 kali dalam kasus yang sama, lebih dari 3 kali konsultasi, klien dikenakan biaya administrasi tambahan.

Kemudian jika Klien ingin melanjutkan perkaranya ke tahap Litigasi atau Bantuan Hukum, maka klien diminta untuk mengisi form permohonan bantuan hukum. Disini klien bisa meminta bantuan hukum secara prodeo atau gratis dengan menyerahkan Surat Kterangan Tidak Mampu (SKTM) untuk klien miskin, atau jika klien termasuk Kemudian jika Klien ingin melanjutkan perkaranya ke tahap Litigasi atau Bantuan Hukum, maka klien diminta untuk mengisi form permohonan bantuan hukum. Disini klien bisa meminta bantuan hukum secara prodeo atau gratis dengan menyerahkan Surat Kterangan Tidak Mampu (SKTM) untuk klien miskin, atau jika klien termasuk

Selanjutnya ditanyakan kepada klien akan meminta bantuan hukum litigasi atau non litigasi. Setelah itu Kabid. Penanganan Perkara akan menunjuk Tim dan Advokat untuk mendampingi klien. Setelah Terbentuk Tim pengacara beserta Pembela Umum dilakukan serangkaian pendalaman perkara dan konsolidasi untuk menghadapi proses perkara. Pada tahap ini Pembela Umum diberikan porsi untuk melatih keterampilan hukumnya dengan mengurus berkas-berkas perkara yang akan digunakan oleh advokat dibimbing oleh advokat senior.

Konsultan maupun advokat setiap kali menangani perkara harus membuat legal opinion yang memuat langkah-langkah hukum apa saja yang ditempuh dan advis apa saja yang diberikan kepada klien. Legal opinion ini disampaikan kepada Kepala bidang Litigasi yang bertindak sebagai supervisor penanganan perkara. (wawancara dengan Direktur LKBH UII Yogyakarta 14 juni 2013).

Setelah perkara selesai, digelar rapat internal guna mengevaluasi kerja tim dan mendokumentasikan perkara oleh Staf. Pustadok untuk dilaporkan kepada Direktur untuk selanjutnya diarsip oleh sekretariat.

6. DATA PERKARA LKBH UII YOGYAKARTA

Jumlah Perkara LKBH UII Yogyakarta

Jum lah Perkara LKBH UII 150

Yogyakart a

Gambar 3.5 Data Perkara LKBH UII Yogyakarta

Peneliti sengaja mengambil data penanganan perkara dari tahun 2006, dengan tujuan mengetahui sejauh mana progress dan dinamika klien di LKBH UII Yogyakarta. Dapat diketahui jumlah total klien konsultasi dan bantuan hukum dari tahun 2006 sampai pertengahan 2013 mencapai 1966 klien. Dari gambar di atas dapat diketahui jumlah klien tiap tahunnya selalu diatas angka 200 klien. Menurut keterangan Kabid. Litigasi, jumlah perkara perdata Islam pada tahun 2012 sebanyak 11 kasus. Dengan prosentase

Ø Perkara Perdata Islam = 28,20% Ø Perdata (non litigasi) = 20,51 % Ø Perdata (litigasi/sidang) = 20,51 % Ø Pidana (non litigasi) =23,07 % Ø Pidana (litigasi) = 7,69 %

7. SARANA DAN PRASARANA

Keseluruhan program dan rencana-rencana program LKBH dirancang dan diorganisir di sebuah kantor yang cukup tenang, besar, strategis dengan perlengkapan yang cukup. Kantor yang terletak di Jalan Lawu No.3 itu berada di lingkungan elit kota Yogyakarta (Kotabaru). Kantor yang terletak diatas tanah seluas 1000 meter persegi itu dibangun dengan perlengkapan ruang dan sarana representatif, tersedia:

a. Ruang pimpinan 5x5 m

b. Ruang tamu 4x4 m

c. Uang sekretaris 5x5 m

d. Ruang administrasi 4x6 m

e. 7 ruang berukuran 4x4 m

f. 1 ruang sidag 15x5 m full AC

g. 1 mushola

h. 7 unit komputer

i. Ruang perpustakaan 8x4 m j. Ruag parkir

k. 1 unit mobil operasional

8. SUMBER DAYA DAN SISTEM REKRUTMEN

Ujung tombak SDM LKBH adalah alumni dan Mahasiswa Fakultas Hukum UII. Secara kuantitatif perbandingan jumlah alumni dan mahasiswa yang terlibat setiapthun berkisar 30 dan 70 persen. Dari 35 orang rata-rata Pembela Umum (PU) LKBH, 25 persen diantaranya adalah PU yang telah memiliki kartu Advokat. Rekrutmen PU LKBH dilakukan melalui proses seleksi atau tes penerimaan PU setelah sebelumnya para mahasiswa itu mengikuti Karya Latihan Hukum (KARTIKUM) yang diselenggarakan Ujung tombak SDM LKBH adalah alumni dan Mahasiswa Fakultas Hukum UII. Secara kuantitatif perbandingan jumlah alumni dan mahasiswa yang terlibat setiapthun berkisar 30 dan 70 persen. Dari 35 orang rata-rata Pembela Umum (PU) LKBH, 25 persen diantaranya adalah PU yang telah memiliki kartu Advokat. Rekrutmen PU LKBH dilakukan melalui proses seleksi atau tes penerimaan PU setelah sebelumnya para mahasiswa itu mengikuti Karya Latihan Hukum (KARTIKUM) yang diselenggarakan

9. Kelompok Sasaran Kegiatan

Kelompok sasaran kegiatan LKBH dibedakan menjadi tiga: Pertama, kelompok sasaran utama, yakni kelompok yang secara sosiologis penting dalam struktur masyarakat Indonesia, seperti buruh, buruh tani, petani kecil, nelayan, kelompok-kelompok marjinal perkotaan, serta kelompok-kelompok masyarakat yang tengah mengalami permasalahan- permasalahan hukum. Kelompok ini ditempatkan sebagai sasaran utama advokasi karena kelompok inilah yang potensial terabaikan sekaligus sangat jauh dari akses informasi. Terhadap kelompok ini, advokasi dalam KH, PH dan BH dilakukan secara aktif dan pasif. Secara aktif, LKBH aktif dan responsive “menjemput” kasus. Ini dilakukan, selain karena terdapat pelbagai keterbatasan kelompok sasaran, juga karena disitulah letak realisasi visi dan misi dimaksud.

Kedua, kelompok sasaran antara, yakni kelompok-kelompok yang dapat mengkomunikasikan kembali hasil-hasil penyuluhan atau advokasi hukum, dan dipandang berguna dalam mewujudkan budaya hukum, yang menghormati hak-hak dasar rakyat seperti; wartawan, mahasiswa, pemuka informal dan lain sebagainya. Terhadap kelompok sasaran ini, LKBH aktif membangun hubungan atau jaringan sehingga antara Kedua, kelompok sasaran antara, yakni kelompok-kelompok yang dapat mengkomunikasikan kembali hasil-hasil penyuluhan atau advokasi hukum, dan dipandang berguna dalam mewujudkan budaya hukum, yang menghormati hak-hak dasar rakyat seperti; wartawan, mahasiswa, pemuka informal dan lain sebagainya. Terhadap kelompok sasaran ini, LKBH aktif membangun hubungan atau jaringan sehingga antara

Ketiga, kelompok sasaran khusus, yakni kelompok-kelompok yang dipilih berdasarkan kebutuhan dan materi hukum yang diperlukan. Kelompok ini adalah komunitas kecil di masyarakat yang dapat berfungsi sebagai suara atau kekuatan LKBH di tingkat “akar rumput”. Kelompok-kelompok atau komunitas ini disebut sebagai “para legal”.

Prinsip dasar intervensi LKBH terhadap kelompok sasaran adalah menyelesaikan persoalan secara bersama-sama, dan bukan mengambil alih perkara sepenuhnya, sementara klien tinggal menunggu hasilnya. Setiap langkah advokasi yang dilakukan selalu dikonfirmasikan dan harus sepengetahuan klien. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap tindakan yang diambil harus disesuaikan dengan kondisi kesiapan klien dan resiko yang mungkin harus dihadapi.Karena itu LKBH selalu mengemukakan peluang- peluang dan resiko yang dimiliki dalam setiap menangani kasus kepada klien.

Bagi klien sendiri terbuka kemungkinan untuk mencari kuasa hukum lain selain LKBH yang dipandang dapat lebih memperjuangkan tuntutanya apabila LKBH tdak lagi dikehendakinya. Dengan prinsip ini LKBH ingin menempatkan kliennya sebagai mitra dalam menghadapi dan memperjuangkan hak-hak dan kepentingan klien. Sasaran yang ingin dicapai melalui intervensi yang demikian adalah tumbuhnya kesadaran kelompok sasaran akan hak-hak hukum yang dimiliki dan lebih lanjut memperjuangkan realisasinya yang seringkali ditelantarkan. Bagi LKBH, keberanian klien mengadukan perkaranya sudah merupakan kemajuan tersendiri dan mununjukkan bahwa klien sebenarnya memiliki potensi sumber daya untuk mengatasi perkaranya sendiri.

10. Kendala

Berdasarkan wawancara dengan Direktur LKBH UII Yogyakarta (14 Juni 2013) Kendala yang dihadapi oleh LKBH UII dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah sebelum adanya Undang Undang yang mengatur tentang Bantuan Hukum, Pembantu Umum atau Pendamping Advokat kurang leluasa berpraktek di pengadilan, padahal hal tersebut penting guna mengasah kemampuan litigasi paralegal. Namun setelah adanya Undang-Undang Bantuan Hukum mereka telah bebas berpraktik dengan menggunakan kartu Pendamping Advokat.

Kendala lain yang dihadapi oleh LKBH UII adalah kurangnya dana untuk membantu klien prodeo, dimana telah ada alokasi anggaran 40 juta rupiah setiap tahunnya yang ternyata masih kurang. Untuk mengatasi hal tersebut di buatlah kebijakan subsidi silang yang diambil dari klien kaya atau mampu.