Prosedur Penanganan Perkara di LKBH UII YOGYAKARTA
E. Prosedur Penanganan Perkara di LKBH UII YOGYAKARTA
1. Prosedur Non-Litigasi
a. Mediasi
Mediasi diharapkan dapat mengatasi masalah penumpukan perkara. Menurut Perma No. 2 tahun 2003 hakim harus memerintahkan para pihak untuk melakukan mediasi. Sebagai penasehat hukum, tidak boleh bertindak melebihi apa yang didinginkan oleh klien, namun saat melewati proses mediasi diharapkan penesehat hukum mampu memberikan nasehat kepada kliennya untuk menyukseskan mediasi. Selain mediasi di pengadilan, LKBH UII juga beberapa kali pernah memediasi konflik keluarga, yang dilatarbelakangi oleh masalah waris, KDRT dan konflik rumah tangga. Dibutuhkan kemampuan verbal dan emosional yang baik agar proses mediasi berjalan dengan baik.
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
Dalam memediasi, mediator menyelesaikannya dengan Netral, Membantu para pihak, Tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
b. Konsultasi
Klien yang datang akan diterima oleh bagian pendaftaran (Front Office) untuk mengisi blanko konsultasi (dapat diisi sendiri atau minta diisikan) Selanjutnya melakukan proses administrasi yaitu diberikan kartu klien sebagai tanda bukti sebagiklien LKBH FH UII dengan dikenakan biaya Rp.20.000,- (untuk tiga kali konsultasi, dan untuk konsultasi selanjutnya akan dikenakan biaya administrasi tambahan Rp.5000,-) Berdasarkan jenis perkara yang akan dikonsultasikan bagian litigasi (Staf Penanganan Perkara) akan menunjuk konsultan. Konsultasi juga bisa dilakukan melalui e-mail [email protected] dan melalui radio saat program konsultasi hukum. Hal tersebut sangat memudahkan masyarakat. Konsultasi yang bersifat khusus atau memiliki tingkat kesulitan yang lebih, bisa dilakukan dengan direktu atau Konsultan Ahli yang dimiliki LKBH UII Yogyakarta.
c. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh LKBH UII dengan membentuk desa binaan hukum. Telah ada tiga Desa binaan hukum , Imogiri, Purwosari dan Semin di Yogyakarta. Mereka dibina dan dididik keterampilan hukum, agar mereka dapat menyelesaikan masalah secara mandiri, dapat membentuk dan menyelenggarakan pemerintahan desa yang baik dan menumbuhkan rasa kesadaran hukum dan toleransi. Agar tercipta masyarakat yang sadar hukum , mandiri dan maju.
d. Penelitian hukum
Penelitian hukum dilakukan begitu giatnya. Selain dari Advokat, Pembela Umum dan Konsultan Ahli, mahasiswa dan dosen pun dapat juga ikut berpartisipasi. Hasil dari penelitian di publikasikan melalui LKBH News dan website LKBH dalam Penelitian hukum dilakukan begitu giatnya. Selain dari Advokat, Pembela Umum dan Konsultan Ahli, mahasiswa dan dosen pun dapat juga ikut berpartisipasi. Hasil dari penelitian di publikasikan melalui LKBH News dan website LKBH dalam
e. Penyuluhan
Penyuluhan hukum perdata Islam oleh LKBH UII Yogyakarta dilakukan tidak sebesar porsinya terhadap hukum umum. Dan tidak ada spesialisasi program penyuluhan hukum Islam di LKBH UII Yogyakarta, biasanya jika ada penyuluhan tentang hukum perdata Islam dilakukan atas inisiatif Mahasiswa peserta KKN di desa binaan.
f. Pembuatan Legal Opinion
Prinsip praktis dari pembuatan legal opinion adalah untuk menjadi panduan taktis advokasi dalam suatu perkara hukum. Diharapkan dengan adanya legal opinion, langkah maupun pengembangan advokasi suatu perkara tidak akan terpancing permainan pihak lawan atau agar tidak terlalu mengembang keluar dari koridor hukum yang ada. Memang selama ini kebutuhan akan legal opinion biasanya pada kasus-kasus sengketa bisnis, tata usaha Negara dan perbankan. Namun, di LKBH UII Yogyakarta, advokat yang mendampingi klien diwajibkan untuk membuat legal opinion yang nantinya dilaporkan kepada Direktur.
Ketentuan-ketentuan pembuatan Legal Opinion;
1) Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisi penjelasan atas dasar apa advokat membuat Legal Opinion, yaitu apakah berdasarkan permintaan secara tertulis dari klien melalui surat atau secara lisan yang disampaikan dalam rapat yang dihadiri klien, Bagian pendahuluan berisi penjelasan atas dasar apa advokat membuat Legal Opinion, yaitu apakah berdasarkan permintaan secara tertulis dari klien melalui surat atau secara lisan yang disampaikan dalam rapat yang dihadiri klien,
2) Permasalahan yang dimintakan Legal Opinion
Pada bagian permasalahan ini dijelaskan masalah pokok yang dihadapi klien yang diminta untuk dibuatkan Legal Opinion. Permasalahan tersebut mengacu pada persoalan hukum yang diuraikan atau yang disampaikan klien dalam suratnya ketika mengajukan permintaan Legal opinion. Namun apabila ternyata persoalan hukum yang diuraikan klien tidak jelas atau kurang jelas, maka advokat akan membantu merumuskan permasalahan klien tersebut.
3) Sumber data
Bagian ini berisi uraian tentang dokumen-dokumen, informasi material yang berbentuk tertulis maupun lisan yang diperoleh dari klien itu sendiri maupun dari pihak ketiga lainnya dan juga berisi informasi tambahan yang terkait dengan pokok permasalahan yang dapat ditambahkan pada Legal Opinion untuk mendukung pokok permasalahan. Bahan-bahan ini dapat diketahui dan ditentukan setelah advokat terlebih dahulu melakukan Legal Due Diligence (Legal Audit). Bagian ini juga berisi pernyataan dari advokat mengenai sumber fakta yang dipergunakan dalam penyusunan Legal Opinion.
4) Dasar hukum dan perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan
Bagian ini berisi uraian tentang ketentuan perundang-undangan dan peraturan terkait lainnya yang dijadikan dasar bagi advokat untuk membuat Bagian ini berisi uraian tentang ketentuan perundang-undangan dan peraturan terkait lainnya yang dijadikan dasar bagi advokat untuk membuat
5) Uraian fakta-fakta dan kronologis
Bagian ini berisi uraian fakta-fakta yang relevan dengan permasalahan berdasarkan dokumen asli dan/atau fotokopi dan/atau berdasarkan keterangan lisan dari klien sampai dengan tanggal dikeluarkannya Legal Opinion dan disusun secara kronologis dengan maksud agar pembaca memahami asal mula pokok permasalahan dan perkembangannya.
6) Analisa hukum
Bagian ini menguraikan analisa dan pertimbangan hukum advokat atas pokok permasalahan berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku dan dokumen- dokumen yang berkaitan dengan pokok permasalahan.
7) Pendapat hukum
Berisi uraian tentang pendapat Advokat atas pokok permasalahan yang didasarkan pada analisa dan pertimbangan hukum atas fakta-fakta, informasi serta dokumen terkait dengan pokok permasalahan sehingga dapat diketahui jawaban atas permasalahan yang ada. Pendapat hukum disampaikan dengan selalu terfokus pada permasalahan, sistematis dan tidak berbelit-belit.
8) Kesimpulan dan saran-saran atau solusi permasalahan
Berisi uraian tentang kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil analisa setelah melakukan seluruh tahap-tahap pembuatan Legal Opinion yang Berisi uraian tentang kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil analisa setelah melakukan seluruh tahap-tahap pembuatan Legal Opinion yang
2. Prosedur Penanganan Perkara Litigasi
a. Klien diterima oleh resepsionis, dan diminta mengisi formulir pendaftaran.
b. Staf Penanganan Perkara memeriksa kelengkapan daftar isian, lalu menunjuk konsultan
c. Staf atau assisten staf yang melakukan konsultasi memutuskan apakah klien diwajibkan membayar administrasi atau tidak.
d. Staf atau assisten staf yang melakukan konsultasi wajib membuat kronologi kasus dan melaporkan hasil konsultasi awal kepada Kabid . Penanganan Perkara.
e. Kabid . Penanganan Perkara memutuskan apakah : (a) menerima kasus sebatas konsultasi, (b) menerima kasus sebatas pembuatan draft dokumen ke Pengadilan atau ke instansi, (c) menerima kasus untuk proses mediasi (d) menerima kasus untuk ditangani secara litigasi.
f. Hasil keputusan mengenai bentuk pelayanan hukum yang akan diberikan harus disampaikan oleh staf yang melakukan konsultasi kepada Klien yang bersangkutan
g. Dalam setiap penanganan kasus, staf atau assisten staf yang menangani harus melakukan upaya penggalian data dan informasi (bukti). Khusus untuk kasus g. Dalam setiap penanganan kasus, staf atau assisten staf yang menangani harus melakukan upaya penggalian data dan informasi (bukti). Khusus untuk kasus
h. Kabid . Penanganan Perkara melaksanakan rapat divisi untuk membahas strategi penanganan kasus. Untuk kasus-kasus tertentu misalnya yang menarik perhatian public, kasus yang sulit penangannya dan kasus dengan modus baru, rapat wajib melibatkan direktur dan koordinator atau yang mewakilinya. Di bahas juga mengenai biaya perkara dan kategorisasi Klien pakah miskin, setengah miskin atau kaya.
i. Kabid. Penanganan Perkara menunjuk Pengacara atau tim pengacara untuk mendampingi Klien. Ditunjuk juga Pemebela Umum untuk memebantu pengacara. j. Apabila langkah-langkah penanganan kasus mengharuskan pembuatan dokumen peradilan, maka Pembela Umum bersama Pengacara menyusun draft dokumen dan menyerahkannya kepada direktur untuk mendapatkan masukan. k. Dalam hal penanganan kasus ditemukan informasi yang diberikan Klien tidak benar, koordinator mengadakan rapat divisi dengan mengundang direktur untuk mengambil keputusan pemutusan kuasa penanganan kasus. l. Setelah dilakukan pemutusan kuasa, maka staf atau assisten staf memberitahukan secara tertulis kepada mitra dengan disertai alasan pemutusan. m. Setelah perkara selesai, Dokumen perkara di dokumentasikan dan diserahkan kepada Kabid. Penanganan Perkara untuk di laporkan kepada Direktur untuk pemberkasan.