Konstruksi Barbar (Non-Humanis) sebagai Bentuk Representasi Militan Somalia
4.5 Konstruksi Barbar (Non-Humanis) sebagai Bentuk Representasi Militan Somalia
Militan Somalia merupakan tokoh antagonis yang menjadi musuh pemain dalam game Delta Force: Black Hawk Down. Posisi militan Somalia selalu digambarkan sebagai pihak yang tertindas, misi-misi diskemakan untuk selalu melawan dan membunuh militan Somalia. Kesan yang didapat ketika subyek
Somalia yang rendah. Hal ini didukung sifat video game yang selalu memenangkan pemain.
Beberapa misi yang menggambarkan kebrutalan tersebut terdapat pada misi Gasoline Alley, Radio Aidid, Russian Underground, dan Diplomatic Immunity . Militan Somalia pada awal cerita digambarkan sebagai sekelompok bandit yang berusaha untuk mencuri suplai makanan yang diantarkan oleh PBB kepada masyarakat Somalia. Kemudian perlawanan militan Somalia terhadap militer PBB mulai terlihat dari beberapa misi. Perlawanan ini melibatkan militer Amerika sebagai pihak yang menyerang namun dalam misi Radio Aidid seperti pada gambar berikut:
Gambar 21 Misi Radio Aidid
Gambar 21 merupakan misi keenam yang ber-setting pada tanggal 3 September 1993 ini yang menegaskan bahwa terdapat gerakan anti UN, “Radio station broadcasting anti UN, propaganda troughout region”. Menurut van Leeuwen (2008) maka menghilangnya posisi militer Amerika mengarahkan pada aktivitas ekslusi dalam sebuah teks. Eksklusi ini mengarahkan pada sebuah Gambar 21 merupakan misi keenam yang ber-setting pada tanggal 3 September 1993 ini yang menegaskan bahwa terdapat gerakan anti UN, “Radio station broadcasting anti UN, propaganda troughout region”. Menurut van Leeuwen (2008) maka menghilangnya posisi militer Amerika mengarahkan pada aktivitas ekslusi dalam sebuah teks. Eksklusi ini mengarahkan pada sebuah
Data skematis pada misi Radio Aidid mengarahkan bahwa militan Somalia menganggap PBB merupakan musuh bahkan secara terang-terangan mencoba untuk memberikan pengaruh dan perintah terhadap seluruh masyarakat Somalia untuk melawan PBB. Teori hegemoni Gramsci memandang data ini sebagai posisi militan Somalia yang menguasai dan mendominasi PBB, dengan indikasi militan Somalia dengan jelas mengungkapkan bahwa militer PBB merupakan musuh dan mengumumkan hal tersebut melalui siaran radio yang bisa saja didengar oleh pihak PBB itu sendiri. Keberanian ini menunjukkan bahwa sifat militan Somalia adalah bertindak tanpa strategi rahasia dan kepentingan mereka berada pada pola pikir menyerang dengan serentak dan beramai-ramai. Dalam game ditemukan simbol-simbol yang menjadi penampilan militan Somalia yang tidak dilengkapi dengan peralatan yang baik dalam melawan militer PBB dan militer Amerika.
Gambar 22 Diplomatic Immunity
Skema mengenai kontruksi identitas masyarakat Somalia dalam game ini digambarkan kembali pada misi Diplomatic Immunity. pada misi ini diceritakan dan ditekankan kembali pada militan Somalia mencoba untuk menyerang markas besar PBB. Keadaan ketika misi dimulai markas PBB telah dalam keadaan diambil alih oleh militan Somalia.
Situasi dan ideologi militan Somalia pada misi kesembilan yang ber- setting pada tanggal 24 September 1993 ini disebutkan dengan teks “Attack by large number of militia gunmen”. Kemudian situasi berikutnya ditekankan bahwa militan Somalia mampu menangkap militer PBB untuk dijadikan sandera yang ditunjukkan dengan teks “UN personel are being as hostages”. Penyerangan markas PBB ini memberi penekanan bahwa militan Somalia mampu menguasai militer PBB, kebrutalan militan Somalia ini ditunjukkan dengan jumlah militan Somalia yang dikerahkan untuk menyerang secara serentak markas PBB. Perilaku Somalia dalam game memberikan pengertian bahwa ideologi yang ingin disampaikan oleh pembuat game adalah militan Somalia tidak memiliki tingkat Situasi dan ideologi militan Somalia pada misi kesembilan yang ber- setting pada tanggal 24 September 1993 ini disebutkan dengan teks “Attack by large number of militia gunmen”. Kemudian situasi berikutnya ditekankan bahwa militan Somalia mampu menangkap militer PBB untuk dijadikan sandera yang ditunjukkan dengan teks “UN personel are being as hostages”. Penyerangan markas PBB ini memberi penekanan bahwa militan Somalia mampu menguasai militer PBB, kebrutalan militan Somalia ini ditunjukkan dengan jumlah militan Somalia yang dikerahkan untuk menyerang secara serentak markas PBB. Perilaku Somalia dalam game memberikan pengertian bahwa ideologi yang ingin disampaikan oleh pembuat game adalah militan Somalia tidak memiliki tingkat
Simbol-simbol mengenai kebrutalan militan Somalia diwakilkan dengan penampilan militan Somalia dalam berperang. Perbedaan sangat signifikan terlihat dari cara bertempur antara militer Amerika dan militan Somalia. Hal ini dikarenakan avatar militer Amerika dikendalikan oleh pemain kemudian militan Somalia merupakan perwujudan dari AI (Artificial Inteligence). Artificial Intelligence merepresentasikan sebuah konstruksi yang dilakukan oleh pembuat game mengenai bagaimana militan Somalia bertindak ketika peristiwa Black Hawk Down terjadi. Ideologi pembuat game telah menjadi landasan dalam merancang militan Somalia secara virtual dan terdapat beberapa tanda yang mengarahkan pada bentuk-bentuk konstruksi tersebut.
GAMBAR 23 Penjahat Somalia
Dalam tataran denotasi, penggambaran yang ada pada cuplikan Gambar 23 adalah seorang pria berkulit hitam berkacamata dengan tato di dada mengenakan kaos tanpa lengan sedang bertekuk lutut. Secara konotasi kemudian mengarahkan pada sosok penjahat yang berasal dari Somalia menyerah dihadapan militer Amerika. Gambar 23 diambil dari misi yang menceritakan mengenai militer Amerika yang ditugaskan untuk menangkap anak buah Mohammed Farra Aidid. Konstruksi mengenai anak buah Aidid ini secara tidak langsung juga mengarahkan pada sosok ras negroid yang memiliki sifat kejam dan kasar.
GAMBAR 24 Militer Somalia
Gambar 24 mengidentifikasi bagaimana penampilan perang dan senjata yang digunakan oleh militan Somalia . Terdapat sebuah poin yang mengarahkan pada keterkaitan Rusia pada peristiwa Mogadishu. Secara denotasi gambar tersebut mengarahkan pada seseorang berkulit hitam dengan pakaian berkerah berwarna putih sedang terlentang sambil memegang senjata berwarna jingga. Secara konotasi kemudian mengarahkan pada simbol militan Somalia yang lemah Gambar 24 mengidentifikasi bagaimana penampilan perang dan senjata yang digunakan oleh militan Somalia . Terdapat sebuah poin yang mengarahkan pada keterkaitan Rusia pada peristiwa Mogadishu. Secara denotasi gambar tersebut mengarahkan pada seseorang berkulit hitam dengan pakaian berkerah berwarna putih sedang terlentang sambil memegang senjata berwarna jingga. Secara konotasi kemudian mengarahkan pada simbol militan Somalia yang lemah
Militan Somalia yang berpakaian biasa menegaskan bahwa tidak adanya intelegensi dalam bertempur, kemudian intelegensi militan Somalia mengarahkan pada situasi perang yang diekspresikan oleh militan Somalia dan ditunjukkan pada simbol-simbol verbal atau tulisan pada tembok-tembok rumah dalam game. Terdapat dua tulisan berbahasa Somalia yang sering muncul hampir di setiap misi antara lain adalah:
GAMBAR 25
Tulisan Bahasa Somalia pada Tembok
Secara denotasi, tanda ini tergambar sebagai tulisan merah bertuliskan Waddauan Ayaan dibu Hagaajinaynaa yang menempel ditembok di dalam game Delta Force: Black Hawk Down . Ketika telah dimaknai maka konotasi yang muncul adalah sebuah tulisan berbahasa Somalia yang mengesankan intonasi Secara denotasi, tanda ini tergambar sebagai tulisan merah bertuliskan Waddauan Ayaan dibu Hagaajinaynaa yang menempel ditembok di dalam game Delta Force: Black Hawk Down . Ketika telah dimaknai maka konotasi yang muncul adalah sebuah tulisan berbahasa Somalia yang mengesankan intonasi
GAMBAR 26 Tulisan dalam Tembok Bangunan
Secara denotasi, tembok bangunan dalam game Delta Force: Black Hawk Down bertuliskan bahasa asing yang menempel di tembok “Musuq, Maasuq Ka Xoriyad!”. Secara konotasi kemudian makna yang timbul adalah merupakan salah satu tulisan berbahasa Somalia yang berarti “Kebebasan dari korupsi” dan mengarahkan pada kondisi negara yang kacau dan menyengsarakan rakyatnya. Kedua tanda ini merupakan bentuk dari kontruksi pembuat game terhadap pola pikir Somalia yang diimplementasikan melalui AI dan merujuk pada sebuah bentuk kekacauan dalam game, sebuah kondisi negara yang sudah tidak stabil.
Wes Eckhart dalam IGNPC (2002) sebagai pembuat game juga mengatakan jika game Delta Force: Black Hawk Down merupakan adaptasi dari
kejadian nyata sebenarnya yang kemudian diambil salah satu perspektif yaitu militer Amerika. Selama permainan berlangsung pemain tidak akan pernah merasakan untuk menjadi militan Somalia, sehingga militan Somalia merupakan salah satu sudut pandang yang dibenci oleh militer Amerika meskipun dalam tataran game. Pemaksaan sudut pandang yang tidak berimbang dalam new media video game menyebabkan sifat larut atau immersi terjadi dalam keadaan mengusung ideologi militer Amerika, dan ideologi militer Amerika ini terus menerus dipegang dan dipatuhi oleh pemain sehingga memunculkan hegemoni. Jika dipandang dengan pengertian hegemoni menurut Althusser (2006) maka posisi pemain sebagai militer Amerika memaksakan kekuasaan dan dominasi dengan cara kasar, yaitu dengan membunuh militan Somalia yang dianggap sebagai musuh.
Wes Eckhart (2002) juga menambahkan jika kesuksesan yang diraih militer Amerika merupakan kesuksesan yang bersifat strategis. Pernyataan ini kemudian mengarahkan bahwa militan Somalia tidak memiliki kemampuan strategis dan berperang tanpa aturan dan kecerdasan. Kemudian kedua rangers sebagai SME’s juga menambahkan jika militan Somalia merupakan anak jalanan dengan didikan lingkungan yang keras dan terlahir sebagai petarung jalanan, hal ini mengarahkan bahwa posisi militan Somalia sebagai pihak yang tertindas dikarenakan tingkat kecerdasan yang rendah. Identitas fisik yang dimiliki oleh militan Somalia dalam game memiliki kemiripan dengan masyarakat Somalia pada umumnya sehingga pemain harus berhati-hati ketika menembakkan api secara serampangan, hal ini merupakan penekanan mengenai kekuatan strategi Wes Eckhart (2002) juga menambahkan jika kesuksesan yang diraih militer Amerika merupakan kesuksesan yang bersifat strategis. Pernyataan ini kemudian mengarahkan bahwa militan Somalia tidak memiliki kemampuan strategis dan berperang tanpa aturan dan kecerdasan. Kemudian kedua rangers sebagai SME’s juga menambahkan jika militan Somalia merupakan anak jalanan dengan didikan lingkungan yang keras dan terlahir sebagai petarung jalanan, hal ini mengarahkan bahwa posisi militan Somalia sebagai pihak yang tertindas dikarenakan tingkat kecerdasan yang rendah. Identitas fisik yang dimiliki oleh militan Somalia dalam game memiliki kemiripan dengan masyarakat Somalia pada umumnya sehingga pemain harus berhati-hati ketika menembakkan api secara serampangan, hal ini merupakan penekanan mengenai kekuatan strategi
Merujuk pada sejarah Black Hawk Down yang dianggap sebagai sebuah kegagalan seperti yang ditulis oleh Gardner (2013), maka menjadikan sebuah alasan jika kebrutalan militan Somalia yang menjadi sebuah alasan yang selalu diwacanakan dalam game. Karena jika kegagalan ini dianggap bukan bagian dari strategi maka posisi militer Amerika pada saat kejadian Black Hawk Down merupakan kekalahan karena kesalahan kekuatan dan tidak kehilangan identitas superioritasnya. Wacana mengenai kekalahan dikarenakan sifat militan Somalia yang beringas, tanpa strategi, dan menang jumlah dianggap sebagai alasan kegagalan, dan digunakan sebagai alasan kedudukan dominasi Amerika terhadap militan Somalia dalam game.
Sejarah Black Hawk Down yang dilansir dari HNN mengatakan jika militan Somalia lebih bersifat balas dendam daripada melawan secara langsung, hal ini terjadi karena sebelumnya militer Amerika telah menindas masyarakat Somalia secara berlebihan sehingga menyebabkan kemarahan dari pihak militan Somalia. Dominasi yang dilakukan militer Amerika merupakan upaya untuk selalu menunjukkan kekuatan Amerika terutama dalam hal peperangan.