11. Dana Alokasi Khusus Sarana dan Prasarana Perdesaan, yang ditujukan khusus untuk daerah tertinggal, dan diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas dan
ketersediaan prasarana dan sarana dasar untuk memperlancar arus angkutan penumpang, bahan pokok, dan produk pertanian lainnya dari daerah pusat-
pusat produksi di perdesaan ke daerah pemasaran. 12. Dana Alokasi Khusus Perdagangan, yang diarahkan untuk menunjang
penguatan sistem distribusi nasional melalui pembangunan sarana dan prasarana perdagangan yang terutama berupa pasar tradisional di daerah
perbatasan, daerah pesisir dan pulau-pulau kecil, daerah tertinggalterpencil, serta daerah pasca bencana.
2.1.3.4 Dana Pendamping
Daerah penerima Dana Alokasi Khusus wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang-kurangnya 10 dari nilai Dana Alokasi Khusus yang diterimanya untuk
mendanai kegiatan fisik. Dana Pendamping tersebut wajib dianggarkan dalam Anggran Pendapatan Belanja Daerah tahun anggaran berjalan.
2.1.4 Belanja Daerah
Belanja Daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
Berdasarkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, belanja terdiri dari: 1. belanja aparatur daerah,
2. belanja pelayanan publik, 3. belanja gagi hasil dan bantuan keuangan,
Universitas Sumatera Utara
4. belanja tidak tersangka. Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, belanja menurut kelompok
belanja terdiri dari belanaja tidak langsung dan belanja langsung. 1. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak
langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari: 1 belanja pegawai,
2 bunga, 3 subsidi,
4 hibah, 5 bantuan sosial,
6 belanja bagi hasil, 7 bantuan keuangan,
8 belanja tidak terduga. 2. Belanja Langsung
Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan progran dan kegiatan. Kelompok belanja langsung
dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari: 1 belanja pegawai,
2 belanja marang dan jasa. 3 belanja modal.
Universitas Sumatera Utara
Mardiasmo 2002 mengatakan bahwa belanja daerah dirinci menurut urusan pemerintah daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan rincian
obyek belanja. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupatenkota. Belanja
daerah yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Belanja penyelenggaran urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya
memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Berikut ini disajikan penelitian-penelitian terdahulu unutk mendukung kerangka konseptual penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Akbar 2011
meneliti pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Daerah pada Pemda Di Sumut.