Uji Multikolinieritas Uji Autokorelasi

Scatterplot Gambar scatterplot diatas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini mengindikasi tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

4.2.4 Uji Multikolinieritas

“Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen” Ghozali, 2005: 91. Menurut Ghozali 2005:91 menyatakan bahwa adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau nilai Variance Inflation Factor VIF. Batas nilai tolerance adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10, apabila nilai tolerance 0,1 atau VIF 10 maka terjadi multikolinearitas, apabila nilai tolerance 0,1 atau VIF 10 = maka tidak terjadi multikolinearitas. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 157808.0 63 57554.8 89 2.742 .009 PAD 12.958 1.176 .854 11.01 5 .000 .731 1.367 DAU .306 .212 .112 1.446 .157 .731 1.368 DAK -.059 .227 -.017 -.259 .797 .999 1.001 Hasil uji statistik pada tabel 4.3 nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 berarti tidak ada korelasi antara variabel independen yang nilainya lebih dari 95, demikian juga dengan hasil perhitungan Variance Inflation Factor VIF juga menunjukkan hal yang sama bahwa tidak ada satu variabel indepen yang memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi dalam penelitian ini.

4.2.5 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 sebelumnya, jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada probelm Universitas Sumatera Utara autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada runtut waktu time series karena gangguan pada seseorang individukelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Berdasarkan hasil uji autokorelasi pada Tabel 4.4 diketahui bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,804 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi. Hal ini berdasarkan pada pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut Ghozali 2005:218 dengan cara melihat besaran Durbin –Watson D-W sebagai berikut: 1. angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif, 2. angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3. angka D-W diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif. Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of t Estimate Durbin- Watson 1 .917 a .842 .828 93858.91557 1.390 a. Predictors: Constant, DAK, PAD, DAU b. Dependent Variable: BD Universitas Sumatera Utara

4.2.6 Uji Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada Kota di Pulau Sumatera

3 155 93

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) Dan Bantuan Keuangan Provinsi (BKP) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dengan Belanja Pelayanan Dasar Sebagai Moderating Variabel (Stud

5 68 181

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Di Kabupaten Dan Kota Provinsi Aceh

5 75 107

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Lain-lain Pendapatan terhadap Belanja Daerah (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara)

1 39 84

The influence of original local government revenues, general allocation funds and special allocation funds to local government expenditures

0 12 99

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP TINGKAT Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah dan Dampaknya Terhadap Alokasi Belanja Mod

4 22 14

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah dan Dampaknya Terhadap Alokasi Belanja Modal (Stud

0 2 16

PENGARUH BELANJA DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP Pengaruh Belanja Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia(Studi Empiris Pada Pemerint

2 6 19

PENGARUH BELANJA DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP Pengaruh Belanja Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia(Studi Empiris Pada Pemerint

0 2 19

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Wilayah Jawa Tenga

0 5 18