BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pelaporan keuangan daerah merupakan bentuk laporan pertanggung jawaban pemerintah daerah atas kegiatan keuangan dan sumber daya ekonomis yang dipercaya
kepada pemerintah daerah, serta menunjukkan posisi keuangan daerah yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintah dan telah mengikuti ketentuan
Permendagri No. 13 Tahun 2006 namun format laporan keuangan telah kepada standar akuntansi pemerintah sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun
2005. Anggaran Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum dan Belanja Daerah merupakan alat dalam menentukan pendapatan dan
pengeluaran, implementasi dari perencanaan pembangunan yang telah ditetapkan sebelumnya, otorisasi pengeluaran, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar
untuk evaluasi kinerja, alat untuk memobilisasi pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja. Perencanaan Anggran Pendapatan Belanja
Daerah sebagai perwujudan keseluruhan aktivitas dan kegiatan pemerintah menuntut adanya partisipasi aktif yang menampung berbagai aspirasi masyarakat sehingga akan
mencerminkan kebutuhan riil masyarakat, seperti yang telah tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang telah disusun.
Proses perencanaan yang dihubungkan dengan proses penganggaran maka dapat diketahui bahwa untuk memulai proses penyusunan anggaran maka pemerintah
daerah mempedomani dokumen perencanaa yang telah dibuatnya yaitu Rencana
Universitas Sumatera Utara
Kerja Pemerintah Daerah dalam menyusun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah maka akan memudahkan bagi pemerintah daerah untuk mengalokasi Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah dan pembiayaan daerah lainnya yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan riil
daerah tersebut, dan juga mempedomani Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang telah ditetapkan sebelumnya maka kecil kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk
mengalokasikan anggaran belanja daerah yang lebih besar jika dibandingkan dengan alokasi pendapatan daerah tersebut, sehingga kemungkinan kebijakan yang diambil
oleh pemerintah daerah tersebut dalam menetapkan atau penentuan dan perencanaan pembangunan yang mengakibatkan pengeluaran daerah yang tercatum dalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang menjelaskan sumber-sumber pendanaan bagi realisasi untuk pembangunan atau pun pengeluaran pemerintah sebagai mana yang
telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah daerah tersebut. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah merupakan rencana kegiatan
pemerintah daerah yang dituangkan dalam bentuk angka dan batas maksimal untuk periode anggaran. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah juga diartikan sebagai
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah PP No.24 Tahun 2005, sedangkan menurut PP No. 58 Tahun 2005
anggaran pendapatan dan belanja daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah, dengan dikeluarkannya Undang- undang No. 33 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, maka daerah diberikan
Universitas Sumatera Utara
otonomi atau kewenangan kepada daerah untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri. Adanya desentralisasi keuangan merupakan konsekuensi dari adanya
kewenangan untuk mengelola keuangan secara mandiri. Pemerintah daerah melaksanakan fungsinya secara efektif dan mendapat kebebasan dalam pengambilan
keputusan pengeluaran disektor publik maka mereka harus mendapat dukungan sumber-sumber keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan lain-lain dari Pendapatan yang Sah. Pendapatan Asli Daerah setiap daerah berbeda-beda, daerah yang memiliki kemajuan dibidang
industri dan memiliki kekayaan alam yang melimpah cenderung memiliki Pendapatan Asli Daerah jauh lebih besar dibanding daerah lainnya, begitu juga sebaliknya, dalam
hal ini terjadi ketimpangan Pendapatan Asli Daerah. Daerah yang sangat kaya karena memiliki Pendapatan Asli Daerah yang tinggi dan disisi lain ada daerah yang
tertinggal karena memiliki Pendapatan Asli Daerah yang rendah. Belanja Daerah atau yang dikenal dengan pengeluaran pemerintah daerah
dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah merupakan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, Belanja Daerah dikenal sebagai instrumen
kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah daerah, di samping pos pendapatan pemerintah daerah. Semakin besar belanja daerah diharapkan akan makin
meningkatkan kegiatan perekonomian daerah terjadi ekspansi perekonomian. Semakin besar pendapatan yang dihasilkan dari pajak-pajak dan retribusi atau
penerimaan-penerimaan yang bersumber dari masyarakat, maka akan mengakibatkan menurunnya kegiatan perekonomian terjadi kontraksi perekonomian. Peraturan
Universitas Sumatera Utara
Menteri Dalam Negeri No. 30 Tahun 2006 menegaskan, belanja daerah merupakan semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana
lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja Daerah digunakan untuk
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah propinsi ataupun kabupatenkota yang meliputi urusan wajib dan urusan pilihan.
Dari hasil kajian, ditemukan beberapa hal terkait dengan penyebab naik turunnya realisasi belanja daerah, yaitu;
1. daerah tidak cukup mampu mengejar peningkatan belanja atau belum cukup mampu melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk menyerap
pelampauan pendapatan saat terjadi tambahan pendapatan yang cukup signifikan dari transfer pusat ataupun peningkatan penerimaan lainnya,
2. daerah mempunyai kecenderungan untuk melakukan perubahan Anggran Pendapatan Belanja Daerah sekitar bulan Agustus–September tahun
anggaran berjalan, setelah diketahuinya hasil audit atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD tahun sebelumnya sehingga dapat mengetahui
secara pasti berapa besarnya SiLPA tahun sebelumnya. 3. adanya pelampauan pendapatan, besarnya angka SiLPA audited, dan
penetapan perubahan Anggran Pendapatan Belanja Daerah menjelang akhir tahun anggaran berjalan di atas bulan September mengakibatkan waktu
yang tersisa untuk menyesuaikan belanja dan merealisasikannya menjadi
Universitas Sumatera Utara
sangat terbatas sehingga mengakibatkan rendahnya penyerapan dan rendahnya kualitas penyelesaian kegiatan.
Dalam penelitian ini, dilakukan penelitian secara khusus terhadap 10 KabupatenKota yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini, rincian 10
KabupatenKota yang menjadi sampel ditemukan adanya kenaikan dan penurunan Realisasi Belanja Daerah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Kenaikan dan Penurunan
Realisasi Belanja Daerah
NO KabupatenKota
Kenaikan Penurunan
1 Kab. Aceh Barat
28,8 -
2 Kab. Aceh Selatan
42,6 -
3 Kab. Aceh Singkil
34,9 -
4 Kab. Gayo Lues
- 13,3
5 Kab. Aceh Utara
12,8 -
6 Kab. Nagan Raya
44,7 -
7 Kab. Bener Meriah
45,5 -
8 Kab. Pidie Jaya
33,6 -
9 Kab. Aceh Jaya
21,3 -
10 Kota Sabang
41,7 -
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 juga telah menentukan, struktur belanja terdiri dari belanja tidak langsung, dan belanja langsung. Belanja
penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,
fasilitas social dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan
Universitas Sumatera Utara
sosial. Permasalahan yang dihadapi dalam Belanja Daerah adalah masih dominannya belanja tidak langsung dibandingkan belanja langsung dalam komposisi Belanja
Daerah. Permasalahan lain, adanya kenyataan intensitas pertumbuhan pendapatan daerah jauh lebih lambat dibandingkan intensitas pertumbuhan kebutuhan anggaran
untuk layanan publik, sehingga dengan keterbatasan relatif kapabilitas pendapatan, menyulitkan perencanaan alokasi belanja untuk layanan publik. Sering terjadi Belanja
Daerah untuk layanan publik menjadi kurang fokus terhadap pencapaian target-target pembangunan yang diharapkan. Akurasi penetapan anggaran Belanja Daerah
terhadap berbagai jenis pengeluaran dibandingkan realisasinya terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Jika perbedaan itu ternyata lebih tinggi pada anggaran
dibandingkan realisasinya, maka membuka peluang terjadinya penyalahgunaan anggaran belanja. Sebaliknya, jika perbedaan yang terjadi adalah lebih tinggi pada
realisasinya dibandingkan anggarannya, maka kualitas hasil pelaksanaan anggaran menjadi rendah.
Adapun fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah adalah fungsi otorisasi, fungsi perencanaan, fungsi pengawasan, fungsi alokasi, fungsi distribusi, fungsi
stabilitasi. 1. Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk
merealisasi pendapatan dan belanja pada tahun bersangkutan, tanpa dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah sebuah kegiatan
tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
2. Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan. 3. Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintah daerah.
4. Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran,
dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian daerah.
5. Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan dalam penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian daerah.
Melihat penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gufron 2013 yang meneliti tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan
Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Pemerintah Daerah Studi Kasus KabupatenKota di Sumatera Utara. Hasil penelitian nya adalah Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, secara simultan berpengaruh positif terhadap Belanja Pemerintah Daerah pada Pemerintah Daerah di
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara. Penelitian oleh Akbar 2011 yang meneliti tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk, dan Pertumbuhan
Ekonomi terhadap Belanja Daerah pada Pemda di Sumut. Penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan realisasi Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,
Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap anggaran Belanja Daerah pada Pemda di Sumut. Perbedaan Penelitian ini dengan
Penelitian sebelumnya adalah:
1. variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan belanja daerah,
2. populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Pemda di Provinsi Aceh, 3. perbedaan kedua adalah tahun dalam penelitian yang diamati adalah tahun
2009-2012. Alasan peneliti memilih Pemda di Provinsi Aceh adalah dikarenakan kondisi
perekonomian yang berkembang pesat sehingga kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana
Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah. Kondisi perekonomian yang baik akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga pendapatan daerah juga akan
meningkat. Dari latar belakang masalah tersebut penulis melihat fenomena mengenai kaitan antara Pendapatan Asli Daerah dalam hubungan nya dengan Belanja Daerah
yang dalam hal ini penulis mengkaitkannya dengan Dana Alokasi Umum dan Dana Aloaksi Khusus yang dapat dilihat dari peningkatan aset-aset Daerah. Melihat
Universitas Sumatera Utara
penelitian-penelitian sebelumnya, penulis yang mengangkat secara khusus fenomena ini di Provinsi Aceh. Berdasarkan pemikiran ini maka peneliti tertarik untuk
mengangkat judul, “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Daerah Kabupaten di Provinsi Aceh tahun”.
1.2. Perumusan Masalah