menganggap atau tindakan dan prosedur yang dilakukan mengancam integritas tubuhnya.Reaksi yang timbul dari hal tersebut adalah reaksi
agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama terhadap
perawat dan ketergantungannya terhadap orang tua. d. Masa sekolah 6-12 Tahun
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak berpisah dengan lingkungan yang dicintainya yaitu keluarga dan kelompok sosialnya dan
menimbulkan kecemasan.Kehilangan kontrol yangterjadisaat dirawat di rumah sakit karena adanya pembatasan aktifitas. Kehilangan kontrol
tersebut berdampak terhadap perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan
bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan karena adanya kelemahan fisik.
Reaksi terhadap adanya perlakuan fisik atau nyeri yang ditunjukkan dengan ekspresi verbal maupun non verbal. Anak usia sekolah sudah
mampu mengontrol perlakuan jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan memegang sesuatu dengan erat.
e. Masa remaja 13-18 Tahun Anak usia remaja mengekspresikan perawatan di rumah sakit dengan
menimbulkan perasaaan cemas karena berpisah dengan teman sebayanya karena anak remaja begitu percaya dan sering kali
terpengaruh terhadap teman sebayanya. Anak apabila dirawat di rumah
sakit akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena perpisahan. Pembatasan aktifitas di rumah sakit membuat anak
kehilangan kontrol dirinya dan menjadi tergantung pada keluarga atau petugas kesehatan di rumah sakit. Reaksi yang timbul akibat pembatasan
aktifitas ini adalah dengan menolak tindakan dan perawatan yang dilakukan padanya atau anak tidak mau kooperatif terhadap petugas atau
menarik diri dari keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan.
3. Respon keluarga terhadap hospitalisasi anak Muscari 2005 menjelaskan beberapa reaksi keluarga yang akan muncul
ketika anaknya sakit atau dihospitalisasi: a. Kemungkinan gangguan koping. Rasa takut dan ansietas tentang penyakit
anak atau hospitalisasi akan meningkat, memperburuk kemampuan keluarga mengatasi masalah dan membantu anak melakukan koping.
b. Kehilangan kendali. Perasaan putus asa diakibatkan dari beberapa stresor seperti beratnya penyakit, hospitalisasi sebelumnya, prosedur medis,
kurangnya sistem informasi, sistem pendukung, kekuatan ego, masalah keluarga yang lain, keyakinan agama atau budaya, komunikasi keluarga,
dan kemampuan koping sebelumnya. c. Kemungkinan stres yang ditunjukkan oleh orang tua. Contoh stress
keluarga antara lain ansietas, penyangkalan, rasa bersalah, marah, takut, frustasi, depresi, dan mekanisme pertahanan, seperti displacement dan
proyeksi.
F. Kerangka teori
Gambar 2.4 kerangka teori persepsi, perilaku caring, keperawatan hospitalisasi pada anak modifikasi Watson, 1979
Hospitalisasi pada anak
Distress psikis
Persepsi orang tua
Caring perawat
Perilaku caring perawat: 1. Membentuk system nilai
humanistik dan altruistik 2. Menanamkan keyakinan
harapan 3. Mengembangkan sensitifitas
4. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu
5. Mempromosikan dalam penerimaan ekspresif negatif
dan positif 6. Membantu menyelesaikan
masalah dan mengambil keputusan
7. Mengajarkan hubungan interpersonal
8. Menetapkan untuk mendukung perlindungan, perbaikan budaya
spiritual 9. Membantu dalam pemenuhan
kebutuhan manusia 10. Mengembangkan faktor
kekuatan eksistensial dan fenomenologis
Faktor yang mempengaruhi
persepsi: diri sendiri, sasaran
persepsi, faktor situasi
perilaku
35
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori dan tujuan penelitian maka kerangka konsep dengan judul “Persepsi Orang Tua Tentang Perilaku Caring Perawat Pada
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Serang Tahun 20
11”, adalah:
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Faktor karatif caring perawat, meliputi:
1. Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik
2. Menanamkan keyakinan harapan 3. Mengembangkan sensitifitas
4. Membina hubungan saling percaya
dan saling bantu 5. Mempromosikan dalam penerimaan
ekspresif negatif dan positif 6. Membantu menyelesaikan masalah
dan mengambil keputusan 7. Mengajarkan hubungan interpersonal
8. Menetapkan untuk mendukung perlindungan, perbaikan budaya
spiritual 9. Membantu dalam pemenuhan
kebutuhan manusia 10. Mengembangkan faktor kekuatan
eksistensial dan fenomenologis Persepsi orang tua
B. Definisi Operasional
Table 3.1 Definisi Operasional
Variable Definisi operasional
Cara ukur Hasil ukur
Alat ukur Skala ukur
Persepsi orang tua tentang perilaku caring
perawat Penginterpretasian suatu
informasi yang diterima oleh orang tua dalam menilai
perilaku caring perawat yang meliputi:
1. Membentuk sistem nilai humanistik dan
altruistik 2. Menanamkan
keyakinan dan harapan
3. Mengembangkan sensitivitas untuk
diri sendiri dan orang lain
4. Membina hubungan salin percaya dan
saling bantu 5. Mempromosikan
dalam penerimaan ekspresi perasaan
negatif dan positif
6. Membantu Angket
Persepsi kurang baik 0 : skor 75
Persepsi baik 1 : skor 75 Kuisioner
Ordinal
menyelesaikan masalah dan
mengambil keputusan
7. Mengajarkan hubungan
interpersonal 8. Menetapkan untuk
mendukung perlindungan,
perbaikan budaya sosial dan spiritual
9. Membantu dalam pemenuhan
kebutuhan manusia 10. Mengembangkan
faktor kekuatan eksistensial dan
fenomenologi
38
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian untuk mengetahui
gambaran tentang sesuatu secara objektif Setiadi, 2007. Tujuan penelitian untuk mengetahui persepsi orang tua tentang perilaku caring perawat saat
melakukan asuhan keperawatan pada pasien anak.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yangditeliti Hidayat, 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua pasien anak di RSUD Serang di ruang anak kelas 1, 2, 3,
di RSUD Kabupaten Serang. Alasan pengambilan populasi karena orang tua anak yang dapat
menilai perilaku perawat ketika perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien anak.
2. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah seluruh orang tua pasien anak di
RSUD Serang di ruang anak kelas 1, 2, 3. Responden berjenis kelamin