dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil riset.
50
BAB V HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisa univariat yang menggambarkan distribusi frekuensi dari responden.
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Serang adalah salah satu Rumah Sakit milik pemerintah yang berada di Serang yang diresmikan
pada 20 Agustus 1938. RSUD Kabupaten Serang merupakan rumah sakit tipe B yang memiliki total kapasitas tempat tidur sebanyak 300 tempat
tidur. Tugas Pokok dari Rumah Sakit Umum Daerah Serang yaitu
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan upaya penyembuhan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi,
terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan.
Tugas pokok Rumah Sakit Umum Daerah Serang tersebut mempunyai fungsi yang dijabarkan melalui program-program berikut :
1. Penyelenggaraan pelayanan medis 2. Penyelenggaraan pelayanan penunjang
3. Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan
4. Penyelenggaraan pelayanan rujukan 5. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan
6. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan 7. Penyelenggaraan Administrasi Umum dan Keuangan
Data menunjukkan, kunjungan rawat inap anak di RSUD Kabupaten Serang selama tahun 2011 sebanyak 528 pasien per bulan atau
6332 per tahun. Ruang khusus rawat inap anak adalah Ruang Flamboyan 1, Flamboyan 2, Flamboyan 3. Tenaga perawat pelaksana yang bekerja di
ruangan anak sebanyak 38 perawat dengan rincian 10 perawat Ruang Flamboyan 1, 14 perawat Ruang Flamboyan 2 dan 14 Ruang Flamboyan 3.
2. Gambaran Persepsi Orang TuaTentang Perilaku Caring Perawat
Analisis univariat menjelaskan atau mendeskripsikan tentang perilaku caring perawat di RSUD Serang
1. Persepsi orang tua tentang perilaku caring perawat
Tabel 5.1
Tabel 5.1 menunjukkan sebanyak 5 orang tua pasien 5,2 memiliki persepsi kurang baik terhadap perilaku caring perawat secara
menyeluruh dan 91 orang tua pasien 94,8 memiliki persepi baik terhadap perilaku caring perawat
Persepsi orang tua tentang perilaku caring perawat
Frekuensi
1. Persepsi kurang baik 2. Persepsi baik
5 91
Distribusi frekuensi persepsi orang tua tentang perilaku caring perawat pada
pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang rawat inap anak RSUD Serang tahun 2011
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi persepsi orang tua tentang perilaku caring
berkaitan dengan 10 faktor perilaku caring perawat
10 Faktor Perilaku Caring Persepsi
baik Persepsi
kurang baik
1. Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistic 92
4 2. Menanamkan keyakinan harapan
94 2
3. Mengembangkan sensitifitas 94
2 4. Membina hubungan saling percaya dan saling
bantu 94
2 5. Mempromosikan dalam penerimaan ekspresi
negatif dan positif 94
2 6. Membantu
menyelesaikan masalah
dan mengambil keputusan
93 3
7. Mengajarkan hubungan interpersonal 95
1 8. Menetapkan untuk mendukung perlindungan,
perbaikan budaya spiritual 95
1 9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan manusia
93 3
10. Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial dan fenomenologis
93 3
1. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku perawat
membentuk nilai humanistik dan altruistik Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitian
sebanyak 4 orang tua pasien 4,2 memiliki persepsi kurang baik dan sebanyak 92 orang tua pasien 95,8 memiliki
persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat membentuk nilai humanistik dan altruistik.
2. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat
menanamkan keyakinan dan harapan
Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitian sebanyak 2 orang tua pasien 2,1 memiliki persepsi kurang
baik dan sebanyak 94 orang tua pasien 97,9 memiliki persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat
menanamkan keyakinan dan harapan. 3. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat
mengembangkan sensitifitas Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitian
sebanyak 2 orang tua pasien 2,1 memiliki persepsi kurang baik dan sebanyak 94 orang tua pasien 97,9 memiliki
persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat mengembangkan sensitifitas.
4. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat membina hubungan saling percaya dan saling bantu
Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitian sebanyak 2 orang tua pasien 2,1 memiliki persepsi kurang
baik dan sebanyak 94 orang tua pasien 97,9 memiliki persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat
membina hubungan saling percaya dan saling bantu. 5. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat
mempromosikan dalam penerimaan ekspresi negatif dan positif Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitian
sebanyak 2 orang tua pasien 2,1 memiliki persepsi kurang
baik dan sebanyak 94 orang tua pasien 97,9 memiliki persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat
mempromosikan dalam penerimaan ekspresi negatif dan positif.
6. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat membantu menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan.
Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitian sebanyak 3 orang tua pasien 3,1 memiliki persepsi kurang
baik dan sebanyak 93 orang tua pasien 96,9 memiliki persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat
membantu menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan. 7. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat
mengajarkan hubungan interpersonal. Tabel
5.2 menunjukkan
data yang
diperoleh dari
penelitiansebanyak 1 orang tua pasien 1 memiliki persepsi kurang baik dan sebanyak 95 orang tua pasien 99 memiliki
persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat mengajarkan hubungan interpersonal.
8. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat menetapkan untuk mendukung perlindungan, perbaikan
budaya spiritual Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitian
sebanyak 1 orang tua pasien 1 memiliki persepsi kurang
baik dan sebanyak 95 orang tua pasien 99 memiliki persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat
menetapkan untuk mendukung perlindungan, perbaikan budaya spiritual.
9. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat membantu dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitian sebanyak 3 orang tua pasien 3,1 memiliki persepsi kurang baik
dan sebanyak 93 orang tua pasien 96,9 memiliki persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat membantu dalam
pemenuhan kebutuhan manusia. 10. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat
mengembangkan faktor kekuatan eksistensial dan fenomenologis Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitian
sebanyak 3 orang tua pasien 3,1 memiliki persepsi kurang baik dan sebanyak 93 orang tua pasien 96,9 memiliki persepsi baik
yang berkaitan dengan perilaku caring perawat mengembangkan faktor kekuatan eksistensial dan fenomenologis.
56
BAB VI PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai pembahasan yang meliputi interpretasi dan deskripsi hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan selanjutnya dibahas
juga implikasi penelitian terhadap keperawatan dan penelitian yang berhubungan dengan persepsi orang tua tentang perilaku caring perawat di
ruang rawat inap anak RSUD Serang.
A. Distribusi Frekuensi Persepsi Orang Tua Tentang Perilaku Caring
Persepsi adalah suatu proses yang digunakan individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan informasi yang bertujuan untuk
penggambaran arti suatu objek Rangkuti, 2009. Menurut Bimo Walgito 2001 dalam Sunaryo, 2004 persepsi adalah proses pengorganisasian dan
penginterpretasian rangsangan yang diterima oleh seorang individu yang merupakan suatu aktivitas berintegrasi dalam diri individu. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi persepsi adalah diri sendiri, sasaran persepsi dan faktor situasi Sukadji 1986 dalam Luthfi dkk.
Hasil penelitian ini menggambarkan hampir semua responden berpersepsi baik yaitu sebanyak 91 94,8 responden memiliki persepsi
baik dan sebanyak 5 5,2 responden memiliki persepsi kurang baik.
Artinya hampir seluruhnya orang tua pasien anak sudah dapat menilai bahwa perilaku perawat di ruang rawat inap anak RSUD Serang sudah memiliki
perilaku caring namun masih ada orang tua pasien anak yang menilai bahwa perilaku perawat di ruang rawat inap anak RSUD Serang tidak dapat
memberikan rasa kenyamanan dan ketentraman kepada anak-anak mereka. Desiranto dalam Sarwono, 2010 berpendapat fenomena ini terjadi
dikarenakan adanya perbedaan pengalaman terhadap perilaku perawat saat memberikan asuhan keperawatan,
1. Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik. Caring didasari oleh nilai-nilai kemanusiaan, yang termasuk
kedalam nilai-nilai kemanusiaan adalah kepedulian, kebaikan, cinta kasih dan perhatian kepada orang lain Watson, 2008. Faktor yang
pertama ini terdiri dari 3 pernyataan, yaitu: a. Perawat selalu memanggil nama pasien sesuai dengan
nama panggilan pasien b. Perawat selalu menghargai kebebasan pasien misalnya
kebebasan dalam menerima atau memilih perawatan c. Perawat tidak pernah memperkenalkan diri kepada
keluarga pasien Hasil penelitian didapatkan sebanyak 92 responden 95,8
memiliki persepsi yang baik dan sebanyak 4 responden 4,2 memiliki persepsi kurang baik berkaitan dengan faktor karatif caring
yang pertama yaitu membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik.
Pernyataan yang terdiri dari 3 poin diatas yang memdapatkan nilai terkecil yaitu perilaku perawat tidak pernah memperkenalkan diri
kepada pasien dan keluarga pasien. Seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh Edy 2008 didapatkan 56,4 perawat tidak
memperkenalkan diri saat pertama kali bertemu pasien. Terlihat bahwa hasil penelitian ini mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan
dengan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Hermawan 2009 bahwa perawat dituntut untuk selalu menerapkan komunikasi terapeutik dalam melakukan tindakan
keperawatan agar orang tua dan pasien tahu apa yang akan dilakukan oleh perawat salah satu dari komunikasi terapeutik adalah
memperkenalkan diri. Orang tua menyadari perilaku perawat yang dapat membuat
anak merasa nyaman yaitu seperti berbicara dengan suara lembut atau menyanyi dengan lembut atau dan dengan kontak fisik seperti
memegang, memeluk, menyentuh, serta mencium Potter Perry, 2005. Peneliti menyarankan agar persepsi orang tua sebanyak 95,8
dapat dipertahankan oleh perawat pelaksana RSUD Serang agar pencitraan orang tua dan keluarga pasien terhadap perawat tetap baik.
1. Menanamkan keyakinan dan harapan
Kita tidak dapat mengabaikan pentingnya suatu keyakinan dan pengharapan yang ada pada kehidupan terutama ketika klien merasa
kehilangan dan putus asa Watson, 2008. Faktor yang kedua ini terdiri dari 3 pernyataan, yaitu:
a. Perawat selalu meyakinkan anak bahwa tindakan yang dilakukannya tidak menimbulkan kesakitan
b. Perawat selalu memberi penjelasan pada orang tua dan pasien bahwa takdir berbeda pada setiap orang dan memberi
keyakinan bahwa kehidupan dan kematian sudah ditentukan c. Perawat selalu menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
dengan nada cepat sehingga pasien dan orang tua tidak mengerti
Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebanyak 94 responden 97,9 memiliki persepsi baik dan sebanyak 2 responden
2,1 memiliki persepsi kurang baik yang berkaitan dengan faktor karatif caring yang kedua yaitu menanamkan keyakinan dan harapan.
Persepsi kurang baik didapatkan dari pernyataan “Perawat selalu memberi penjelasan pada orang tua dan pasien bahwa takdir berbeda
pada setiap orang dan memberi keyakinan bahwa kehidupan dan kematian sudah ditentukan”, sebanyak 2,1 responden tidak
menyetujui dengan pernyataan tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni 2008 sebanyak 49 perawat tidak memberikan keyakinan dan harapan kepada pasien,
dibuktikan dengan banyaknya perawat yang tidak memberikan keyakinan dan harapan kepada pasien dan keluarga.
Data di atas tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Asmadi 2008 bahwa banyak orang tua menilai terjalinnya
hubungan yang efektif antara klien dan perawat apabila perawat dapat membangun nilai kepercayaan dan keyakinan yang kuat ke dalam diri
klien. Perawat hadir dengan sepenuhnya, mewujudkan dan mempertahankan sistem kepercayaan yang ada dalam kehidupan
subjektif dari dirinya dan orang dirawat Muhlisin dan Ichsan, 2008. Philip Kotler 1997 dalam Muhlisin Ichsan, 2008 menyatakan
bahwa pengetahuan, kemampuan dan kesopanan pemberi jasa untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan yang berupa pengetahuan
dan kemampuan petugas kesehatan menetapkan problematic pasien, keterampilan petugas dalam bekerja, pelayanan yang sopan dan ramah,
serta jaminan keamanan pelayanan dan kepercayaan terhadap pelayanan.
2. Mengembangkan sensitifitas untuk diri sendiri dan orang lain Penerimaan terhadap perasaan diri merupakan kualitas
personel yang harus dimiliki perawat sebagai orang yang akan memberikan bantuan kepada pasien, apabila nilai tersebut sudah
dikembangkan oleh perawat maka dalam pemberian pelayanan
perawat menjadi lebih sensitif dan bersikap wajar kepada klien Muhlisin Ichsan, 2008. Faktor yang ketiga ini terdiri dari 3
pernyataan, yaitu: a. Sikap perawat selalu menentramkan hati pasien
b. Perawat memuji pasien ketika pasien melakukan tindakan positif untuk mencapai kesembuhannya
c. Perawat tidak dapat mengendalikan sikap ketika pasien bersikap kasar
Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebanyak 94 responden 97,9 memiliki persepsi baik dan sebanyak 2 responden
2,1 memiliki persepsi kurang baik yang berkaitan dengan faktor karatif caring yang ketiga yaitu mengembangkan sensitifitas terhadap
diri sendiri dan orang lain. Persepsi kurang baik didapat dari pernyataan “Perawat tidak dapat mengendalikan sikap ketika pasien
bersikap kasar“, sebanyak 2,1 responden setuju dengan pernyataan tersebut.
Rosalina 2008 berpendapat seorang perawat harus memiliki kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional perawat sangat
menentukan perilaku saat melayani pasien, jika perawat memiliki kecerdasan emosional baik maka perilaku perawat dalam memberikan
layanan kepada pasien pun baik karena perawat memiliki kecerdasan emosional yang baik dapat mengontrol emosi-emosinya pada saat
berinteraksi langsung dengan pasien maupun keluarganya. Persepsi baik sebanyak 97,9 agar selalu dipertahankan dengan selalu
mendengarkan arahan-arahan dari kepala ruangan ataupun kritikan dari keluarga pasien.
3. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu Hubungan saling percaya akan meningkatkan dan menerima
perasaan positif dan negatif. Perawat dapat menunujukkan sikap empati, harmonis, jujur, terbuka dan hangat serta perawat harus dapat
berkomunikasi terapeutik yang baik dalam membina hubungan saling percaya dan saling bantu Asmadi, 2008. Faktor karatif caring yang
keempat ini terdiri dari 3 pernyataan, yaitu: a. Perawat memberikan informasi kepada orang tua tentang
kondisi anak dengan jelas b. Perawat selau memperkenalkan diri kepada pasien anak
dan orang tua ketika pertama kali bertemu c. Perawat tidak memberikan penjelasan tentang penyakit
yang diderita kepada pasien anak Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebanyak 94
responden 97,9 memiliki persepsi baik dan sebanyak 2 responden 2,1 memiliki persepsi kurang baik yang berkaitan dengan faktor
karatif caring yang keempat yaitu membina hubungan saling percaya dan saling bantu. Data tersebut jauh berbeda dengan hasil penelitian
Wahyuni 2008 yaitu sebanyak 61 perawat tidak membina hubungan saling percaya dan saling bantu. Persepsi kurang baik dapat
dilihat da ri penyataan “perawat selalu memperkenalkan diri kepada
pasien anak dan orang tua ketika pertama kali bertemu”, sebanyak 2,1 responden tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Amrullah 2008 yaitu memperkenalkan diri ketika pertama kali
bertemu pasien merupakan bagian dari komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik ditunjukkan dengan empati, rasa
percaya, dan perhatian Supartini, 2004. Perawat harus selalu membina hubungan yang harmonis, empati, hangat dan selalu
melakukan asuhan keperawatan secara jujur tampil apa adanya tanpa dibuat-buat Asmadi, 2008. Muscari 2005 menyatakan disaat anak
dan orang tua merasa berduka ataupun masih dalam proses berduka perawat harus dapat memberikan kontak yang konsisten dengan cara
membina hubungan saling percaya kepada anak dan orang tuanya. Peneliti menyarankan agar perawat pelaksana selalu dapat
membiasakan diri untuk memperkenalkan diri kepada pasien, dan untuk penyampaian informasi yang tepat dan jelas kepada keluarga
agar selalu dipertahankan 4. Mempromosikan dalam penerimaan ekspresi negatif dan positif
Perawat harus dapat menggunakan intelektual maupun emosional yang mereka miliki pada saat keadaan yang berbeda
Tomey Alligood, 2006. Blais 2007 mengemukakan bahwa perawat harus siap untuk perasaan negatif, berbagai perasaan duka
cita, cinta, dan kesedihan yang merupakan pengalaman yang penuh resiko. Faktor karatif caring yang kelima terdiri dari 3 pernyataan,
yaitu: a. Perawat mendorong pasien untuk mengungkapkan apa yang
dirasakan b. Perawat menunjukkan ekspresi wajah sesuai situasi
c. Perawat tidak pernah menunjukkan sikap penuh kesabaran ketika pasien banyak meminta
Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebanyak 94 responden 97,9 memiliki persepsi baik dan sebanyak 2 responden
2,1 memiliki persepsi kurang baik yang berkaitan dengan faktor karatif caring yang kelima yaitu mempromosikan dalam penerimaan
ekspresi negatif dan positif. Persepsi kurang baik dapat dilihat dari pernyataan “Perawat menunjukkan ekspresi wajah sesuai situasi”,
sebanyak 2,1 responden tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni 2008 tentang penerimaan
ekspresi negatif dan positif didapatkan hasil sebanyak 45 perawat tidak pernah melakukan penerimaan perasaan positif dan negatif.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Muhlisin dan Ichsan 2008 yaitu saat klien mengeluhkan tentang masalah dan
perasaan, perawat dapat memberikan waktunya untuk mendengarkan
apa yang dikeluhkan oleh klien. Potter Perry 2005 berpendapat untuk membentuk hubungan dasar yang positif perawat dapat bersikap
ramah dan informatif, mendengarkan dengan baik tentang kekhawatiran keluarga, dan tidak menakutkan bagi anak.. Perawat
dapat memotivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya baik positif maupun negatif seperti memberikan keyakinan kepada anak-
anak bahwa tidak mengapa jika menangis. 5. Membantu menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan
Perawat menerapkan proses keperawatan secara sistematis memecahkan masalah secara ilmiah dalam menyelenggarakan
pelayanan yang berfokus klien Muhlisin Ichsan, 2008. Proses keperawatan seperti halnya proses penelitian yaitu sistematis dan
terstruktur. Faktor karatif caring yang keenam ini terdiri dari 3 pernyataan yaitu:
a. Perawat memberikan alternatif lain dalam pengobatan ketika orang tua dalam kebingungan
b. Perawat bersikap tanggap apabila mengetahui pasien dan keluarganya menghadapi masalah dalam pengobatan
c. Perawat tidak pernah menanyakan apa-apa ketika mengetahui pasien dan keluarga dalam kesulitan
Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebanyak 93 responden 96,9 memiliki persepsi baik dan sebanyak 3 responden
3,1 memiliki persepsi kurang baik yang berkaitan dengan faktor karatif caring yang keenam yaitu membantu menyelesaikan masalah
dan mengambil keputusan. Persepsi kurang baik terhadap faktor ini dapat dilihat dari pernyataan “Perawat tidak pernah menanyakan apa-
apa ketika mengetahui pasien dan keluarga dalam kesulitan”, sebanyak 3,1 responden menyatakan setuju dengan pernyataan
tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni 2008 sebanyak 60 responden menyatakan bahwa perawat tidak pernah atau jarang
melakukan metode penyelesaian masalah secara sistematis di ruangan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Muhlisin
Ichsan 2008 yaitu perawat secara kreatif menggunakan diri sendiri dan cara yang diketahui untuk terlibat dalam proses caring-
healing yang artristik. Dwidiyanti 2010 berpendapat bahwa p erawat
harus menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien. Peneliti menyarankan kepada
perawat pelaksana
agar dapat
mengkaji, merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses keperawatan sesuai dengan masalah klien.
6. Mengajarkan hubungan interpersonal Faktor ini merupakan konsep yang penting dalam keperawatan
untuk membedakan caring dan curing Blais, 2007. Menurut komite keperawatn RSUP Fatmawati 2008 perawat dalam praktek
keperawatan dituntut untuk meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal sehingga tangung jawab tentang kesehatannya ada pada
pasien. Perawat memfasilitasi proses pembelajaran dengan teknik yang telah dibuat untuk memberi kesempatan klien melakukan perawatan
diri, menentukan kebutuhan diri dan memberi peluang untuk pertumbuhan diri mereka. Faktor karatif caring yang ketujuh terdiri
dari 3 pernyataan, yaitu: a. Perawat memberi kesempatan kepada pasienorang tua
untuk bertanya tentang penyakit yang sedang dialami b. Perawat memberikan penyuluhan kesehatan kepada
orang tua dan pasien anak c. Perawat kurang jelas dalam menjawab pertanyaan
Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebanyak 95 responden 99 memiliki persepsi baik dan sebanyak 1 responden
1 kurang baik yang berkaitan dengan faktor karatif caring yang ketujuh yaitu mengajarkan hubungan interpersonal. Persepsi kurang
baik dapat dilihat dari pernyataan “Perawat kurang jelas dalam menjawab pertanyaan”, sebanyak 1 responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Muhlisin dan Ichsan 2008 bahwa perawat dapat memberikan
pengajaran kepada klien untuk dapat menetapkan kebutuhan pribadi dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien
Hubungan interpersonal
ini merupakan
tujuan dari
keperawatan untuk membentuk interaksi antara perawat dan klien di dalam lingkungan asuhan keperawatan Christensen, 2009. Asmadi
2008 menyatakan
bahwa perawat
bertanggungjawab akan
kesejahteraan dan kesehatan klien. Perawat pun memfasilitasi proses belajar mengajar yang didesain untuk memberikan kemampuan kepada
klien untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan mandiri dan menetapkan kebutuhan personal klien.
7. Menetapkan untuk mendukung perlindungan, perbaikan budaya spiritual
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan kondisi penyakit klien Christensen,
2009. Potter Perry 2005 menekankan bahwa perawat harus dapat menciptakan kebersamaan, keindahan, kenyamanan, kepercayaan, dan
kedamaian. Faktor karatif caring kedelapan ini terdiri dari 3 pernyataan, yaitu:
a. Perawat mempersilahkan pasien untuk melakukan aktivitasnya sesuai dengan batasan yang dimiliki pasien
b. Perawat menjelaskan semua alat-alat yang berada disekitar pasien
c. Perawat tidak pernah mengizinkan pasien untuk menjalankan aktivitas yang diinginkan pasien
Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebanyak 95 responden 99 memiliki persepsi baik dan sebanyak 1 responden 1
memiliki persepsi kurang baik yang berkaitan dengan faktor karatif caring yang kedelapan yaitu menetapkan untuk mendukung
perlindungan, perbaikan budaya spiritual. Persepsi kurang baik dapat dilihat dari pernyataan “perawat menjelaskan alat-alat yang
berada disekitar pasien ”. Responden yang memiliki persepsi baik lebih
banyak yaitu 99 dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi kurang baik yaitu 1. Hasil penelitian ini lebih baik apabila
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi 2010 didapatkan 60 perawat dapat mengontrol diri anak dan orang tua
dengan cara memperkenalkan alat-alat yang akan digunakan dan berada disekitar pasien kepada pasien dan orang tua.
Menurut Ricci Kyle 2009 tindakan keperawatan yang dapat membantu meningkatkan kontrol diri anak dan keluarga salah
satunya adalah memperkenalkan alat-alat yang berada disekitar pasien contohnya cairan infus dan infus set dan meyakinkan pasien bahwa
alat-alat tersebut tidak mencelakakan pasien. Memperkenalkan atau menjelaskan alat-alat yang berada
disekitar pasien merupakan suatu bentuk dari atraumatic care yaitu menguatkan kontrol diri anak dan orang tua Potter Perry 2005..
Perbedaan persepsi ini sangat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik
pribadi dari pembuat persepsi. Karakteristik pribadi dipengaruhi oleh sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu dan harapan
seseorang Robbins Judge, 2008. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa perawat
mempunyai tugas untuk menciptaan lingkungan healing pada seluruh tingkatan baik fisik maupun nonfisik. Supartini 2004 menambahkan
perlunya modifikasi lingkungan fisik agar tidak menakutkan. Modifikasi lingkungan tersebut dapat berupa, mendesain ruangan
seperti rumah, yaitu penataan dan dekorasi yang bernuansa anak misalnya, menggunakan alat tenun dan tirai bergambar bunga atau
boneka. 8. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan manusia
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri. Manusia akan selalu membutuhkan peran dari orang lain dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari Waluyo, dkk 2008. Manusia mempunyai dua macam kebutuhan yaitu kebutuhan materi dan
kebutuhan non materi Asmadi, 2008. Kebutuhan pasien pada tingkat rendah adalah biofisikal, misalnya makan, minum, eliminasi dan
ventilasi. Kebutuhan psikososial adalah kemampuan aktivitas dan seksual Wahyuni, 2008.
Pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ketingkat selanjutnya contohnya pemenuhan nutrisi,
eliminasi dan ventilasi Tomey Alligood, 2006. Faktor yang kesembilan ini terdiri dari 3 pernyataan yaitu sebagai berikut:
a. Perawat selalu memastikan kepada pasien orang tua bahwa yang dibutuhkan oleh pasien sudah terpenuhi semua
sebelum meninggalkan pasien b. Perawat membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya buang air besar, buang air kecil, makan, minum, ganti, baju
c. Perawat tidak cepat dan tepat dalam melakukan tindakan Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah
sebanyak 93 responden 96,9 memiliki persepsi baik dan sebanyak 3 responden 3,1 memiliki persepsi kurang baik
yang berkaitan dengan faktor karatif caring yang kesembilan yaitu membantu dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
Persepsi kurang baik dapat dilihat dari pernyataan “perawat tidak cepat dan tepat dalam melakukan tindakan
”, sebanyak 3,1 responden menyatakan setuju dengan pernyataan
tersebut. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyuni
2008 di RS H. Adam Malik didapatkan hasil sebanyak 71
perawat tidak atau jarang membantu memenuhi kebutuhan pasien. Peneliti berpendapat perilaku perawat pelaksana di RSUD Serang
jauh lebih baik dibandingkan perawat di RS H. Adam Malik Medan bila dilihat dari hasil penelitian. Peneliti menyarankan agar
perawat pelaksana RSUD Serang khususnya di ruang rawat inap anak mempertahankan perilaku memenuhi kebutuhan dasar
manusia karena kebutuhan dasar merupakan suatu perilaku yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan klien agar dapat
mempertahankan hidup Nursalam, 2001 9. Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial dan fenomenologis
Watson berpendapat faktor yang kesepuluh ini dapat menjadikan seorang klien siap dan mempunyai kekuatan dalam
menghadapi kehidupan nyata dan kematian Asmadi, 2008. Faktor ini sulit untuk dipahami, karena hal ini meliputi pengalaman berpikir
menuju pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri dan orang lain Tomey Alligood, 2006. Faktor karatif caring yang
kesepuluh ini terdiri dari 3 pernyataan yaitu sebagai berikut: a. Perawat menghargai kepentingan pribadi pasien
b. Perawat memotivasi
pasien dalam
menghadapi kondisipenyakit yang sedang dialami pasien
c. Perawat tidak memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien
Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebanyak 93 responden 96,9 memiliki persepsi baik dan sebanyak 3 responden
3,1 memiliki persepsi kurang baik yang berkaitan dengan faktor karatif caring yang kesepuluh mengembangkan faktor kekuatan
eksistensial dan fenomenologis. Persepsi kurang baik dapat dilihat dari pernyataan “Perawat tidak memberikan rasa aman dan nyaman kepada
pasien”, sebanyak 3,1 responden setuju dengan pernyataan tersebut artinya masih terdapat perawat yangtidak melakukan pengembangan
faktor kekuatan eksistensial dan fenomenologis kepada pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni 2008 sebanyak 48
perawat tidak memiliki perilaku yang dapat mengembangkan faktor kekuatan eksistensial dan fenomenologis kepada pasien.
Peneliti menyarankan kepada perawat pelaksana RSUD Serang untuk dapat mempertahankan perilaku caring yang kesepuluh yaitu
memberikan rasa aman dan nyaman terhadap pasien dan dapat memotivasi klien dan keluarga untuk berserah diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena hal ini dapat menguatkan klien maupun orang tua dalam menghadapi kehidupan dan kematian Asmadi, 2008.
B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini,
keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ketidakmampuan responden
berkomunikasi bahasa
Indonesia sehingga peneliti harus bertanya terlebih dahulu tentang kemampuan
berkomunikasi 2. Instrumen penelitian sudah ada yang baku tetapi tidak memenuhi
kebutuhan peneliti akan subjek yang diteliti sehingga peneliti memodifikasi instrumen yang sudah ada untuk menyesuaikan subjek
yang diteliti dan sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. 3. Persepsi caring baru dapat ditinjau dari segi orangtua sedangkan
persepsi dari segi perawat belum dapat dilakukan
C. Implikasi Hasil Penelitian
1. Implikasi Terhadap Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi asupan bagi
perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan dengan selalu menerapkan perilaku caring pada anak sehingga anak akan
merasa nyaman dan aman ketika menjalani hospitalisasi, karena dari hasil penelitian penerapan perilaku caring pada saat asuhan
keperawatan sebagian sudah baik. 2. Implikasi Terhadap Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu acuan siswa keperawatan agar dapat lebih memahami tentang kosep caring yang
dilakukan pada saat memberikan asuhan keperawatan yang
dikhususkan kepada pasien anak dan juga dapat memberikan gambaran kepada para siswa keperawatan tentang penerapan perilaku
caring oleh perawat pelaksana dilapangan. 3. Implikasi Terhadap Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai acuan dasar untuk penerapan perilaku caring dalam asuhan keperawatan oleh perawat
pelaksana sehingga pasien merasa puas dan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di RSUD Serang.
4. Implikasi Terhadap Penelitian Hasil penelitian dapat menjadi data dasar untuk peneliti
selanjutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat
76
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut. 1. Orang tua yang memiliki persepsi baik terhadap perilaku caring
perawat secara menyeluruh lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan orang tua yang memiliki persepsi kurang baik terhadap
perilaku caring perawat a. Persepsi orang tua tentang membentuk sistem nilai humanistik
dan altruistik sebanyak 4,2 memiliki persepsi kurang baik dan 95,8 memiliki persepsi baik
b. Persepsi orang tua tentang menanamkan keyakinan harapan sebanyak 2,1 memiliki persepsi kurang baik dan sebanyak
97,9 memiliki persepsi baik c. Persepsi orang tua tentang mengembangkan sensitifitas
terhadap diri sendiri dan orang lain sebanyak 2,1 memiliki persepsi kurang baik dan sebanyak 97,9 memiliki persepsi
baik
d. Persepsi orang tua tentang membina hubungan saling percaya dan saling bantu sebanyak 2,1 memiliki persepsi kurang baik
dan sebanyak 97,9 memiliki persepsi baik e. Persepsi orang tua tentang mempromosikan dalam penerimaan
ekspresi negatif dan positif sebanyak 2,1 memiliki persepi kurang baik dan sebanyak 97,9 memiliki persepsi baik.
f. Persepsi orang tua tentang membantu menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan sebanyak 3,1 memiliki persepsi
kurang baik dan sebanyak 96,9 memiliki persepsi baik g. Persepsi
orang tua
tentang mengajarkan
hubungan interpersonal sebanyak 1 memiliki persepsi kurang baik dan
sebanyak 99 memiliki persepsi baik h. Persepsi orang tua tentang menetapkan untuk mendukung
perlindungan, perbaikan budaya spiritual sebanyak 1 memiliki persepsi kurang baik dan sebanyak 99 memiliki
persepsi baik. i. Persepsi orang tua tentang membantu dalam pemenuhan
kebutuhan manusia sebanyak 3,1 memiliki persepsi kurang baik dan sebanyak 96,9 memiliki persepsi baik
j. Persepsi orang tua tentang mengembangkan faktor kekuatan eksistensial dan fenomenologi sebanyak 3,1 memiliki
persepsi kurang baik dan sebanyak 96,9 memiliki persepsi baik