Untuk dapat melakukan pengawasan secara efektif diperlakukan beberapa persyaratan, yaitu:
1. Langkah pengawasan tertentu hanya berlaku untuk suatu organisasi tertentu 2. Kegiatan pengawasan harus dapat mencapai beberapa tujuan sekaligus,
bukan hanya tujuan sektoral tetapi tujuan luas lainnya. 3. Informasi untuk pengawasan harus diperoleh tepat waktu.
4. Mekanisme pengawasan harus dipahami semua orang yang ada dalam organisasi.
3.2. Kinerja Perempuan Dalam Parlemen
Melalui implementasi Instruksi Presiden RI No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan yang menginstruksikan agar setiap
instansi pemerintah mengintegrasikan program pemberdayaan perempuan ke dalam program, sektor dan daerah masing-masing.
Dalam hubungan itu, kebijakan pemberdayaan perempuan diarahkan untuk :
• meningkatkan keterlibatan perempuan dalam proses politik dan
jabatan publik; Hal ini menunjukkan semakin banyaknya kesempatan bagi perempuan untuk berkarya di jajaran anggota legislatif.
Sehingga masalah-masalah yang berkaitan dengan hal-hal sosial yang pada umumnya selalu berjalan lambat dalam pelaksanaannya,
mampu meningkatkan kinerjanya. •
meningkatkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan serta bidang pembangunan lainnya untuk mempertinggi kualitas hidup dan
Universitas Sumatera Utara
sumberdaya kaum perempuan; Hal ini mampu menjadikan perempuan memiliki hak-hak yang sama dalam segala bidang
pendidikan maupun karir yang ingin ditempuh oleh perempuan, khususnya ketika akan bergabung ke dalam jajaran anggota legislatif.
• meningkatkan kampanye anti kekerasan, menyempurnakan
perangkat hukum pidana yang lebih lengkap untuk melindungi setiap individu dari berbagai tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi
termasuk kekerasan dalam rumah tangga, meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak; memperkuat kelembagaan,
koordinasi, dan jaringan pengarus-utamaan gender dan anak dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari berbagai
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di segala bidang, termasuk pemenuhan komitmen-komitmen internasional, penyediaan
data dan statistik gender serta peningkatan partisipasi masyarakat. Disini kita melihat, pemerintah telah memberikan peluang kepada
perempuan untuk berpartisipasi secara langsung dalam parlemen. Wewenang yang diberikan kepada perempuan, khususnya dalam menangani eksploitasi
terhadap kaum perempuan dan anak-anak yang sering terjadi, dimanfaatkan dengan mengeluarkan perlindungan melalui undang-undang yang telah disahkan,
seperti perlindungan terhadap kekerasan dalam rumah tangga KDRT, peningakatan kesejahteraan dan perlindungan anak dan sebagainya. Penyebaran
perempuan dalam komisi-komisi di DPR sesungguhnya mencerminkan peran tradisional perempuan. Lihat saja penempatan mereka di dalam komisi. Persentase
Universitas Sumatera Utara
tinggi perempuan ada di dalam komisi E yang berhubungan dengan kesejahteraan rakyat yang secara langsung bisa dikonotasikan sebagai wilayah perempuan.
Ini sesuai dengan pernyataan Ristiawati, salah seorang anggota dewan perwakilan rakyat daerah Sumatera Utara,
“disadari bahwa pendapat perempuan keluar dengan karakter khas dalam rapat-rapat. Hal
ini terlihat dalam priorotas agenda yang dibicarakan serta preferensi dalam melihat
solusi atas permasalahan yang dihadapi, dengan selalu mengutamakan nilai
kesejahteraan, yaitu isu kesejahteraan rakyat”
Dengan adanya peningkatan keterwakilan perempuan di dalam lembaga legislatif, kita percaya akan adanya dampak positif berupa pengaruh pada
pengambilan keputusan politik yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat, khususnya bagi perempuan dan anak-anak. Sehingga penerapan kebijakan-
kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat tersebut pun mampu terlaksana dengan baik dan dalam waktu yang relative cepat. Apabila hal ini telah
diterapkan dengan baik, masalah yang terjadi dalam kasus human trafficking perdagangan orang pun diharapkan mampu semakin menurun skala statistiknya
dari tahun ke tahun.
3.3. Pengawasan Terhadap Peraturan Daerah