mempengaruhi status gizi remaja yang memicu terjadinya dismenore primer tersebut, maka penelitian ini penting dilakukan agar dapat memberikan gambaran tentang
kejadian dismenore serta kaitannya dengan status gizi. Sehingga kedepannya kejadian dismenore primer dapat diminimalkan terutama bagi remaja.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka timbul pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini.
1. Bagaimanakah keadaan status gizi pada remaja putri di SMA Swasta Istiqlal
Deli Tua Tahun 2013? 2.
Bagaimanakah kejadian dismenore primer pada Remaja Putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua Tahun 2013?
3. Apakah ada hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer pada
Remaja Putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua Tahun 2013?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer pada Remaja Putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua.
1.3.2. Tujuan Khusus 1.
Untuk mengetahui status gizi remaja putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua. 2.
Untuk mengetahui kejadian dismenore primer pada remaja putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua.
3. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer
pada remaja putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1. Bagi Responden
Untuk memberikan informasi kepada remaja putri tentang hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer agar dapat mempertahankan status gizi yang
normal. 1.4.2.
Bagi pelayanan kebidanan Untuk memberikan informasi tentang hubungan status gizi dengan kejadian
dismenore sehingga untuk kedepannya kejadian dismenore dapat diminimalkan dengan diketahuinya faktor resiko tersebut.
1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memberikan informasi kepada institusi dalam bidang penelitian obstetri ginekologi khususnya mengenai dismenore primer dan hubungan status gizi
dengan dismenore.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dismenore Primer 2.1.1 Pengertian Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur Mansjoer et al, 2006.
Dismenore primer adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari–hari Manuaba, 2008. Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai
tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata Wiknjosastro,2007.
2.1.2 Etiologi Dismenore Primer
Wiknjosastro 2007 menyatakan banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas
dimengerti. Beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain :
1. Faktor Kejiwaan
Pada remaja putri yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore
Wiknjosastro, 2007. 2.
Faktor konstitusi Faktor ini yang erat hubunganya dengan faktor tersebut diatas, dapat juga
menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore Wiknjosastro,
2007.
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam
hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore.
Banyak wanita menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi Wiknjosastro, 2007.
4. Faktor endokrin
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Menurut Novak dan Reynolds, hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus
sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Menurut Clitheroe dan Pickles, endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga
menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah, maka selain dismenore dapat juga dijumpai efek lainnya
seperti: mual, muntah, diare. Jelaslah bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting pada timbulnya dismenore primer Wiknjosastro, 2007.
5. Faktor alergi.
Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migren, dan asma bronkiale Wiknjosastro,
2007. 6.
Prostaglandin Penelitian pada beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa prostaglandin
memegang peranan penting dalam terjadinya dismenorea. Prostaglandin yang berperan di sini yaitu prostaglandin E2 PGE2 dan F2α PGF2α. Pelepasan
Universitas Sumatera Utara
prostaglandin di induksi oleh adanya lisis endometrium dan rusaknya membran sel akibat pelepasan lisosim Dawood, 2006.
Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut syaraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin
dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya, kontraksi
miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri
spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenorea timbul pula diare, mual, dan muntah
Dawood, 2006.
2.1.3 Faktor Risiko Dismenore Primer
Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya dismenore primer pada remaja adalah:
1. Silklus menstruasi ovulasi
Dismenore primer hanya terjadi pada siklus menstruasi ovulatorik. Karena setelah terjadinya ovulasi sel-sel folikel tua setelah ovulasi akan membentuk korpus
luteum, sewaktu korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi pembuahan dan implantasi, maka kadar estrogen dan progestron di sirkulasi akan menurun drastis.
Penarikan kembali kedua hormon stroid tersebut menyebabkan lapisan endometrium yang kaya akan nutrisi dan pembuluh darah itu tidak lagi ada yang mendukung
secara hormonal. Penurunan kadar hormon ovarium juga merangsang pengeluaran prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh-pembuluh
Universitas Sumatera Utara
endometrium serta menyebabkan kontraksi uterus. Bila kadar prostaglandin berlebih maka akan memicu dismenore Sherwood, 2008.
2. Riwayat ibu atau saudara kandung perempuan yang mengalami dismenore
primer Menurut Ehrenthal 2006 adanya riwayat keluarga dan genetik berkaitan
dengan terjadinya dismenore primer yang berat Sartika, 2011. 3.
Usia menarche yang kurang dari 12 tahun Menurut Widjanarko 2006 terdapat hubungan antara usia menarhe terjadi
lebih awal dari normal maka alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa sakit pada
saat mentruasi Sartika, 2011. 4.
Adanya depresi Menurut Ehrenthal 2006 risiko dismenore meningkat pada wanita yang
mempunyai riwayat dismenore dan stress tinggi sebelumnya dibanding dengan wanita yang tidak mempunyai riwayat sebelumnya Sartika, 2011.
5. Merokok dan minum alkohol
Menurut Ehrenthal 2006 pengaruh rokok terhadap dismenore primer masih dalam perdebatan, dan pengaruh alkohol meningkatkan keparahan dari dismenore
primer Sartika, 2011. 6.
Status gizi Menurut Heryati 2005 remaja wanita disarankan untuk mengkonsumsi
makanan dengan gizi yang seimbang, sehingga status gizinya baik. Apabila status gizi baik maka pada saat menstruasi remaja tidak akan mengalami keluhan seperti
nyeri haid atau dismenore. Status gizi dikatakan baik apabila nutrisi yang digunakan oleh tubuh sesuai dengan kebutuhan Paath, 2007.
Universitas Sumatera Utara
7. Olah raga
Menurut Ehrenthal 2006 dengan berolah raga maka akan menurunkan gejala dismenore primer Sartika, 2011.
2.1.4 Gejala Dismenore Primer
Menurut Winkjosastro 2007 gejala dismenore primer yang terjadi adalah nyeri pada perut timbul sebelumnya, bersamaan dengan permulaan haid, dan
berlangsung beberapa jam namun bisa sampai bertahan hingga beberapa hari, rasa nyeri kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat
menyebar hingga ke daerah pinggang dan paha, selain adanya rasa nyeri pada sebagian orang dapat juga disertai dengan rasa mual, muntah, sakit kepala, diare,
iritabilitas, dan sebagainya.
2.1.5 Derajat Nyeri Dismenore Primer
Menurut Manuaba 2008 pembagian derajat dismenore primer secara klinis ialah dismenore ringan yaitu berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja
sehari-hari. Dismenore sedang yaitu diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya sedangkan dismenore berat yaitu perlu istirahat
beberapa hari dan dapat disertai, sakit kepala, sakit pinggang, diare, dan rasa tertekan.
2.1.6 Dampak Dismenore Primer
Dengan dismenore primer yang berat penderita dapat absen masuk sekolah atau tidak masuk bekerja untuk satu atau dua hari bahkan lebih karena dengan dismenore
primer yang berat penderita harus membutuhkan istirahat dan pengobatan Dawood, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7 Patofisiologi
Ada beberapa faktor yang dikaitkan dengan dismenore primer yaitu prostaglandin uterine yang tinggi, aktivitas uteri normal, dan faktor emosipsikologis.
Belum diketahui dengan jelas bagaimana prostaglandin menyebabkan dismenore primer tetapi diketahui wanita dengan dismenore mempunyai prostaglandin empat
kali lebih tinggi daripada wanita tanpa dismenore Siswadi, 2008.
2.1 Skema Patogenesis dismenore primer
Secara ringkas konsep patogenesis dismenore primer dapat digambarkan sebagai berikut : Mansjoer, 2006.
Nisbah E,P 0.01
Intervensi Terapeutik
Aktivitas progestron ???
Kekuatan diniding Psikis cekaman
Lisosom Vasoperin
Katekotamin Vasokonstriksi
Iskemia Kerusakan Sel
Prostaglandin -
Persepsi nyeri -
Sensitifisasi saraf tepi
Leukotrien kontraksi
Disritmik Dismenore primer
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Mekanisme Terjadinya Dismenore Primer
Korpus luteum berumur hanya 8 hari “korpus luteum menstruasionis” dan sejak umur empat hari, telah terjadi menurun pengeluaran estrogen dan progestron
disertai perbandingan yang pincang Manuaba, 2008. Penurunan dan kepincangan E2P = 0,01 menjadi memicu mengeluarkan dari
Enzim lipoksigenase dan sikloksigenase, Kerusakan membran sel sehingga dapat dikeluarkannya asam fosfolipase, asam fosfatase dan mengeluarkan ion Ca,
pembentukan prostaglandin dari asam arakidonik Manuaba, 2008.
2.2 Status Gizi 2.2.1 Definisi Status Gizi
Status gizi merupakan suatu tampilan keadaan keseimbangan atau perwujudan nutriture dengan variabel spesifik Paath, 2007. Status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi Almatsier, 2007. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu Supariasa, 2008.
2.2.2 Pengukuran Status Gizi
Berbagai penilaian status gizi dikembangkan agar dapat mengenal tingkat keadaan gizi seseorang. Penilaian status gizi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Paath, 2007 a.
Pengukuran langsung Antropometri. Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandangan gizi, maka antropometri berhubungan dengan berbagai
Universitas Sumatera Utara
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi Supariasa, 2008. Digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi yang terlihat pada pola pertumbuhan fisik serta proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot Paath,
2007. Klinis. Metode pemeriksaan klinis didasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi pada jaringan epitel seperti mata, kulit, rambut, dan mukosa. Dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik riwayat penyakit Paath, 2007.
Biokimia. Pemeriksaan secara laboratorium untuk berbagai macam jaringan tubuh. Dilakukan karena pemeriksaan klinis tidak spesifik sehingga
dilakukan pemeriksaan kimia yang hasilnya lebih tepat Paath,2007. Biofisik. Penggunaan metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi dan perubahan struktur jaringan. Biasanya dilakukan pada situasi tertentu, seperti kejadian buta senja epidemik Paath,2007.
b. Pengukuran tidak langsung
Survei konsumsi. Merupakan penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan macam zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan
pada masyarakat, keluarga memberikan gambaran. Konsumsi berbagai zat gizi yang dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan gizi Paath, 2007.
Statistik vital. Metode penilaian ini yaitu dengan menganalisis beberapa data statistik kesehatan seperti angka kesakitan dan kematian karena penyakit
tertentu, angka kematian berdasarkan umur atau data lain yang berhubungan dengan gizi Paath, 2007.
Faktor ekologi. Pengukuran faktor ekologi penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi. Keadaan malnutrisi merupakan hasil interaksi beberapa
Universitas Sumatera Utara
faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Bahan makanan yang tersedia bergantung pada keadaan ekologi seperti tanah, iklim, atau pengairan Paath,
2007.
2.2.3 Indeks Antropometri
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih
pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks Masa Tubuh IMT atau disebut dengan Body
Mass Index Supariasa, 2008.
2.2.4 Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh Body Mass Indeks, BMI mengidentifikasi jumlah jaringan adiposa berdasarkan hubungan tinggi badan terhadap berat badan dan
digunakan untuk menentukan kesesuaian berat badan wanita. Berikut adalah persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung BMI : Meiliya Esty,
2010:758 BMI = [ berat badan kg tinggi badan m
2
] x 100 ATAU
BMI = [ berat badan pon tinggi badan inci
2
] x 705
2.2.5 Kategori Indeks Massa Tubuh
Untuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori ambang batas IMT yang digunakan, seperti yang terlihat pada tabel 2.1 yang merupakan evaluasi BMI
pada wanita Meiliya n Esty, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Evaluasi BMI pada Wanita
Dari national Heart, lung, and Blood Instituse : Clinikal guedelines on the nidentification, evaluation, and treatment of overweight and obesity in adults,
washington, DC, 1998, National institutes of health.
2.2.6 Hubungan Status Gizi dengan Dismenore Primer
Status gizi remaja wanita sangat mempengaruhi adanya keluhan-keluhan selama menstruasi. Secara psikologis wanita remaja yang pertama sekali mengalami
menstruasi akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman, dan mengeluh perutnya terasa begah. Tetapi sebagian remaja tidak merasakan keluhan-keluhan tersebut, hal ini
dipengaruhi nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi Paath, 2007. Menurut Heryati 2005 remaja wanita disarankan untuk mengkonsumsi
makanan dengan gizi yang seimbang, sehingga status gizinya baik. Apabila status gizi baik maka pada saat menstruasi remaja tidak akan mengalami keluhan seperti
nyeri haid atau dismenore primer. Status gizi dikatakan baik apabila nutrisi yang digunakan oleh tubuh sesuai dengan kebutuhan Paath, 2007.
Wanita yang mengalami dismenore primer perlu mengkonsumsi kacang- kacangan, tofu karena baik untuk mengoptimalisasi kapasitas tubuh dalam menyerap
kalsium dan mengurangi kram perut saat menstruasi. Vitamin E dapat mengurangi gejala sebelum haid dan B6 mengurangi depresi pada saat menstruasi Sartika, 2011.
BMI STATUS
18,5 Berat Badan Kurang
18,5 – 23,9 Normal Untuk sebagian besar wanita
≥ 24 Berat badan lebih
Universitas Sumatera Utara
2.2.7 Beberapa Zat Gizi untuk Mengurangi Dismenore
1. Magnesium
Menurut Dean 2010 Magnesium berguna untuk merelaksasikan otot dan dapat memberikan rasa rileks yang dapat mengendalikan suasana hati yang murung
Hill, 2002. Selain itu magnesium juga berfungsi untuk memperbesar pembuluh darah sehingga mencegah ketegangan otot dan dinding pembuluh darah. Oleh sebab
itu megnesium berfungsi untuk mengurangi rasa sakit saat mentruasi atau dismenore primer Sinaga, 2011.
Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian dan kacang-kacangan. Daging, susu dan hasilnya serta coklat juga merupakan
sumber magnesium yang baik Almatsier, 2007. 2.
Kalsium Menurut Hill 2002 kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia,
antara lain bagi metabolisme tubuh, penghubung antar saraf, kerja jantung, dan pergerakan otot. Kalsium bersama dengan magnesium, berperan dalam transmisi
saraf. Jika otot tidak mempunyai cukup kalsium, maka otot tidak dapat mengendur sehingga dapat mengakibatkan kram Sinaga, 2011.
Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahan susu, seperti keju. Ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik.
Serealia, kacang-kacangan dan hasil olahan kacang-kacangan, seperti tahu dan tempe, serta sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan
makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat Almatsier, 2007.
Universitas Sumatera Utara
3. Vitamin E
Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin E mempunyai fungsi sebagai anti oksidan didalam tubuh Hill, 2002. Vitamin E sangat penting
untuk merangsang reaksi kekebalan, mencegah penyakit jantung koroner, mencegah keguguran dan sterilisasi serta mencegah gangguan menstruasi Almatsier, 2007.
Sumber utama vitamin E adalah minyak tumbuh-tumbuhan, terutama minyak kecambah gandum dan biji-bijian. Sayur-sayuran dan buah-buahan juga merupakan
sumber vitamin E yang baik. Daging, unggas, ikan dan kacang-kacangan mengandung vitamin E dalam jumlah terbatas Almatsier, 2007.
4. Niasin Asam Nikotinat
Niasin berfungsi didalam tubuh sebagai koenzim Nikotinamida Adenin Dinukleotida NAD dan Nikotinamida Adenin Dinukleotida Fosfat NADP.
Koenzim ini diperlukan dalam reaksi oksidasi-reduksi pada glikolisis, metabolisme protein, asam lemak, pernafasan sel, dan detoksifikasi Almatsier, 2007.
Sumber niasin adalah hati, ginjal, ikan, daging, ayam dan kacang tanah. Susu dan telur mengandung sedikit niasin. Sayur dan buah merupakan sumber niasin
Almatsier, 2007. Akibat kekurangan niasin adalah kelemahan otot, anoreksia, gangguan
pencernaan dan kulit kemerahan Almatsier, 2007.
1.3 Remaja 2.3.1 Definisi Remaja
Secara etiomologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja adolescence menurut organisasi kesehatan dunia WHO adalah periode usia antara
10 sampai 19 tahun sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa PBB menyebut kaum
Universitas Sumatera Utara
muda youth untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu menurut Health Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia
remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap yaitu remaja awal 11-14 tahun; remaja menengah 15-17 tahun; dan remaja akhir 18-21 tahun. Defenisi ini
kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda young people yang mencakup usia 10-24 tahun Kusmiran, 2011.
Pada seorang pubertas ditandai dengan menstruasi pertama menarche yang berlangsung sekitar umur 10 – 11 tahun Manuaba, 2008.
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21
tahun. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik fungsi dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual dan secara
psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan- perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, diantara masa anak-anak
menuju masa dewasa.
2.3.2 Gizi Seimbang untuk Remaja
Banyak remaja terlalu memikirkan dietnya karena khwatir tentang penampilan mereka. Juga banyak remaja putri yang tidak memahami bahwa peningkatan jaringan
lemaknya selama masa pubertas diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Kudapan berkonstribusi 30 persen atau lebih dari total asupan kalori remaja
setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula dan natrium dan dapat meningkatkan resiko kegemukan dan karies gigi. Remaja harus didorong
untuk bertanggung jawab atas pemilihan kudapan yang sehat Paath, 2011
Universitas Sumatera Utara
19
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenore pada Remaja Putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua” adalah
sebagai berikut :
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Keterangan : = Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang diteliti
= Hubungan yang tidak diteliti FAKTOR RISIKO
KEJADIAN DISMENORE
1. Siklus menstruasi ovulasi
2. Riwayat ibu atau saudara
kandung perempuan yang mengalami dismenore
primer 3.
Usia menarhe yang kurang dari 12 tahun
4. Stress
5. Merokok dan meminum
alkohol 6
Status gizi IMT Kejadian Dismenore
Primer
FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN DISMENORE
Faktor Kejiwaan Faktor Konstitusi
Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Faktor Endokrin Faktor Alergi
6. Status gizi
Universitas Sumatera Utara
3.2 Hipotesis