6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dismenore Primer 2.1.1 Pengertian Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur Mansjoer et al, 2006.
Dismenore primer adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari–hari Manuaba, 2008. Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai
tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata Wiknjosastro,2007.
2.1.2 Etiologi Dismenore Primer
Wiknjosastro 2007 menyatakan banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas
dimengerti. Beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain :
1. Faktor Kejiwaan
Pada remaja putri yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore
Wiknjosastro, 2007. 2.
Faktor konstitusi Faktor ini yang erat hubunganya dengan faktor tersebut diatas, dapat juga
menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore Wiknjosastro,
2007.
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam
hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore.
Banyak wanita menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi Wiknjosastro, 2007.
4. Faktor endokrin
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Menurut Novak dan Reynolds, hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus
sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Menurut Clitheroe dan Pickles, endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga
menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah, maka selain dismenore dapat juga dijumpai efek lainnya
seperti: mual, muntah, diare. Jelaslah bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting pada timbulnya dismenore primer Wiknjosastro, 2007.
5. Faktor alergi.
Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migren, dan asma bronkiale Wiknjosastro,
2007. 6.
Prostaglandin Penelitian pada beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa prostaglandin
memegang peranan penting dalam terjadinya dismenorea. Prostaglandin yang berperan di sini yaitu prostaglandin E2 PGE2 dan F2α PGF2α. Pelepasan
Universitas Sumatera Utara
prostaglandin di induksi oleh adanya lisis endometrium dan rusaknya membran sel akibat pelepasan lisosim Dawood, 2006.
Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut syaraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin
dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya, kontraksi
miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri
spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenorea timbul pula diare, mual, dan muntah
Dawood, 2006.
2.1.3 Faktor Risiko Dismenore Primer