Penyelesaian Kasus Limbah Adolina dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Mengenai Penyelesaian Kasus Limbah PKS Adolina Terhadap Citra PTPN IV Adolina Perbaungan Di Kalangan Warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin)

(1)

PENYELESAIAN KASUS LIMBAH ADOLINA DAN CITRA PERUSAHAAN (Studi Korelasional Mengenai Penyelesaian Kasus Limbah PKS Adolina Terhadap Citra PTPN IV Adolina Perbaungan Di Kalangan Warga Desa

Celawan Kecamatan Pantai Cermin )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun oleh:

WIDYA ULIMA AMBARITA 060904033

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Widya Ulima Ambarita

NIM : 060904033

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Penyelesaian Kasus Limbah Adolina dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Mengenai Penyelesaian Kasus Limbah PKS Adolina Terhadap Citra PTPN IV Adolina Perbaungan Di Kalangan Warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin)

Medan, Maret 2010 Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Rusni, M.A Drs. Amir Purba, M.A 195108041985032001 195102191987011001

A.n. Dekan Pembantu Dekan I

(Drs. Humaizi, M.A) 195908091986011002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Pada Hari :

Tanggal : Pukul :

Tim Penguji:

1. Ketua :

2. Anggota 1 :


(4)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Penyelesaian Kasus Limbah Adolina dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Penyelesaian Kasus Limbah PKS Adolina terhadap Citra PTPN IV Adolina Perbaungan di Kalangan Warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara penyelesaian kasus limbah Adolina terhadap citra perusahaan dengan menggunakan perspektif komunikasi, komunikasi organisasi dan hubungan masyarakat. Model ini menekankan penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan dengan menghasilkan efek terhadap perusahaan yaitu citra PTPN IV Adolina.

Sampel dalam penelitian ini adalah warga Desa Celawan yang berusia 17 sampai 50 tahun, mengetahui pencemaran limbah PKS Adolina di sungai kanal Pantai Cermin, dan mengetahui penyelesaian kasus limbah Adolina. Jumlah sampel yang diambil sebesar 98 orang dengan menggunakan rumus Taro Yamane. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup sejumlah 22 buah dan 1 buah pertanyaan terbuka. Analisa data menggunakan analisa tabel tunggal lalu dihubungkan menjadi tabel silang. Selanjutnya uji hipotesa dan tes signifikansi. Semuanya dilakukan dengan program SPSS for Windows version 17.0.

Dari hasil penelitian, terbukti bahwa hubungan antara penyelesaian kasus limbah Adolina terhadap citra perusahaan di kalangan warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin adalah cukup berarti dengan angka korelasi sebesar 0.64. Untuk mengetahui tingkat signifikansi hasil hipotesis, dilakukan dengan menghitung nilai tabel temuan. Nilai tabel untuk warga Desa Celawan adalah 0.000. Berdasarkan output dari SPSS for Windows version 17.0 diketahui hubungan kedua variabel adalah signifikan. Berdasarkan hasil analisa tabel tunggal yaitu terdapat perbedaan pendapat antara warga dalam menilai citra PTPN IV Adolina Perbaungan. Hasil uji hipotesa yang diperoleh adalah terdapat hubungan antara penyelesaian kasus limbah PKS Adolina terhadap citra PTPN IV Adolina Perbaungan di kalangan warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin.


(5)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk melengkapi syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak menghadapi kesulitan karena keterbatasan dan kemampuan, namun penulis bersyukur dan berterima kasih karena telah mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini. Terutama bagi kedua orangtua penulis, Bapak Drs. J. M. Ambarita dan Mama N. S. Sitompul yang selalu memberikan dukungan dan semangat di setiap saat. Semoga penulis dapat membuat Bapak dan Mama selalu tersenyum bahagia dan bangga. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi. 3. Ibu Dra. Rusni, M.A selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu

dan berbagi ilmu yang sangat berharga selama membimbing penulis. 4. Bapak Drs. Humaizi, M.A selaku dosen wali penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan bekal pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU beserta Kak Cut, Kak Maya, dan Kak Ros.


(6)

7. Karyawan/ti PTPN IV (Persero) yang telah sangat membantu memberi ijin penelitian, terutama Pak Zulfachri Nasution dan Pak Wilmar. Dan kepada segenap karyawan/ti PTPN IV Adolina Perbaungan yang membantu penulis mengumpulkan sejumlah data di lapangan, terutama Ibu Nuraida Pohan dan Pak Bambang.

8. Kepala Desa dan staff beserta seluruh warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian. 9. Abang dan adik penulis, Junet Fernandus Ambarita, S.St.Pi, (Alm) Sasmita

Wibowo Ambarita, Yona Ambarita, Marthin Ambarita, Rio Ambarita, Mora Yoga Ambarita dan Febrisa Siregar yang telah bersedia membantu penulis saat membutuhkan dan berbagi suka dan duka yang dapat membuat penulis tertawa dan menangis bersama.

10.Keluarga besar Ambarita dan Sitompul dimanapun mereka berada yang terus mendoakan dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan perkuliahan dan mendapat gelar kesarjanaan.

11.Sahabat-sahabat penulis yang banyak membantu selama penyelesaian skripsi ini, Christina, Flora, Yudhy, Pina, Hendra, Efron, Minarno, dan Kak Ilma S. Tamsil. Meskipun kadang kita sering berselisih paham, namun penulis sangat menyayangi kalian semua. Semoga segala perbedaan yang ada pada diri kita tidak memudarkan persahabatan ini dan suatu hari nanti kita akan berkumpul kembali sebagai orang yang sukses.

12.Teman-teman Komunikasi stambuk 2006 yang lain,. canda tawa yang dibagi sangat berkesan dan berarti. Penulis merasa sangat senang karena telah menjadi bagian dari stambuk 2006 yang sangat kompak.


(7)

13.Teman-teman seperjuangan dibawah bimbingan Ibu Rusni, Mey Ersantiara, Lusi, Nina, Hanna dan Erin beserta teman-teman yang masih dan akan berjuang, tetap semangat dan pantang menyerah.

14.Semua pengarang buku yang telah menjadi narasumber bagi penulis.

15.Semua pihak yang turut membantu kelancaran skripsi ini baik disadari ataupun tidak.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini belum mencapai kesempurnaan, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, penulis bersedia untuk diberikan saran maupun kritik yang sifatnya membangun. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah kepada kita semua. Terima kasih.

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah 1

I.2 Perumusan Masalah 7

I.3 Pembatasan Masalah 7

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

I.5 Kerangka Teori 9

I.5.1. Komunikasi 9

I.5.2. Komunikasi Organisasi 11

I.5.3. Hubungan Masyarakat 13

I.5.4. Komunikasi Eksternal 14

I.5.5. Citra Perusahaan 15

I.5.6. Teori SOR 16

I.6 Kerangka Konsep 17

I.7 Model Teoritis 18

I.8 Variabel Operasional 18

I.9 Definisi Operasional 19

I.10 Hipotesis 20

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi 21

II.1.1 Definisi Komunikasi 21

II.1.2 Dimensi-Dimensi Komunikasi 29

II.2 Komunikasi Organisasi 32

II.3 Hubungan Masyarakat 38

II.3.1 Definisi Humas 38

II.3.2 Publik-Publik Dalam Humas 44

II.3.3 Fungsi-Fungsi Humas 47

II.4 Komunikasi Eksternal 49

II.5 Citra Perusahaan 50


(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian 61

III.2 Deskripsi Lokasi Penelitian 62

III.2.1 Sejarah Adolina 62

III.2.1.1 Ruang Lingkup Bidang Usaha 63

III.2.1.2 Lokasi Perusahaan 64

III.2.1.3 Logo Perusahaan 64

III.2.1.4 Daerah Pemasaran 66

III.2.1.5 Dampak Sosial Ekonomi 67

III.2.2 Struktur Organisasi 69

III.2.3 Deskripsi Penyelesaian Kasus Limbah Adolina 73 III.2.4 Deskripsi Desa Celawan 78

III.3 Lokasi Penelitian 79

III.4 Populasi dan Sampel 80

III.4.1 Populasi 80

III.4.2 Sampel 80

III.5 Teknik Penarikan Sampel 81

III.5.1 Purposive Sampling 81

III.6 Teknik Pengumpulan Data 81

III.6.1 Studi Kepustakaan 81

III.6.2 Penelitian Lapangan 81

III.7 Teknik Analisa Data 82

III.7.1 Analisa Tabel Tunggal 82

III.7.2 Analisa Tabel Tunggal 82

III.7.3 Uji Hipotesis 82

BAB IV ANALISA DATA

IV.1 Pengumpulan Data 85

IV.1.1 Tahapan Awal 85

IV.1.2 Proses Dan Tahapan Pengolahan Data 85

IV.2 Analisa Tabel Tunggal 87

IV.3 Analisa Tabel Silang 105

IV.4 Uji Hipotesis 107

IV.5 Pembahasan 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan 111

V.2 Saran 113

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Operasional Variabel 19

Tabel 4.1 Jenis Kelamin 87

Tabel 4.2 Usia 88

Tabel 4.3 Pendidikan 88

Tabel 4.4 Pekerjaan 89

Tabel 4.5 Kemampuan Komunikator Dalam Menyampaikan Keterangan-keterangan Tentang Pencemaran Limbah

Di Sungai Kanal 90 Tabel 4.6 Kesan dan Pendapat tentang Peran Humas di Adolina 91 Tabel 4.7 Penyampaian Informasi Kepada Masyarakat Mengenai

Kegiatan Eksternal Perusahaan 91

Tabel 4.8 Menanggapi Keluhan-keluhan Warga 92 Tabel 4.9 Mengerti Dengan Isi Informasi Yang Di Sampaikan Adolina

Mengenai Penyelesaian Kasus Limbah 93 Tabel 4.10 Kejelasan Informasi Yang Di Sampaikan Adolina 94 Tabel 4.11 Efektivitas Saluran Atau Media Yang Di Gunakan

Untuk Menyelesaikan Kasus Limbah 95 Tabel 4.12 Reaksi Warga Setelah Menerima Penjelasan Mengenai

Kasus Limbah 96 Tabel 4.13 Kepuasan Dengan Penyelesaian Kasus Limbah 96 Tabel 4.14 Kesan dan Pendapat Warga Terhadap PTPN IV Adolina

Setelah terjadinya Limbah Di Sungai Kanal 97 Tabel 4.15 Hubungan Perusahaan Dengan Masyarakat Atau

Pihak Luar 98 Tabel 4.16 Percaya PTPN IV Adolina Tidak Akan Menimbulkan

Pencemaran Kembali 98 Tabel 4.17 Percaya Pada Informasi Yang Di Sampaikan Adoli 99


(11)

Tabel 4.19 Tidak Bersedia Menerima Bantuan-bantuan Yang Di Berikan Adolina Baik Secara Fisik Maupun Non Fisik Dalam Rangka Meningkatkan Hubungan Dengan Masyarakat Setempat 101 Tabel 4.20 Partisipasi Adolina Dalam setiap kegiatan Yang

Di Selenggarakan Masyarakat 102

Tabel 4.21 Adolina Bertanggung Jawab Terhadap Setiap Kegiatan

Yang Di Lakukan Perusahaan 103

Tabel 4.22 Perhatian Warga Terhadap Adolina 104 Tabel 4.23 Hubungan Antara Kemampuan Komunikator Dalam

Menyampaikan Keterangan-keterangan Tentang Kasus

Limbah Terhadap Kepercayaan Warga Terhadap Adolina 105 Tabel 4.24 Hubungan Antara Reaksi Warga Setelah Menerima

Penjelasan Tentang Kasus Limbah Terhadap Perhatian

Masyarakat 106


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Teoritis 18

Gambar 2.1 Proses Komunikasi 35

Gambar 2.2 Model Pembentukan Citra 53

Gambar 2.3 Model Komunikasi dalam Public Relations 57

Gambar 2.4 Teori S-O-R 59

Gambar 3.1 Logo Perusahaan 64


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner Penelitian Lampiran II Tabel SPSS

Lampiran III Surat permohonan penelitian dari Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik USU

Lampiran IV Surat balasan ijin penelitian PTPN IV (Persero)

Lampiran V Surat balasan ijin penelitian PTPN IV Adolina Perbaungan Lampiran VI Surat balasan ijin penelitian Desa Celawan

Lampiran VII Lembar catatan bimbingan skripsi Lampiran VIII Struktur Organisasi PTPN IV

Lampiran IX Artikel Harian Medan Pos, Senin, 13 Juli 2009 Lampiran X Artikel Sinar Indonesia Baru, Rabu, 29 Juli 2009 Lampiran XI Artikel Analisa, Rabu, 12 Agustus 2009


(14)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Penyelesaian Kasus Limbah Adolina dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Penyelesaian Kasus Limbah PKS Adolina terhadap Citra PTPN IV Adolina Perbaungan di Kalangan Warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara penyelesaian kasus limbah Adolina terhadap citra perusahaan dengan menggunakan perspektif komunikasi, komunikasi organisasi dan hubungan masyarakat. Model ini menekankan penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan dengan menghasilkan efek terhadap perusahaan yaitu citra PTPN IV Adolina.

Sampel dalam penelitian ini adalah warga Desa Celawan yang berusia 17 sampai 50 tahun, mengetahui pencemaran limbah PKS Adolina di sungai kanal Pantai Cermin, dan mengetahui penyelesaian kasus limbah Adolina. Jumlah sampel yang diambil sebesar 98 orang dengan menggunakan rumus Taro Yamane. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup sejumlah 22 buah dan 1 buah pertanyaan terbuka. Analisa data menggunakan analisa tabel tunggal lalu dihubungkan menjadi tabel silang. Selanjutnya uji hipotesa dan tes signifikansi. Semuanya dilakukan dengan program SPSS for Windows version 17.0.

Dari hasil penelitian, terbukti bahwa hubungan antara penyelesaian kasus limbah Adolina terhadap citra perusahaan di kalangan warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin adalah cukup berarti dengan angka korelasi sebesar 0.64. Untuk mengetahui tingkat signifikansi hasil hipotesis, dilakukan dengan menghitung nilai tabel temuan. Nilai tabel untuk warga Desa Celawan adalah 0.000. Berdasarkan output dari SPSS for Windows version 17.0 diketahui hubungan kedua variabel adalah signifikan. Berdasarkan hasil analisa tabel tunggal yaitu terdapat perbedaan pendapat antara warga dalam menilai citra PTPN IV Adolina Perbaungan. Hasil uji hipotesa yang diperoleh adalah terdapat hubungan antara penyelesaian kasus limbah PKS Adolina terhadap citra PTPN IV Adolina Perbaungan di kalangan warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis merupakan bagian integral dari kehidupan organisasi, baik yang berorientasi profit maupun tidak. Dapat dikatakan, tidak ada satu perusahaan yang terbebas dari krisis, dan banyak yang hilang dilanda krisis karena tidak dapat ditanggulangi. Dalam hal itu, perbedaan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain tergantung pada besaran krisis yang dialami dan keberhasilan mereka melewatinya. Ada perusahaan yang sepanjang hidupnya mengalami krisis yang kecil akibat sebab-sebab yang kecil, lalu dapat keluar dengan selamat dari krisis tersebut. Adapula yang mempunyai pengalaman yang sama dengan perusahaan tersebut, tetapi karena tidak mampu mengatasinya, krisis membesar dan akhirnya menghancurkan perusahaan. Kemungkinan lain krisis yang dialami perusahaan tergolong berat dan berbahaya, tetapi berkat adanya persiapan perusahaan dapat melewati krisis meskipun harus mengorbankan energi, waktu dan biaya.

Haywood menyederhanakan pengertian krisis sebagai keadaan darurat yang tentu saja berbahaya bila tidak dihadapi secara serius. Krisis diibaratkan sebagai sebuah penyakit pada tubuh yang harus segera diobati. Demikianlah halnya dengan perusahaan, krisis menjadi sebuah penyakit berat yang apabila tidak ditangani segera akan menyebabkan kerugian besar bahkan kehancuran (Chatra, 2005;2).

Krisis pada perusahaan biasa terjadi dimana saja, kapan saja, dan pada siapa saja. Krisis bisa dalam berbagai macam bentuk seperti kasus limbah yang mencemari


(16)

sungai, kasus keracunan pada produk makanan, kasus kecelakaan yang menimpa karyawan pabrik, krisis keuangan, dan lain sebagainya. Bahkan perkebunan milik negara seperti Adolina juga pernah mengalami krisis akibat berbagai kasus yang terjadi di dalamnya.

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Perkebunan Nusantara IV Adolina Perbaungan merupakan unit usaha dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa sawit. Pabrik ini didirikan pada tahun 1956 dengan kapasitas 26 ton Tandan Buah Segar (TBS)/jam. Sebagai salah satu perkebunan badan usaha milik negara, PTPN IV Adolina Perbaungan tidak lepas dari berbagai macam kasus. Di antaranya adalah kasus pembabatan tanaman petani anggota SPI Damak Maliho pada 11 Juni 2009 yang mendapat perlawanan dari DPW Satuan Petani Indonesia (SPI) Sumatera Utara. Kemudian kasus sengketa lahan antara PT Perkebunan Nusantara (PTPN) unit Adolina dengan warga di Desa Bah Sidua-dua Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai pada 12 Desember 2008. Berikutnya kasus pembokaran paksa 61 rumah penggarap di Batu Kober, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deliserdang yang dilakukan oleh Pam Swakarsa PTPN IV (Perkebunan Terbatas Pemerintah Nusantara) Adolina pada 2 Juni 2009, dan yang terakhir kasus pencemaran sungai kanal akibat limbah Adolina di tiga desa Kecamatan Pantai Cermin pada Juni-Agustus 2009. Berbagai kasus tersebut, harus segera diselesaikan untuk memperoleh kepercayaan publik. Salah satu kasus yang menarik perhatian adalah kasus limbah Adolina yang mencemari sungai kanal.

Pada Juni-Agustus 2009, limbah Adolina telah mencemari sungai kanal yang mengalir melewati tiga desa di Kecamatan Pantai Cermin yaitu Desa Ujung Rambung, Desa Kota Pari dan Desa Celawan. Salah satu desa yang merasakan


(17)

langsung dampak limbah Adolina adalah Desa Celawan. Desa Celawan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Desa Sukaramai merupakan salah satu desa di Kecamatan Pantai Cermin dengan luas 18,915 Km2. Di tengah-tengah desa ini mengalir sungai kanal yang dicemari oleh limbah yang berasal dari pembuangan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN IV Adolina Perbaungan.

Limbah Adolina terjadi akibat adanya kebocoran pada parit penampungan sebesar 80 cm, yang kemudian mengalir melewati sungai kanal. Sebelum terjadinya limbah, kondisi sungai kanal berwarna kuning kecoklatan seperti warna sungai pada umumnya. Jauh sebelumnya warga banyak memanfaatkan sungai untuk irigasi persawahan, memberi minum ternak, mandi, mencuci, dan lain sebagainya. Tetapi ketika limbah mencemari sungai, warna air berubah hitam dan mengeluarkan bau. Bau yang dirasakan warga lebih terasa pada saat curah hujan rendah. Tidak hanya itu, rembesan air sungai juga mencemari sumur milik warga sehingga tidak dapat digunakan untuk minum karena bau, berminyak dan berwarna keruh.

Akibat pencemaran tersebut, warga banyak mengeluh dan berniat mengadukan hal tersebut pada pihak PTPN IV Adolina Perbaungan. Warga meminta agar diadakan pertemuan antara masyarakat sekitar dengan pihak perkebunan, akan tetapi pihak perkebunan tidak memberi respon terhadap keluhan warga. Warga menjadi kecewa dan berencana melakukan unjuk rasa di depan PTPN IV Adolina. Karena tidak mendapat respon dari pihak perkebunan, warga akhirnya melaporkan masalah tersebut kepada Kepala Kantor Lingkungan Hidup Serdang Bedagai dan perwakilan DPRD. Terkait pemberitaan beberapa media dan hasil pantauan tim Lingkungan Hidup di lapangan, maka pihak Lingkungan Hidup menyurati PTPN IV Adolina Perbaungan yang intinya memberi sanksi administrasi. Berita mengenai sanksi administrasi yang


(18)

diberikan oleh pihak Lingkungan Hidup menarik perhatian media. Berita tersebut begitu cepat beredar di beberapa harian surat kabar yang menimbulkan perhatian publik. Sebagian besar isi berita banyak menyudutkan PTPN IV Adolina karena lalai memperhatikan sistem pembuangan limbah.

Kejadian tersebut akan menjadi lebih buruk apabila tidak ditangani segera oleh humas karena akan berdampak pada pencemaran nama baik atau citra perusahaan. Jika citra perusahaan negatif, maka akan berdampak pada publik yang dilayaninya. Jika tidak ada penanganan lebih lanjut maka akan mempengaruhi kinerja yang pada akhirnya akan membuat perusahaan tutup atau bangkrut. Oleh sebab itu, untuk menangani ini dibutuhkan kepekaan dari humas dalam melihat krisis yang terjadi.

Humas adalah fungsi manajemen yang berkelanjutan dan terarah lewat mana organisasi dan lembaga umum maupun pribadi, berusaha memenangkan dan mempertahankan pengertian, simpati dan dukungan orang-orang yang mereka inginkan dengan menilai pendapat umum disekitar mereka sendiri. Humas adalah urusan dari keseluruhan komposisi yang ada, sehingga jika terjadi krisis maka merupakan bagian tanggungjawab Humas juga. Tetapi banyak orang belum menyadari hal tersebut, sehingga memposisikan Humas sebagai bagian organisasi yang berdiri sendiri, hidup sendiri, bahkan tidak diberi akses untuk berhubungan dengan bagian yang lain (Panuju, 2002:5).

Untuk menyelesaikan kasus diatas, maka pihak perkebunan bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Lingkungan Hidup tentang Limbah yang berasal dari Jakarta dan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai untuk meninjau langsung ke lapangan. Berdasarkan tinjauan tersebut diketahui bahwa air limbah dialirkan ke sawah penduduk atas permintaan mereka sendiri. Masyarakat menyadari bahwa air


(19)

limbah dapat menyuburkan lahan pertanian. Akan tetapi ada unsur kesengajaan dari pihak ketiga yang tidak senang dengan aliran limbah tersebut. Di sebabkan karena tidak semua lahan pertanian penduduk mendapat pemberian aliran air limbah. Bentuk ketidaksenangan tersebut berdampak pada bocornya pipa penampungan sehingga mencemari sungai kanal. Keterangan tersebut kemudian disampaikan kepada masyarakat melalui pertemuan antara masyarakat, Manajer Unit Adolina dan Humas PTPN IV Adolina Perbaungan.

Ruang lingkup Humas di PTPN IV Adolina lebih sempit dibandingkan dengan ruang lingkup Humas di Kantor Pusat PTPN IV. Peran Humas di PTPN IV Adolina Perbaungan berada pada bagian SDM dan Umum sehingga tugas dan tanggungjawabnya tidak hanya mengenai kehumasan tetapi juga mengenai sumber daya manusia, penerimaan tenaga kerja dan kegiatan umum lainnya. Penggabungan dua fungsi yang berbeda menyebabkan terabaikannya peranan humas untuk fokus pada tugas dan tanggungjawab yang sebenarnya. Fungsi dan tugas humas acapkali mengalami perubahan yang tidak relevan, disebabkan ketidaktahuan petugas humas terhadap fungsi dan tugasnya, sehingga tidak mampu meyakinkan top manajer betapa pentingnya fungsi dan tugas institusi humas.

Salah satu tugas dan tanggungjawab humas adalah menjaga dan membina hubungan baik dengan semua pihak baik di dalam dan di luar perusahaan, khususnya dalam menjaga citra perusahaan. Dampak krisis akan berpengaruh apabila kasus-kasus yang terjadi menimbulkan pemberitaan negatif yang menyudutkan perusahaan. Pemberitaan tersebut akan menjadi lebih buruk apabila tidak ditangani dengan segera oleh humas karena akan berdampak pada pencemaran nama baik atau citra perusahaan. Jika citra perusahaan negatif, maka akan berdampak pada publik yang


(20)

akan dilayaninya, dan jika tidak ada penanganan lebih lanjut maka akan mempengaruhi kinerja seluruh karyawan perusahaan.

Munculnya pemberitaan mengenai limbah Adolina menarik minat peneliti untuk meneliti pengaruhnya terhadap citra perusahaan. Dari semua kasus diatas, peneliti tertarik untuk meneliti kasus limbah Adolina yang mencemari sungai kanal Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin. Peneliti ingin mengetahui pendapat masyarakat mengenai citra PTPN IV Adolina setelah adanya penyelesaian tersebut. Penelitian ini menjadi alasan bagi peneliti untuk meneliti hubungan penyelesaian kasus limbah Adolina terhadap citra PTPN IV Adolina Perbaungan di kalangan masyarakat Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Sejauhmana Penyelesaian Kasus Limbah PKS Adolina Berpengaruh Terhadap Citra PTPN IV Adolina Perbaungan di Kalangan Warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin?”

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian terlalu luas sehingga menghasilkan uraian yang sistematis, maka peneliti membatasi maslah yang akan diteliti. Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas, terarah, sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:


(21)

1. Penelitian ini bersifat korelasional yang mencari hubungan antara penyelesaian kasus limbah PKS Adolina dengan citra PTPN IV Adolina Perbaungan.

2. Penelitian ini dibatasi hanya pada kasus limbah PKS PTPN IV Adolina Perbaungan yang mencemari sungai kanal pada Juni-Agustus 2009.

3. Objek penelitian adalah warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin. 4. Penelitian dilakukan pada Maret 2010 di Desa Celawan Kecamatan Pantai

Cermin.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan menguraikan apa yang akan dicapai, disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pendapat masyarakat Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin mengenai citra PKS PTPN IV Adolina Perbaungan setelah adanya penyelesaian kasus tersebut.

2. Untuk mengetahui efektivitas komunikasi yang dilakukan perusahaan untuk menyelesaikan kasus limbah Adolina.

3. Untuk menemukan hubungan penyelesaian kasus limbah PKS Adolina terhadap citra perusahaan.


(22)

14.2 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penelitian.

2. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkannya.

3. Secara praktis, penelitian ini dapat memberi kontribusi kepada pihak PTPN IV Adolina Perbaungan mengenai pendapat masyarakat mengenai kasus limbah Adolina terhadap citra perusahaan.

1.5 Kerangka Teori

Dalam penelitian diperlukan teori sebagai acuan, pedoman, dan kerangka berfikir untuk mendukung pemecahan suatu masalah secara jelas dan sistematis. Kerlinger menjabarkan pengertian teori sebagai suatu himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat:2004).

Setiap peneliti memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyorot masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian disorot (Nawawi, 1995: 39-40). Dalam sebuah penelitian harus ada teori-teori yang mendukung suatu penelitian tersebut, teori-teori yang relevan dalam penelitian ini adalah komunikasi, komunikasi organisasi, hubungan masyarakat, komunikasi eksternal, citra perusahaan dan teori S-O-R.


(23)

1.5.1 Komunikasi

Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih. Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respon pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik bentuk verbal atau bentuk nonverbal, tanpa harus memastikan terlebih dahulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama (Mulyana, 2005).

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik secara individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling berpengaruh satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja (Effendy, 2003:8).

Secara etimologi istilah komunikasi dalam bahasa Inggris yaitu

communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Pengertian

sama dalam hal ini adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikan. Dari hal tersebut dapat diartikan jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan maka komunikasi tidak akan terjadi (Effendy, 2003:30).

Komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk mancapai suatu tujuan komunikasi yang dapat dilihat dari berbagai kegiatan. Tujuan komunikasi itu pada dasarnya menerapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan orang lain. Dengan demikian suatu kegiatan yang dilakukan tersebut memberikan dampak sosial terhadap orang lain.


(24)

Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa adanya persamaan antara komunikator dengannya, sehingga dengan demikian komunikan bersedia taat kepada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator.

Menurut Harold Laswell dalam karyanya The Structure and Function of

Communication in Society, mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan

komunikasi ialah dengan menjawab “Who Says What In Which Channel To Whom

With What Effect?”. Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi

lima unsure sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yakni: - Komunikator

- Pesan - Media - Komunikan - Efek

Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyamapian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.


(25)

1.5.2 Komunikasi Organisasi

Di pandang dari sudut perpekstif fungsional, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan dari sudut perspektif interpretif, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi dan menekankan peranan orang-orang dan proses dalam menciptakan makna.

Menurut Goldhaber komunikasi organisasi adalah proses saling menciptakan dan menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah. Komunikasi organisasi mempunyai peranan penting dalam memadukan fungsi-fungsi manajemen dalam suatu perusahaan yaitu:

1. Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan.

2. Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Melakukan pengorganisasian terhadap sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dengan cara efektif.

4. Mengadakan seleksi , pengembangan dan penilaian anggota organisasi.

5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang menimbulkan keinginan orang untuk memberi kontribusi.

6. Mengendalikan prestasi.

Zelco dan Dance mengemukakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi yang dilakukan dari atasan kepada bawahan


(26)

dan begitu juga sebaliknya. Komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi, pembuatan iklan, hubungan dengan masyarakat umum

1.5.3 Hubungan Masyarakat

Menurut The British Institute of Public Relations, Public Relations atau Hubungan Masyarakat adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (goodwill) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.

Menurut Frank Jefkins, Humas adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.

Menurut The Mexican Statement (Pernyataan Meksiko), Humas adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memperkirakan setiap kemungkinan konsekuensinya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, serta menerapkan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan kepentingan khalayaknya. (Jefkins, 2003:9-11).

Menurut Edward L. Barney, terdapat 3 fungsi utama Humas yaitu: 1. Memberikan penerangan kepada masyarakat.

2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung.


(27)

3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya.

Menurut Scott M. Cutlip and Allen H. Centre (2006:6), dalam bukunya

Effective Public Relations, mengungkapkan bahwa PR atau Humas adalah fungsi

manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara organisasi demi kepentingan publiknya, serta merencanakan suatu program kegiatan dan komunikasi untuk memperoleh pengertian dan dukungan publiknya.

Publik atau khalayak pada suatu perusahaan adalah para pemegang saham, konsumen, masyarakat setempat, distributor, pendidik dan pemerintah. Khalayak-kahlayak ini mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Karena alas an itulah maka suatu perusahaan harus menerima tanggung jawab terhadap komunitas di tempat perusahaan itu beroperasi. Untuk menanggulangi penentangan komunitas dan untuk memperoleh pengakuan komunitas, banyak di antara mereka berupaya menciptakan pengenalan yang lebih dekat melalui program hubungan komunitas (community relations) (Moore, 2004:416).

1.5.4 Komunikasi Eksternal

.Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Komunikasi eksternal terdiri atas dua jalur secara timbal balik, yakni komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan dari khalayak kepada organisasi (Effendy, 2006: 128-130).

1. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak

Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informative, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan,


(28)

setidak-tidaknya ada hubungan batin. Kegiatan ini sangat penting dalam usaha memecahkan suatu masalah jika terjadi tanpa diduga.

2. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi

Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. Jika informasi yang disebarkan kepada khalayak itu menimbulkan efek yang sifatnya kontroversial (menyebabkan adanya pro dan kontra di kalangan khalayak), maka ini disebut opini publik. Opini publik ini sering sekali merugikan organisasi. Karenanya harus diusahakan agar segera dapat diatasi dalam arti kata tidak menimbulkan permasalahan.

1.5.5 Citra Perusahaan

Menurut Collins Englis Dictionary, citra adalah suatu gambaran tentang mental; ide yang dihasilkan oleh imajinasi atau kepribadian yang ditunjukkan kepada publik oleh seseorang, organisasi, dan sebagainya.

Lawrence L. Steinmetz, Ph. D, penulis buku Managing Small Business mengartikan citra sebagai pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk orang perorangan, benda atau organisasi. Menurutnya citra bagi perusahaan dapat diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Selanjutnya Lawrence mengemukakan persepsi seseorang terhadap perusahaan didasari atas apa yang mereka ketahui atau mereka kira tentang perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Bill Canton citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri public terhadap perusahaan; kesan yang sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah (1) kata


(29)

benda: gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk.

Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations menyimpulkan bahwa secara umum citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalaman seseorang mengenai fakta-fakta atau kenyataan. (Soemirat, 2004 :111-114)

Pengertian citra itu sendiri abstrak atau intangible, tetapi wujudnya dapat dirasakan dari hasil penilaian, penerimaan, kesadaran, dan pengertian, baik semacam tanda respek dan rasa hormat, dari publik sekelilingnya atau masyarakat luas terhadap perusahaan sebagai sebuah badan usaha atau pun terhadap personelnya (dipercaya, professional dan dapat diandalkan dalam pemberian pelayanan yang baik).

1.5.6 Teori S-O-R

Pada awalnya teori ini dikenal sebagai teori Stimulus-Response (SR). tetapi kemudian Melvin De Fleur menambahkan Organism dalam bagiannya, sehingga menjadi Stimulus-Organism-Response (S-O-R). Unsur-unsur dalam teori ini, terdiri dari stimulus (rangsangan atau dorongan berupa pesan), Organism (manusia atau penerima pesan/receiver), dan response (reaksi, efek, pengaruh, atau tanggapan).

Menurut teori S-O-R, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi (Effendy, 2003: 253).

Dalam penelitian ini, maka unsur S-O-R dapat dijabarkan sebagai berikut: S (Stimulus), yaitu kasus limbah Adolina; O (Organism), yaitu masyarakat Desa


(30)

Celawan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Badagai; R (Response), yaitu pengaruh terhadap citra PTPN IV Adolina Perbaungan.

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan perumusan pada hipotesa (Nawawi, 1995:40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu social (Singarimbun, 1995:57).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 1997:40). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penyelesaian kasus limbah di PKS PTPN IV Adolina Perbaungan.


(31)

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau unsur atau faktor yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena variabel lain (Nawawi: 1997). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah citra perusahaan di kalangan warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin.

3. Karakteristik Responden, yang meliputi Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan dan

Pekerjaan.

1.7 Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan terkait antara satu dengan lainnya. Variabel-variabel yang dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y) Penyelesaian Kasus Limbah Adolina Citra Perusahaan

Gambar 1.1 Model Teoritis

1. 8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, untuk lebih memudahkan operasionalisasi pemecahan masalah, maka perlu dibuat operasionalisasi variabel, sebagai berikut:


(32)

Tabel 1.1 Operasional Variabel

No. Variabel Teoritis Variabel Operasional 1 Variabel Bebas (X)

Penyelesaian Kasus Limbah Adolina

a. Peranan Komunikator b. Pesan yang disampaikan c. Saluran yang digunakan d. Reaksi masyarakat 2 Variabel Terikat (Y)

Citra Perusahaan

a. Kepercayaan b. Realitas

c. Kerjasama saling menguntungkan d. Kesadaran 3 Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin

b. Usia c. Pendidikan d. Pekerjaan

1.9 Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Definisi operasional juga merupakan informasi ilmiah yang amat membantu penelti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).


(33)

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (Penyelesaian Kasus Limbah Adolina), terdiri dari:

a. Peranan Komunikator artinya Humas sebagai komunikator dalam menyelesaikan kasus limbah Adolina mempunyai peranan untuk menyampaikan keterangan-keterangan menyangkut kasus limbah.

b. Pesan yang disampaikan adalah isi atau keterangan-keterangan yang disampaikan oleh pihak Adolina kepada masyarakat.

c. Saluran yakni alat, wahana atau media yang digunakan Adolina untuk menyampaikan pesannya kepada masyarakat

d. Reaksi masyarakat yaitu pendapat, sikap, dan tindakan warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin terhadap penyelesaian kasus limbah.

2. Variabel Terikat (Citra Perusahaan), terdiri dari:

a. Kepercayaan adalah kesan dan pendapat atau pemikiran positif khalayak atau masyarakat terhadap PTPN IV Adolina Perbaungan..

b. Realitas artinya realistis, jelas terwujud dapat diukur dan hasilnya dapat dirasakan serta dapat dipertanggungjawabkan dengan perencanaan yang matang dan sistematis bagi responden seperti pemberian bantuan fisik maupun non fisik.

c. Kerjasama saling menguntungkan yaitu saling memberikan keuntungan sesama pihak baik bagi perusahaan maupun khalayak

d. Kesadaran yaitu adanya kesadaran khalayak dan perhatian terhadap produk atau segala sesuatu yang berkaitan dengan PTPN IV Adolina Perbaungan. 3. Variabel Terikat (Karakteristik Responden) merupakan ciri khas yang dimiliki oleh


(34)

dalam penelitian ini adalah Masyarakat Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan.

1.10 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis merupakan penghubung antara teori dan dunia empiris (Rakhmat, 2004:14), Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak terdapat hubungan antara penyelesaian kasus limbah Adolina terhadap citra PKS PTPN IV Adolina Perbaungan

Ha: Terdapat hubungan antara penyelesaian kasus limbah Adolina terhadap citra PKS PTPN IV Adolina Perbaungan.


(35)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 KOMUNIKASI II.1.1 Definisi Komunikasi

Secara epistemologi istilah kata komunikasi atau dalam bahasa Inggris

communication berasal dari bahasa Latin yakni communicatio, dan bersumber dari

kata communis yang berarti sama. Sama dalam arti kata ini bisa diinterpretasikan dengan pemaknaannya adalah sama makna. Jadi secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut (Purba, 2006: 1).

Menurut Carl I. Hovland ilmu komunikasi adalah suatu usaha yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap. Adapun mengenai komunikasinya sendiri, Hovland merumuskan sebagai proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikate). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa ilmu komunikasi mempelajari dan meneliti perubahan sikap dan pendapat yang diakibatkan oleh informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.

Menurut Wilbur Schramm communication berasal dari kata Latin communis yang artinya common atau sama. Jadi menurut Schramm jika kita mengadakan komunikasi dengan suatu pihak, maka kita menyatakan gagasan kita untuk


(36)

memperoleh commones dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu (Purba, 2006: 29-30).

Menurut Gerald R. Miller komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

Menurut Everett M. Rogers komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

Harold S. Laswell cara baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With

what Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan

Pengaruh Bagaimana?

Berdasarkan definisi Laswell tersebut dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu: Pertama, Sumber (source), atau pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber dapat berupa individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau suatu negara. Untuk menyampaikan apa yang ada dalam hatinya (perasaan) atau dalam pikiran, sumber harus mengubah perasaan dan pikiran tersebut ke dalam seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang idealnya dipahami oleh penerima pesan. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding).

Kedua, pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.

Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen: makna,


(37)

simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan, dan perasaan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah, dan sebagainya) ataupun tulisan (surat, esai, artikel, novel, puisi, famflet, dan sebagainya). Pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatapan mata, dan sebagainya), juga melalui musik, lukisan, patung, tarian, dan sebagainya.

Ketiga, saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber

untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah dua saluran, yakni cahaya dan suara, meskipun dapat juga menggunakan lima indra untuk menerima pesan dari orang lain. Saluran merujuk pada cara penyajian pesan: apakah langsung (tatap muka) atau lewat media cetak (surat kabar, majalah) atau media elektronik (radio, televisi). Surat pribadi, telepon, selebaran, Overhead Projektor (OHP), sistem suara (sound system) multimedia, semua itu dapat dikategorikan sebagai bagian dari saluran komunikasi. Pengirim pesan akan memilih saluran-saluran itu, bergantung pada situasi, tujuan yang hendak dicapai dan jumlah penerima pesan yang dihadapi.

Keempat, penerima (receiver), sering disebut sasaran/tujuan (destination),

komunikate (communicate), penyandi balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaan, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan


(38)

seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat dipahami. Proses ini disebut penyandian balik (decoding).

Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan

tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia menjadi bersedia), dan lain sebagainya.

Kelima unsur diatas sebenarnya belum lengkap, bila dibandingkan dengan unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam model-model lebih baru. Unsur-unsur lain yang sering ditambahkan adalah umpan balik (feed back), gangguan/kendala komunikasi (noise/barriers), dan konteks atau situasi komunikasi. Dalam peristiwa komunikasi begitu banyak unsur yang terlibat. Ke semua unsur itu saling bergantung atau tumpang tindih, namun diasumsikan terdapat unsur-unsur utama yang dapat diidentifikasi dan dimasukkan ke dalam suatu model. Pemahaman komunikasi berorientasi-sumber yang diuraikan diatas menekankan variabel-variabel tertentu seperti isi pesan (pembicaraan), cara pesan disampaikan, dan daya bujuknya.

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas.


(39)

Komunitas bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu, komunitas juga berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama dan bahasa, dan masing-masing bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap, perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunitas tersebut.

Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai “berbagi pengalaman”. Sampai batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam pengertian berbagi pengalaman (Mulyana, 2005: 42).

Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting mendasari definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level of observation) atau derajat keabstrakan. Komunikasi didefinisikan sebagai proses yang menghubungkan satu sama lain bagian-bagian terpisah dunia kehidupan adalah terlalu umum, sementara komunikasi sebagai alat untuk mengirim pesan militer, perintah, dan sebagainya lewat telepon, telegraf, radio, kurir dan sebagainya adalah terlalu sempit.

Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Sebagian definisi mencakup hanya pengiriman dan penerimaan pesan yang disengaja; sedangkan sebagian definisi lainnya tidak menuntut syarat ini, seperti yang dikemukakan Gerald R. Miller, yakni komunikasi sebagai situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Sedangkan definisi komunikasi yang mengabaikan kesengajaan adalah definisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni suatu proses yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang.


(40)

Dimensi ketiga adalah penilaian normatif. Sebagian definisi, meskipun secara implisif, menyertakan keberhasilan atau kecermatan; sebagian lainnya tidak seperti itu. Definisi komunikasi dari John B. Hoben, misalnya mengasumsikan bahwa komunikasi itu (harus) berhasil: “komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan”. Asumsi dibalik definisi tersebut adalah bahwa suatu pikiran atau gagasan secara berhasil dipertukarkan. Sebagian definisi lainnya tidak otomatis mensyaratkan keberhasilan ini, seperti definisi komunikasi dari Bernard Berelson dan Gary Steiner: “komunikasi adalah transmisi informasi”. Jadi definisi tersebut tidak mensyaratkan bahwa informasi harus diterima atau dimengerti (Mulyana, 2005: 54-55).

Banyak definisi komunikasi bersifat khas, mencerminkan paradigma atau perspektif yang digunakan ahli-ahli komunikasi tersebut dalam mendekati fenomena komunikasi. Paradigma “ilmiah” (objektif, mekanistik, positivistik) tampak dominan, mengasumsikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab akibat, yang mencerminkan pengirim pesan atau yang biasa disebut komunikator/sumber/pengirim/encoder (yang aktif) untuk mengubah pengetahuan, sikap atau perilaku komunikate/penerima pesan/sasaran/khalayak/decoder (atau dalam wacana komunikasi Indonesia sering disebut komunikan) yang pasif.

Kontras dengan definisi-definisi dan model-model komunikasi bersifat linier atau mekanistik, dalam pendekatan terhadap komunikasi yang transaksional atau lebih humanistik, definisi-definisi dan model-model komunikasinya pun berbeda. Bila dalam pendekatan saintifik orang-orang yang terlibat dalam komunikasi dikategorikan sebagai pengirim pesan (sumber, komunikator) dan penerima pesan (sasaran, komunikate), dalam pendekatan yang lebih humanistik, mereka disebut peserta-peserta komunikasi (communication participants) atau keduanya disebut komunikator


(41)

(communicator). Beberapa ahli menggunakan istilah komunikan untuk merujuk pada pihak-pihak yang berkomunikasi atau peserta komunikasi, jadi identik pengertiannya dengan komunikator, bukan sebagai penerima pesan.

Tubbs dan Moss mendefinisikan komunikasi sebagai proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih, sedangkan Gudykunst dan Kim mendefinisikan komunikasi (antarbudaya) sebagai proses transaksional, simbolik yang melibatkan pemberian makna antara orang-orang (dari budaya yang berbeda). Jadi inti dari komunikasi adalah penafsiran (interpretasi) atas pesan tersebut, baik disengaja ataupun tidak disengaja (Mulyana, 2005: 58-59).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi atau adanya saling pengertian dari seseorang kepada orang lain (Purba, 2006:34).

II.1.2 Dimensi-Dimensi Komunikasi A. Bentuk/Tatanan Komunikasi

Bentuk atau tatanan komunikasi dapat ditinjau dari jumlah komunikannya yaitu:

1. Komunikasi pribadi (personal communication)

a. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) b. Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication) 2. Komunikasi kelompok (group communication)

a. Komunikasi kelompok Kecil (small group communication), meliputi ceramah, forum, simposium, diskusi panel, seminar, curah saran (brainstorming).


(42)

3. Komunikasi Organisasi (organization communication) 4. Komunikasi massa (mass communication)

a. Komunikasi massa cetak, meliputi surat kabar, majalah, buku, dll. b. Komunikasi massa elektronik, meliputi radio, televisi, film, dll.

B. Sifat komunikasi

Berdasarkan sifatnya maka komunikasi dapat diklasifiksikan sebagai berikut: 1. Komunikasi verbal

a. Komunikasi lisan b. Komunikasi tulisan 2. Komunikasi non verbal

a. Komunikasi kial (gestural/body communication) b. Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Komunikasi tatap muka

4. Komunikasi bermedia

C. Tujuan Komunikasi

1. Untuk mengubah sikap

2. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan 3. Untuk mengubah perilaku

4. Untuk mengubah masyarakat

D. Fungsi Komunikasi 1. Menginformasikan 2. Mendidik


(43)

3. Menghibur 4. Mempengaruhi E. Metode Komunikasi

Kata metode berasal dari bahasa Inggris, rangkaian yang sistematis. Metode komunikasi berarti kegiatan-kegiatan yang terorganisasi, meliputi:

1. Komunikasi informatif 2. Komunikasi persuasif 3. Komunikasi pervasif 4. Komunikasi koersif 5. Komunikasi instruktif 6. Hubungan manusiawi

F. Bidang Komunikasi 1. Komunikasi sosial

2. Komunikasi organisasional/manajemen 3. Komunikasi bisnis

4. Komunikasi politik 5. Komunikasi internasional 6. Komunikasi antarbudaya 7. Komunikasi pembangunan 8. Komunikasi tradisional 9. Komunikasi lingkungan


(44)

G. Teknik Komunikasi

Teknik berasal dari kata ‘technikon’ bahasa Yunani, yang berarti ketrampilan. Berdasarkan ketrampilan komunikasi maka teknik komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Jurnalistik

2. Hubungan masyarakat (public relations) 3. Periklanan

4. Propaganda 5. Publisitas

H. Model Komunikasi

1. Komunikasi satu tahap (one step flow communication) 2. Komunikasi dua tahap (two step flow communication) 3. Komunikasi banyak tahap (multi step flow communication)

II.2 KOMUNIKASI ORGANISASI

Di pandang dari sudut perpekstif fungsional, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan dari sudut perspektif interpretif, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi dan menekankan peranan orang-orang dan proses dalam menciptakan makna (Purba, 2006:112)


(45)

termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi, ketrampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.

Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah sebagai suatu sistem terbuka yang menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energi tersebut menjadi produk atau servis dari sistem dan mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan.

Zelco dan Dance mengemukakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi yang dilakukan dari atasan kepada bawahan dan begitu juga sebaliknya. Komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi, pembuatan iklan, hubungan dengan masyarakat umum. Kemudian bersama Lesikar, mereka menambahkan satu dimensi lagi dari komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi di antara sesama anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informal mengenai informasi dan perasaan di antara sesama anggota organisasi.

Thayer menggunakan pendekatan sistem secara umum dalam memandang komunikasi organisasi. Dia mengatakan komunikasi organisasi sebagai arus data yang akan melayani komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi dalam berberapa


(46)

cara. Dia memperkenalkan tiga sistem dalam komunikasi organisasi yaitu: a. berkenaan dengan kerja oragnisasi seperti data mengenai tugas-tugas atau beroperasinya organisasi; b. berkenaan dengan pengaturan organisasi, seperti perintah-perintah, aturan-aturan, petunjuk-petunjuk; c. berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi. Yang termasuk bagian ini antara lain hubungan dengan personal dan masyarakat, pembuatan iklan dan latihan.

Greenbaunm mengatakan bahwa bidang komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Dia membedakan komunikasi internal dengan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sekali sebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi dan masalah menggiatkan aktivitas.

Menurut Goldhaber definisi komunikasi organisasi adalah proses saling menciptakan dan menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan, dan ketidakpastian (Muhammad, 2009: 65-67).

Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi, tetapi dari semuanya ada beberapa hal umum yang dapat disimpulkan, yaitu:

a. Komunikasi organisasi terjadi dalam satu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal

b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.

c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan ketrampilannya.


(47)

Proses komunikasi menghidupkan organisasi melalui informasi yang dikomunikasikan kepada para manajer agar mereka mempunyai dasar perencanaan, rencana dikomunikasikan kepada pihak lain agar dilaksanakan. Pengarahan mengharuskan manajer berkomunikasi dengan bawahan agar tujuan tercapai. Komunikasi lisan dan tulisan adalah bagian penting dari bentuk pengawasan jadi manajer dapat melakukan fungsi manajemen melalui interaksi dan komunikasi melalui pihak lain. Dan mereka melakukan hal itu melalui komunikasi yang diawali oleh pimpinan teras.

Atasan harus berkomunikasi dengan bawahan dan sebaliknya juga antar sesama manajer dan sesama bawahan. Komunikasi yang berlangsung antara komunikator dan komunikan menyangkut beberapa unsur yang terlibat dalam proses penyampaian pesan smapai kepada umpan balik (Purba, 2006: 115).

Gambar Proses Komunikasi Gambar 2.1

UMPAN BALIK

Pikiran Pengolahan

PENGIRIM

Penggunaan saluran untuk menyampaikan

informasi

Penerimaan Pengelolaan Pemahaman


(48)

(Sumber: Purba, 2006:115)

Pada dasarnya karyawan menginginkan informasi mengenai hal-hal secara mendasar yang ingin mereka ketahui, yaitu:

1. Posisi mereka dalam hubungannya terhadap struktur otoritas formal. Posisi mereka dalam hubungan organisasi informal dengan penghargaan terhadap kekuatan status individu, penerimaan dan lain sebagainya.

2. Peristiwa yang berhubungan dengan keamanan ekonomi mereka pribadi dan perusahaan.

3. Informasi operasional yang akan memampukan mereka untuk mengembangkan rasa bangga terhadap pekerjaan mereka.

Ada beberapa kendala yang menghambat efektivitas komunikasi organisasi di antaranya adalah:

1. Perbedaan kerangka acuan, berdasarkan perbedaan kompleks latar belakang dan pengalaman komunikatif sebelumnya, orang akan mempersepsikan komunikasi yang sama dengan cara yang berbeda.

2. Kredibilitas sumber, mengacu pada bagaimana seorang pembicara dipersepsi oleh

receiver sebagai jujur, dapat dipercaya, meyakinkan dan tidak memanipulasi

pesan.

3. Persepsi selektif, berdasarkan kecenderungan kepentingannya, orang hanya mau menerima dan mempersepsi berbagai rangsangan, informasi, berita, dan lain-lain. 4. Penilaian akhir, terjadi bila orang terlalu cepat mengambil kesimpulan akhir, final


(49)

5. Keterbatasan atau tekanan waktu, seorang manajer ditandai terlalu sibuk, kurang waktu, sehingga kesempatan untuk berkomunikasi secara efektif dengan karyawan sangat terbatas.

6. Penyaringan melebihkan arti dan distorsi, merupakan upaya mengubah arti sehingga arti yang dikirim dengan yang diterima sama sekali berbeda makna dan pengertiannya.

7. Masalah semantik, semantik adalah pengkajian makna dan pengertian dalam bentuk bahasa, kata-kata dan simbol-simbol yang maknanya dimengerti bersama. 8. Komunikasi berlebihan, karyawan terlalu sering kali berkomunikasi dalam volume

dan frekuensi dan intensitas atau menerima terlalu banyak menerima pesan dan informasi melebihi dari kebutuhan dan kemampuan untuk mengolahnya.

9. Kurangnya ketrampilan atau mendengar yang efektif. Dari penjelasan De Vito proses komunikasi yang efektif, maka kemampuan menyimak yang adalah proses psikologi atau mental dan intelektual yang membutuhkan energi.

Cara Mengatasi Hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengikuti terus (following up), usaha untuk terus menyimak dan mendengarkan dengan seksama.

2. Memanfaatkan umpan balik (utilizing feedback), merupakan pemanfaatan optimal terhadap metode komunikasi dua arah.

3. Empati, usaha untuk kemampuan sumber menempatkan diri secara imajiner pada posisi peran, pandangan dan emosi penerima.

4. Penggunaan bahasa yang sederhana (simplifying language), kemampuan bahasa mempresentasikan realita yang begitu rumit unit sangat terbatas.


(50)

5. Meningkatkan umpan balikan verbal dan nonverbal (utilizing verbal and

nonverbal feedback) dalam proses komunikasi tanda-tanda verbal dan nonverbal

ini saling mendukung dan mengisi.

6. Meningkatkan kemampuan menyimak yang efektif (effecting listening skills) baik manajer maupun karyawan, perlu meningkatkan kemampuan dasar ini agar efektivitas komunikais lebih optimal.

7. Memanfaatkan saluran benalu (utilizing grapevine) karena tidak semua informasi penting tersalurkan lewat saluran formal, seperti sentimen, emosi, sikap dan lain-lain yang relevan dan penting bagi organisasi, maka manajer perlu lebih meningkatkan kepekaan.

II.3 HUBUNGAN MASYARAKAT II.3.1 Definisi Humas

Humas mempunyai ruang lingkup kegiatan yang menyangkut banyak manusia (publik, masyarakat, kahalayak) baik di dalam (internal) maupun di luar (eksternal). Humas sebagai komunikator mempunyai fungsi ganda yaitu keluar memberikan informasi kepada khalayak dan ke dalam menyerap reaksi dari khalayak. Eksistensi Humas pada setiap lembaga/instansi merupakan suatu keharusan fungsional dalam rangka memperkenalkan kegiatan dan aktivitas kepada masyarakat (khalayak). Humas merupakan alat untuk memperlancar jalannya interaksi serta penyebaran informasi kepada khalayak melalui berbagai media massa (Purba, 2006:132-133).

Pandangan terhadap PR yang terus berubah merefleksikan revolusi dalam praktik PR di dalam organisasi dan masyarakat. Perubahan ini juga menggambarkan sebuah profesi yang berkembang mencari identitas diri dan pengakuan professional.


(51)

Pada awal 1990-an PR digunakan untuk membela diri dan mempertahankan monopolinya dari serangan jurnalis dan pembatasan aturan pemerintah yang makin ketat. Fungsi utamanya adalah menjelaskan pandangan mereka dan menyerang balik opini lain dalam rangka memengaruhi opini publik dan mencegah bertambahnya aturan pemerintah yang mengatur bisnis yang mereka jalankan. Selama masa-masa awal ini, PR berbentuk publisitas yang didesain untuk memengaruhi orang lain dan sering disebut propaganda.

Banyak orang yang masih mendefinisikan PR sebagai sekedar persuasi atau bujukan. Definisi ini merefleksikan tulisan Edward L. Bernays dalam bukunya berpengaruh, The Engineering of Consent bahwa PR adalah mengajak publik agar memahami dan punya kemauan baik (Cutlip, 2006:3).

Selama beberapa dekade setelah perang dunia II, pemahaman tentang efek media menjadi makin canggih. Konsekuensinya, definisi tersebut mulai memasukkan gagasan komunikasi dan hubungan dua arah. Definisi ini mencakup kata-kata seperti resiprokal, mutual dan antara, yang mengindikasikan pandangan yang lebih matang terhadap fungsi PR. Konsep interaktif ini muncul dalam definisi di dalam Webster’s

Third New International Dictionary: “seni atau ilmu tentang pengembangan

pemahaman resiprokal dan kehendak hati (goodwill).” British Institute of Public

Relations mendefinisikan fungsi ini sebagai usaha untuk membangun dan memelihara

“pemahaman bersama yang baik antara organisasi dan publiknya”.

Edisi awal dari teks ini mendefinisikan PR sebagai konsep interaktif, “usaha terencana untuk mempengaruhi opini melalui karakter yang baik dan kinerja yang bertanggung jawab, berdasarkan pada komunikasi dua arah yang saling memuaskan. Teks lainnya yang dipublikasikan pada 1984 dan cukup berpengaruh, juga


(52)

menekankan komunikasi dalam konsep interaktif ini, “manajemen komunikasi antara organisasi dengan publiknya”.

Harwood L. Childs, seorang profesor dari Yale dan pendiri Public Opinion

Quarterly, memperkenalkan konsep yang lebih maju pada akhir 1930-an. Berbeda

dengan pendapat konvensional, Childs menyimpulkan bahwa esensi PR “bukanlah penyajian satu sudut pandang, bukan seni untuk mengubah sikap mental, juga bukan perkembangan hubungan yang hangat dan menguntungkan.” Tetapi dia mengatakan, bahwa fungsi dasarnya adalah “merekonsialisasikan atau menyesuaikan aspek-aspek dari perilaku korporat dan personal, yang mengandung signifikansi sosial, dengan kepentingan publik”. Childs menganggap fungsi PR adalah membantu organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

Fungsi PR dalam membantu penyesuaian organisasi selain membutuhkan komunikasi juga memerlukan upaya untuk memengaruhi kebijakan di level manajemen, dan membutuhkan tindakan korektif. International Public Relations

Association (IPRA) mengadopsi unsur-unsur ini dengan memasukkan kalimat

“pemimpin organisasi konseling” dan kalimat mengimplementasikan “program aksi terencana” ke dalam definisi PR.

Ringkasnya, konsep PR satu arah hampir sepenuhnya didasarkan pada propaganda dan komunikasi persuasif, biasanya dalam bentuk publisitas. Sedangkan konsep dua arah menekankan pada pertukaran komunikasi, resiprositas, dan pemahaman bersama. Selain itu, konsep dua arah mencakup manajemen konseling terhadap perubahan yang dibutuhkan dalam organisasi.

Public Relations News, salah satu dari beberapa Newsletter di bidang ini,


(53)

sebagai fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur individual dan organisasi yang punya kepentingan publik, serta merencanakan dan melaksanakan program aksi dalam rangka mendapatkan pemahaman dan penerimaan publik.

Ratusan definisi telah ditulis guna menangkap esensi dari PR dengan menyebutkan aktivitas-aktivitas utama yang muncul dalam praktik. Tokoh professional dan akademik di bidang ini Rex F. Harlow, mengumpulkan hampir 500 definisi yang ditulis antara tahun 1990-an dan 1976. Dia mengidentifikasikan elemen-elemen utamanya guna menunjukkan apa itu PR, bukan sekedar apa yang dilakukan PR. Definisinya mencakup elemen konseptual dan operasional, bahwa PR adalah fungsi manajemen tertentu yang membantu membangun dan menjaga lini komunikai, pemahaman bersama, penerimaan mutual dan kerja sama antara organisasi dan publiknya; PR melibatkan manajemen problem atau manajemen isu; PR membantu manajemen agar tetap responsif dan mendapat mendapat informasi terkini tentang opini publik; PR mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik; PR membantu manajemen tetap mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan secara efektif, dan PR dalam hal ini adalah sebagai sistem peringatan dini untuk mengantisipasi arah perubahan; dan PR menggunakan riset dan komunikasi yang sehat dan etis sebagai alat utamanya.

Unsur-unsur yang lazim dijumpai dalam definisi PR menyatakan bahwa PR: 1. Melakukan program terencana dan berkesinambungan sebagai bagian dari

manajemen organisasional.

2. Menangani hubungan antara organisasi dan publik stakeholder-nya.


(54)

4. Menganalisis dampak dari kebijakan, prosedur, dan aksi terhadap publik

stakeholder.

5. Mengidentifikasi kebijakan, prosedur, dan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan publik dan kelangsungan hidup organisasi.

6. Memberi saran kepada manajemen dalam hal pembentukan kebijakan baru, prosedur baru, dan tindakan baru yang sama-sama bermanfaat bagi organisasi dan publik.

7. Membangun dan mempertahankan komunikasi dua arah antara organisasi dan publiknya.

8. Menciptakan perubahan yang terukur dalam kesadaran, opini, sikap, dan perilaku di dalam dan di luar organisasi.

9. Menghasilkan hubungan yang baru dan tetap antara organisai dan publiknya.

PR adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut (Cutlip & Center, 2006: 6).

International Public Realtions Association (IPRA) mendefinisikan PR adalah

fungsi manajemen dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga swasta atau publik (umum) untuk memperoleh pengetian, simpati dan dukungan dari mereka yang terkait atau mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini publik di antara mereka. Untuk mengaitkannya sedapat mungkin kebijaksanaan dan prosedur yang mereka pakai untuk melakukan hal itu direncanakanlah dan disebarkanlah informasi yang lebih produktif dan pemenuhan keinginan bersama yang lebih efisien.


(55)

Dari berbagai batasan PR tersebut dapat ditarik konsep bahwa untuk memahami dan mengevaluasi berbagai opini publik atau isu publik yang berkembang terhadap suatu organisasi/perusahaan. Dalam kegiatannya PR memberi masukan dan nasihat terhadap berbagai kebijakan manajemen yang berhubungan dengan opini atau isu publik yang tengah berkembang. Dalam pelaksanaannya PR menggunakan komunikasi untuk memberitahu, mempengaruhi dan mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku publik sasarannya. Hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan PR intinya adalah good image (citra baik), goodwill (itikad baik), mutual understanding (saling pengertian), mutual confidence (saling mempercayai), mutual appreciation (saling menghargai), dan tolerance (toleransi). (Soemirat, 2004:14).

Melvin Sharpe mengajukan lima prinsip proses harmonis dalam hubungan jangka panjang antara perusahaan dengan publiknya (Soemirat, 2004:14-15). Konsep-konsep tersebut terdiri dari:

1. Komunikasi yang jujur untuk memperoleh kredibilitas

2. Keterbukaan dan konsisten terhadap tindakan dan kepercayaan.

3. Tindakan yang jujur untuk mendapatkan hubungan timbal balik dan goodwill (kemauan baik).

4. Komunikasi dua arah dilakukan secara kontiniu untuk mencegah alienasi (pengucilan) dan membangun hubungan.

5. Evaluasi penelitian dan lingkungan untuk menentukan tindakan dan penyesuaian yang diperlukan bagi hubungan sosial yang harmonis.


(56)

II.3.2 Publik-Publik Dalam Humas

Publik dalam PR dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori yaitu: 1. Publik internal dan publik eksternal

Publik internal yaitu publik yang berada di dalam organisasi/perusahaan seperti supervisor, karyawan pelaksana, manajer, pemegang saham dan direksi perusahaan. Publik eksternal secara organik tidak berkaitan langsung dengan perusahaan seperti pers, pemerintah, pendidik/dosen, pelanggan, komunitas dan pemasok. Publik eksternal yang menjadi sasaran PR adalah pelanggan (customer), khalayak sekitar (community), intansi pemerintah (government), pers (press), dan lain-lain kelompok di luar organisasi.

2. Publik primer, sekunder, dan marginal

Publik primer bisa sangat membantu atau merintangi upaya suatu perusahaan. Publik sekunder adalah publik yang kurang begitu penting, dan publik marginal adalah publik yang tidak begitu penting.

3. Publik tradisional dan publik masa depan

Karyawan dan pelanggan adalah publik tradisional, mahasiswa/pelajar, peneliti, konsumen potensial, dosen, dan pejabat pemerintah adalah publik masa depan.

4. Proponent, opponent, dan uncommitted

Di antara publik terdapat kelompok yang menentang perusahaan (opponents), yang memihak (proponents) dan ada yang tidak peduli (uncommitted). Perusahaan perlu mengenal publik yang berbeda-beda ini agar dapat dengan jernih melihat permasalahan.


(57)

Di lihat dari aktivitas publik dalam mengajukan keluhan atau mendukung perusahaan, dapat dibedakan antara yang vokal (aktif) dan yang silent (pasif). Publik penulis di surat kabar umumnya adalah the vocal minority, yaitu aktif menyuarakan pendapatnya, namun jumlahnya tak banyak. Sedangkan mayoritas pembaca adalah pasif sehingga tidak kelihatan suara atau pendapatnya.

Dalam diktat Public Relations, lembaga pendidikan PR, Interstudi of Public

Relations, terdapat tujuh macam publik yang dapat dibedakan dalam ruang lingkup

masing-masing dan dilihat dari kepentingannya. Seorang pejabat PR diharapkan melakukan kegiatan ini lebih dari sekadar nama kepada setiap publik (Soemirat, 2004:16-17). Publik tersebut adalah:

1. Masyarakat di sekitarnya. Tipe masyarakat didalamnya akan bergantung dari macam usaha yang ada. Misalnya usaha hotel, pasar swalayan, rumah sakit, industri manufaktur, dan jasa akan berbeda satu sama lain komunitas sekitarnya. Hal yang perlu diingat adalah bermula dengan lingkungan terdekat yang digarap dengan baik langkah awal yang positif.

2. Karyawan perusahaan. Di sini akan terlihat banyak ragamnya ditinjau dari kedudukan, masalah-masalah status ekonomi, usia, dan karakteristik demografis lainnya. Melihat karakteristik karyawan, maka masalah informasi menjadi bidang spesialisasi tersendiri. Apabila keterlibatan karyawan lebih banyak, sangat dianjurkan untuk mengikuti kecenderungan-kecenderungan baru dengan jalan memantau perkembangan yang ada, termasuk berbagai peraturan pemerintah dan informasi di media massa.

3. Pers, radio, televisi. Pers dapat dibagi dalam pers nasional, regional, local, dagang, dan profesional. Setiap surat kabar/majalah memperkerjakan para wartawan yang


(1)

Senin 29 Juni 2009 — Admin (www.inimedanbung.com)

Soal SungaiTercemar Limbah

PKS Adolina Tidak Gubris Keluhan Warga

Soal SungaiTercemar Limbah

>> mad, sergai

Persoalan limbah imbah cair berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN IV Adolina Perbaungan, yang dibuang ke aliran sungai Kanal Desa Sukaramai, Desa Ujung Rambung dan Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin, terjadi sejak lama.

Akibat dari limbah tersebut,seluruh ekosistem yang ada didalam air sungai terganggu, selain itu, limbah juga telah mengganggu aktivitas warga, karena warga yang biasanya menfaatkan air sungai untuk kebutuhan untuk mandi cuci dan sebagainya, tidak bisa lagi.

Meski sudah banyak keluhan dari warga terutama yang berdomisili disekitar aliran sungai, namun bagi pihak perkebunan tidak memberi respon sekiditpun. Hal itu sangat membuat para warga sangat kecewa.

Untuk mencari tau kebenaran pihak perkebunan PTPN IV Adolina telah melakukan

pembaungan limbah ke aliran sungai, oleh imbc, Senin (29/6) tidak berhasil menemui pihak manajemen perkebunan,"pihak manajemen hari ini tidak bisa ditemui karena sibuk,"ujar H. Siregar Satpam pabrik PKS didepan pintu gerbang.

Dari keterangan Kepala Desa Kota Pari Supriadi pada salah satu wartawan melalui telepon selulernya, Senin (29/6) mengatakan, bahwa pihaknya telah menyampaikan hal kepada Masyitah Pane, Durahman Silitonga dan Subarto anggota DPRD yang melakukan reses di Kantor Camat Pantai Cermin.

"Mereka berjanji akan menindaklanjuti laporan mereka ke manajemen PTPN IV Adolina dan instansi terkait untuk dilakukan teguran ataupun sanksi akibat limbah pabrik tersebut,"ujarnya menirukan perkataan anggota DPRD disela resesnya.

Secara terpisah, Kepala Kantor Dampak Hidup, Sergai Burhanuddin Nasution, SH, pada wartawan , Senin (29/6) pihaknya belum bisa melakukan tindakan, namun akan melakukan survey ke lokasi dan mengambil sample air limbah dan rembesannya.

"Jika nantinya terbukti berdasarkan analisa laboratorium, maka bisa diambil tindakan

administrative ke PKS tersebut. Karena pihaknya tidak punya wewenang untuk menghentikan atau membawanya kejalur hukum, itu urusan menteri BUMN dan Lingkungan Hidup," kilah Burhan. ***


(2)

Sabtu 11 Juli 2009 — Admin (inimedanbung.com)

Di Duga Limbah PKS PTPN IV Adolina Kembali Cemari Sungai

Warga Ancam Akan Gelar Unjuk Rasa Ke PKS

Di Duga Limbah PKS PTPN IV Adolina Kembali Cemari Sungai

>> mad, sergai

Limbah cair diduga berasal dari PKS(Perkebunan Kelapa Sawit)milik PTPN IV Adolina Perbaungan kembali mencemari sungai kanal Pantai Cermin.

Hal itu diungkapkan beberapa warga dari Desa Kota Pari yakni Sugiono alias Basuki (49) warga Dsun VII,Desa Ujung Rambung yang juga merupakan wakil BPD(Badan

Permusawaratan Desa)pada wartawan mengungkapkan, pihak PKS PTPN IV Adolina Perbaungan pada Kamis(9/7) sore hingga kini Jumat (10/7) kembali membuang limbah cair mereka dikanal Pantai Cermin.

Menurutnya limbah cair berbahaya yang mengalir ke sungai kanal dengan melintasi tiga Desa yakni Desa Ujung Rambung,Desa Suka Ramai dan Desa Kota Pari,Kecamatan Pantai

Cermin,Sergai.

Hal senada juga diungkapkan beberapa warga yang berdomisili disekitar alirah sungai tersebut, akibat adanya limbah mengalir kesungai pada saat itu akan membuat air sungai berubah menjadi berwarna hitam dan mengeluarkan aroma tak sedap.

"Akibat limbah itu, air sumur milik kami tidak dapat digunakan untuk minum selain bau air dari sumur tersebut berminyak dan warnanya keruh,sehingga hanya dapat digunakan untuk mandi dan cuci piring saja" papar Desi (25) Riwayanti (40) Keduanya warga Dusun V,Desa Kota Pari merupakan ibu rumah tangga.

Sementara itu Ketua LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa) Desa Kota Pari Fadlan Hasibuan (57) pada wartawan mengatakan, jika pihak PKS tidak menghentikan pembuangan limbah cairnya maka warga akan melakukan unjuk rasa didepan Pabrik PTPN IV adolina Perbaungan.

"kami akan melakukan unjuk rasa didepan Pabrik PTPN IV Adolina Perbaungan jika pihak PKS tersebut telus menerus melakukan pembuangan limbah cair mereka ke sungai Kanal Pantai Cermin,"paparnya.

Kesabaran warga itu ada batasnya kami manusia bukan binatang jangan karena selama ini kami diam sehingga mengangap kami tidak dapat berkutik jadi kami minta kepada pihak


(3)

managemen dari PKS tersebut untuk mengadakan pertemuan dengan warga dari tiga desa yang merasakan langsung dampak dari limbah tersebut,tandas Hasibuan.

Syamsudin perwakilan dari PKS PTPN IV Adolina Perbaungan pada imbc melalui telepon selulernya, Jumat (10/7) sekira pukul 21.15 WIB menuturkan, bahwa pihaknya belum mengetahui adanya dugaan limbah dari PKS mencemari sungai.

"Memang beberapa waktu lalu ada kebocoran dari kanal penampungan limbah, tapi sudah kita tutup, tapi adanya kebocoran kemarin, kita belum mengetahui karena tidak adanya laporan dari Kades setempat,"ujarnya.

Apabila ada kebocoran limbah dari kanal penampungan itu belum kita ketahui,"tapi yang jelas tidak ada unsur kesengajaan yang dilakukan pihak PKS, apabila nantinya memang ada


(4)

PKS PTPN IV Adolina Perbaungan Akui Ada Kebocoran

Limbah

>> mad, sergai

Seputar adanya kebocoran limbah cair dari kanal penampungan limbah PKS PTPN IV Adolina Perbaungan kesungai diDesa Suka Ramai, Desa Ujung Rambung dan Desa Kota Pari, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Sergai yang dilansir beberapa media terbitan

Medan,pada Kamis (2/7) kemarin.

Pihak PKS PTPN IV Adolina Perbaungan harus bertanggung jawab. Apalagi pengakuan itu langsung diucapkan pihak PTPN IV Adolina melalui Syamsudin selaku Stap ISO PKS Adolina Perbaungan,"bahwa memang telah terjadi kebocoran limbah dari salah satu kanal sebesar 80 cm dan mencemari sungai," ujar Syamsudin mengutip komentarnya dimedia massa, Kamis (2/7)

"Pengakuan dari pihak PKS sudah salah satu bukti bahwa PKS PTPN IV Adolina Perbaungan sudah melakukan kesalahan dan harus bertanggung jawab," ujar Iskandar Sitorus SH selaku pendiri Lembaga Bantuan Hukum (LBH) kesehatan pada wartawan melalui telepon

selulernya, Jumat (3/7).

Katanya, walaupun hanya dengan kebocoran 80 cm, namun apabila benar limbah cair yang mengandung zat berbahaya dan beracun, telah sempat mencemari sungai yang dimaksud, maka efeknya sangat merugikan bagi masyarakat mapun ekosistim yang ada disekitar sungai tersebut.

Menurut Iskandar, limbah yang mengandung zat berbahaya apabila mencemari pemukiman maupun sungai yanmg dicemari akan mengganggu kemasyarakat dan ekosistim yang ada, efeknya apabila langsung terjadi ke masyarakat maka dengan sendirinya masyarakat tersebut akan mengalami gatal-gatal untuk efek samping akan mengganggu genetika masyarakat itu sendiri, sedangkan hewan seperti ikan akan mati'terangnya.

Kita selaku LBH Kesehatan meminta agar tim dari Inspektorat Kementerian BUMN Pusat dan pihak Poldasu agar turun kelokasi dan mengecek kebenaran dari pengakuan Syamsudin selaku staf ISO PTPN IV Adolina yang telah dilangsir dibeberapa media,"bila mana kebocoran itu akibat unsur kesengajaan maka pihak PKS harus diperiksa,"ujar Iskandar Kata Iskandar, walaupun pihak PKS Adolina berjanji akan melakukan perbaikan terhadap kanal yang bocor dengan membangun yang permanen, tapi itu bukan berarti mereka harus lepas tangan terhadap kebocoran kanal'ujarnya.

Perlu diketahui apabila limbah cair yang keluar dari kebocoran kanal apabila mengandung unsur yang berbahaya, maka pada kebocoran tersebut akan mengganggu ekosistim didalam sungai dan masyarakat yang mempergunakan air sungai tersebut.


(5)

Persoalannya apakah hal itu akan dibiarkan, apabila tidak mendapat tanggapan dari pihak lain, maka yang telah terjadi akibat kebocoran kanal PKS PTPN IV Adolina Perbaungan akan menjadi momok bagi masyarakat disekitar kanal penampungan limbah dari PKS maupun perusahaan lain, karena sampai sekarang di Kabupaten Sergai belum ditemukan adanya tindakan yang diambil terhadap PKS maupun perusahaan yang mencemari sungai dari limbah mereka.

Tidak diketahui dimana kesalahan dan kelemahan Kantor Dampak Lingkungan Sergai dalam menindak lanjuti pencemaran luimbah yang dilakukan beberapa perusahaan, baik itu

perusahaan Tapioka maupun PKS perkebunan.

Setiap adanya pemberitaan dari media massa, pihak kantor Dampak Lingkungan baru turun kelapangan, setelah melakukan pengambilan sampek air, namun hasilnya selalu tidak diketahui masyarakat.

Menurut salah seorang pejabat di Kantor Dampak Lingkungan Sergai belum bisa mengakui air sungai telah tercemar oleh limbah, padahal pihak PKS Adolina telah mengakui adanya kebocoran limbah dari kanal beberapa minggu akibat hujan lebat.

"Kita belum bisa mengatakan sungai tersebut tercemar limbah, karena sempek air kita bawa ke Provinsi dan hasilnya tunggu beberapa hari lagi,"ujar pejabat di Kantor Dampak


(6)

BIODATA

Nama

:

Widya Ulima Ambarita

NIM

:

060904033

Departemen

:

Ilmu Komunikasi

Program Studi

:

Hubungan Masyarakat (Humas)

Tempat / Tanggal Lahir

:

Medan / 5 Agustus 1987

Agama

:

Kristen Protestan

Anak ke

:

3 dari 7 bersaudara

Pendidikan

:

1. SD Hang Tuah I Belawan

2. SLTP Negeri 5 Medan lulus tahun 2002

3. SMA Methodist 8 Medan, lulus

tahun 2005

4. Ilmu Komunikasi FISIP USU, lulus tahun

2010

Nama Orangtua

a)

Ayah

:

Drs. J.M. Ambarita

b)

Ibu

:

N.S. Br Sitompul

Nama Saudara

:

1. Junet Fernandus Ambarita, S.St.Pi

2. (Alm) Sasmita Wibowo Ambarita

3. Yona Ribka Ambarita

4. Marthin Brian Ambarita

5. Rio Jonathan Ambarita

6. Mora Yoga Daniel Ambarita

Alamat :

Perumahan Menteng Indah Blok D1 No. 18

Medan