Faktor-faktor yang Mempengaruhi Immobilisasi

38 1. Immobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralysis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan. 2. Immobilisasi intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit. 3. Immobilisasi emosional, keadan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh, keadan stress berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami sebagian anggota tubuhnya, atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai. 4. Immobilisasi sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Immobilisasi

Menurut Tarwoto Wartonah 2004, faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pergerakan atau immobilisasi adalah sebagai berikut : a. Gangguan Muskuloskletal Gangguan pada muskuloskletal biasanya dipengaruhi oleh beberapa keadaan tentu yang mengganggu pergerakan tubuh seseorang, misalnya osteoporosis, atropi, kontraktur, kekakuan sendi dan sakit sendi. Universitas Sumatera Utara 39 b. Gangguan Kardiovaskuler Beberapa kasus kardiovaskuler yang dapat berpengaruh terhadap mobilitas fisik seseorang antara lain: postural hipotensi, vasodilatasi, dan peningkatan valsalva maneuver. c. Gangguan Sistem Pernafasan Beberapa keadaan gangguan respirasi yang dapat berpengaruh terhadap mobilitas seseorang antara lain penurunan gerak pernafasan, bertambahnya sekresi paru, atelektasis, dan hipostatis pneumonia. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi menurut Kozier 1995, antara lain: a. Gaya Hidup Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat. b. Proses Penyakit dan Injury Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya, misalnya seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi, karena adanya rasa sakit yang menjadi alasan mereka cenderung untuk bergerak lebih lambat. Ada kalanya pasien harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu. Universitas Sumatera Utara 40 c. Kebudayaan Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas, misalnya pasien setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan kalau banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi. d. Tingkat Energi Seseorang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga. Orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang dalam keadaan sehat. e. Usia dan Status Perkembangan Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja dan juga pada lansia.

2.3. Tingkat Immobilisasi