balita menurun dari 37,5 pada tahun 1989 menjadi 26,4 pada tahun 1999. tetapi untuk kasus gizi buruk terjadi peningkatan yaitu 6,3 pada tahun 1989 menjadi 11,4
pada tahun 1995 DepKes RI, 2002 Dari penelitian Manoho di Deli Serdang tahun 2005 diketahui bahwa praktek
pemberian ASI berhubungan dengan pertumbuhan anak. Semakin rendah tingkat pemberian ASI makin tinggi angka pertumbuhan anak kategori gizi kurang, baik
dilihat dari indeks BBU maupun PBU. Pada penelitian Suharyono dan Hariarti di Jakarta tahun 1978 bahwa status gizi baik lebih tinggi pada kelompok yang diberi
ASI yaitu 43,8 dari pada susu buatan 33,5. Hal ini didukung oleh penelitian Firdaus dkk di Aceh tahun 1996 terdapat
hubungan yang bermakna antara status gizi dengan pemberian ASI, dimana 10,1 yang mendapat ASI menderita gizi kurang bila dibandingkan dengan 27 yang
diberi PASI dengan atau tanpa ASI menderita gizi kurang.
2.6. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian MP-ASI
Pemberian MP-ASI sebaiknya diberikan pada umur yang tepat yakni pada saat usia anak 6 bulan. Resiko pemberian MP-ASI sebelum umur 6 bulan ialah
Pudjiadi, 2005 : 1.
Kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga menjurus ke obesitas 2.
Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut 3.
Mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan 4.
Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewaran atau zat pengawet yang tidak diinginkan
5. Kemungkinan pencemaran dalam penyediaan dan penyimpanan nya
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya penundaan pemberian MP-ASI akan menghambat pertumbuhan karena energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan oleh ASI tidak mencukupi
kebutuhannya lagi Pudjiadi, 2005. Hal-hal penting yang harus diketahui mengenai cara-cara tepat pemberian
MP-ASI dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2. Prinsip Pemberian MP-ASI
6-8 bulan 8-9 bulan
9-12 bulan 12-24 bulan
Jenis 1 jenis bahan dasar 6
bulan 2 jenis bahan dasar 7 bulan
2-3 jenis bahan dasar disajikan
secara terpisah atau dicampur
3-4 jenis bahan dasar sajikan
secara terpisah atau dicampur
Makanan keluarga
tanpa garam, gula, hindari
penyedap, hindari santan
dan gorengan Tekstur
Semi cair dihaluskan atau pure, secara
bertahap kurangi campuran air
sehingga menjadi semi padat
Lunak disaring dan
potongan makanan yang
dapat digenggam dan
mudah larut Kasar
dicincang. Makanan yang
dipotong dan dapat
digenggam. Padat
Frekuensi Makanan utama : 1-2
xhari, camilan 1xhari
Makanan utama: 2-
3xhari. Camilan 1xhari
Makanan utama: 3hari.
Camilan 2xhari Makanan
utama: 3hari. Camilan
2xhari
Porsi 1-2 st, secara bertahap
ditambahkan 2-3 sm
makanan semi padat. Potongan
makanan seukuran sekali
gigit 3-4 sm
makanan semi padat yang
kasar. Potongan makanan
seukuran sekali gigit
5 sm makanan atau lebih
ASI Sesuka bayi
Sesuka bayi Sesuka bayi
Sesuka bayi
Sumber : Safitri, 2007
2.7. Status Gizi Bayi Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi
Hadirnya penyakit infeksi dalam tubuh anak akan membawa pengaruh terhadap gizi anak. Sebagai reaksi pertama akibat adanya infeksi adalah menurunnya
Universitas Sumatera Utara
nafsu makan anak sehingga anak menolak makanan yang diberikan ibunya. Penolakan terhadap makanan berarti berkurangnya pemasukan zat gizi dalam tubuh
anak. Keadaan akan berangsur memburuk jika infeksi itu disertai muntah yang mengakibatkan hilangnya zat gizi. Kehilangan zat gizi dan cairan akan semakin
banyak apabila anak juga menderita diare. Adanya muntah dan diare dengan sangat cepat akan mengubah tingkat gizi anak ke arah gizi buruk Moehji, 1998.
Dengan imunisasi anak akan terhindar dari penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan. Dengan reaksi antigen-antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi
perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar kuman, virus, racun, dan bahan kimia yang mungkin akan merusak tubuh Markum, 1997.
Dinding usus dapat mengalami kemunduran dan dapat juga mengganggu produksi berbagai enzim untuk pencernaan makanan. Makanan tidak dapat dicerna
dengan baik dan ini berarti penyerapan zat gizi akan mengalami gangguan sehingga dapat memperburuk keadaan gizi. Adanya penyakit infeksi dalam tubuh akan
membawa pengaruh terhadap gizi anak sebagai reaksi pertama akibat adanya infeksi adalah menurunnya nafsu makan anak sehingga anak menolak makanan yang
diberikan ibunya, penolakan terhadap makanan berarti berkurangnya pemasukan zat gizi kedalam tubuh anak. Adanya infeksi mengakibatkan terjadinya penghancuran
jaringan tubuh, baik oleh bibit penyakit itu sendiri maupun penghancuran untuk memperoleh protein yang diperlukan untuk pertahanan tubuh Moehji, 2003.
Penelitian Renika di kecamatan Medan Baru tahun 2006 menyatakan terdapat hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan status gizi balita. Dari 40 balita yang
diimunisasi lengkap terdapat 4 orang dengan status gizi kurang dan buruk. Sementara
Universitas Sumatera Utara
Pemberian ASI -ASI Eksklusif
-Tidak ASI Eksklusif 11 balita yang imunisasinya tidak lengkap terdapat 8 balita dengan status gizi kurang
dan buruk.
2.8. Kerangka Konsep