Rumusan Masalah Penilaian Status Gizi Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif

Medan tahun 2006, berdasarkan laporan gizi buruk dari RSU Pirngadi Patroli Kesehatan tahun 2005 jumlah balita gizi buruk sebanyak 121 orang, dan pada tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 373 orang dan 8 orang diantaranya terdapat di Kecamatan Medan Selayang. Kemudian berdasarkan laporan PSG Penilaian Status Gizi yang berasal dari Posyandu di masing-masing Puskesmas di kota Medan, dengan memakai Indikator BBU sebanyak 856 0,54 balita di kota Medan di kategorikan gizi buruk dan sebanyak 6169 3,85 balita gizi kurang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah “bagaimana status gizi bayi 7-12 bulan di tinjau dari pemberian ASI Eksklusif, MP-ASI, dan kelengkapan imunisasi di kecamatan Medan Selayang tahun 2008. 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran status gizi bayi 7-12 bulan di tinjau dari pemberian ASI Eksklusif, MP ASI dan kelengkapan imunisasi di Kecamatan Medan Selayang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran pemberian ASI Eksklusif pada bayi 7-12 bulan 2. Mengetahui gambaran pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 7-12 bulan. 3. Mengetahui gambaran kelengkapan pemberian imunisasi. 4. Mengetahui status gizi bayi 7-12 bulan. Universitas Sumatera Utara 5. Mengetahui gambaran Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Bayi 7-12 bulan 6. Mengetahui gambaran pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi bayi7-12 bulan 7. Mengetahui gambaran Kelengkapan Imunisasi dengan Status Gizi Bayi7-12 bulan Manfaat Penelitian 2. Bagi Puskesmas, sebagai bahan masukan untuk evaluasi program peningkatan pemberian ASI secara Eksklusif, pemberian MP-ASI yang baik dan pemberian Imunisasi dasar lengkap. 3. Diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan gizi bagi masyarakat di lokasi penelitian tentang penatalaksanaan perbaikan gizi bayi. 4. Sebagai pengalaman yang sangat berharga sekaligus tambahan pengetahuan bagi penulis. 5. Dengan terwujudnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran serta referansi bagi rekan-rekan mahasiswa khususnya para peneliti berikutnya. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ASI 2.1.1. Pengertian ASI ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi segera setelah lahir. ASI mempunyai kelebihan baik ditinjau dari segi gizi dan daya kekebalan tubuh. ASI mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan komposisi sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI juga mengandung kadar laktosa yang lebih tinggi DepKes RI, 2003. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Sebenarnya ASI tersebut akan dapat memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan bayi harus mulai diberikan makanan padat, ASI dapat diteruskan sampai bayi berusia 2 tahun DepKes RI, 2003.

2.1.2. Komposisi ASI

Komposisi ASI dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya masa laktasi, nutrisi, diet, dan jenis bangsaras. Komposisi ASI pada masa laktasi dibedakan menjadi 3, yang terdiri dari :

1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali dikeluarkan oleh kelenjar susu dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, cairan tersebut sifat nya kental dan berwarna kuning karena mengandung betakarotin. Kolostrum lebih banyak mengand ung protein terutama γ globulin, mineral terutama natrium, kalium dan Universitas Sumatera Utara vitamin yang larut dalam lemak. γ globulin pada kolostorum merupakan antibodi yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai bayi berusia 6 bulan DepKes RI, 2005.

2. Air Susu Peralihan

Merupakan peralihan kolostrum dan ASI mature. Air susu ini diproduksi pada hari ke 4-7 sampai dengan hari ke 10-14 masa laktasi. Kadar protein pada susu ini semakin menurun, sedangkan kadar lemak, karbohidrat serta volume semakin bertambah. 3. Air Susu Mature Air susu ibu yang diseksresikan pada hari ke 10-14 dan seterusnya. Air susu mature merupakan cairan putih kekuningan yang disebabkan oleh warna garam kalsium kaseinat, riboflavin, dan karotin. ASI ini tidak menggumpal bila dipanaskan Akre, 1994. Komposisi gizi dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi untuk masa 4-6 bulan. Komposisi gizi tersebut mempunyai arti besar sekali untuk bayi. Zat-zat yang terkandung dalam ASI antara lain :

1. Air

ASI mengandung sekitar 88 gram air per 1 gram ASI. Air berguna untuk melarutkan zat yang terdapat di dalamnya sehingga tidak menyebabkan keadaan hiperkalsemia dan hipernatremia Roesli, 2000. 2. Protein Susu ibu terdiri dari 1,1 protein. Protein ini terdiri dari casein dan whey protein laktabumin dan laktoglobulin, yang lebih muda dicerna dibanding casein. Universitas Sumatera Utara Pada ASI laktabumin 60 dan 40. Protein lain yang ditemukan dalam ASI adalah lysozymdan dan laktoferin yang mempunyai peranan sebagai anti infeksi DepKes, 2005. Laktoglobulin yang ada pada protein susu mengandung protein tinggi yang dibutuhkan bayi, dan semua ini mengandung antibody terhadap segala macam penyakit Penny, 1997.

3. Lemak

Sumber energi utama dalam ASI adalah lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4,5. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolesterol ASI lebih tinggi dari pada susu sapi, sehingga bayi mendapat ASI seharusnya mempunyai kadar kolesterol darah lebih tinggi. Hal ini berguna untuk membentuk enzim yang diperlukan untuk mengendalikan kadar kolesterol dikemudian hari. Juga variasi dalam jumlah dan tipe lemak ASI sangat penting pada perkembangan normal susunan saraf pusat Suharjo, 1996. Selain itu ASI juga mengandung DHA dan AA yang jumlahnya sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak dikemudian hari DepKes, 2005.

4. Karbohidrat

ASI mengandung laktosa lebih tinggi 6,5-7 dari susu sapi. Laktosa dibagi dalam 2 bagian, yaitu galaktosa dan glukosa. Galaktosa merupakan bahan yang sangat diperlukan lapisan myelin serat-serat urat saraf. Laktosa dalam usus akan Universitas Sumatera Utara mengalami peragian hingga membentuk asam laktat. Adanya asam laktat dalam usus bayi memberi manfaat berupa : − Menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis. − Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan berbagai asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin dalam usus. − Memudahkan terjadinya pengendapan Calsium Caseinat protein susu. − Memudahkan berbagai jenis mineral seperti kalsium, pospor, magnesium DepKes, 2003. 5. Mineral Kandungan mineral dalam ASI lebih kecil dibandingkan kandungan mineral dalam susu sapi 1:4. Karena kandungan mineral yang tinggi pada susu akan menyebabkan terjadinya beban osmolar yaitu tinggi kadar mineral dalam tubuh Pudjiadi, 2000.

6. Vitamin

Kadar vitamin dalam ASI diperoleh dari asupan makanan ibu yang harus cukup dan seimbang. ASI mengandung vitamin A yang tinggi dan vitamin D yang rendah. Sehingga bayi yang premature atau bayi yang kurang mendapatkan sinar matahari , dianjurkan untuk diberi suplementasi vitamin D. ASI mengandung vitamin C yang lebih banyak dari susu sapi, kecuali jika makanan ibu kekurangan vitamin C. vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah diserap. Didalam ASi juga terdapat vitamin E, terutama dalam kolostrum Suharjo,1996. Universitas Sumatera Utara

7. Faktor-faktor Anti infeksi

Susu ibu mengandung antibodi dan bahan-bahan lain yang dapat mencegah infeksi dalam tubuh bayi. Antibodi dalam ASI dapat bertahan dalam pencernaan bayi karena tahan terhadap asam. Dalam tinja bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi terhadap bakteri E.coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli dalam tinja bayi juga rendah. Faktor-faktor pelindung terdiri atas berbagai macam imunoglobin, lysozym, laktoperoksid, faktor pertumbuhan lactobasilus, substansi streptococus , makrofag dan dan lemak DepKes, 2005. − Imuglobulin Semua macam imunoglobulin terdapat pada ASI seperti Ig A, Ig E, Ig G, Ig M. imunoglobulin A kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum. Sekretori Ig A tidak diserap, tetapi melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan berbagai virus dalam pencernaan DepKes RI, 2005. − Lysozym Lysozym adalah enzim yang memecah dinding bakteri. Lysozym merupakan salah satu enzim yang terdapat dalam ASI sebnyak 6-300 mg100 ml, dan kadarnya biasa naik 3000-5000 kali lebih banyak dibandingkan kadar lisozym dalam susu sapi. Enzim ini aktif mengatasi bakteri E.coli dan salmonella DepKes RI, 2005. − Laktoperoksidase Laktoperoksidase merupakan enzim bersama-sama peroksidase hidrogen dan ion tiosinat membantu membunuh streptococcus Pudjiati, 1999. Universitas Sumatera Utara − Faktor Bifidus Sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen dan menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat petumbuhan bakteri yang merugikan. Kotoran bayi menjadi bersifat asam yang berbeda dari kotoran bayi yanm meminum susu formul DepKes RI, 2005 − Faktor anti staphilococus Merupakan asam lemak dan melidungi bayi terhadap gangguan bakteri staphilococus. − Laktoferin dan Transferin Kedua zat ini tedapat dalam ASI walaupun tidak banyak. Protein-protein tersebut mempunyai kapasitas pengikat zat besi bagi pertumbuhan kuman yang memerlukan. − Komponen komplemen Sistem komplemen terdiri atas 11 protein serum yang dapat dibedakan satu sama lain, dan dapat diaktifkan oleh berbagai zat seperti antibodi, produk kuman dan enzim. Dalam kolostrum terdapat konentrasi CO yang tinggi hingga dalam keadaan aktif merupakan faktor pertahanan yang berarti. − Lipase ASI mengandung lipase yang juga merupakan zat anti virus Pudjiati, 1999 Universitas Sumatera Utara

2.1.3. ASI Eksklusif

ASI Ekslusif adalah perilaku dimana bayi sampai dengan umur 6 bulan hanya diberikan Air Susu Ibu ASI saja tanpa makanan tambahan dan atau minuman lain kecuali sirop obat DepKes RI, 2003. Sedangakan menurut WHOUnicef 2001 pemberian ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja, langsung atau tidak langsung diperas. Secara keseluruhan pemberian ASI Eksklusif mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Hanya ASI sampai umur 6 bulan 2. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir 3. Tidak memberikan makanan pralakteal seperti air gula atau air tajin kepada bayi baru lahir 4. menyusui sesuai kebutuhan bayi on demand 5. Berikan kolostrum ASI yang keluar pada hari hari pertama, yang bernilai gizi kepada bayi 6. Menyusui sesering mungkin, termasuk pemberian ASI pada malam hari Cairan lain yang diperbolehkan hanya vitaminmineraldan obat sesuai anjuran dokter. 2.2. Makanan Pendamping ASI MP-ASI Makanan Pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi Sulistijani, 2001. Sedang menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2006, MP-ASI Makanan Pendamping Air Susu Ibu adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. Universitas Sumatera Utara Tujuan pemberian Makanan Pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi terus menerus. Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian makanan tambahan bayi sangat membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik. Dalam hal ini, para orang tua dianjurkan untuk memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis bayi serta aneka ragam makanan dari daerah setempat. Pemberian makanan dari daerah setempat sejak dini akan memungkinkan anak yang bersangkutan menyukai makanan tersebut sampai anak beranjak dewasa Husaini dan Aswar, 1984 dalam Krisnatuti, 2007. Memasuki usia enam bulan bayi telah siap menerima makanan bukan cair, karena gigi sudah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Di samping itu, lambung juga telah baik mencerna zat tepung. Menjelang usia sembilan bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasukkan benda ke dalam mulut. Karena itu jelaslah, bahwa pada saat tersebut bayi siap mengkonsumsi makanan Setengah Padat Arisman, 2004. Selain itu saat bayi berumur enam bulan keatas, sistem pencernaannya juga sudah relatif sempurna dan siap menerima MP- ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase enzim amilase dan sebagainya juga telah diproduksi sempurna pada saat ia berumur enam bulan Anonim, 2005. Agar makanan pendamping ASI dapat diberikan efisien, sebaiknya diberikan secara bertahap dan hati-hati, sedikit demi sedikit dalam bentuk encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental Arisman, 2004. Universitas Sumatera Utara Secara komersial, makanan bayi tersedia dalam bentuk tepung campuran instan atau biskuit yang dapat dimakan secara langsung atau dijadikan bubur. Makanan pendamping ASI dapat dibuat sendiri untuk bayi dengan menggunakan bahan pangan lokal, dengan harga yang murah dan mudah didapat serta bentuknya lebih bervariasi Krisnatuti, 2007. 2.3. Imunisasi 2.3.1. Pengertian Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak yang diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Dalam imunologi, kuman atau racun kuman toksin disebut sebagai antigen. Imunisasi merupakan upaya pemberian ketahanan tubuh yang dibentuk melalui vaksinasi pemberian vaksin maka jika ada antigen berupa virus atau kuman masuk ke dalam tubuh secara langsung, tubuh akan membentuk antibodi Markum, 1997. Ada dua jenis kekebalan terhadap penyakit yaitu : 1. Kekebalan Tidak Spesifik Non Specifik Resistance yaitu pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit. Misalnya kulit, air mata, reflek tertentu seperti batuk dan bersin. 2. Kekebalan Spesifik Specifik Resistance yaitu kekebalan yang diperoleh dari dua sumber yaitu : a. Kekebalan Genetik, berasal dari simber genetik biasanya berhubungan dengan ras warna kulit dan kelompok etnis. b. Kekebalan yang diperoleh acquired immunity, diperoleh dari luar tubuh individu. Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini Imunisasi termasuk dalam jenis kekebalan spesifik yang diperoleh.

2.3.2. Jenis Imunisasi Dasar yang Wajib di Indonesia

1. BCG Bacillus Calmete Guerin Vaksin BCG melindungi anak terhadap penyakit TBC yang disebabkan oleh bakteri Mycrobakterium tuberculosis. 2. DPT Difteri Pertusis Tetanus Vaksin DPT melindungi anak terhadap penyakit Difteri yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae, penyakit Pertusis yang disebabkan oleh kuman Bordetella pertusis, penyakit tetanus yang disebabkan oleh Clostridium tetani. 3. Polio Vaksin polio melindungi anak dari penyakit polio Poliomyelitis yang disebabkan oleh virus. 4. Campak Melindungi anak dari penyakit campak measles yang disebabkan oleh virus dari golongan Paramyxo virus. 5. Hepatitis B Melindungi anak terhadap penyakit hepatitis B yang disebabkan oleh virus.

2.3.3. Jadwal Pemberian Imunisasi

Berbagai vaksin tersedia untuk menangkal bermacam-macam penyakit dengan cara pemakaian dan permberian yang berbeda. Ada vaksin yang perlu dikombinasiakan, ada juga yang diberikan dalam bentuk suntikan tunggal. Pemberian Universitas Sumatera Utara nya ada yang cukup sekali, ada yang harus dibagi dalam beberapa dosis selama beberapa bulan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 : Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi yang wajib di Indonesia Vaksin Pemberian Interval Umur BCG 1x - 0-1 bulan DPT 3x 4 minggu minimum 2-4 bulan POLIO 4x 4 minggu 0-4 bulan CAMPAK 1x - 9-11 bulan HEPATITIS B 3x 1 2 1 bulan 1 3 1 bulan 0-4 bulan Sumber : Depkes RI 2008

2.4. Penilaian Status Gizi

Status Gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu antara konsumsi dan penyerapan zat gizi serta penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara langsung meliputi : antropometri, biokimia, klinis dan biofisik. Sedangkan penilaian secara tidak langsung meliputi survey konsumsi makanan , statistik vital dan faktor ekologi. Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Antropometri gizi adalah hubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri yang digunakan adalah dengan menggunakan indeks BBU berat badan menurut umur. Berat badan adalah salah satu parameter yang Universitas Sumatera Utara memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan- perubahan yang mendadak, misalnya penyakit infeksi dan menurunnya nafsu makan sehingga parameternya sangat labil Supariasa, 2002. Untuk menilai status gizi dengan menggunakan indeks BBU yang dikonversikan dengan baku rujukan WHO-NCHS dimana status gizi dapat dibagi 4 kategori : 1. Gizi baik bila nilai skor Z terletak antara -2 SD ≤ Z +2 SD 2. Gizi kurang bila nilai skor Z terletak antara -3 SD ≤ Z -2 SD 3. Gizi buruk bila nilai skor Z -3 SD 4. Gizi lebih bila nilai skor Z ≥ +2 SD

2.5. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif

Meningkatnya penggunaan susu formula untuk makanan bayi, dapat menimbulkan berbagai masalah di negara-negara berkembang. Misalnya yang terkenal dengan trias Jeliffe yang terdiri dari : kekurangan kalori proterin tipe marasmus, moniliasis pada mulut, dan diare karena infeksi. Angka kesakitan dan kematian akibat diare di negara-negara yang sedang berkembang masih tinggi. Lebih- lebih pada anak yang mendapat susu formula, angka tersebut lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan anak-anak yang mendapatkan ASI. Hal ini disebabkan karena nilai gizi ASI yang tinggi, adanya antibodi pada ASI, sel-sel lekosit, emzim, hormon dan lain-lain yang melindungi bayi terhadap berbagai infeksi Soetjiningsih, 1997. Rendahnya pemberian ASI Eksklusif menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Data SUSENAS menunjukkan status gizi kurang pada Universitas Sumatera Utara balita menurun dari 37,5 pada tahun 1989 menjadi 26,4 pada tahun 1999. tetapi untuk kasus gizi buruk terjadi peningkatan yaitu 6,3 pada tahun 1989 menjadi 11,4 pada tahun 1995 DepKes RI, 2002 Dari penelitian Manoho di Deli Serdang tahun 2005 diketahui bahwa praktek pemberian ASI berhubungan dengan pertumbuhan anak. Semakin rendah tingkat pemberian ASI makin tinggi angka pertumbuhan anak kategori gizi kurang, baik dilihat dari indeks BBU maupun PBU. Pada penelitian Suharyono dan Hariarti di Jakarta tahun 1978 bahwa status gizi baik lebih tinggi pada kelompok yang diberi ASI yaitu 43,8 dari pada susu buatan 33,5. Hal ini didukung oleh penelitian Firdaus dkk di Aceh tahun 1996 terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan pemberian ASI, dimana 10,1 yang mendapat ASI menderita gizi kurang bila dibandingkan dengan 27 yang diberi PASI dengan atau tanpa ASI menderita gizi kurang.

2.6. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian MP-ASI

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing Medan Tahun 2012

1 48 56

Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Tindakan Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006

1 33 68

Determinan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat

13 77 118

Pola Pemberian Pisang Awak (Musa Paradisiaca Var. Awak), Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Desa Paloh Gadeng Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2011

12 113 94

Faktor – Faktor Kegagalan Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat Kota Kisaran.

7 48 66

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pola Pemberian Asi, MP-ASI Dan Pola Penyakit Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Dusun III Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

1 36 58

Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Tindakan Pemberian Asi Eksklusif Dipuskesmas Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006

0 28 68

Faktor-Faktor Dukungan Suami Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Bersalin Vina Kecamatan Medan Baru 2014

0 39 71

Hubungan Motivasi Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 55 88

STUDI KOMPARASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMBERIAN MP–ASI DINI TERHADAP STATUS GIZI PADA BAYI USIA 6–8 BULAN DI DESA CATURHARJO SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - Studi Komparasi Pemberian Asi Eksklusif dan Pemberian Mp–Asi Dini terhadap Status Gizi pada Bayi U

0 0 14