Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan yang pesat dalam bidang tekhnologi, komunikasi dan sistem informasi di dunia ini sesungguhnya membawa dua dampak yang sangat besar yaitu dampak positif yang membawa pada kesejahteraan bagi manusia dan dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif tersebut dapat kita lihat pada pola kehidupan masyarakat yang semakin hari semakin jauh dari norma-norma yang berlaku seseorang menjadi individualistis, apatis, hura-hura, termasuk meningkatnya tindakan kriminal. Kemerosotan nilai moralitas disebabkan oleh beberapa hal antara lain pengaruh minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba, menonton VCD porno, dan semakin maraknya prostitusi dikalangan remaja www.google.com. Dampak negatif tersebut muncul karena penyalahgunaan yang dilakukan oleh manusia terhadap tekhnologi dan produk tekhnologi tersebut, dan salah satu produk tekhnologi itu adalah narkoba. Pada dasarnya narkoba narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan, namun sekarang banyak orang yang telah menyalahgunakannya. Berdasarkan UU No.22 tahun 1997 tentang narkotika dan UU No.5 tahun 1997 tentang psikotropika bahwa narkoba tidak diperbolehkan untuk diedarkan secara gelap dan disalahgunakan. Itu berarti bahwa narkoba boleh digunakan namun dalam dunia pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan tidak secara gelap karena narkoba adalah zat-zat yang digunakan untuk kepentingan Universitas Sumatera Utara pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu kesehatan dan penggunaannya harus sepengetahuan dokter atau pihak yang berwenang sebab efek setelah mengkonsumsinya dapat menimbulkan ketagihan . Namun sekarang ini banyak jenis obat-obatan dan zat yang tergolong narkoba yang tidak dikenal dalam dunia pengobatan dan dunia ilmu pengetahuan yang diedarkan secara gelap dan disalahgunakan sehingga menimbulkan banyak dampak yang merugikan seperti gangguan kesehatan bagi sipemakai, bahkan lebih fatal lagi sampai kepada kematian, meningkatnya tindak kriminal ketidakstabilan pertahanan dan keamanan negara, serta tidak stabilnya pertumbuhan tatanan kehidupan sosial di masyarakat. Dengan semakin majunya sarana transportasi dan komunikasi, peredaran narkoba antar negara dan antar daerah semakin cepat dan luas sehingga mempermudah penyalahgunaannya oleh sebagian anggota masyarakat, khususnya generasi muda yang sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Sasaran peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba tidak pandang bulu, baik usia muda, remaja, ataupun tua, status ekonomi, religius atau bukan, keluarga harmonis atau tidak, tetap saja semua berpotensi melakukan penyalahgunaan narkoba Willy, 2005:51. Sebagai contoh : pada bulan Mei 2007 kepolisian daerah Jawa Timur menangkap seorang karyawan pemerintah kota Surabaya yang sedang melakukan transaksi shabu-shabu bersama seorang mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Tersangka yang menjabat sebagai kepala seksi Tramtib kecamatan Benowo, Surabaya yang terlibat pengedaran shabu-shabu di kota Surabaya itu merupakan salah satu lulusan terbaik IPDN www.anti- narkoba.web.id. Universitas Sumatera Utara Dari laporan tim data puslitbang dan info dari BNN menyatakan bahwa menurut jenis kelamin, yang paling banyak menggunakan narkoba dan melakukan tindak pidana kasus narkoba adalah laki-laki yaitu sebanyak 29.423 orang sedangkan perempuan sebanyak 2.212 orang di tahun 2006. Berdasarkan usia, maka yang paling banyak menyalahgunakan narkoba adalah yang berusia 29 tahun keatas dan kemudian usia 20-24 tahun menempati urutan kedua. Sedangkan berdasarkan jenis narkoba yang dipakai ataupun yang sering ditemukan, maka ganja berada pada posisi teratas yang selanjutnya disusul oleh heroin lalu kokain www.bnn.go.id. Banyak tetangga, saudara, teman, anak-anak dan lain-lain yang telah menjadi korban narkoba dari usia yang paling muda bahkan sampai orang tua. Setiap hari banyak orang yang menjadi sangat bergantung kepada obat-obatan yang sangat berbahaya tersebut. Mereka mengalami kerusakan sel-sel otaknya, ada yang paranoid, ada yang meninggal, ada yang harta orang tuanya dikuras habis karena narkoba, dan sebagainya. Banyak keluarga yang pecah berantakan karena salah satu anggota keluarganya menjadi pecandu narkoba. Banyaknya kasus penyalahgunaan narkoba dikalangan pelajar – mulai dari sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, dan sekolah menengah umum, bahkan juga mahasiswa – sangat meresahkan dan membuat khawatir para orang tua www.google.com. Penelitian Badan Narkotika Nasional yang terbaru menunjukkan bahwa jumlah pecandu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya di Indonesia berkisar 1,5 persen dari jumlah penduduk. Saat ini ada sekitar 2,9 juta sampai 3,2 juta orang yang terkena narkoba berdasarkan pernyataan kepala pelaksanan Universitas Sumatera Utara harian BNN Komisarias Jenderal Sutanto dalam harian Kompas, Rabu,233. Jumlah itu menunjukkan semakin mengkhawatirkannya tingkat penggunaan narkoba di Indonesia www.pempropsu.go.idpimansu.indeks. Dari hasil penelitian BNN juga didapati bahwa ganja merupakan jenis narkoba yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia karena mudah ditemui dan harganya murah sehingga mudah dijangkau, sedangkan heroin, kokain, dan yang lain harganya relatif lebih mahal karena harus diimpor dari luar negeri www.pempropsu.go.idpimansu.indeks. Data BNN pada Februari 2006 menyebutkan dalam lima tahun terakhir jumlah kasus tindak pidana narkoba di Indonesia rata-rata naik 51,3 persen atau bertambah 3.100 kasus per tahun. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebanyak 16.252 kasus atau naik 93 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2005 juga tercatat 22 ribu orang tersangka kasus tindak pidana narkoba. Kasus ini naik 101,2 persen dari tahun 2004 sebanyak 11.323 kasus. BNN juga mencatat bahwa peringkat teratas peredaran narkoba di Indonesia berada di propinsi Jawa Timur www.pempropsu.go.idpimansu.indeks. Hasil survey yang dilakukan Gerakan Nasional Peduli Anti Narkoba dan Tawuran Gapenta Sumatera Utara menunjukkan 36 usia remaja di Medan telah terkontaminasi dengan narkoba Analisa, 6 oktober 2006. Persoalan atau masalah mengenai narkoba semakin lama semakin meningkat, hal ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya penyelundupan, perdagangan gelap, penangkapan, penahanan yang berhubungan dengan persoalan narkoba tersebut yang pernah dilakukan baik di Indonesia sendiri maupun di luar negeri, sehingga benarlah bahwa masalah ini merupakan masalah nasional dan Universitas Sumatera Utara internasional, karena penyalahgunaannya akan berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Narkoba adalah musuh nomor satu yang harus dihadapi oleh setiap orang dalam rangka menekan ataupun menghilangkan supply penawaran atau demand permintaan terhadap narkoba, apabila kita tidak ingin kehilangan sebuah generasi Prakoso, 1987:474. Terhadap masalah narkoba pemerintah tidak pernah tinggal diam ataupun berpangku tangan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Dengan membuat undang-undang narkotika dan psikotropika yang dengan jelas juga menguraikan hukum- hukumnya untuk mengurangi peredaran dan pengkonsumsian narkoba, pihak- pihak yang berwajib yang melakukan razia mendadak terhadap berbagai tempat yang dianggap rawan akan barang haram ini juga sering dilakukan dan penangkapan-penangkapan terhadap orang-orang yang dicurigai sebagai bandar atau pengedar dan yang memproduksi narkoba pun telah dilakukan, pemusnahan atau pembakaran terhadap barang-barang haram yang berhasil disita bahkan terhadap ladang ganja yang ditemukan. Sebagai contoh : pada bulan Januari 2006 dilakukan eradikasi ladang ganja di Sumtera Utara terutama di daerah Aek Nabara Penyabungan Timur, kabupaten Madina dan di desa Lau Baleng kecamatan Mardinding. Dari hasil operasi yang dilakukan dikumpulkan barang bukti 63.000 batang pohon ganja, 403,2 kg biji ganja, dan 7 hektar ladang ganja www.bnn.go.id. Pada bulan Februari Tim Satgas Narkoba Polda Sumut juga berhasil menangkap pengedar ekstasi di depan rumah sakit Pirngadi Medan. Dari penangkapan ini disita sebanyak 9.600 tablet ekstasi sebagai barang bukti www.bnn.go.id. Universitas Sumatera Utara Kasus yang paling mencengangkan di tahun 2006 adalah yang terjadi pada tanggal 29 Agustus 2006 dimana Tim Satgas Narkoba Polda Metro Jaya berhasil menangkap sindikat narkoba yang membawa 955 kg shabu dalam sebuah mobil Phanter Box. Sindikat ini diduga merupakan sindikatjaringan internasional meliputi Hongkong, Goang dong, Indonesia www.bnn.go.id. Untuk memutus rantai maraknya impor narkoba dan mencegah Indonesia dijadikan kawasan transit atau malah sebagai daerah perdagangan narkoba, BNN juga membentuk Satuan Tugas Satgas Sea Port Interdiction www.yahoo.com. Begitu banyak hal yang telah dilakukan bahkan setiap bulan namun ternyata semua ini masih belum mampu untuk memerangi dan memberantas kasus narkoba di Indonesia. Untuk memberantas narkoba dibutuhkan kerjasama yang baik antara pemerintah, LSM dan organisasi sosial demi menyelamatkan generasi masa depan bangsa. Kepedulian masyarakat dan LSM terhadap kasus ini juga cukup besar, dapat kita lihat dengan semakin banyaknya berdiri panti-panti rehabilitasi ataupun yayasan yang khusus menangani masalah narkoba. Setiap panti atau yayasan memiliki metode pelayanan dalam melayani kliennya. Bagaimana pemberian dan pelaksanaan metode pelayanan ini dan apa metode yang digunakan sangat berpengaruh terhadap kesembuhan kliennya. Kemungkinan bahwa banyak panti rehabilitasi yang berdiri tanpa memikirkan kualitas pelayanan sosial yang dibeikan kepada kliennya. Metode pelayanan sosial yang baik, efektif, dan bersifat holistik akan sangat dibutuhkan dalam membantu para korban narkoba untuk pulih dari keadaannya. Salah satu panti atau yayasan yang menangani masalah narkoba adalah panti rehabilitasi narkoba Sibolangit Centre. Panti ini merupakan salah satu Universitas Sumatera Utara tempat rehabilitasi terbesar di Sumatera Utara yang menangani masalah narkoba yang pasti memiliki metode pelayanan sendiri dalam melayani kliennya. Panti ini dikelola oleh pihak swasta dan berada di bawah naungan Gerakan Anti Narkoba GAN Indonesia sebagai penegak hukum masalah narkoba. Dengan tujuan yang sangat baik yaitu menyelamatkan generasi Indonesia dari narkoba, maka panti rehabilitasi Sibolangit Centre memberikan pelayanan sosial kepada klien yang ada di panti tersebut. Dengan daya tampung maksimum 50 orang tidak akan menerima kalau lebih dari 50 orang, mereka mengharapkan agar dapat maksimal memberikan pelayanan kepada kliennya. Lokasi yang sangat baik dan mendukung dalam melakukan pelayanan dan jauh dari pusat kota juga merupakan strategi dalam pengobatan. Sampai pada saat peneliti melakukan pra survey, ada 35 orang klien di panti rehabilitasi Sibolangit Centre dan semuanya adalah laki-laki dengan berbagai asal daerah dan tingkatan usia yang memakai jenis narkoba yang berbeda-beda. Sebenarnya biaya untuk pengobatan di panti ini ditetapkan cukup tinggimahal, tetapi pada umumnya keluarga klien bersedia untuk membayar biaya pengobatan yang mahal tersebut. Menurut penjelasan seorang petugaspekerja di panti bahwa pada umumnya klien yang ada di panti datang oleh karena paksaan ataupun keinginan keluarganya terutama orang tuanya. Oleh karena itulah maka peneliti ingin mengetahui bagaimana metode pelayanan sosial yang diberikan oleh panti rehabilitasi narkoba Sibolangit Centre kepada kliennya. Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah