Efektivitas Pengobatan Tradisional Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre
EFEKTIVITAS PENGOBATAN TRADISIONAL TERHADAP KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI PANTI REHABILITASI SIBOLANGIT
CENTRE
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
ROY APRILLA SANDY SIMORANGKIR 030902058
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN OLEH NAMA : Roy Aprilla Sandy Simorangkir
NIM : 030902058
DEPARTEMEN : Ilmu Kesejahteraan Sosial
JUDUL : Efektivitas Pengobatan Tradisional Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre
Pembimbing Skripsi,
Hairani Siregar, S.Sos.M,SP NIP. 132 208 328
Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
Drs. Matias Siagian, M.Si NIP. 132 054 339
Dekan FISIP USU
Prof.Dr. M. Arif Nasution, MA NIP. 131 757 010
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas semua berkat, kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat dimampukan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penlisan skripsi ini merupakan suatu kewajiban bagi setiap mahasiswa untuk menyelesaikan perkuliahannya, sehingga gelar sarjana dapat diperoleh. Untuk itu penulis membuat skripsi dengan judul “Efektivitas Pengobatan Tradisional Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre.”
Dalam menyeleseikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, nasehat, serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Teristimea buat kedua orang tua saya A.Simorangkir dan M. Br. L. Tobing buat segala cinta dan kasih sayangnya serta dukungan moril, material dan doa yang selalu ada buat penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Arif Nasution, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Hairani Siregar S.Sos. M.SP selaku dosen pembimbing penulis, yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
(4)
5. Kepada seluruh Dosen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang telah begitu banyak memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan yang bermanfaat bagi penulis. 6. Staff Administrasi FISIP USU, terkhusus administrasi Depatemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial kepada K’Ita, K’Zuraidah, B’Ria yang telah banyak membantu penulis dalam segala bentuk kegiatan administrative.
7. Kepada Direktur Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Bpk. Drs. Zulkarnain Nasution MA serta semua staff di PIMANSU K’Fitri, K’Lyla, B’ Ardy, B’ Abdul, terima kasih atas semua bantuan, bimbingan dan pengetahuan yang telah diberikan.
8. Kepada Bpk. T.Moh Safawi selaku Penanggung Jawab Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre dan semua staf di panti ini, terima kasih atas semua bantuannya kepada penulis.
9. Kepada semua pasien di Panti Rehabilitasi Rehabilitasi Sibolangit Centre. Tetap semangat dalam menjalani hari – hari nya di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre. Semoga cepat sembuh dan dapat menjalani kehidupan yang lebih baik lagi dan tentunya jauh dari narkoba.
10. Kepada Bapak tua dan inang tua Simamora, keluarga besar saya, Oppung Mak, abang, adik-adik, dan sepupu-sepupu saya. Ada Windy, Lala, Jojo, Ayu, Gita, Jimmy, K’Oya, K’Sis, Uthie, Holy Grace, David, Agus, Nad, Onash terima kasih buat dukungan dan doa-doanya.
11. Buat Bunda Iffet Sidartha, Slank dan Slankers di Indonesia. Selalu Polos Dan
Apa Adanya. Tetap PLUR
12. Buat sahabat-sahabatku di KESSOS’03. Ada Edward, Erik-si ganteng, Popoy, Risky, Nando-Suvior, Joe-Camen, Bobby, Randy, Qadri, Angga, Dhika, Dayat,
(5)
Bay, Grenn, Candhra, Martupa, Herman, Gom2, Waddin, Jonk, Saud, Almanda, Rohdo, Heny, Sri, Emmy, Neta, Rista, Uli, Vika. Banyak sudah kenangan yang telah terukir dan persahabatan ini takkan pernah berakhir. Sukses buat kita semua.
13. Buat MELE-TIHKAN, Q-Bo, Fajar, Anton, dan semua anak-anak kessos yang suka nongkrong di Café Bang Batara.
14. Buat Gopal, Nienk dan GRAND BAND. Sukses buat kalian semua.
15. Buat semua teman-teman yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Mungkin lembar kertas ini tak cukup tempat untuk menuliskan nama kalian semua. Tetapi dihati ini selalu ada tempat buat kalian semuanya.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mohon maaf untuk segala kekurangan yang ada. Oleh karena itu penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membaca.
Medan, Maret 2008 Penulis
(6)
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENGOBATAN TRADISIONAL TERHADAP KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI PANTI REHABILITASI SIBOLANGIT
CENTRE
Nama : Roy Aprilla Sandy Simorangkir NIM : 030902058
Permasalahan penyalahgunaan narkoba telah menjadi ancaman serius yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bangsa dan negara serta mengganggu ketahanan diri, keluarga dan masyarakat baik secara fisik, mental, sosial dan ekonomi. Faktor – faktor yang melatar belakangi penggunaan narkoba dapat disebabkana faktor keluarga, faktor kepribadian, faktor tekanan kelompom sebaya dan faktor kesempatan. Panti rehabilitasi narkoba merupakan salah satu bentuk penanggulangan dampak buruk dari narkoba. Panti rehabilitasi mempunyai banyak metode pengobatan dalam usaha penyembuhan korban penyalahgunaan narkoba. Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre merupakan salah satu panti rehabilitasi narkoba yang menerapkan metode pengobatan tradisional dalam usaha penyembuhan korban penyalahgunaan narkoba. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keefektivitasan peengobatan tradisional terhadap korban penyalahgunaan narkoba di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu membuat gambaran keadaan secara sistematis dan akurat mengenai fakta tentang efektivitas pengobatan tradisioanal terhadap korban penyalahgunaan narkoba di Panti Rehabilitasi Sibolangiit Centre. Sementara itu, sampel dalam penelitian ini merupakan total sampling N = n, yakni sebanyak 18 orang. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan data primer (kuesioner, wawancara, observasi) dan data sekunder (studi kepustakaan). Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa deskriptif dengan mentabulasikan data yang didapat dari responden melalui tabel kemudian menganalisanya.
Dari hasil penelitian, juga diketahui bahwa pengobatan tradisional yang dilakukan oleh Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre sudah efektif dalam mengobati kondisi tubuh pasien. Hal ini terbukti dengan perubahan yang dialami oleh para pasien setelah menjalani pengobatan tradisional di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre ini. Mereka dapat merasakan kondisi tubuhnya yang lebih sehat dan segar, perncernaan lancar, bertambahnya selera makan, tidur menjadi lebih enak dan tetap fokus dalam mengikuti kegiatan lain di dalam panti. Dengan mulai normalnya kondisi tubuh pasien maka akan memudahkan untuk menormalkan kondisi psikis pasien.
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR………vi
ABSTRAK………...vii
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... 1
I.2. Perumusan Masalah ... 5
I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
I.4.Sistematika Penulisan ……….7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Efektivitas ... 8
II.2. Narkoba ... 9
II.3. Penyalahgunaan Narkoba ... 14
II.4. Bahaya Narkoba ... 18
II.5. Pelayanan Sosial Terhadap Penyalahgunaan Narkoba ... 20
II.6. Konsep Pelayanan Sosial ... 24
(8)
II.8. Kerangka Pemikiran………...34
BAB III METODE PENELITIAN III.1. Metode Penelitian ... 36
III.2. Lokasi Penelitian ... 36
III.3. Populasi dan Sampel ... 37
III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 37
III.5. Teknik Analisa Data ... 38
BAB IV DESKRIPSI LOKASI IV.1. Sejarah Berdirinya Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre ... 39
IV.2. Visi dan Misi ... 40
IV.3. Struktur Organisasi Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre ... 41
IV.4. Fasilitas Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre………..46
IV.5. Metode Pengobatan di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre………53
BAB V ANALISIS DATA V.1. Identitas Responden ... 57
V.2. Penyalahgunaan Narkoba ... 61
V.3. Efektivitas Pengobatan Jamu……….67
V.4. Efektivitas Pengobatan Oukup ... 77
BAB VI KESIMPULAN dan SARAN VI.1. Kesimpulan ... 87
(9)
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Kerangka Pemikiran ... 35 Bagan 2 Bagan Struktur Organisasi
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasaarkan Jenis Kelamin ... 58
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 58
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 59
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 60
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 61
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menggunakan Narkoba ... 62
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Narkoba Yang Sering Digunakan ... 63
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Yang Melatarbelakangi Penggunaan Narkoba... 64
Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Sakau Selama Menggunakan Narkoba ... 65
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Darimana Mengetahui Panti Rahabilitasi Sibolangit Centre ... 66
Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Tahu Tidaknya Jenis Jamu 67 Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tahu Tidaknya Manfaat Jamu ... 68
Tabel 5.13 Distibusi Responden Berdasarkan Sikap Ahli Pengobat Tradisional Dalam Memberikan Pengobatan Jamu ... 69
Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Pencernaan Lancar Setelah Menerima Pengobatan Jamu ... 70
(12)
Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan
Setelah Menerima Pengobatan Jamu Selera Makan Bertambah 71 Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan
Segar Dan Fitnya Badan Setelah Menerima Pengobatan Jamu 71 Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Pikiran
Fokus Dalam Mengikuti Kegiatan Lainnya ... 72 Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Pernah
Tidaknya Sakau Srtrlah Menerima Pengobatan Jamu …………..73 Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Fasilitas
Pengobatan Jamu Dipanti rehabilitasi Sibolangit Centre .... 74 Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Tidak Tepat
Waktunya Ahli Pengobat Tradisional Dalam Memberikan Pengobatan Jamu ... 75 Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Jumlah
Ahli Pengobatan Jamu ... 76 Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Tahu
Tidaknya Manfaat Pengobatan Oukup ... 77 Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan
Sikap Ahli Pengobatan Oukup………..78 Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan
Badan Segar Dan Sehat Setelah Menenrima
Pengobatan Oukup ... 79 Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Tidur jadi
Enak setelah Menerima Pengobatan Oukup ... 80 Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan
(13)
Bersemangat Mengikuti Kegiatan lainnya Setelah
Menerima Pengobatan Oukup... 81 Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Pernah
Tidaknya Sakau Setelah Menerima
Pengobatan Oukup……….82 Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Jumlah
Ruangan Tempat Pengobatan Oukup ... 82 Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Fasilitas
Pendukung Untuk Pengobatan Oukup……….83 Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Tidak Tepat
Waktunya Ahli Pengobat Tradisional Dalam
Memberikan Pengobatan Oukup………...84 Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan
(14)
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENGOBATAN TRADISIONAL TERHADAP KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI PANTI REHABILITASI SIBOLANGIT
CENTRE
Nama : Roy Aprilla Sandy Simorangkir NIM : 030902058
Permasalahan penyalahgunaan narkoba telah menjadi ancaman serius yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bangsa dan negara serta mengganggu ketahanan diri, keluarga dan masyarakat baik secara fisik, mental, sosial dan ekonomi. Faktor – faktor yang melatar belakangi penggunaan narkoba dapat disebabkana faktor keluarga, faktor kepribadian, faktor tekanan kelompom sebaya dan faktor kesempatan. Panti rehabilitasi narkoba merupakan salah satu bentuk penanggulangan dampak buruk dari narkoba. Panti rehabilitasi mempunyai banyak metode pengobatan dalam usaha penyembuhan korban penyalahgunaan narkoba. Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre merupakan salah satu panti rehabilitasi narkoba yang menerapkan metode pengobatan tradisional dalam usaha penyembuhan korban penyalahgunaan narkoba. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keefektivitasan peengobatan tradisional terhadap korban penyalahgunaan narkoba di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu membuat gambaran keadaan secara sistematis dan akurat mengenai fakta tentang efektivitas pengobatan tradisioanal terhadap korban penyalahgunaan narkoba di Panti Rehabilitasi Sibolangiit Centre. Sementara itu, sampel dalam penelitian ini merupakan total sampling N = n, yakni sebanyak 18 orang. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan data primer (kuesioner, wawancara, observasi) dan data sekunder (studi kepustakaan). Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa deskriptif dengan mentabulasikan data yang didapat dari responden melalui tabel kemudian menganalisanya.
Dari hasil penelitian, juga diketahui bahwa pengobatan tradisional yang dilakukan oleh Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre sudah efektif dalam mengobati kondisi tubuh pasien. Hal ini terbukti dengan perubahan yang dialami oleh para pasien setelah menjalani pengobatan tradisional di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre ini. Mereka dapat merasakan kondisi tubuhnya yang lebih sehat dan segar, perncernaan lancar, bertambahnya selera makan, tidur menjadi lebih enak dan tetap fokus dalam mengikuti kegiatan lain di dalam panti. Dengan mulai normalnya kondisi tubuh pasien maka akan memudahkan untuk menormalkan kondisi psikis pasien.
(15)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman nasional yang perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh segenap element bangsa. Ancaman nasional tersebut berpotensi besar menggangu kelangsungan hidup bangsa dan negara serta menggangu ketahanan diri, keluarga dan masyarakat baik secara fisik baik mental, secara sosial dan ekonomi. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat, hal tersebut terlihat dari peningkatan angka kejahatan narkoba yang ditangani Mabes Polri maupun dari data lembaga permasyarakatan.
Masalah penggunaan narkoba di Indonesia merupakan masalah serius yang harus dicarikan jalan penyelesaiannya dengan segera. Banyak kasus yang menunjukan betapa akibat dari masalah tersebut di atas telah menyebabkan banyak kerugian, baik materi maupun non materi, banyak kejadian seperti perceraian, atau kesulitan lain bahkan kematian yang disebabkan oleh ketergantungan terhadap narkoba.
Indonesia yang semula menjadi negara transit atau tempat pemasaran sekarang sudah meningkat menjadi salah satu negara tujuan bahkan telah pula merupakan negara eksportir atau negara produsen. Dalam hal ini ternyata Mabes POLRI pada desember 1999 lalu pernah menangkap Burhan, pemilik pabrik ekstasi di Tanggerang yang dalam sebulan bisa mencetak 1,8 juta butir pil ekstasi. Dalam dekade terakhir ini, penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman nasional yang perlu diperhatikan secara seksama dan multidimensional, baik ditinjau dari segi mikro
(16)
(keluarga) makro (ketahanan nasional) yang meningkat dewasa ini, menyebabkan semakin mengkhawatirkan dengan dampak buruk ekonomi dan sosial yang semakin besar. Angka kasus kejahatan tindak pidana narkoba yang dilaporkan ke kepolisian (Mabes Polri, 2004) dalam lima tahun terakhir (2000-2004) menunjukkan peningkatan rata-rata 28,9% pertahun. Sedang Jumlah tersangka meningkat rata-rata 28,6% pertahun.
Data-data menunjukkan penggunaan narkoba terus meningkat dari tahun ke tahun. Data di Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan dalam kurun waktu lima tahun, pengguna narkoba naik rata-rata 58 persen tiap tahun. Pada tahun 1999 kasus narkoba tercatat 1.833 kasus. Jumlah itu melonjak menjadi 7.140 kasus pada tahun 2003. Jumlah tersangka juga mengalami kenaikan signifikan, sebesar 278 persen dalam kurun lima tahun. Artinya tiap tahun tersangka kasus narkoba meningkat rata-rata 56 persen. Itu hanya kasus yang tercatat. Mengingat kasus narkoba merupakan gejala gunung es yang hanya terlihat puncaknya di permukaan, diperkirakan kasus yang tidak terdeteksi jumlahnya lebih besar lagi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memperkirakan pengguna narkoba di Indonesia saat ini mencapai satu persen dari jumlah penduduk. Jika penduduk Indonesia sekarang berjumlah 220 juta jiwa, artinya ada sekitar 2,2 juta orang yang kecanduan narkoba. Yang paling menggelisahkan, pecandu narkoba terbanyak adalah anak muda berusia 15 hingga 24 tahun. Penelitian yang dilakukan BNN dan Lembaga Pranata Universitas Indonesia pada 2003 mendapati 3,9 persen di antara 13.710 siswa SLTP sampai mahasiswa yang menjadi sampel, menggunakan narkoba dalam satu tahun terakhir. Penelitian itu dilakukan di seluruh ibu kota provinsi. Sedangkan survei yang dilakukan oleh Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) mendapati delapan persen
(17)
anak usia 12-19 tahun pernah mencoba narkoba. ( 17 Juni 2004, Pendidikan, Koran Repuplik)
Atas dasar latar belakang tersebut, Badan Narkotika Nasional menindaklanjuti pelaksanaan penelitian Survey Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa tahun 2003 dengan mengadakan Survey Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Pekerja Formal dan Informal (disingkat SPPN 2004). Sedangkan tahun 2005 direncanakan survey itu dilakukan di lingkungan keluarga. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman nasional yang perlu mendapatkan perhatian serius dengan upaya Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) oleh segenap elemen bangsa.
Peningkatan yang terjadi tidak saja dari jumlah pelaku tetapi juga dari jumlah narkoba yang disita serta jenis narkoba. Masalah ini merupakan ancaman yang serius bukan saja terhadap kelangsungan hidup dan masa depan pelakunya tetapi juga sangat membahayakan bagi kehidupan masyarakat bangsa dan negara. Atas dasar itu BNN bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan suatu penelitian Masalah Napi Narkoba di 9 Lapas dan 1 Rutan yang tersebar di 9 Propvinsi di Indonesia. Cakupan Lapas/Rutan ditentukan berdasarkan banyaknya Napi narkoba di masing-masing lembaga tersebut. Diharapkan hasilnya dapat dijadikan pedoman dalam menentukan langkah-langkah kebijakan lebih lanjut. (www.bnn.go.id)
Peningkatan jumlah pelaku penyalahgunaan baik yang mengikuti pengobatan dan rehabilitasi di pusat-pusat rehabilitasi maupun yang tidak, demikian juga jumlah orang
(18)
meluas distribusinya. Peningkatan angka kejahatan narkotika yang ditangani oleh Polri, baik dilihat dari jumlah pelakunya, maupun jumlah narkoba yang disita. Perubahan Indonesia dari wilayah transit menjadi tempat pemasaran perdagangan bahkan menjadi tempat produksi narkoba dari sindikat narkoba internasional. Posisi dan sifat geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, yang rentan terhadap penyelundupan narkoba.
Pemberantasan narkoba membutuhkan kerja sama yang baik dari semua kalangan baik itu dari kalangan pemerintah, LSM, masyarakat umum, dan organisasi-organisasi sosial demi menyelamatkan generasi masa depan bangsa. Kepedulian masyarakat dan LSM serta unsur-unsur yang ada di lingkungan sosial sekitarnya dalam usaha memberantas narkoba juga cukup besar. Dapat kita lihat dengan semakin banyaknya berdiri oraganisasi, yayasan, atau pun panti-panti rehabilitasi yang khusus menangani masalah narkoba. Setiap panti atau yayasan memiliki pelayanan dalam metode penyembuhan. (SADAR,Desember 2006)
Bagaimana penanggulangan narkoba selain dari sisi hukum, sosial, budaya, keagamaan serta kesehatan. Sisi penanggulangan dalam bidang kesehatan yang berperan besar di dalam penanggulangan dampak buruk dari penyalangunaan narkoba. Pengobatan dalam bidang medis pun terbagi dua yaitu pengobatan modern dan pengobatan tradisional. Masing-masing cara pengobatan baik modern ataupun memiliki fungsi dan manfaat masing-masing.
Salah satu panti atau yayasan yang menangani masalah narkoba adalah Panti Rehabilitasi Narkoba Sibolangit Center. Panti ini merupakan salah satu tempat rehabilitasi terbesar di Sumatera Utara yang menangani masalah narkoba. Mempunyai
(19)
pengobatan tersebut adalah pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dilakukan oleh Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre ada dua macam yaitu : pengobatan jamu dan pengobatan oukup(mandi uap).
Mengingat sampai saat ini belum ada suatu ketentuan atau standard kesehatan dipanti rehabilitasi dari Departemen Kesehatan maupun Departemen Sosial maka pengelolah panti hanya berpedoman pada ” Panduan Pelayanan & Rehabilitasi Sosial Bagi Korban Penyalahgunaan Napza” dari Depsos tahun 2002 yang menyatakan : Salah satu tujuan pembinaan fisik adalah pulihnya kondisi fisik dan kesegaran jasmani para klien dari keadaan kurang sehat atau loyo kepada keadaan jasmani yang sehat dan bugar. Dengan demikian pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre diharapkan mampu mencapai tujuan seperti yang disebutkan di atas.
Selama hampir enam tahun panti ini berperan didalam menyelenggarakan pelayanan metode penyembuhan dengan berbagai metode pengobatan bagi korban narkoba atau klien, panti ini ini telah merawat puluhan bahkan ratusan alumni dengan mengunakan berbagai metode pengobatan yang salah satunya adalah pengobatan tradisional. Penulis tertarik untuk mengali serta mencari tahu sejauh mana keefektivan penyembuhan dengan metode pengobatan tradosional.
1.2. Perumusahan Masalah
Menurut Nazir (1988;133) perumusan masalah merupakan langkah yang penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan perlu jelas dan tegas sehingga proses penelitian benar-benar terarah dan terfokus ke
(20)
permasalahan yang jelas. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:
“ Bagaimanakah efektivitas pengobatan tradisional terhadap korban penyalahgunaan narkoba di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre.”
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektivitasan program pengobatan tradisonal yang diberikan oleh Panti Rehabilitasi Sibolangit Center.
1.3.2. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat :
1. Secara Akademis, dapat memberikan sumbangan positif terhadap khasanah keilmuan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial mengenai konsep pelayanan sosial.
2. Secara Teoritis, dapat mempertajam kemampuan di dalam penulisan karya ilmiah dan menambah khasanah penulis tentang penerapan metode pelayanan sosial.
3. Secara Praktis, dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam merumuskan dan melaksanakan penerapan pengobatan tradisional dalam penanganan korban penyalahgunaan narkoba.
(21)
1.4. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defnisi konsep dan defenisi operasional.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini beriskan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian. BAB V: ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya
BAB VI : PENUTUP
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Efektivitas
Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Menurut Barnard, bahwa efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama. (Barnard,1992:27)
Ahli sosiologi lebih menitikberatkan pada kemanfaatan bersama. Dalam kamus Sosiologi karangan Soejono Soekanto, membedakan dua pengertian yang sering disamakan artinya yaitu ; efektivitas dan efisiensi. Efektivitas ( effectivities) adalah taraf sampai sejauh mana suatu kelompok mencapai tujuan, sedangkan efisiensi ( efficiency) adalah : 1) pencapaian tujuan secara maksimal dengan sarana terbatas; 2) rasio dari keluarga actual terhadap keluarga standard; 3) derajat pencapaian tujuan. Jadi, efektifitas merupakan suatu taraf sampai sejauh mana peningkatan kesejahteraan manusia dengan adanya suatu program tertentu, karena kesejahteraan manusia merupakan tujuan dari proses pembangunan. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan terasebut dapat dilakukan dengan mengukur beberapa indikator spesial misalnya : income, kesehatan, pendidikan ataupun rasa aman dalam mengadakan pergaulan. (Soekanto,1989:48)
Menurut J.P Cambel, pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah:
1. Keberhasilan Program 2. Keberhasilan Sasaran 3. Kepuasan terhadap Program
(23)
5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989 : 121)
Sehingga efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Secara komprehensif efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokoknya atau untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. (Cambel,1989:47), Sementara menurut Sondang P. Siagian, bahwa efektifitas adalah penyesuaian pekerjaan tepat pada waktunya yang telah ditentukan sebelumnya.
Artinya bahwa efektivitas berhubungan dengan dimensi waktu atau penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila tujuan atau sasaran dapat dicapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya,dikatakan efektif. Akan tetapi apabila tujuan atau sasaran yang dihasilkan tidak dapat penyelesaiannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya, dikatakan tidak efektif.
2.2. Narkoba
Narkoba merupakan akronim dari narkotika dan obat – obatan adiktif yang terlarang. Istilah narkoba tergolong belum lama, istilah ini muncul sekitar tahun 1998 karena banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang – barang yang termasuk narkotika dan obat-obat adiktif yang terlarang. Oleh karena itu untuk memudahkan orang berkomunikasi dan tidak menyebut istilah yang tergolong panjang, maka kata – kata “ narkotika dan obat-obat adiktif yang terlarang” ini disingkatr menjadi
(24)
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) Narkoba adalah obat, bahan, zat bukan makanan, yang jika diminum, dihisap, dihirup, ditelan atau disuntikan berpengaruh terutama pada kerja otak (susuanan saraf pusat) dan sering kali menyebabkan ketergantungan.
Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk kepentingan medis atu pengobatan. Adapun kengunaanya adalah untuk menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengunaan narkoba diluar dari hal-hal media dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat.Narkoba yang populer didalam masyarakat terdiri dari 3 golongan yaitu: Narkotika, Pisikotropika dan Zat adiktif lainya.
1. Narkotika
Menurut Smith Kline & Frech Clinical Staff membuat defenisi narkotika sebagai berikut :
“Narkotika adalah zat – zat obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat – zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan syaraf sentral. (Prakoso ; 1982 : 15 )
Dalam pengertian lain, narkotika adalah zat obat yang dapat mengakibatkan ketidak sadaran atau pembiusan karena zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf. Menurut UU No 22 tahun 1997 yang menyangkut penggolongan narkotika disebutkan bahwa narkotika digolongkan menjadi: Narkotika Golongan I, Narkotika Golongan II dan Narkotika Golongan III.
(25)
a. Narkotika Golongan I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam ilmu terapi, serata mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Jenis-jenisnya terdiri dari 26 jenis, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tanaman Papaver Somniferum L 2. Opium mentah
3. Opium masak 4. Tanaman koka 5. Daun koka 6. Kokain mentah 7. Tanaman ganja
b. Narkotika Golongan II
Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan sebagai dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembanagn ilmu pengetahuan sera mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Narkotika golongan II terdiri dari 87 jenis, beberapa diantaranya sebagai berikut: 1. Alfasetilmetadol
2. Alfameprodina 3. Alfametadol 4. Alfarodina
(26)
5. Alfentanil 6. Allilprodina
c. Narkotika Golongan III
Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau pengembangn ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan III terdiri dari 14 jenis, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Asetildihidrokiodeina 2. Dekstropropoksifena 3. Dihidrokodeina 4. Etilmorfina 5. Kodeina
2. Psikotropika
Didalam Undang-Undang No.5 1997 diuraikan bahwa psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental perilaku. Dalam bidang farmalogi, psikotropika terdiri dari :
a. Golongan Psikostimulasi (Perangsang)
Yang bekerja mengaktifkan kerja susunan saraf pusat. Dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1997 jenis ini dimaksudkan dalam psikotropika golongan I. Yang termasuk golongan ini adalah MDMA, Ectasy,LSD,STP (Amphetamin dan turunannya).
(27)
b. Golongan Psikodepresan
Dapat digolongkan sebagai obat tidur, penenang dan obat anti cemas, obat-obatan yanga termasuk golongan obat tidur (hipnotik) : amobarbital, phenokarkital, pentokarkital, yang mana bekerja mengendorkan atau mengurang aktivitas susunan saraf.
c. Golongan Halusinogen
Bekerja menimbulkan perasaan halusinasi atau khayalan. Jenis obat-obatan yang termasuk golongan psikotropika ;
i. Sedativa Hipnotika, obat ini mempunyai khasiat mengurangi rasa cemas dan rasa tegang(sedativa) dikenal dengan nama pil penenang. ii. Tranqucilizer minor
iii. Tranqualizer mayor/neuroleptica, obat yang dipergunakan untuk mengobati gangguan jiwa yang terolonga psikosa.
iv. Antidepresiva, obat yang memiliki khasiat untuk mengobati depresi.Antihistomis golongan obat yang berkhasiat untuk mengobati berbagai keadaan alergi, efek samping menimbulkan raasa mengantuk v. Barbiturat
Pengguna obat-obatn tersebut umumnya mereka yang mempunyai kesulitan tidur (imsonia), kesulitan mengatasi rasa cemas, tekanan batin atu kuranga dapat menerima tekanan batin.
(28)
3. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup menimbulkan keraj biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan ( adiksi) yakni keinginan mengkomsumsi terus menerus.
Didalam Undang-Undang no.5 Tahun 1997 tentang psikotropika, jenis obat yang memiliki zat adiktif antara lain : amfetamin , amobarbital, flunitrazeam, diahepam, bromazepam, fenobarbital, minuman beralkohol, tembakau, halusinogen, bahan pelarut (solvent, bensin, tener, cariaqn lem dan cat ). (Wreswiniro dkk,1999)
2.3. Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba secara terus- menerus atau sekali-kali atau kadang-kadang dan berlebihan serta tidak menunjuk petunjuk dokter dan praktek kedokteran. Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan gangguan –gangguan tertentu pada badan dan jiwa seseorang dengan akibat sosial yang tidak diinginkan dan merugikan. (Widjono,1981:1)
Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian obat dan zat-zat berbahaya lain dengan maksud bukan untuk tujuan pengobatan dan atau penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan serta dosis yang benar. ( www.bkkbn.go.id)
Menurut Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika, penyalahgunaan narkoba adalah menggunakan narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter.
Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan mengakibatkan ketergantungan, dependensi, adiksi atau kecanduan. Karena bermula dari rasa ingin tahu, senang-senang atau hura-hura, seringkali pada awalnya pemakai berpikiran bahwa kalau hanya
(29)
mencoba-coba saja tidak mungkin bisa jadi kecanduan / ketagihan. Kenyataannya, walaupun hanya coba-coba (experimental user) derajat pemakaian tanpa disadari akan meningkat (intensive user) dan pada akhirnya akan menjadi sangat tergantung pada obat tersebut (compulsary user). Lebih banyak orang bukan pemakai, banyak pemakai yang hanya sekedar mencoba-coba dan berhenti, ada sejumlah orang hanya memakai pada kesempatan-kesempatan tertentu untuk pergaulan atau penerimaan sosial, sebagian adalah pemakai yang berulang dan mencari narkoba sebagai sebuah kebutuhan, dan sejumlah kecil adalah para pemakai yang sudah tidak lagi dapat melepaskan diri dari narkoba(tergantung,kecanduan).
(hhtp://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/mb11napza03.html)
Seseorang berada dalam kondisi ini pastilah karena disebabkan oleh beberapa faktor yang berperan pada penyalahgunaan narkoba. Secara umum faktor penyalahgunaan narkoba dapat disebabkan oleh :
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebh pada awal – awal perkembangan anak yang menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Orang tua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan kepribadian setelah dewasa. (Singgih ; 2000:25 )
Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian Jakarta tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang beresiko tinggi anggota keluarganya (terutama anaknya yang remaja) terlibat penyalahgunaan narkoba. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan
(30)
narkoba. Keluarga dengan menejemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya, ayah bilang ya, ibu bilang tidak). Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara. Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Di sini peran orang tua sangat dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua – dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri – tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidaksetujuannya. Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal. Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, dan sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu. ( http://www.e_psikologi.com/remaja/napza-4.htm)
2. Faktor Kepribadian
Individulah yang paling berperan menentukan apakah ia akan atau tidak akan menjadi pengguna narkoba. Keputusannya dipengaruhi oleh dorongan dari dalam maupun luar dirinya. Dorongan dari dalam biasanya menyangkut kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang yang membuatnya mampu atau tidak mampu melindungi dirinya dari penyalahgunaan narkoba.
Kepribadian tidak begitu saja terbentuk dari dalam individu melainkan juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam sejak kecil melalui proses enkulturasi dan sosialisai baik dari keluarga maupun lingkungan masyarakat. Kemampuan membentuk
(31)
konsep diri (self concept), sistem nilai yang teguh sejak kecil, dan kestabilan emosi merupakan beberapa ciri kepribadian yang bisa membantu seseorang untuk tidak mudah terpengaruh. (hhtp://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/mb11napza03.html)
3. Faktor Kelompok Teman Sebaya(peer group)
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Tekanan kelompok dialami oleh semua orang bukan hanya remaja, karena pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan tidak ada yang mau dikucilkan. Keinginan untuk menganut nilai-nilai yang sama dalam kelompok (konformitas), diakui (solidaritas), dan tidak dapat menolak tekanan kelompok (peer pressure) merupakan hal-hal yag mendorong penggunaan narkoba. Dorongan dari luar adalah ajakan, rayuan, tekanan dan paksaan terhadap individu untuk memakai narkoba sementara individu tidak dapat menolaknya. Dorongan luar juga bisa disebabkan pengaruh media massa yang memperlihatkan gaya hidup dan berbagai rangsangan lain yang secara langsung maupun tidak langsung penggunaan narkoba. (http://www.bkkbn.go.id)
4. Faktor Kesempatan
Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat dikatakan sebagai pemicu. Di lain pihak, masyarakat pula yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan dan peredaran narkoba, misalnya karena lemahnya penegakan hukum, penjualan obat-obatan secara bebas, bisnis narkotika yang terorganisir. Narkoba semakin mudah diperoleh dimana-mana dengan harga terjangkau. Berbagai kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan narkoba memudahkan terjadinya penggunaan dan penyalahgunaan narkoba.
(32)
2.4. Bahaya Narkoba
Bahaya dan akibat dari penyalahgunaan narkoba dapat bersifat bahaya pribadi bagi si pemakai dan dapat pula berupa bahaya sosial terhadap masyarakat atau lingkungan. (Makaro,dkk,2003:44) Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada keadaan fisik, psikis maupun keadaan sosial seseorang. 1. Secara fisik :
• Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
• Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
• Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penanahan (abses), alergi, eksim • Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti : penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
• Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
• Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual
• Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
(33)
• Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
• Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.(http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/77narkoba) 2. Secara Psikis :
• Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah • Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga • Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal • Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
• Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
3. Secara Sosial :
• Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan • Merepotkan dan menjadi beban keluarga
• Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll. (http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ma77narkoba.html)
(34)
2.5. Pelayanan Sosial terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba
Salah satu bentuk pelayanan sosial yang sesuai dengan fungsi-fungsinya adalah dengan terapi atau rehabilitasi. Hal ini dapat diwujudkan melalui panti. Secara sempit pelayanan sosial itu dapat diartikan sebagai usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada kepada orang lain baik materi maupun non materi. Jadi pelayanan yang berbentuk panti itu dapat dikatakan sebagai bentuk pelayanan dengan mempergunakan panti sebagai sarana dalam usaha memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada kliennya sehingga mereka dapat mengatasi masalahnya.
Saat ini telah banyak berdiri panti-panti rehabilitasi baik yang didirikan oleh pemerintah ataupun oleh masyarakat. Adanya tempat rehabilitasi narkoba yang didirikan masyarakat dan pemerintah sangat mendukung sekali, karena dapat menyelamatkan mereka khususnya pemuda yang ketergantungan narkoba.
Menurut Hawari (2000:132) program rehabilitasi tergantung dari metode dan program dari lembaga yang bersangkutan. Setiap panti rehabilitasi memiliki metode-metode pelayanan dalam usaha penyembuhan korban penyalahguna narkoba. Salah satu metode pelayanan dalam penyembuhan korban narkoba adalah dengan menggunakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional adalah upaya kesehatan yang diselenggarakan dengan cara tradisional untuk meningkatkan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), kuratif (penyembuhan), dan pemulihan. Pengobatan tradisional bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional, yaitu bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman
(35)
Selain itu juga bisa memakai bantuan pengobat tradisional yang keahliannya diperoleh secara turun-temurun, berguru, magang, atau mengikuti pendidikan/pelatihan.
Sesuai dengan keputusan”Seminar Pelayanan Pengobatan Tradisional Departemen Kesehatan RI (1978), terdapat 2 defenisi untuk Pengobatan Tradisional Indonesia(PETRIN), yaitu:
(a). Ilmu dan atau seni pengobatan yang dilakukan oleh Pengobat Tradisional Indonesia dengan cara yanga tidak bertentangan dengan Tuhan Yang maha Esa sebagai upaya penyembuhan, pencegahan penyakit, pemulihan dan peningkatan kesehatan jasmani, rohani, sosial dan masyarakat.
(b). Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuhan, pemeliharaan dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat yang berlandaskan cara berpikir, khaidah- khaidah atau ilmu diluar pengobatan ilmu kedokteran modern, diwariskan secara turun-temurun atau diperoleh secara pribadi dan dilakukan dengan cara-cara yang tidak lazim dipergunakan dalam ilmu kedokteran.
Sedangkan yang dinamakan pengobat tradisional adalah orang-orang yang dikenal dan diakui oleh masyarakat lingkungannya sebagai orang yang mampu melakukan tindakan pengobatan dalam rangka pelayanan kesehatan masyarakat. (Azwar Agoes,1992;60)
Pengobatan tradisional yang dilakukan dalam panti rehabilitasi narkoba pun tidak hanya dilakukan dengan satu macam pengobatan misalnya dengan pengobatan jamu, pengobatan pijat, pengobatan oukup(mandi uap), akupuntur, dan sebagainya.
(36)
Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre adalah panti yang menggunakan pengobatan tradisional dalam usaha penyembuhan pasiennya. Adapun jenis pengobatan tradisional yang digunakan adalah :
1. Pengobatan Jamu
Menurut pakar biokimia Dr. Hj. Anna. P. Roswiem, Ms., jamu adalah ”produk yang berasal dari bahan-bahan tradisional tumbuhan dan tidak termasuk golongan obat.” Sedangkan menurut keterangan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan(BBPOM) jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.(
Menurut Prorf. DR. Selo Soemardjan jamu adalah meliputi segala bahan alam yanga diolah atau diracik menurut cara tradisional untuk memperkuat badan manusia, mencegah penyakit atau menyembuhakan manusia yang menderita penyakit. (Agoes:1992:141)
Negara kita menjadi salah satu pusat tanaman obat di dunia. Ribuan jenis tumbuhan tropis, tumbuh subur di seluruh pelosok negeri. Belum semua jenis tanaman itu kita ketahui manfaat dan khasiatnya. Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Pengolahan jamu itu sendiri dapat dilakukan dengan cara direbus atau digodok, dikeringkan atau dikonsumsi langsung.
Secara umum beberapa alasan utntuk mengkomsumsi jamu adalah untuk mengobati sakit, mencegah penyakit, untuk masa penyembuhan dan meningkatkan daya
(37)
tahan tubuh dan juga karena terbuat dari bahan-bahan alami serta tidak mengandung zat-zat kimiawi.
Pada panti rehabilitasi narkoba manfaat dari pengobatan jamu adalah untuk mencuci perut, menghilangkan racun, menetralisir saraf, dan menstabilkan fungsi tubuh.
2. Pengobatan Oukup
Oukup adalah mandi uap hangat dengan aroma dari rempah-rempah yang khas.Boleh dikatakan bahwa oukup itu adalah sejenis sauna tradisional yang berasal dari mayarakat batak karo. Mula-mula oukup ini hanya digunakan oleh kaum inu-ibu yang baru melahirkan. Fungsinya untuk memulihkan kesehatan. Biasanya ibu-ibu setelah melahirkan harus dirawat. Oukup digunakan untuk memudakan kulit kembali, mengembalikan stamina, membersihkan darh kotor serta melancarkan peredaran darah.
Namun, belakangan ini oukup tidak hanya untuk kaum ibu.Karena dirasa memang bahwa fungsi oukup itu cukup banyak membawa dampak yang positif bagi kesehatan. Mandi oukup ini dapat membantu mengendurkan kembali otot tubuh yang mengejang dan berkontraksi saat berolahraga atau setelah bekerja dengan intensitas dan ketegangan tinggi. Rasa pegal dari otot yang terasa mengejang setelah bekerja bisa disebabkan racun yang menumpuk di jaringan otot. Dengan melakukan oukup, maka racun dalam tubuh pun dapat terangkat, melancarkan peredaran darah, dan memperbaiki jaringan otot sehingga terasa lebih rileks.
Keringat yang dihasilkan saat mandi uap ini pun memberi keuntungan tersendiri. Keringat tersebut merupakan hasil dari pembakaran tubuh karena metabolisme tubuh yang meningkat selama proses mandi uap ini. Makanya oukup bisa juga digunakan
(38)
sebagai suatu proses untuk membantu melangsingkan tubuh. (http://indoforum.org/showthread.php?t=2286)
Pengobatan oukup sangat cocok digunakan dalam penyembuhan korban narkoba. Uap panas yang dihasilkan dari oukup ini pun akan membuka pori-pori kulit, sehingga membantu mengeluarkan racun narkoba dan kotoran dari dalam tubuh. Efeknya, kulit akan terasa lebih bersih dan kencang. Dengan demikian, tubuh pun akan terasa lebih segar dan sehat
Ramuan oukup antara lain lengkuas, lempuyang, kumis sinjo, temu kunci, kunyit bunglo, dan kencur. Masih ditambah lagi sedikit jeruk dan kulit jeruk, laja. Cara meramunya, semua bahan tadi dirajang kemudian dikukus dengan air. Waktu maksimal mandi oukup hanya 15 - 20 menit. Kalau terlalu lama malah membahayakan karena keringat apabila keluar terlalu banyak akan membuat tubuh jadi lemas. (http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=764)
2.6. Konsep Pelayanan Sosial 2.6.1. Pengertian Pelayanan
Manusia pada dasarnya tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam perkembangan hidupnya, manusia senantiasa memerlukan pertolongan dari orang lain dan hanya dapat hidup apabila berada ditengah-tengah lingkungan masyarakat. Dalam hal ini, terdapat hubungan yang erat antara manusia dengan lingkungannya. Karena manusia hidup bersama di dalam kelompok atau hidup berkelompok dimana satu sama lain saling membutuhkan maka manusia sering disebut sebagai makhluk sosial.
(39)
Dengan berkembangnya kemajuan zaman dan banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi dalam upaya mengikuti mengikuti arus perkembangan zaman, maka manusia semakin membutuhkan jasa-jasa pelayanan dari orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, kehadiran pelayanan menjadi begitu penting dalam perkembangan hidup manusia.
Pelayanan adalah usaha untuk memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain baik materi maupun non materi agar orang lain dapat mengatasi masalahnya sendiri (Suparlan, 1983: 91). Sementara itu H.A.S. Moenir mengatakan bahwa pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain (Moenir, 1992 : 17).
Erat kaitannya dengan di atas, Sjahrir mengemukakan bahwa pelayanan adalah jenis usaha yang dikelola pemerintah dan ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat dan mempunyai fungsi sosial tanpa berorientasi pada aspek keuntungan. (Sjahrir, 1991 : 154)
Dari penjelasan-penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa pelayanan itu merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh orang lain dan ditujukan kepada seseorang dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi oleh orang tersebut. Masalah yang dimaksud disini adalah masalah yang berkaitan dengan kebutuhan hidup dan masalah yang berkaitan dengan pencapaian tujuan hidup. Dalam hal ini pelayanan yang diberikan tersebut dapat berupa materi dan non materi serta memilki fungsi sosial. Artinya, pelayanan yang diberikan itu dapat dirasakan manfaatnya oleh orang yang membutuhkanya serta dapat digunakannya untuk mengatasi masalahnya sendiri sehingga dia dapat kembali menjalankan aktifitas hidupnya di tengah-tengah masyarakat.
(40)
2.6.2. Pelayanan Sosial
Syarf Muhidin (1992 ; 410) membedakan pelayanan sosial dalam dua pengertian: 1. Pelayanan sosial dalam arti luas, yaitu pelayanan sosial yang mencakup fungsi
pengembangan termasuk dalam bidang kesehatan, pendidikan, perumahan, tenaga kerja, dan sebagainya.Defenisi biasanya berkembang di negara-negara maju.
2. Pelayanan sosial dalam arti sempit, yaitu disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial yang mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan-golongan yang tidak beruntung, seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, orang cacat, tuna sosial dan sebagainya. Defenisi ini sering digunakan oleh negara-negara yang sedang berkembang.
Pelayanan sosial adalah aktifitas yang terorganisir bertujuan membantu para anggota masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dengan lingkungan sosialnya. Selanjutnya menurut Fadli Nurdin pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau intervensi-intervensi kasus yang dilaksanakan secara diindividualisasikan, langsung dan terorganisasi, yang bertujuan untuk membantu individu atau kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai saling penyesuaian. Disebut pelayanan dalam arti bahwa program ini memberikan jasa pada orang-orang dan membantu mewujudkan tujuan-tujuan mereka, bukan untuk kepentingan atau keuntungan diri sendiri. (Nurdin, 1990 : 50)
Pelayanan sosial terdiri dari program-program yang diadakan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan kehidupan bermasyarakat serta
(41)
kemampuan perorangan untuk melaksanakan fungsi-fungsinya, untuk memperlancar kemampuan menjangkau dan menggunakan pelayanan-pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan. (Alfred J. Khan dalam soetarso, 1982 : 34)
Istilah “tanpa pertimbangan pasar” mengungkapkan adanya kewajiban dan keyakinan masyarakat akan perlunya peningkatan kemampuan setiap warga negara untuk menjangkau dan menggunakan setiap bentuk pelayanan yang sudah menjadi haknya. Dalam hubungan ini masyarakat telah mengambil keputusan agar ketidakmampuan seseorang untuk menggunakan sesuatu pelayanan berdasarkan kriteria pasar (ketidak mampuanya untuk membayar pelayanan ini dari penghasilan atau apa yang dimilikinya) jangan sampai menyebabkannya tidak dapat memperoleh pelayanan ini.
Pelayanan sosial tidak hanya mengganti atau berusaha memperbaiki keluarga atau bentuk-bentuk organisasi sosial, tetapi juga merupakan tanggapan baru terhadap situasi sosial baru. Pelayanan-pelayanan sosial merupakan penemuan sosial yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia modern dalam berbagai hubungan-hubungan serta peranan-perananya sama halnya seperti inovasi teknologis yang berfungsi sebagai tanggapan terhadap persyaratan fisik dari kehidupan modern.
Pandangan yang menganggap bahwa pelayanan sosial tidak akan diperlukan lagi kalau masyarakat telah berhasil menghilangkan kemiskinan, meningkatkan pemerataan, dan menanggulagi masalah-masalahnya sangatlah salah. Hal ini dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi dan perubahan teknologi tergantung pada perubahan-perubahan sosial yang kesemuanya memerlukan penyediaan lembaga-lembaga baru untuk
(42)
memenuhi kebutuhan-kebutuhan warga masyarakat yang berhubungan dengan pemberian kasih sayang, sosialisasi, pengembangan serta rehabilitasi.
2.6.3. Klasifikasi dan Fungsi Pelayanan Sosial
Jenis pelayanan yang dikembangkan pada setiap negara bergantung pada situasi yang ada, pada sumber yang tersedia serta kerangka budaya dan politik negara tersebut. Tetapi pada umumnya pelayanan sosial yang dikembangkan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kesejahteraan keluarga
2. Pelayanan pendidikan orang tua 3. Pelayanan penitipan bayi atau anak 4. Pelayanan kesejahteraan anak
5. Pelayanan-pelayanan kepada lanjut usia
6. Pelayanan rehabilitasi bagi penderita cacat dan pelanggar hukum 7. Pelayanan bagi para migran dan pengungsi
8. Kegiatan-kegiatan kelompok bagi para remaja 9. Pekerjaan sosial medis
10.Pekerjaan sosial disekolah
11.Pusat-pusat pelayanan kesejahteran sosial masyarakat
12.Pelayanan sosial yang berhubungan dengan proyek-proyek perumahan
Fungsi pelayanan sosial dapat dibagi melalui berbagai cara, bergantung kepada tujuan pembagian itu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan tentang fungsi-fungsi pelayanan sosial sebagai berikut :
(43)
1. Perbaikan secara progresif dari pada kondisi-kondisi kehidupan orang. 2. Pengembangan sumber-sumber daya manusia.
3. Berorientasi orang terhadap perubahan sosial dan penyesuaian diri.
4. Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan pembangunan dan, penyedian struktur-struktur institusional untuk pelayanan-pelayanan yang terorgansasi lainnya. (Soetarso, 1981 : 41)
Fungsi pelayanan sosial ditinjau dari perspektif masyarakat menurut Richard M Timuss (dalam Muhidin,1992;43) adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk lebih eningkatkan kesejahteraan individu, kelompok, dan masyarakat untuk saat ini dan masa yang akan datang.
2. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai suatu investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial.
3. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang untuk melindungi masyarakat
4. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapatkan pelayanan sosial Tugas-tugas pelayanan sosial yang dikemukakan oleh Syarif Muhidin (1992;41) antara lain:
1. Memperkuat dan meningkatkan fungsi individu dan keluarga sehubungan dengan peranannya
2. Mempersiapkan lembaga baru untuk sosialisasi, pengembangan dan bantuan fungsi yang tidak dapat dipikul oleh keluarga besar.
(44)
3. Mengembangkan lembaga-lembaga yang telah ada agar dapat menjalankan kegiatan-kegiatan baru bagi individu, kelompok dan keluarga dalam kehidupan masyarakat yang kompleks.
2.6.4. Program-Program Pelayanan Sosial
Program-program pelayanan sosial merupakan bagian dari contoh bentuk-bentuk intervensi kesejateraan sosial. Pelayanan-pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau intervensi kasus yang dilaksanakan secara diindividualisasikan, langsung dan terorganisasi, yang bertujuan membantu individu, kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya mencapi saling penyesuaian.
Bentuk-bentuk pelayanan sosial sesuai dengan fungsi-fungsinya adalah sebagai berikut
1. Pelayanan akses : mencakup pelayanan informasi, rujukan pemerintah nasehat dan partisipasi.Tujuannya membantu orang agar dapat mencapai atau menggunakan pelayanan yang tersedia.
2. Pelayanan terapi, mencakup pertolongan dan terapi atau rehabilitasi, termasuk di dalamnya perlindungan dan perawatan. Misalnya pelayanan yang diberikan oleh badan-badan yang menyediakan konseling, pelayanan kesejahteraan anak, pelayanan kesejahteraan sosial mendidik dan sekolah, perawatan bagi orang-orang jompo dan lanjut usia.
3. Pelayanan sosialisasi dan pengembangan, misalnya taman penitipan bayi dan anak, keluarga berencana, pendidikan keluarga, pelayanan rekreasi bagi pemuda
(45)
dan kegiatan masyarakat yang dipusatkan atau community center (Nurdin, 1989:50).
2.6.5. Standard dan Jenis-Jenis Standard Pelayanan Sosial
Kata “standard” yang digunakan disini dapat berarti : a. Suatu norma bagi pelayanan sosial, atau
b. Suatu bentuk norma atau peratutan tertentu yang sengaja disusun untuk digunakan sebagai pedoman.
Adapun jenis-jenis dari standard tersebut adalah :
1.Standard Minimum
Standard ini digunakan kalau pemerintah menginginkan penentuan persyaratan wajib untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan sosial. Standard ini dapat dicantumkan sebagai undang-undang, peraturan menteri, atau lainnya agar tingkat pelayanan yang telah ada tidak tetap berada pada tingkatan yang telah ditentukan atau menurun. Dalam hal ini, badan-badan sosial justru didorong untuk melampaui standard minimum ini.
2.Standard Maksimum
Standard ini merupakan sasaran pencapaian mutu pelayanan tertinggi yang ditentukan oleh pemerintah selama jangka waktu tertentu. Standard maksimum ini dapat digunakan dalam perencanaan kesejahteraan sosial jangka panjang.
(46)
3. Standard Realistis
Standard ini lebih banyak berfungsi sebagai pedoman dan oleh karenanya tidak mempunyai kekuatan memaksa. Tujuan utama standard ini adalah mendorong badan-badan sosial untuk meningkatkan pelayanannya.
2.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1. Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, individu yang menjadi pusat perhatian. (Singarimbun, 1989 : 33)
Untuk memfokuskan penelitian ini penulis memberikan batasan konsep yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu :
1. Efektivitas adalah suatu pencapaain tujuan secara maksimal dengan sarana yang dimiliki dengan program tertentu.
2. Penyalangunaan narkoba adalah pemakaian narkoba yang dilakukan bukan untuk tujuan pengobatan atau tidak menunjuk petunjuk dokter.
3. Narkoba adalah obat, bahan, zat bukan makanan, yang jika diminum, dihisap, dihirup, ditelan atau disuntikan berpengaruh terutama pada kerja otak (susuanan saraf pusat) dan sering kali menyebabkan ketergantungan.
4. Pengobatan tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari ilmu kedokteran dengan menggunakan obat-obat tradisional, yang turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
(47)
2.7.2. Defensi Operasional
Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. (Singarimbun, 1989 : 34)
Yang menjadi indikator- indikator dalam penelitian ini yaitu :
1. Efektivitas pengobatan tradisional, yang diukur dengan indikator : a. Tujuan
• Mengembalikan kondisi tubuh baik fisik dan psikis seperti sedia kala. b. Waktu
• Teraturnya sistem penjadwalan pengobatan jamu dan pengobatan oukup.
• Lamanya pemberian pengobatan jamu dan oukup. c. Manfaat
• Mengeluarkan racun – racun narkoba dari dalam tubuh • Melemaskan urat – urat saraf agar tubuh tidak kaku • Menormalkan kondisi pencernaan
• Menambah Stamina
• Membuat tidur menjadi lebih enak d. Kemampuan
• Pengetahuan dan keterampilan tenaga ahli pengobatan tradisional 2. Penyalahgunaan narkoba, yang diukur dengan indikator :
a. Lamanya menggunakan narkoba b. Jenis narkoba yang digunakan c. Faktor penyalahgunaan narkoba
(48)
d. Dampak penyalahgunaan narkoba
3. Pengobatan tradisional, yang diukur dengan indikator : a. Frekuensi pengobatan tradisional
b. Fasilitas dan pelayanan pengobatan c. Proses dan hasil pengobatan
2.8.Kerangka Pemikiran
` Maraknya penggunaan narkoba dirasa sudah cukup mengkhawatirkan, terlebih lagi buat kaum muda sekarang. Dampak dari penggunaannya telah merambah ke setiap segi kehidupan manusia. Kehadiran panti rehabilitasi narkoba diharapkan bisa membantu para korban penyalahguna narkoba. yang berperan besar di dalam penanggulangan dampak buruk dari penyalangunaan narkoba. Pengobatan yang dilakukan oleh panti rehabilitasi pun tidak hanya dilakukan dengan cara-cara medis tetapi dapat juga dengan pengobatan tradisional. Pengobatan ini salah satu cara untuk menyembuhkan korban penyalahguna narkoba.
(49)
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Secara Sistematis
Efektivitas Pengobatan Tradisional di Sibolangit Centre :
1. Tujuan 2. Waktu 3. Manfaat 4. Kemampuan
Korban narkoba Pengobatan Tradisional di Sibolangit Centre :
1. Oukup 2. Jamu
(50)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan mengambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. (Nawawi, 1998: 63)
Dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif penulis ingin membuat gambaran sejauh mana keefektifan pengobatan tradisional yang diberikan oleh Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre terhadap korban penyalahguna narkoba.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre yang berada di Jalan.Medan Berastagi Km.12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara. Penulis memilih lokasi ini karena merupakan salah satu panti rehabilitasi terbesar di Sumatera Utara yang dikelolah oleh pihak swasta yang memberikan pelayanan sosial bagi korban penyalahguna narkoba dengan berbagai macam metode pengobatan, termasuk pengobatan tradisional. Sehingga diharapkan kelak para korban penyalahguna narkoba bisa hidup sehat dan melakukan fungsi sosialnya kembali.
(51)
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998: 141)
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari pasien di dalam panti yang terdiri dari 18 orang.
3.3.2. Sampel
Menurut DR. Irawan Soehartono, sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. (Soehartono, 2004 : 57)
Menurut Arikunto, jika jumlah populasi kurang dari 100 maka otomatis populasi tersebut.menjadi sample dengan pertimbangan N=n (Arikunto; 1993:20) Maka yang menjadi semple dalam penelitian ini adalah 18 orang.
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah korban yaitu pasien, karena mereka adalah hasil nyata (output) dari berbagai upaya penyembuhan dengan mengunakan metode pengobatan tradisional.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
(52)
3.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala yang dapat diamati dari objek penelitian. Cara-cara yang yang dilakukan, yaitu:
1. Angket (kuesioner), yaitu alat untuk mengumpulkan data dengan memberikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau angket yang secara tertulis yang harus diisi oleh responden.
2. – Wawancara yaitu berdialog langsung dengan responden guna melengkapi data yang diperoleh melalui kuesioner yang mungkin belum jelas
- Menggunakan guideinterview yang ditujukan kepada informan kunci (key
informan ) yaitu : penanggung jawab panti, ahli pengobat tradisional.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan library research (studi kepustakaan), yaitu dengan membuka, mencatat dan mengutip data yang berkaitan dengan masalah penelitian dan dapat mendukung terlaksananya penelitian ini.
3.5. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang dipakai adalah teknik analisa deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya. Data yang didapat akan dipaparkan dan dianalisa dengan menggunakan tabel tunggal, sehingga data dapat dibaca dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti.
(53)
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah Berdirinya Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre
Menyadari bahwa penyalahguna narkoba bukanlah penjahat, melainkan korban. Tidaklah tepat kalau kita memberlakukan mereka seperi penjahat.Mereka adalah orang-orang yang perlu diselamatkan dan diberikan pendidikan khusus.
Perawatan terhadap pecandu narkoba dapat dilakukan di lembaga rehabilitasi, dimana pada lembaga ini dapat dilakukan pengobatan baik fisik maupun mental. Salah satu panti rehabilitasi yang ada di Sumatera Utara adalah Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre yang didirikan tanggal 5 Februari 2001 oleh H.M Kamaluddin Lubis, SH.
Ada beberapa dasar pemikiran yang melatar belakangi dibangunnya Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre ini, yaitu :
1. Adanya keprihatinan terhadap jumlah penyalahguna narkoba dimana diperlukan suatu sistem perawatan yang mencakup seluruh aspek baik fisik maupun mental. 2. Diperlukan upaya untuk mencegah bertambahnya jumlah penyalahguna narkoba
dan upaya untuk merawat orang-orang yang terlibat penyalahgunaan narkoba. 3. Keprihatinan terhadap bangsa Indonesia yang begitu besar jumlah penderita
narkoba yang sebagian besar adalah remaja. Apabila hal ini dibiarkan dapat menyebabkan hilangnya generasi satu bangsa.
(54)
4. Diperlukan upaya untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap korban narkoba, bahwa mereka bukanlah sampah masyarakat, tetapi mereka juga manusia yang masih punya harapan dan masa depan.
Agar pasien merasa betah, tempat ini di desain mirip tempat wisata sekaligus rumah besar, tempat keluarga tinggal. Ada penginapan, rumah ibadah,kolam tempat memancing,kantin khusus, lapangan olah raga, dan pertanian. Tentu saja, fasilitas yang disediakan agar mereka merasa tenang berobat tidaklah lengkap tanpa didukung oleh suasana alamnya. Panti Rehabilitasi ini didirikan di Sibolangit karena memberikan udara sejuk dengan alam pegunungan.
Hal ini juga untuk merubah pandangan masyarakat selama ini bahwa rehabilitasi merupakan suatu penjara atau suatu tempat yang menakutkan, tetapi di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre ini digambarkan bahwa rehabilitasi merupakan suatu wadah yang menyenangkan yang dapat membantu penyalahguna narkoba lepas dari kecanduannya tehadap narkoba.
4.2.Visi dan Misi Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre 4.2.1. Visi Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre
Menyelamatkan anak bangsa dari ketergantungan narkoba
4.2.2. Misi Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre
1. Membantu pasien untuk sembuh dari ketergantungan terhadap narkoba dengan metode berobat dan bertobat.
2. Meningkatkan iman dan taqwa sebagai banteng untuk mencegah penyalahgunaan narkoba
(55)
3. Menumbuhkan rasa percaya diri pasien, menuju masa depan yang lebih cerah. 4. Membantu pasien untuk bisa kembali bersosialisasi di tengah-tengah
masyarakat.
4.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2
Sumber : Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre DIREKTUR
MANAGER
Site Manager
Ass. Site Manager
DOKTER
Perawat
Rohani
Psikolog Tradisional Foreman Logistik Maintenance
Keamanan Kebersihan Perawat
Tradisonal
Komsumsi
(56)
Berikut adalah paparan tentang struktur organisasi sosial Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre :
1. Direktur
Direktur berperan sebagai penanggung jawab utama Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre ini. Jabatan ini adalah jabatan tertinggi di lembaga ini.
2. Manager
Jabatan ini berperan untuk menjalankan proses kegiatan rehabilitasi sehari-hari di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre. Mulai dari komsumsi, administrasi, aktifitas terapi, dan lain-lain. Manajer bertanggung jawabpenuh terhadap direktur.
Manajer juga dibantu oleh Site Manager dan asistennya.
3. Dokter
Dokter di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre ini berfungsi untuk memberikan perawatan dan pengobatan medis kepada pasien. Dokter bertanggung jawab penuh kepada manager panti rehabilitasi sibolangit centre. Dokter ini tidak bertugas penuh di Sibolangit centre. Kunjungan dokter bersifat rutinitas artinya dalam 2 hari sekali dokter berkunjung de Sibolangit Centre untuk memeriksa kondisi pasien. Dokter membawahi seorang kepala perawat.
Kepala perawat berfungsi untuk memimpin 5 orang assisten perawat yang membantu tugas dokter dalam memberikan perawatan medis kepada pasien.
4. Kepala pengobatan tradisional
Jabatan ini bertugas memberikan pengobatan tradisional kepada para pasien. Pengobatan tradisional yang diberikan di Sibolangit Centre ini adalah dengan
(57)
memberikan jamu dari ramu- ramuan tradisional tanah Karo. Pengobatan tradisional juga termasuk dengan mengoperasionalkan oukup bagi pasien.
5. Spiritual
Tenaga spiritual di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre terdiri atas : • Tenaga pengajar mengaji bagi pasien yang beragama islam
• Tenaga penceramah baik yang bersifat harian atau mingguan. Tugas tenaga ini adalah memberikan materi- materi ajaran keislaman kepada pasien sehingga pengetahuan dan penghayatan pasien akan islam dapat ditingkatkan.
• Pendeta Kristiani. Pendeta ini berkunjung sekali seminggu yakni pada hari minggu sore untuk memberikan materi- materi kristiani bagi pasien yang beragama Kristen.
• Pendeta Budha. Pendeta dari agama budha ini berkunjung juga sekali dalam seminggu pada hari minggu sore untuk memberikan materi- materi agama budha.
• Pelatih tenaga dalam pernafasan. Pelatih ini bertugas memberikan latihan pernafasan dan gerak tubuh pasien.
6. Kepala Keamanan
Kepala keamanan berperan untuk menjaga keamanan di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre. Disamping itu juga, tugas kepala keamanan adalah untuk menjaga agar para pasien tidak melarikan diri dari Sibolangit Centre. Kepala keamanan membawahi 6 anggota keamanan. Mereka bertugas secara bergiliran dan terbagi dalam 2 pembagian tugas, yakni siang dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 18.00 dan tugas malam dimulai dari pukul 18.00 hingga pukul
(58)
07.00. Dengan demikian Sibolangit Centre ini dijaga 24 jam penuh selama 7 hari kerja.
7. Logistik
Tugas kepala logistic adalah bertanggung jawab dalammemnuhi kebutuhan
makan sehari- hari warga Sibolangit Centre, mulai dari pasien hingga pengelolah Sibolangit Centre.
8. Maintenance
Bagian ini bertugas untuk merawat segala fasilitas yang digunakan di Sibolangit Centre. Diantaranya fasilitas listrik,air, telepon,dan lain-lain.
9. Counsellor
Counselor merupakan petugas yang banyak berinteraksi langsung dengan pasien. Counsellor inilah petugas yang membina langsung proses rehabilitasi dan aktifitas sehari- hari pasien. Consellor dibantu oleh :
a. Intern staff merupakan staf- staf yang bertugas dalam administrasi yang mencatat langsung perkembangan- perkembangan dan adminstrasi pasien. Misalnya pencatatan masa hukuman bagi pasien yang melanggar aturan Sibolangit Centre.
b. Assisten Counsellor merupakan para pembantu utama counselor dalam membrikan bimbingan dan layanan kepada pasien dalam aktifitas sehari-hari.Dibawah assisten counselloterdapat coordinator departemen yang bertugas mengkoordinasi departemen – departemen yang anggotanya terdiri dari para pasien. Koordinator departemen adalah pasien yang mengkoordinasi
(59)
dan bertanggung jawab terhadap departemen-departemen yang ada. Departemen-departemen itu adalah:
• Departemen House Keeping, bertugas dalam menciptakan dan memelihara kebersihan pondik. Diketuai oleh pasien yang bertanggung jawab terhadap operasional departemen ini.
• Departemen Laundry, bertugas mencuci spray, telapak meja dan sebagainya. Diketuai oleh pasien yang bertanggung jawab terhadap operasional departemen ini.
• Departemen Maintenance, bertugas dalam memeliahara dan memperbaiki sarana dan prasarana panti seperti lampu, listrik, kursi, meja, dan sebagainya. Diketuai oleh pasien yang bertanggung jawab terhadap operasional departemen ini.
• Departemen Gastronomy, bertugas menyiapkan dan menghidangkan makanan. Diketuai oleh pasien yanga bertanggung jawab terhadap operasional departemen ini.
• Departemen Ekspeditor, bertugas dalam pelaksanaan program untuk melatih keseimbangan emosi pasien dengan cara memberikan rangsangan untuk membangkitkan emosi pasien. Misalnya menggangu tanpa berteriak maupun membentak residen lainyang sedang bekerja. Anggota masing- masing departemen disebut dengan crew. Crew adalah pasien yang bekerja untuk departemennya.
(60)
4.4. Fasilitas Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre
Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre terletak di Jl. Medan Berastagi Km.12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Panti ini dirancang dengan nuansa alamiah yang tujuannya untuk memberikan ketenangan serta merubah pikiran para korban narkoba agar mereka bertobat sekaligus untuk mendidik para korban kembali kepada alam.
Adapun sarana yang disediakan oleh pengelolah Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre meliputi :
1. Ruang medis dan obat – obatan standard
Fasilitas ini diperuntukkan bagi pasien selama dalam proses detoksifikasi yaitu proses pengobatan yang memberikan obat- obatan medis guna menghancurkan racu-racun dari bahan narkoba itu sendiri.
Ruang dan obat-obatan ini memang diperuntukkan bagi proses detoksifikasi. Pasien diberi berbagai jenis obat-obatan medis yang berfungsi untuk menghilangkan zat-zat beracun yang ada dalam tubuh mereka. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya narkoba itu sendiri banyak menagndung zat-zat beracun, oleh karena itu salah satu cara penyembuhannya adalah dengan memberikan penawarnya, disinilah dihilangkan berbagai jenis racun yang ada di dalam tubuh pasien atau pecandu narkoba.
2. Oukup (Sauna)
Fasilitas mandi uap adalah untuk menghilangkan racun- racun dengan cara pemanasan melalui uap sehingga pori-pori akan terbuka dan keluar keringat.
Dengan mandi uap di fasilitas oukup ini, racun- racun yang tersimpan di dalam tubuh akan keluar melalui pori-pori kulit pasien. Disini pasien diharuskan memasuki
(61)
ruangan yang tertutup rapat. Kemudian disalurkan uap rebusan berbagai jenis tumbuh- tumbuhan atau rempah-rempah. Ramuan ini memang diadopsi dari tradisi orang karo yang ada disini. Jadi uap itu akan merangsang keluarnya racun dari tubuh.
Fasilitas oukup tersedia dalam dua ruang berukuran 2 x 1 m2, dalam setiap ruangan terdapat satu bangku panjang dan dua lubang yang terletak di bawah bangku. Dua lubang ini dihubungkan dengan pipa ke dalam dandang tempat merebus ramuan. Setelah mendidih nanti uapnya tersalur ke kamar ruang oukup tersebut dan pasien dipanggil tiga orang sekaligus untuk masuk selama ± 15 menit baru kemudian mereka mandi dengan air biasa.
Ramuan yang digunakan untuk mandi oukup adalah terdiri berbagai jenis ramuan yang telah tersimpan dalam toples berukuran besar dalam sebuah ruang ramuan. Adapun ramuannya antara lain : rempah ratus, serai wangi, sirih hutan, benalu, daun pandan, kencur,bawang putih, bawang merah, jeruk purut, dan jintan.
Setiap pasien akan mendapat giliran mandi oukup 2 kali seminggu dan ini dilakukan secara rutin.
3. Tempat Ibadah
Panti rahabilitasi sibolangit centre juga menyediakan tempat ibadah bagi pasiennya. Ibadah dilaksanakan secara teratur dan para pasien dididik untuk dapat hidup secara disiplin. Jadi dengan rutinitas ibadah ini diharapkan mereka dapat dididik dengan baik untuk berdisiplin dengan waktu juga untuk ibadah. Di sekitar kompleks Sibolangit centre ini terdapat juga sebuah mesjid. Luas mesjid ini adalah 10 x 15 m dengan dilengkapi 30 buah terjemahan Al-Qur’an dan 2 buah tempat berwudhu; satu untuk pria dan satu untuk wanita dan masing-masingnya dilengkapi dengan kamar mandi.
(62)
4. Asrama Putra dan Putri
Ruangan ini merupakan kamar tidur pasien. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kamar putra trdiri atas sepuluh kamr dan lima karma putrid. Setiap kamar terdapat liam buah tempat tidur.masing-masing pasien diberi satu lemari. Kamar mandi ditempatkan dalam masing-masing kamar. Pada ujung gedung asrama di lantai 1, terdapat sebuah kamar kecil yang berfungsi sebagi ruang isolasi bagi pasien baru. Jadi kalau ada pasien yang baru masuk, pasien tersebut dimasukkan kedalam ruang isolasi ini. Biasanya, pecandu itu akan mengalami masa sakau kalau tidak menggunakan narkoba, biasanya pasien akan sakau salam waktu seminggu. Untuk itu mereka dimasukkan dlam ruangan tersebut selama seminggu tak bokeh keluar. Disitulah nanti pasien baru akan diajak untuk merenungi jalan hidupnya selama ini dengan dibantu oleh senior mereka.
Dalam kamar tersebut terdapat 2 buah kasur dan 1 kamar mandi. Ruang tersebut berukuran 2 x 10 m. Bedanya dengan kamar lain, kamar ini bagian depannya berjeruji besi seperti penjara.
Disebelah ruang isolasi ini terdapt ruang hukuman, ruang ini dikhususkan bagi pasien yang melanggar peraturan yang berat dan sebagi hukumannya mereka dimasukkan ke dalam ruang ini. Salah satu contoh kesalahan yang berat dan tergolong besar, misalnya ; berkelahi, dan biasanya berkrlahi gara-gara saling mengejek. Jadi hukuman bagi mereka adalah dikamarkan seperti itu. Masa hukumannya relative, variatif tergantung kasalahannya.
Ruangan ini terdapat lima kamar tidur dan satu kamar mandi. Ruangan ini sama seperti ruang isolasi pasien baru yang juga berjeruji. Ukuran kamar tersebut 7 x 10 m.
(63)
5. Kantin
Kantin terletak disebelah ruang makan. Dalam kantin ini terlihat adanya 10 meja panjang berikut dengan kursinya, etalase yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari pasien, serta sebuah pesawat televise,pasien dipersilahkan untuk menonton dan diruang inilah pasien juga diharapkan dapat bersosialisasi antar sesama warga Sibolangit Centre. Jadi mereka akan merasakan kebersamaan dan solidaritas antar sesama.
6. Kolam memancing
Kolam mini lebarnya 10 x 10 m. Disisi kolam ini terdapat lima buah bangku panjang yang berfungsi sebagai tempat duduk saat memancing. Dapat merangsang pasien untuk memikirkan kembali apa yang telah mereka lakukan dan apa yang akan mereka lakukan.
Sambil memancing konselor akan mendampingi mereka, karena biasanya sambil mincing seseorang akan memikirkan sesuatu. Disinilah konselor akan menggiring mereka untuk memikirkan diri mereka ke depannya.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan memancing dijadikan sebagai salah satu terapi mental untuk merenungi kembali hidup pasien dan bagaimana memperbaiki kondisi tersebut.
7. Pendopo
Fungsi pendopo ini untuk tempat berdiskusi bagi pasien yang didampingi oleh konselor.Dengan berdiskusi pasien bisa bebas mengeluarkan pendapat. Dan pasien diminta untuk saling menghargai pendapat orang lain dan tak boleh memaksakan kehendak. Disinilah pasien bisa memupuk dan menumbuhkan rasa saling harga- menghargai antar sesamawarga. Jadi pasien akan merasa dihargai dan layak di dengar
(1)
Sedangkan 3 responden atau 16,67 % menyatakan jumlah ahli pengobat oukup belum mencukupi. Disebabkan karena dengan bertambahnya jumlah ahli pengobat oukup maka waktu untuk proses pengobatan oukup bisa lebih cepat.
(2)
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, melihat masalah, mengamati dan penelitian atas Efektivitas Pengobatan Tradisional Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Rhabilitasi Sibolangit Centre, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre merupakan salah satu panti rehabilitasi terbesar di Sumatera Utara yang menangani masalah narkoba. Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre menerapkan beberapa metode pengobatan antara lain : Pengobatan Rohani, Pengobatan Tradisional, Pengobatan Medis, Pengobatan Fisik dan Psikis.
2. Pengobatan tradisional yang dilakukan oleh Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre ada dua macam yaitu : pengobatan jamu dan pengobatan oukup. Pengobatan jamu berfungsi untuk mencuci perut, menghilangkan racun, menambah stamina dan memperbaiki syaraf. Sedangkan pengobatan oukup berfungsi untuk mengeluarkan racun –racun narkoba dan kotoran dari dalam tubuh, memperlancar sirkulasi darah dan membuat badan terasa sehat dan segar. 3. Dari hasil penelitian, juga diketahui bahwa pengobatan tradisional yang dilakukan oleh Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre sudah efektif dalam mengobati kondisi tubuh pasien. Hal ini terbukti dengan perubahan yang dialami oleh para pasien setelah menjalani pengobatan tradisional di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre ini. Mereka dapat merasakan kondisi tubuhnya yang lebih sehat dan segar, perncernaan lancar, bertambahnya selera makan, tidur menjadi lebih
(3)
enak dan tetap fokus dalam mengikuti kegiatan lain di dalam panti. Dengan mulai normalnya kondisi tubuh pasien maka akan memudahkan untuk menormalkan kondisi psikis pasien. Sebab di dalam tubuh yang sehat itu akan terdapat jiwa yang sehat.
6.2 Saran
1. Kepada Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanannya sehingga dapat membantu para klien dapat sembuh dari ketergantungannya terhadap narkoba dan kembali ketengah – tengah masyarakat untuk menatap masa depan yang lebih cerah.
2. Sedapat mungkin dapat mungkin berusaha mencari solusi terbaik untuk mengatasi hambatan – hambatan maupun kekurangan – kekurangan yang ditemui dalam pengobatan tradisional ini.
3. Kerjasama dengan Instansi Pemerintah, LSM – LSM yang bergerak dibidang narkoba, panti – panti rehabilitasi narkoba ataupun lembaga lainnya yang bertujuan dapat mengembangkan program.
4. Kepada pasien di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre agar tetap semangat untuk menjalani proses rehabilitasi di dalam panti. Karena untuk mempercepat proses penyembuhan harus ada kemauan yang kuat dari diri sendiri untuk sembuh. Dan yang terutama jangan pernah berhenti untuk meminta pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa.
5. Kepada masyarakat agar menghapus semua bentuk diskriminasi terhadap mantan pengguna narkoba. Karena mereka bukanlah penjahat melainkan korban.
(4)
Tidaklah tepat kalau kita memberlakukan mereka seperti itu sebab mereka adalah orang yang perlu diselamatkan dan membutuhkan kasih saying.
6. Kepada semua pihak agar bersama-sama memberantas narkoba. Dengan begitu tingkat penyalahgunaan akan dapat diminimalisir.
(5)
Daftar Pustaka
Nazir,Mohammed,1988, Metode Penelitian,Ghalia Indonesia,Jakarta
Nawawi,Handani H,1983,Metode Penelitian Bidang Sosial,Gajah Mada University Press
Nurdin, Fadly,1989, Pengantar Studi Kesos,Angkasa Bandung,Bandung
Sehartono Irawan,2004,Metode Penelitian Sosial,PT Remaja Rosdakarya:Bandung Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi,1989.Metode Penelitian Survei,LP3S:Jakarta Makaro,Moh. Taufik,2003,Tindak Pidana Narkotika,Ghalia Indonesia,Jakarta Agoes,Anwar,1992.Antropologi Kesehatan Indonesia,Buku Kedokteran,EGC Arikunto,Suharsimi,DR,1993,Prosedur Penelitian,Rineka Cipta,Yogyakarta
Suparlan,Y.B.Drs,1983,Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial,Pustaka Pengarang,Yogyakarta
Soekanto,Soejono,S.H,M.A,Dr,1984,Teori Sosiologi,Ghalia Indonesia,Jakarta Somar,Lambertus,MSC,2001,Rehabilitasi Pecandu Narkoba,Grasindo,Jakarta
BNN,2003,Model Pelayanan Rehabilitasi Terpadu bagi Korban Penyalahguna Narkoba, ,Jakarta
Soekarno,Drs,1990,Pengobatan Tradisional Daerah Kalsel,Depdikbud,Jakarta
Sasangka,Hari,S.H.M.H,Drs,2003,Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana,Mandar Maju,Bandung
Widjono,Erwin,1981,Yang Perlu Diketahui Generasi Muda Tentang Penyalahgunaan Obat,Depkes RI,Jakarta,
Barnard,I.Chester,1992,Organisasi dan Manajemen Struktur,Perilaku dan Proses,Gramedia,Jakarta
(6)
JP,Cambel,1989,Riset Dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat Simamora,Erlangga,Jakarta
Supramono,Gatot,2004,Hukum Narkoba Indonesia,Djambatan,Jakarta
Prakoso,Djoko,S.H,1982,Kejahatan-Kejahatan yang Merugikan dan Membahayakan Negara,PT.Bina Aksara,Jakarta
Singgih,Gunarsa,2000,Psikologi Praktis:Anak Remaja dan Keluarga,gunung Mulia,Jakarta
Undang-Undang Narkotika (UU No.22 Tahun 1997) Undang-Undang Psikotropika (UU No.5 tahun 1997)
Sumber Lain:
• http//www.bkkbn.go.id
•
• ://www.isekolah.org • http//www.bnn.go.id
•
•
• SADAR,edisi Desember 2006 • Tabloid Nova, edisi Oktober 2005 • www.kapanlagi.com