dan disuruh orang untuk membunuh orang lain dan kemudian diberi upah. Jelaslah bahwa orang-orang yang telah ketagihan dan tergantung pada narkoba
tidak saja merusak dirinya, bahkan membawa kerugian bagi masyarakat. Soedjono, 1973:67.
E. Metode Pelayanan Sosial Korban Narkoba
Pemberian pelayanan sosial terhadap korban penyalahgunaan narkoba adalah untuk mencapai kehidupan sejahtera dalam arti tercapainya standard
kesehatan dan penyesuaian diri yang baik dalam masyarakat. Banyak metode yang dapat digunakan dalam memberikan pelayanan sosial terhadap korban
narkoba. Metode yang paling baik adalah yang bersifat holistik. Prof. Dadang
Hawari menuliskan ada dua metode yang digunakan dalam mengembalikan fungsi sosial korban penyalahgunaan narkoba yaitu : terapi dan rehabilitasi. Selain dari
pada terapi dan rehabilitasi juga perlu diperhatikan sarana dan prasana yang lengkap dalam pantiyayasan rehabilitasi narkoba. Berikut ini akan diberikan
penjelasan tentang terapi dan rehabilitasi. Terapi pengobatan terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan
narkoba haruslah rasional serta dapat dipertanggungjawabkan dari setiap segi Hawari, 2000:103.
Terapi ini terdiri dari: 1.
Terapi medik-psikiatrik detoksifikasi, psikofarmaka, dan psikoterapi a.
Terapi medik-psikiatrik detoksifikasi adalah bentuk terapi untuk menghilangkan racun toksin narkoba dari tubuh pasien penyalahguna
Universitas Sumatera Utara
dan ketergantungan narkoba. Dalam terapi ini digunakan jenis obat- obatan yang tergolong major tranquilizer untuk mengatasi gangguan
sistem neuro transmitter sinyal penghantar syaraf pada susunan saraf pusat otak. Selain itu diberikan juga analgetika non opiat obat anti
nyeri yang tidak mengandung opiat atau turunannya, tidak diberikan obat-obatan yang bersifat adiktif, namun diberikan obat anti depresi
bila diperlukan. Metode detoksifikasi ini memakai sistem block total, artinya pasien penyalahgunaketergantungan narkoba tidak boleh lagi
menggunakan narkoba atau turunannya, dan juga tidak menggunakan obat-obatan sebagai pengganti atau substitusi. Terapi ini dapat
dilakukan di rumah ataupun di rumah sakit. b.
Terapi medik-psikiatrik psikofarmaka diberikan untuk mengatasi gangguan mental dan prilaku pasien proses mental adiktif; artinya
rasa ingin craving masih belum hilang sehingga kekambuhan dapat terulang lagi. Terapi ini diberikan dengan menggunakan obat-obatan
yang berkhasiat memperbaiki gangguan dan memulihkan fungsi neuro transmitter pada susunan saraf pusat otak, yang dinamakan dengan
psikofarmaka golongan major tranqualijer yang tidak menimbulkan adiksi dan depedensi tidak berakibat ketagihan dan ketergantungan
c. Terapi medik-psikiatrik psikoterapi bertujuan untuk memperkuat
struktur kepribadian mantan penyalahgunaketergantungan narkoba, misalnya meningkatkan citra diri, mematangkan kepribadian, dan
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2. Terapi medik-somatik komplikasi medik
Penggunaan obat-obatan yang berkhasiat terhadap kelainan-kelainan fisik baik sebagai akibat dilepaskannya narkoba dari tubuh maupun komplikasi
medik berupa kelainan organ tubuh akibat penyalahgunaan narkoba. Bila ditemukan komplikasi medik pada organ tubuh, diberikan terapi medik-
somatik yang sesuai dengan kelainan yang ditemukan, misalnya kelainan paru, fungsi lever, hepatitis C, ginjal, dan lain sebagainya. Termasuk
terapi medik-somatik ini adalah larangan merokok bagi pasien. 3.
Terapi psikososial Upaya untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi penyalahguna
ketergantungan narkoba ke dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan terapi ini diharapkan perilaku anti sosial dapat berubah menjadi prilaku
yang secara sosial dapat diterima. 4.
Terapi psikoreligius Terapi keagamanaan terhadap pasien narkoba ini memegang peranan yang
sangat penting, baik dari segi pencegahan, terapi, maupun rehabilitasi. Sesudah pasien penyalahguna dan ketergantungan narkoba menjalani
program terapi, maka selanjutnya pasien mengikuti program rehabilitasi Hawari, 2000:131.
Rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi para mantan penyalahgunaketergantungan narkoba kembali sehat dalam arti sehat
fisik, psikologik, sosial, dan spiritualagama keimanan. Dengan kondisi sehat tersebut diharapkan mereka akan mampu kembali berfungsi secara wajar dalam
kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di sekolahkampus, di tempat kerja dan
Universitas Sumatera Utara
di lingkungan sosialnya. Program rehabilitasi lamanya tergantung dari metode dan program dari lembaga yang bersangkutan Hawari, 2000:132.
1. Rehabilitasi medik
Dengan rehabilitasi ini dimaksudkan agar mantan penyalahguna ketergantungan narkoba benar-benar sehat secara fisik dalam arti
komplikasi medik diobati dan disembuhkan. Termasuk dalam program rehabilitasi medik ini adalah memulihkan kondisi fisik yang lemah, tidak
cukup diberikan gizi makanan yang bernilai tinggi, tetapi juga kegiatan olah raga yang teratur disesuaikan dengan kemampuan masing-masing
pasien. 2.
Rehabilitasi psikiatrik Dimaksudkan agar peserta rehabilitasi yang semula berprilaku maladaptif
berubah menjadi adaptif atau dengan kata lain sikap dan tindakan anti sosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan baik
dengan sesama rekannya maupun personil yang membimbing dan mengasuhnya. Termasuk rehabilitasi psikiatrik ini adalah psikoterapi
konsultasi keluarga. 3.
Rehabilitasi psikososial Dimaksudkan agar peserta rehabilitasi dapat kembali bersosialisasi dalam
lingkungan sosialnya, yaitu di rumah, di sekolahkampus, di tempat kerja, dan sebagainya. Program ini merupakan persiapan untuk kembali ke
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
4. Rehabilitasi psikoreligius
Didalam program rehabilitasi ini para pasien diutamakan untuk mendapatkan pendidikan spiritual, agar mereka dapat mengenal akan
Tuhannya, mengerti akan cinta kasih Allah dan pengampunan dosa sehingga untuk selanjutnya dapat benar-benar bertobat dan dapat dididik
lebih lanjut Hawari, 2000:134-139.
Pusat atau lembaga rehabilitasi yang baik haruslah memenuhi beberapa persyaratan antara lain:
1. Sarana dan prasarana yang memadai, termasuk gedung, akomodasi, kamar
mandiWC yang higienis, makanan dan minuman yang bergizi, ruang kelas, ruang rekreasi, ruang konsultasi individual atau kelompok, ruang
konsultasi keluarga, ruang ibadah, ruang olah raga, ruang keterampilan, dan lain sebagainya.
2. Tenaga yang profesional psikiater, dokter umum, psikolog, pekerja sosial,
perawat, agamawanrohaniawan, dan tenaga ahli lainnya. Tenaga profesional ini untuk menjalankan program yang terkait.
3. Manajemen yang baik.
4. Kurikulumprogram rehabilitasi yang memadai sesuai dengan kebutuhan.
5. Peraturan dan tata tertib disiplin yang ketat agar tidak terjadi pelanggaran
ataupun kekerasan. 6.
Keamanan security yang ketat agar tidak memungkinkan peredaran narkoba di dalam pusat rehabilitasi Hawari, 2000:132-133.
Universitas Sumatera Utara
F. Kerangka Pemikiran