Ekstraksi Hasil Biotransformasi Palmatin

produk biotransformasi yang berhasil diperoleh, sampai saat ini belum bisa dilakukan verifikasi puncak mana yang merupakan produk hasil proses biotransformasi palmatin. 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 min 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 mV Detector A:266nm 2. 590 2. 660 3. 066 3. 819 4. 226 4. 483 5. 426 6. 068 12. 640 18. 201 19. 996 25. 279 29. 257 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 min 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 mV Detector A:266nm 3. 063 3. 555 3. 819 4. 078 4. 225 4. 462 4. 694 5. 418 6. 062 7. 665 8. 084 8. 225 11. 293 12. 612 12. 958 14. 070 18. 141 19. 662 25. 980 29. 237 Gambar 10 . Kromatogram HPLC ekstrak diklorometan-metanol 5 : 1. Kolom = Capcell-Pak C-18 Shiseido, 250 x 4.6 mm. Eluent = asetonitril : air 10:90. Flow rate : 1.0 mLmin. Detektor pada panjang gelombang = 266 nm. A = ekstrak setelah 1 minggu penambahan substrat. B = ekstrak setelah 2 minggu penambahan substrat.

5.4 Ekstraksi Hasil Biotransformasi Palmatin

Pada saat kultur jamur mencapai 2 minggu setelah penambahan substrat yang kedua, seluruh medium dan miselium kultur jamur AFKR-3 dipanen dengan cara melakukan proses ekstraksi. Pelarut yang digunakan dalam B A ekstraksi adalah diklorometan : metanol 5 : 1, sama seperti pada sampling biotransformasi. Ekstrak pekat diklorometan-metanol yang diperoleh kemudian di analisis dengan teknik KLT Gambar 11 dan HPLC Gambar 10 untuk memastikan produk-produk yang dihasilkan. Gambar 11. Profil kromatogram KLT ekstrak diklorometan : metanol 5 : 1 dari kultur jamur AFKR-3 pada medium PDB setelah 2 minggu . Fasa diam = silica gel, eluen = diklorometan : metanol : asam asetat glasial = 6 : 1 : 1 tetes. 1 = hasil KLT yang di amati pada 254 dan 366 nm. 2 = hasil KLT setelah disemprot serium. a = standar , b= kultur jamur+substrat , c = kultur jamur tanpa substrat kontrol. Dari hasil analisa dengan kromatogram KLT, pada plat KLT terdapat dua spot dimana salah satu spot merupakan spot produk biotransformasi. Selain menghasilkan produk baru yang merupakan turunan dari senyawa palmatin, dalam proses biotransformasi tersebut juga terdapat pula senyawa-senyawa metabolit yang dihasilkan oleh jamur AFKR-3 itu sendiri. Dari profil kromatogram KLT pada 256 nm dan setelah disemprot dengan serium nampak spot-spot yang diduga sebagai asam lemak dan metabolit lain yang lebih polar yang dihasilkan oleh jamur AFKR-3 tersebut . Hal itu diperkuat dari profil kromatogram KLT pada a b a b c 1 b 254 nm 366 nm 2 c kontrol jamur dimana pada pengamatan dibawah sinar UV 254 nm spot yang muncul hanya tampak pada bagian atas non polar saja dan pada 366 nm terlihat jelas bahwa tidak tampak spot palmatin dan turunannya. Hal itu mengindikasikan bahwa produk biotransformasi yang dihasilkan bukan merupakan hasil metabolit dari kultur jamur AFKR-3 dalam medium PBD, melainkan hasil biotransformasi palmatin oleh jamur AFKR-3. Dimana senyawa palmatin dirubah menjadi senyawa lain turunannya oleh suatu enzim yang terdapat pada jamur AFKR-3 tersebut. Berdasarkan kromatogram analisis HPLC pada sampel setelah 1 minggu dan 2 minggu dapat dilihat banyak peak yang muncul yang mengindikasikan banyaknya metabolit yang dihasilkan Gambar 10. Diantara peak-peak yang muncul pada sampel diatas, peak senyawa palmatin berada pada waktu retensi 5.426 sampel setelah 1 minggu, dan 5.418 sampel setelah 2 minggu. Jiika dibandingkan dengan standar palmatin, pada kromatogram HPLC sampel setelah 1 minggu dan 2 minggu dapat dilihat bahwa peak palmatin mengalami penurunan yang dikarenakan munculnya peak-peak baru. Hal itu mengindikasikan bahwa sejumlah senyawa palmatin telah dikonversikan menjadi produk baru turunannya. Sehingga jumlah senyawa palmatin mengalami penurunan.

5.5 Partisi Ekstrak Hasil Biotransformasi Palmatin