37
biji-bijian dan buah-buahan. Jika seseorang mempunyai harta tapi berhutang, maka hendaklah dia melunasi hutangnya dulu kemudian
dibayar zakatnya jika memenuhi nishab.
9. Melebihi kebutuhan dasar atau pokok
Barang-barang yang dimiliki untuk kebutuhan pokok, seperti rumah pemukiman, alat-alat kerajinan, alat-alat industri, sarana transportasi dan
angkutan, seperti mobil dan perabot rumah tangga, tidak dikenakan zakat. Demikian juga dengan uang simpanan yang dicadangkan untuk melunasi
hutang, tidak diwajibkan zakat, karena seorang kreditor sangat memerlukan uang yang ada di tangannya untuk melepaskan dirinya dari
cengkraman hutang.
10. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal.
Maksdunya bahwa harta yang haram, baik substansi bendanya maupun cara mendapatkannya jelas tidak dikenakan kewajiban zakat, karena Allah
tidak menerima kecuali yang baik dan halal.
11. Berkembang
Qardhawi dalam Fakhruddin 2008 membagi pengertian berkembang tersebut menjadi dua, yaitu pertama, bertambah secara konkrit haqiqi
dan kedua, bertambah secara tidak konkrit taqdiri. Berkembang secara
38
konkret adalah bertambah akibat pembiakan dan perdagangan dan sejenisnya, sedangkan berkembang tidak secara konkret adalah kekayaan
itu berpotensi berkembang baik berada di tangannya maupun di tangan orang lain atas namanya.
Adapun syarat sahnya zakat adalah sebagai berikut: 1. Adanya niat muzakki orang yang mengeluarkan zakat
2. Pengalihan kepemilikan dari muzakki ke mustahiq orang yang berhak menerima zakat.
d. Macam-macam Zakat
Secara umum, zakat terbagi ke dalam dua kategori yaitu zakat maal harta dan zakat nafs atau juga dikenal dengan zakat fitrah Shiddieq, 2007. Zakat maal
harta adalah bagian dari harta kekayaan seseorang juga badan hukum yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah dipunyai selama
jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu Fakhruddin, 2008. Zakat profesi, zakat perusahaan, zakat surat-surat berharga dan sebagainya merupakan
zakat maal. Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar
pada malam dan hari raya Idul Fitri.
39
e. Hikmah dan Manfaat Zakat Hafidhuddin 2002 mengemukakan tujuh hikmah dan manfaat zakat, yaitu:
1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah swt, mensyukuri nikmat- Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang
tinggi, menghilangkan
sifat kikir,
rakus dan
materialistis, menumbuhkan
ketengan hidup
sekaligus membersihkan
dan
mengembangkan harta yang dimiliki.
2. Karena zakat merupakan harta mustahiq, maka zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina terutama fakir miskin ke arah
kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada
Allah swt, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka
ketika mereka melihat orang kaya yang memiliki harta cukup banyak.
3. Sebagai pilar amal bersama jama’i antara orang-orang kaya yang
berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah swt yang karena kesibukannya
tersebut, ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan
berikhtiar bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya.
4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah,
40
pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi sekaligus sarana
pengembangan kualitas sumber daya manusia muslim.
5. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan
bagian dari hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan
baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah swt.
6. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan
baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, economic with equity
11
.
7. Dorongan ajaran Islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang beriman untuk berzakat, berinfak dan bersedekah menunjukkan bahwa
ajaran Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan yang di samping dapat memenuhi
kebutuhan hidup diri dan keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi muzakki
dan munfik
12
. Selain itu, Fakhruddin 2008 mengutip Wahbah Zuhaili dalam al-Fiqh
al-Islamiy wa Adillatuhu bahwa terdapat 4 hikmah zakat, yaitu:
11
Ahmad Muflih Saefuddin dalam Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern Jakarta: Gema Insani Press, 2002, hal. 14.
12
M. Zainal Muttaqin dalam Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern Jakarta: Gema Insani Press, 2002, hal.15.
41
1. Menjaga harta dari pandangan dan tangan-tangan orang yang jahat. 2. Membantu faqir miskin dan orang-orang yang membutuhkan.
3. Membersihkan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil serta membiasakan
orang mukmin dengan pengorbanan dan kedermawanan. 4. Mensyukuri nikmat Allah swt berupa harta benda.
Kemudian dalam penjelasan lain, Ali 1988 juga menyimpulkan beberapa hikmah zakat yaitu
13
: 1. Mensyukuri karunia Ilahi, menumbuhsuburkan harta dan pahala serta
membersihkan diri dari sifat-sifat kikir dan loba, dengki, iri serta dosa.
2. Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat kemelaratan.
3. Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antara sesama manusia.
4. Manifestasi kegotongroyongan dan tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa.
5. Mengurangi kefakirmiskinan yang merupakan masalah sosial. 6. Membina dan mengembangkan stabilitas sosial.
7. Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.
13
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam dan Wakaf Jakarta: UI Press, 1988
42
f. Definisi dan Jenis-Jenis Pendayagunaan ZIS
Pada pasal 16 ayat 1 dan 2 UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, secara eksplisit dinyatakan bahwa pendayagunaan zakat adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidup para mustahiq sesuai dengan ketentuan agama delapan ashnaf dana dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif. Secara lebih spesifik, dalam
Keputusan Menteri Agama KMA Nomor 373 Tahun 2003 pasal 28 ayat 2 dijelaskan bahwa pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila zakat
sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup para mustahiq dan ternyata masih terdapat kelebihan. Dari sini dapat kita lihat bahwa ZIS terutama infaq dan shadaqah, dapat
dimanfaatkan untuk usaha produktif apabila terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan.
Secara umum, dana ZIS dapat didistribusikan pada dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif dan produktif
14
. Kegiatan konsumtif adalah kegiatan yang berupa bantuan sesaat untuk menyelesaikan masalah yang sifatnya
mendesak dan langsung habis setelah bantuan tersebut digunakan jangka pendek. Sedangkan kegiatan produktif adalah kegiatan pemberian bantuan yang
diperuntukkan bagi kegiatan usaha produktif sehingga dapat memberikan dampak jangka menengah-panjang bagi para mustahiq.
14
Wina Meylani, ”Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Terhadap Indikator
Kemiskinan dan Pendapatan Per Kapita Mustahiq Studi Kasus: Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor
,” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, 2009, h. 15.
43
Gambar 2.1. Bagan Pendayagunaan ZIS
Pendayagunaan ZIS yang bersifat konsumtif dapat disalurkan dalam bentuk bantuan biaya kesehatan, pendidikan, serta kegiatan social lain yang bersifat
incidental seperti bantuan penanganan bencana alam. Sedangkan pendayagunaan ZIS produktif dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan dan pemberdayaan
UMKM serta pemberdayaan berbasis komunitas. Pendayagunaan ZIS secara produktif dapat dilakukan dengan memberikan pembiayaan produktif kepada para
mustahiq. Definisi pembiayaan produktif
15
adalah pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
15
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik Jakarta: Gema Insani Tazkia Cendekia,2001, h. 160.
Pendayagunaan ZIS
Konsumtif Produktif
Kesehatan Pendidikan
Sosial emergenc
y fund,
bencana alam, dll
Pengembangan dan
Pemberdayaan UKM
Pemberdayaan Komunitas
44
usaha produksi, perdagangan maupun investasi. Berdasarkan jenis keperluannya, pembiayaan produktif dibagi menjadi dua, yaitu
16
: 1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: a
peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualita atau mutu hasil produksi;
dan b untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal capital goods serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
3. Teori Kemiskinan a. Definisi Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah kompleks dan multidimensional yang mencakup dimensi ekonomi, sosial dan politik
17
. Dimensi kemiskinan ditinjau dari sisi ekonomi adalah kondisi yang menggambarkan rendahnya permintaan agregat yang
menyebabkan berkurangnya insentif untuk mengembangkan sistem produksi, rasio kapital per tenaga kerja yang rendah sehingga menyebabkan produktivitas tenaga
kerja rendah, serta penyebab misalokasi sumber daya, terutama tenaga kerja.
16
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik Jakarta: Gema Insani Tazkia Cendekia,2001, h. 160-161.
17
Wina Meylani, ”Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Terhadap Indikator
Kemiskinan dan Pendapatan Per Kapita Mustahiq Studi Kasus: Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor
,” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, 2009, h. 30.
45
Dilihat dari sisi sosial, kemiskinan mengindikasikan lemahnya potensi masyarakat untuk berkembang. Selain itu, kemiskinan juga terlihat dari minimnya aspirasi dan
pendeknya horizon waktu wawasan ke depan suatu masyarakat. Sedangkan apabila dilihat dari sisi politik, kemiskinan dapat digambarkan melalui ketergantungan dan
eksploitasi suatu kelompok masyarakat oleh kelompok masyarakat lainnya. Kemiskinan sekelompok masyarakat akan menimbulkan kesenjangan yang
dampaknya lebih buruk daripada kemiskinan itu sendiri. Pada umumnya ketika kita membicarakan mengenai kemiskinan, maka yang
dimaksud adalah kemiskinan yang bersifat material. Seseorang yang termasuk dalam kategori miskin jika tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan
dasarpokok untuk dapat hidup layak
18
. Dalam Islam, kebutuhan dasar manusia tersebut mencakup lima unsur pokok yang harus dipelihara dan diwujudkan agar
manusia dapat mewujudkan kemaslahatan di dunia dan akhirat
19
. Lima unsur pokok tersebut adalah:
a. Terpeliharanya agama Hifdz al-Din b. Terpeliharanya jiwa Hifdz al-Nafs
c. Terpeliharanya keturunan Hifdz al-Nasl d. Terpeliharanya akal Hifdz al-Aql
18
Rintuh dan Miar, Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat Jakarta: DIKTI, 2003.
19
Fathurrahman Djamil, Pendekatan Maqashid Al-Syariah Terhadap Pendayagunaan Zakat, dalam Abidin, ed., Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektivitas Pemanfaatan Zakat, Infak, Sedekah
Jakarta: PIRAMEDIA, 2004.
46
e. Terpeliharanya hartakekayaan Hifdz al-Maal Dengan zakat, para mustahik dapat terhindar dari kekufuran, jiwa dan
tubuhnya terjaga dari kelaparan, keturunanya dapat terhindar dari kehinaan, akalnya terhindar dari kebodohan serta hartanya dapat berkembang melalui
aktivitas ekonomi produktif Selain memiliki definisi yang bersifat multidimensional, kemiskinan juga
memiliki konsep yang beragam. Konsep-konsep kemiskinan yang telah berkembang antara lain adalah kemiskinan absolut dan relatif, serta kemiskinan
kultural dan struktural.
b. Konsep Kemiskinan 1. Kemiskinan Absolut dan Relatif
Tambunan 2003 menyatakan bahwa kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan
20
. Pengukuran kemiskinan yang mengacu pada garis kemiskinan disebut dengan kemiskinan absolut,
sedangkan pengukuran yang tidak mengacupada garis kemiskinan disebut dengan kemiskinan relatif. Seseorang dikatakan miskin secara absolut apabila
tidak memenuhi standar yang ditetapkan sebagai garis kemiskinan. Ukuran
20
Wina Meylani, ”Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Terhadap Indikator
Kemiskinan dan Pendapatan Per Kapita Mustahiq Studi Kasus: Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor
,” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, 2009, h. 31.
47
kemiskinan absolut bersifat tetap dan dapat diukur berdasarkan kebutuhan kalori minimum serta komponen-komponen nonpangan yang sangat
diperlukan untuk bertahan hidup. Di Indonesia, BPS menetapkan garis kemiskinan dengan menggunakan
pendekatan konsumsi. Garis kemiskinan tersebut diukur dari kemampuan membeli bahan makanan ekuivalen dengan 2100 kkalori per kapita per hari
dan biaya untuk memperoleh kebutuhan minimal akan barangjasa, pakaian, perumahan, kesehatan, transportasi dan pendidikan. Sementara itu, Bank
Dunia menetapkan garis kemiskinan dari sisi penadapatan income poverty, yaitu pendapatan di bawah 2 per hari untuk kategori kemiskinan moderat
dan pendapatan di bawah 1 per hari untuk kategori kemiskinan absolut. Kemiskinan relatif melihat kemiskinan yang didasarkan pada kondisi riil
tingkat kemakmuran masyarakat. Misalnya, garis kemiskinan ditetapkan sebesar 20 persen dari rata-rata penduduk di suatu daerah, serta ketertinggalan
pendidikan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas. Sebagai ukuran relatif, kemiskinan relatif dapat berubah antartempat
dan antarwaktu.
48
2. Kemiskinan Kultural dan Struktural
Kemiskinan kultural merupakan kemiskinan yang terjadi karena budaya masyarakat yang “menerima” kemiskinan yang terjadi pada dirinya
21
. Mereka bahkan tidak merespons usaha-usaha pihak lain yang membantunya keluar
dari kemiskinan tersebut. Sedangkan kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh struktur dan sisitem ekonomi yang timpang
dan tidak berpihak pada si miskin. Menurut Nasoetion 1996, kemiskinan struktural memiliki beberapa hierarki dan hierarki tertinggi dalam kemiskinan
struktural disebabkan oleh adanya ketimpangan struktur perekonomian nasional. Hal ini menimbulkan masalah-masalah struktural yang semakin
menyudutkan keberadaan orang miskin.
21
Wina Meylani, ”Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Terhadap Indikator
Kemiskinan dan Pendapatan Per Kapita Mustahiq Studi Kasus: Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor
,” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, 2009, h. 32.
49
B. Kerangka Konseptual Gambar 2.2. Kerangka Konseptual
Pendayagunaan ZIS secara
produktif
Pengembangan dan
Pemberdayaan UKM
Pemberdayaan Komunitas
Pendayagunaan ZIS yang Efektif
Untuk Mengentaskan
Kemiskinan
Kemiskinan Absolut dan Relatif
Kemiskinan Kultural dan Struktural